Ilpeng Kel 4
Ilpeng Kel 4
Ilpeng Kel 4
1. Prihatini 11180540000078
2. Dimas Sheva Secondio 11180540000080
1
Nasution Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya Jilid I, Jakarta, 1985, hlm.50.
2
Ibid, hlm.50-51.
3
Ibid, hlm.52.
4
Ibid, hlm.57.
5
Ibid.
Abd. Al-Malik juga mengubah mata uang dari Bizantium dan Persia
menjadi mata uang yang bertuliskan tulisan Arab, dinar terbuat dari emas dan
dirham terbuat dari perak.
Masjid-masjid diluar semenanjung Arabia juga dibangun pada zaman
Dinasti Umayyah seperti Katedral St. John di Damakus yang diubah menjadi
masjid. Tak hanya masjid, monumen dan istana juga turut dibangun pada
masa ini, seperti monument Qubbah Al-Sakhr di Al-Quds dan istana Qusayr
Amrah yang dijadikan tempat beristirahat di padang pasir.
Di masa Bani Abbas, perhatian kepada ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani memuncak, terutama pada masa Harun Al-Rasyid. Terjadi
penerjemahan buku-buku ilmu pengetahun dari Bizantium kedalam Bahasa
Arab selama satu abad. Bait Al-Hikmah yang didirikan Al-Ma'mun bukan
hanya pusat penerjemahan tetapi juga akademik yang mempunyai
perpustakaan.
Kebudayaan di Spanyol di Barat sampai India di Timur dan dari Sudan
di Selatan sampai ke Kauskasus di Utara adalah kebudayaan Islam dimana
Bahasa Arab sebagai alatnya. Di masa inilah untuk pertama kalinya terjadi
kontak kebudayaan anatara Islam dan Barat.
Cendekiawan-cendikiawan Islam mulai bermunculan, mereka tidak
hanya menguasai imu pengetahuan dan filsafat dari buku-buku Yunani, tetapi
juga mengembangkan hal tersebut dengan melakukan banyak pemikiran dan
penyelidikan di lapangan.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan terkenal nama Al-Fazari (abad
VIII), astronom Islam pertama penyusun astrolabe. Al-Fargani, Fragnus nama
Eropanya, mengarang ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
Dalam ilmu kedokteran, Al-Razi atau Rhazes dalam Eropanya,
mengarang buku tentang penyakit cacar dan campak yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin, Inggris dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Terjemahan
Inggrisnya dicetak 40 kali antara tahun 1498 dan 1866 M. Al-Hawi, bukunya
tentang berbagai cabang ilmu kedokteran menjadi buku pegangan penting
berabad-abad lamanya di Eropa dan salah satu karangan yang ada di seluruh
Fakultas Kedokteran Paris di tahun 1395.
Di periode ini juga disusun ilmu-ilmu keagamaan dalam Islam. Seperti
penyusunan hadits menjadi buku, tafsir, al-kalam atau teologi, tasawuf atau
mistisme Islam, bidang sastra, dan arsitek.
Di abad XI, Eropa sadar akan kemajuan Islam. Sehingga Eropa
memulai berbenah diri. Banyak hal yang mereka benahi termasuk bidang ilmu
pengetahuan dan filsafat. Penerjemahan buku-buku karangan ahli Islam
dilakukan pada abad XII.
Menurut penyidikkan Rom Landau, dari orang Islam periode klasik
inilah orang Barat belajar berpikir secara objektif dan logic, berpikiran luas
dan tolerant terhadap kaum minorities. Hal-hal inilah menjadi bimbingan bagi
renaissance Eropa yang membawa pada kemajuan dan peradaban Barat
sekarang.
6
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta, Kencana, hlm.226
sunggupun tidak secara langsung. Hal ini diakui oleh para orientalis Barat,
sebagai berikut:
1. Cristopher Dawson menyatakan : “Periode kemajuan Islam ini
bersamaan masanya dengan abad kegelapan di Barat.”
2. Gustave Lebon : “Orang Arablah yang menyebabkan kita mempunyai
peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad.”
3. Rom Landayu : “dari orang Islam periode klasik inilah orang Barat
belajar berpikir serta objektif dan logis, dan belajar berlapang dada.
Ketika Eropa diselubungi oleh suasana pikiran sempit, tak adanya
toleransi terhadap kaum minoritas, dan oleh suasana penindasan
terhadap pikiran mereka. Hal inilah menurut keterangannya yang
membawa pada kemajuan dan peradaban Barat sekarang”
4. Jacques C. Rislar : “ilmu pengetahuan dan teknik Islam amat dalam
memengaruhi kebudayaan Barat.”7
Periode modern (1800M dan seterusnya)
Ciri-ciri umat Islam pada periode modern ini adalah keadaan yang
berbalik dengan periode klasik. Dalam arti, bahwa pada periode ini umat
Islam sedang menaik sementara Barat sedang dalam kegelapan sedang
pada periode modern ini sebaliknya, umat Islam sedang dalam kegelapan
sementara Barat sedang mendominasi dunia Islam, dan umat Islam ingin
belajar dari Barat tersebut.8
7
Harun Nasution, Op.cit hlm. 74-75
8
Muhaimin, Op.Cit, hlm. 230
9
Toni Agus, epistimologi barat dan Islam – Ejournal Kopertais IV, ejournal.kopertais4.or.id, 2017,
hlm.21
10
Ibid.
Saat itu muncul pemikiran-pemikiran kontradiksi dengan aturan Gereja.
Secara garis besar ada dua pemikiran. Rasionalis dan empiris.
Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis menggunakan
penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir
yang disebut silogisme. Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan disebut premis mayor atau premis
minor. Kesimpulan diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis
itu.
Contoh:
Semua makhluk bernafas (premis mayor)
Si Budi adalah seorang makhluk (premis minor)
Jadi, si Budi juga bernafas (kesimpulan)11
Pengetahuan yang diperoleh berdasrakan penalaran deduktif ternyata
mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan
pengalaman konkret. Mereka yang mengembangkan pengetahuan
berdasarkan pengalaman konkret ini disebut penganut empirisme. Paham
empirisme menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman konkret. Menurut
paham empirisme ini, gejala alam itu bersifat konkret dan dapat ditangkap
dengan pancaindera manusia. Dengan pertolongan pancainderanya, manusia
berhasil menghimpun sangat banyak pengetahuan.12
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan
penalaran induktif. Penalaran induktif ialah cara berpikir dengan menarik
kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus.
Misalnya pada pengamatan atas logam besi, aluminium, tembaga, dan
sebagainya, jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini
dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan
bertambah panjang.
Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting
dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Sedangkan paham empirisme
11
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, 2014, hlm.65
12
Ibid, hlm.65-66
menyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh
pengalaman.
Epistimologi menjadi kajian di Barat dan berkembang di Barat sejak 3
abad yang lalu, sementara di kalangan Islam belum cukup populer.
Epistimologi adalah ilmu tentang dasar-dasar pengetahuan.
Perbedaan epistemologi Barat dan Islam amat mencolok. Epistimologi
Islam memiliki sandaran teologis berupa kerangka pedoman mutlak. Dengan
demikian, Epistimologi Islam sebenarnya telah menekankan totalitas
pengalaman dan kenyataan serta menganjurkan banyak cara untuk
mempelajari alam, sehingga ilmu bisa diperoleh dari wahyu maupun akal, dari
observasi maupun intuisi, dari tradisi maupun spekulasi teoritis.
14
Ibid, hlm. 90
15
Ibid, hlm. 91
teknologi Barat ini adalah dalam rangka modernisasi atau pembangunan
bangsa.16
Bersikap “kritis” terhadap cara hidup dan pandangan orang Barat dan
kebudayaannya yang tidak sesuai ajaran dan nilai-nilai Islam. Hal yang baik
dari Barat (atau dari manapun) yang berkaitan dengan masalah ilmu, duniawi
hendaknya diambil. Sedangkan hal kurang baik hendaknya tidak diambil.
Hal yang baik atau ilmu dari Barat antara lain, budaya menghargai
waktu, disiplin, berorientasi ke masa depan, antre secara rapi dan teratur,
lingkungan hidup yang bersih, budaya baca yang tinggi, intelektual, penelitian,
dan prestasi-prestasi yang mengagumkan dibidang sains dan tekonologi.17
16
Ibid, hlm. 98
17
Ibid, hlm. 100
DAFTAR PUSTAKA
Nasution Harun, islam ditinjau dari berbagai aspeknya Jilid I, Jakarta, 1985.
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, 2014.
Toni Agus, epistimologi barat dan Islam – Ejournal Kopertais IV,
ejournal.kopertais4.or.id, 2017.
Ismail Faisal, Studi Islam Kontemporer, Yogyakarta, IRCISoD 2018
Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta,
Kencana 2017