Ilpeng Kel 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

PENGARUH ILMU PENGETAHUAN, KEBUDAYAAN, DAN PERADABAN YANG


DIKEMBANGKAN UMAT ISLAM TERHADAP PERADABAN EROPA DAN BARAT

Dosen Pengampu: Dr. Abd. Rozak A. Sastra, M.A.

Disusun oleh kelompok 4:

1. Prihatini 11180540000078
2. Dimas Sheva Secondio 11180540000080

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
A. Proses Masuknya Ilmu Pengetahuan Islam ke Eropa
Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622
M. Saat itu daerah Mekkah dikuasai kaum Quraisy sedangkan daerah
Madinah dikuasai Islam. Dengan dikuasainya Madinah oleh Islam, hal ini
mempermudah Rasulullah SAW untuk menyebarluaskan Islam ke berbagai
penjuru. Sampai pada akhirnya Rasulullah SAW pernah menguasai Spanyol
bagian barat sampai ke Filipina Timur, dan Afrika Tengah di selatan sampai
Danau Aral dibagian Utara.1
Pada masa Rasulullah SAW ekspansi dilakukan di daerah
semenanjung Arabia, sedangkan ekspansi diluar daerah-daerah Arabia
dimulai di zaman Khalifah pertama, Abu Bakar Al-Siddik.2
Ekspansi ke Barat terjadi pada zaman Almalik dari Bani Umayyah.
Daerah-daerah yang dikuasi Islam di zaman Dinasti ini adalah Spanyol, Afrika
Utara, Suria, Palestina, Semenenajung Arabia, Irak, sebagian dari Asia Kecil,
Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Rurkmenia,
Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).3
Ekspansi yang dilakukan Dinasti Umayyah ini menjadikan Islam negara
besar saat itu, banyak perubahan yang dilakukan oleh Dinasti ini, walaupun
masih memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab.4
Perubahan bahasa administrasi dari Bahasa Yunani menjadi Bahasa
Arab yang dimulai pada masa Abd Al-Malik menjadikan pemeluk-pemeluk
Islam bukan bangsa Arab ikut mempelajari Bahasa Arab. Selain itu muncul
perhatian terhadap syair-syair Arab Jahiliah dan lahir pula penyair-penyair
Arab seperti Qays Ibn Al-Mulawwah (w. 699 M).5
Pusat kegiatan ilmiah berada di Kufah dan Basrah di Irak, yang juga
perhatian pada tafsir, hadis, fikih dan ilmu kalam yang memunculkan banyak
tokoh keilmuwan seperti Hasan Al-Basri.

1
Nasution Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya Jilid I, Jakarta, 1985, hlm.50.
2
Ibid, hlm.50-51.
3
Ibid, hlm.52.
4
Ibid, hlm.57.
5
Ibid.
Abd. Al-Malik juga mengubah mata uang dari Bizantium dan Persia
menjadi mata uang yang bertuliskan tulisan Arab, dinar terbuat dari emas dan
dirham terbuat dari perak.
Masjid-masjid diluar semenanjung Arabia juga dibangun pada zaman
Dinasti Umayyah seperti Katedral St. John di Damakus yang diubah menjadi
masjid. Tak hanya masjid, monumen dan istana juga turut dibangun pada
masa ini, seperti monument Qubbah Al-Sakhr di Al-Quds dan istana Qusayr
Amrah yang dijadikan tempat beristirahat di padang pasir.
Di masa Bani Abbas, perhatian kepada ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani memuncak, terutama pada masa Harun Al-Rasyid. Terjadi
penerjemahan buku-buku ilmu pengetahun dari Bizantium kedalam Bahasa
Arab selama satu abad. Bait Al-Hikmah yang didirikan Al-Ma'mun bukan
hanya pusat penerjemahan tetapi juga akademik yang mempunyai
perpustakaan.
Kebudayaan di Spanyol di Barat sampai India di Timur dan dari Sudan
di Selatan sampai ke Kauskasus di Utara adalah kebudayaan Islam dimana
Bahasa Arab sebagai alatnya. Di masa inilah untuk pertama kalinya terjadi
kontak kebudayaan anatara Islam dan Barat.
Cendekiawan-cendikiawan Islam mulai bermunculan, mereka tidak
hanya menguasai imu pengetahuan dan filsafat dari buku-buku Yunani, tetapi
juga mengembangkan hal tersebut dengan melakukan banyak pemikiran dan
penyelidikan di lapangan.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan terkenal nama Al-Fazari (abad
VIII), astronom Islam pertama penyusun astrolabe. Al-Fargani, Fragnus nama
Eropanya, mengarang ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
Dalam ilmu kedokteran, Al-Razi atau Rhazes dalam Eropanya,
mengarang buku tentang penyakit cacar dan campak yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin, Inggris dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Terjemahan
Inggrisnya dicetak 40 kali antara tahun 1498 dan 1866 M. Al-Hawi, bukunya
tentang berbagai cabang ilmu kedokteran menjadi buku pegangan penting
berabad-abad lamanya di Eropa dan salah satu karangan yang ada di seluruh
Fakultas Kedokteran Paris di tahun 1395.
Di periode ini juga disusun ilmu-ilmu keagamaan dalam Islam. Seperti
penyusunan hadits menjadi buku, tafsir, al-kalam atau teologi, tasawuf atau
mistisme Islam, bidang sastra, dan arsitek.
Di abad XI, Eropa sadar akan kemajuan Islam. Sehingga Eropa
memulai berbenah diri. Banyak hal yang mereka benahi termasuk bidang ilmu
pengetahuan dan filsafat. Penerjemahan buku-buku karangan ahli Islam
dilakukan pada abad XII.
Menurut penyidikkan Rom Landau, dari orang Islam periode klasik
inilah orang Barat belajar berpikir secara objektif dan logic, berpikiran luas
dan tolerant terhadap kaum minorities. Hal-hal inilah menjadi bimbingan bagi
renaissance Eropa yang membawa pada kemajuan dan peradaban Barat
sekarang.

B. Pengaruh Ilmu Pengetahuan Islam terhadap Kemajuan Eropa


Periode Klasik (650-1250 M)
Pada periode klasik ini merupakan zaman kemajuan umat Islam.
Fase Ekspansi, Integrasi, dan Puncak Kemajuan (650-1000 M)
Pada zaman ini daerah Islam meluas melalui Afrika Utara sampai ke
Spanyol di Barat, dan melalui Persia sampai ke India di Timur. Daerah-
daerah tersebut tunduk kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya
berkedudukan di Madinah, kemudian di Damsyik (Damaskus) dan terakhir
di Baghdad. Di zaman ini juga terjadi integrasi, yaitu integrasi dalam
bidang bahasa. Bahasa Al-Quran (bahasa Arab) dipakai dimana-mana,
dan telah menggantikan bahasa Yunani dan bahasa Persia sebagai
bahasa administrasi. Selain itu, bahasa Arab juga menjadi bahasa ilmu
pengetahuan, filsafat, dan diplomasi. Integrasi juga terjadi di bidang
kebudayaan. Kebudayaan yang ada di mulai dari Spanyol di Barat sampai
ke India di Timur dan mulai Sudan di Selatan sampai ke Kaukus di Utara
adalah kebudayaan Islam dengan bahasa Arab sebagai alatnya.6
Walhasil, periode klasik ini merupakan periode kebudayaan dan
peradaban Islam yang tertinggi dan mempunyai pengaruh terhadap
tercapainya kemajuan atau peradaban modern di Barat sekarang,

6
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta, Kencana, hlm.226
sunggupun tidak secara langsung. Hal ini diakui oleh para orientalis Barat,
sebagai berikut:
1. Cristopher Dawson menyatakan : “Periode kemajuan Islam ini
bersamaan masanya dengan abad kegelapan di Barat.”
2. Gustave Lebon : “Orang Arablah yang menyebabkan kita mempunyai
peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad.”
3. Rom Landayu : “dari orang Islam periode klasik inilah orang Barat
belajar berpikir serta objektif dan logis, dan belajar berlapang dada.
Ketika Eropa diselubungi oleh suasana pikiran sempit, tak adanya
toleransi terhadap kaum minoritas, dan oleh suasana penindasan
terhadap pikiran mereka. Hal inilah menurut keterangannya yang
membawa pada kemajuan dan peradaban Barat sekarang”
4. Jacques C. Rislar : “ilmu pengetahuan dan teknik Islam amat dalam
memengaruhi kebudayaan Barat.”7
Periode modern (1800M dan seterusnya)
Ciri-ciri umat Islam pada periode modern ini adalah keadaan yang
berbalik dengan periode klasik. Dalam arti, bahwa pada periode ini umat
Islam sedang menaik sementara Barat sedang dalam kegelapan sedang
pada periode modern ini sebaliknya, umat Islam sedang dalam kegelapan
sementara Barat sedang mendominasi dunia Islam, dan umat Islam ingin
belajar dari Barat tersebut.8

C. Watak Ilmu Pengetahuan di Barat Saat Ini


Orang-orang Barat telah melakukan kebebasan berekspresi dalam
segala hal sehingga merubah cara berpikir menjadi pluralis yang
memperkaya keilmuwan.9
Dalam hal ini Renaissance teramat berjasa setelah berhasil
menyingkirkan supremasi dan dominasi atas ilmu pengetahuan oleh Gereja.
Gereja memandang dunia secara apriori atas nama Tuhan dan agama.10

7
Harun Nasution, Op.cit hlm. 74-75
8
Muhaimin, Op.Cit, hlm. 230
9
Toni Agus, epistimologi barat dan Islam – Ejournal Kopertais IV, ejournal.kopertais4.or.id, 2017,
hlm.21
10
Ibid.
Saat itu muncul pemikiran-pemikiran kontradiksi dengan aturan Gereja.
Secara garis besar ada dua pemikiran. Rasionalis dan empiris.
Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis menggunakan
penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir
yang disebut silogisme. Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan disebut premis mayor atau premis
minor. Kesimpulan diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis
itu.
Contoh:
Semua makhluk bernafas (premis mayor)
Si Budi adalah seorang makhluk (premis minor)
Jadi, si Budi juga bernafas (kesimpulan)11
Pengetahuan yang diperoleh berdasrakan penalaran deduktif ternyata
mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan
pengalaman konkret. Mereka yang mengembangkan pengetahuan
berdasarkan pengalaman konkret ini disebut penganut empirisme. Paham
empirisme menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman konkret. Menurut
paham empirisme ini, gejala alam itu bersifat konkret dan dapat ditangkap
dengan pancaindera manusia. Dengan pertolongan pancainderanya, manusia
berhasil menghimpun sangat banyak pengetahuan.12
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan
penalaran induktif. Penalaran induktif ialah cara berpikir dengan menarik
kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus.
Misalnya pada pengamatan atas logam besi, aluminium, tembaga, dan
sebagainya, jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini
dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan
bertambah panjang.
Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting
dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Sedangkan paham empirisme

11
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, 2014, hlm.65
12
Ibid, hlm.65-66
menyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh
pengalaman.
Epistimologi menjadi kajian di Barat dan berkembang di Barat sejak 3
abad yang lalu, sementara di kalangan Islam belum cukup populer.
Epistimologi adalah ilmu tentang dasar-dasar pengetahuan.
Perbedaan epistemologi Barat dan Islam amat mencolok. Epistimologi
Islam memiliki sandaran teologis berupa kerangka pedoman mutlak. Dengan
demikian, Epistimologi Islam sebenarnya telah menekankan totalitas
pengalaman dan kenyataan serta menganjurkan banyak cara untuk
mempelajari alam, sehingga ilmu bisa diperoleh dari wahyu maupun akal, dari
observasi maupun intuisi, dari tradisi maupun spekulasi teoritis.

D. Langkah Islam Jika Mengambil Ilmu dari Barat


Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah
Sebelum datangnya Nabi Muhummad saw bangsa Arab sering diledek
soal kenabian. Karen Amstrong menyatakan bahwa penganut agama Yahudi
dan Kristen yang ia temui sering mengejek bahwa bangsa Arab telah
disisihkan dari rencana agung-Nya. Tetapi, situasi ini secara spektakuler
berubah pada malam ke-17 Ramadhan ketika Muhammad bangun dan
mendapatkan dirinya dirangkul oleh suatu kekuatan Agung yang
mendekapnya sangat erat, sampai beliau mendengar kata-kata pertama dari
kitab suci baru, atau wahyu yang menandai pengangkatannya sebagai nabi.
Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah
perintah membaca dengan nama Tuhan. Perintah pertama ini berisi ajakan
kepada orang yang memercayai Al-Quran agar ia menjadi cerdas. Ia diajak
untuk melakukan aktivitas membaca dalam arti luas, sesuai dengan tuntunan
Tuhan, dan untuk tujuan yang diridhai-Nya. Ini adalah langkah awal untuk
membangun peradaban. Langkah itu menjadi jelas dengan penulisan wahu
setiap kali diturunkan.13
Westernisasi dan Sekularisasi
Kebudayaan Barat tidak selalu, tidak selamanya, dan tidak
sepenuhnya dapat disebut modern. Kebudayaan Barat tidak identik dengan
modernitas dan kemodernan. Gambaran modernisasi, citra modern, dan
13
Ismail Faisal, Studi Islam Kontemporer, Yogyakarta, IRCISoD hlm. 302
hakikat kemodernan sebenarnya tidak hanya terdapat di Barat dan bukan
hanya monopoli Barat. Modern berbeda dan tidak sama dengan westernisasi.
Sidi Gazalba mengemukakan prinsip perbedaan yang sangat fundamental
dan paradox antara system nilai budaya Barat dan sistem nilai budaya Islam.
Menurut Gazalba sistem budaya barat sistem nilai budaya Barat bersendi
pada:
1. Individualisme dalam kehidupan social
2. Kapitalisme dan Pragmatisme dalam ekonomi
3. Machiavellisme dan imperialisme dalam politik
4. Hedonism dalam seni14
5. Agnotisme dan trinitisme (kadang-kadang ateisme) dalam agama
6. Sekularisme dan materialisme dalam pandangan dan sikap hidup

Apabila suatu masyarakat atau bangsa non-Barat menerapkan sistem nilai


budaya Barat diatas dalam kehidupan dan pembangunan Negara mereka,
secara sadar atau tidak mereka sebenarnya sudah berkebudayaan Barat.
Paling tidak, masyarakat atau bangsa non-Barat tadi sudah terkena pengaruh
westernisasi atau terbawa dampak dari budaya Barat. Bahkan bisa pula
masyarakat atau bangsa-bangsa muslim apabila mereka tidak bersikap hati-
hati terhadap westerninsasi.15

Modernisasi Bukan Westernisasi

Dalam melaksanakan program-program pembangunan atau


modernisasi, umat Islam tidak salah jika menggunakan teknologi Barat yang
modern dan canggih. Sebab, umat Islam pada umumnya memang belum
mampu untuk menghasilkan teknologi yang canggih dan modern itu. Jalan
pintas dan cara paling mudah bagi umat Islam adalah membeli dan
menggunakan teknologi Barat yang canggih dan modern itu untuk secara
maksimal mempercepat pelaksanaan modernisasi atau pembangunan di
negaranya masing-masing. Misalnya, pemakaian tekonologi Barat oleh suatu
Negara muslim untuk mengekplorasi minyak di wilayahnya. Penggunaan

14
Ibid, hlm. 90
15
Ibid, hlm. 91
teknologi Barat ini adalah dalam rangka modernisasi atau pembangunan
bangsa.16

Sikap Kritis, dan Tidak Anti Barat

Bersikap “kritis” terhadap cara hidup dan pandangan orang Barat dan
kebudayaannya yang tidak sesuai ajaran dan nilai-nilai Islam. Hal yang baik
dari Barat (atau dari manapun) yang berkaitan dengan masalah ilmu, duniawi
hendaknya diambil. Sedangkan hal kurang baik hendaknya tidak diambil.

Hal yang baik atau ilmu dari Barat antara lain, budaya menghargai
waktu, disiplin, berorientasi ke masa depan, antre secara rapi dan teratur,
lingkungan hidup yang bersih, budaya baca yang tinggi, intelektual, penelitian,
dan prestasi-prestasi yang mengagumkan dibidang sains dan tekonologi.17

Walaupun berbeda dalam sistem social-budaya dan sistem lainnya.


Islam dan Barat tidak harus bermusuhan, tetapi keduanya dapat berdialog
dan bekerja sama. Kita tidak setuju dan menolak tesis Samuel P.Huntington
yang meramalkan akan terjadi “clash of civilizations” (Barat versus Islam).
Kita ingin sekali Islam dan Barat terus melakukan “dialogue of civilizations”
dan kerja sama yang saling memberikan kebaikan dan manfaat kepada
kedua belah pihak atas dasar saling menghargai, menghormati, dan toleransi.

16
Ibid, hlm. 98
17
Ibid, hlm. 100
DAFTAR PUSTAKA
Nasution Harun, islam ditinjau dari berbagai aspeknya Jilid I, Jakarta, 1985.
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, 2014.
Toni Agus, epistimologi barat dan Islam – Ejournal Kopertais IV,
ejournal.kopertais4.or.id, 2017.
Ismail Faisal, Studi Islam Kontemporer, Yogyakarta, IRCISoD 2018
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta,
Kencana 2017

Anda mungkin juga menyukai