PRAKTIK KMB Elisa
PRAKTIK KMB Elisa
PRAKTIK KMB Elisa
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2023
SOP PERAWATAN LUKA POST ORIF
A. Definsi
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang yang mengalami fraktur. ORIF(Open Reduksi Internal Fiksasi) open reduksi
merupakan suatu tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang
yang patah/fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Internal fiksasi
biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM)
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang
yang solid terjadi.ORIF adalah alat bantu jalan dan mobilisasi yaitu alat yang di gunakan
untuk membantu klien supaya dapat berjalan dan bergerak.
B. Tujuan
1. Membantu klien berjalan
2. Membantu klien bergerak
3. Menjaga agar tidak terjadi fraktur baru.
C. Indikasi
1. Pasien penderita dan pasca stroke.
2. Pasien yang menderita kelumpuhan.
3. Pasien yang menderita fraktur.
D. Kontraindikasi
1. Pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang.
3. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise)
E. Alat dan Bahan
1. Ruang Operasi (Lampu operasi, Baju Operasi dan Meja operasi).
2. Cuter unit.
3. Suction.
4. Hepafik.
5. Gunting.
6. Duk besar.
7. Selang suction steril.
8. Selang cuter steril.
9. Side 2/0.
10. Palain 2/0.
11. Jarum.
12. Koker panjang.
13. Klem bengkok.
14. Bengkok panjang.
15. Pinset cirugis.
16. Gunting jaringan.
17. Kom.
18. Pisturi.
19. Hand mest.
20. Platina 1 set.
21. Kassa steril.
22. Gunting benang.
23. Penjepit kasa.
24. Bor.
25. Hak Pacul.
26. Hak sedang.
27. Hak duk.
F. Prosedur
1. Pasien sudah teranastesi GA.
2. Lakukan disinfeksi pada area yang akan dilakukan sayatan dengan arah dari
dalam keluar, alkohol 2x, betadine 2x.
3. Pasang duk pada area yang telah di disinfeksi (Drapping).
4. Hidupkan cuter unit.
5. Lakukan sayatan dengan hand mest dengan arah pramedian.
6. Robek subkutis dengan menggunakan cuter hingga terlihat tulang yang fraktur.
7. Lakukan pengeboran pada tulang.
8. Pasang platina.
9. Lakukan pembersihan bagian yang kotor dengan cairan NaCl.
10. Jahit subkutis dengan plain 2/0.
11. Jahit bagian kulit dengan side 2/0.
12. Tutup luka dengan kassa betadine, setelah itu diberi hepafik.
SOP PERAWATAN LUKA POST OREF
A. Definisi
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian
proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau
remuk). Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan
pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami
kerusakan fragmen tulang.
B. Indikasi
1. Fraktur terbuka grade II dan III.
2. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah.
3. Fraktur yang sangat kominutif (remuk) dan tidak stabil.
4. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf.
5. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
6. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal:
infeksi pseudoartrosis (sendi palsu).
7. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.-Kadang-kadang pada
fraktur tungkai bawah diabetes melitus.
C. Persiapan OREF
1. Persiapan Psikologis
Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum
dipasang fiksator eksternal. Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi
pasien. Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan
dan bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat
ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator
ini.
2. Pemantauan terhadap Kulit, Darah, atau Pembuluh Saraf
Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau
pin harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat
pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri
tekan, nyeri dan longgarnya pin. Perawat harus waspada terhadap potensial
masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh
darah.
3. Pencegahan Infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara
rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga
kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus
diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan
ukurannya.
4. Latihan Isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan
bisa menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai
batas cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk
meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan
tulang.
SOP PERAWATAN TRAKSI
A. Definisi
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh dengan
menggunakan pemberat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada
tulang dan otot. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan.
B. Tujuan
1. Mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat.
2. Mencegah cedera dari jaringan lunak.
3. Memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas.
4. Mengurangi spasme otot dan nyeri.
5. Mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi pemulihan.
C. Indikasi
1. Fraktur.
2. Pengobatan sementara pada fraktur.
3. Spasme otot atau kontraktur sendi. Misal sendi lutut dan panggul.
4. Traksi pada kelainan tulang belakang.
D. Kontraindikasi
1. Hipermobilitas.
2. Efusi sendi.
3. Inflamasi.
4. Osteoporosis
E. Alat dan Bahan
1. Skin traksi kit.
2. Perban elastis.
3. Plester gips/perekat.
4. Handscoon bersih.
5. Alat cukur.
6. Alat perawatan luka.
7. Katrol dan pulley.
8. Beban 5 kg.
9. Gunting.
10. Pena.
11. Bantalan conter traksi atau bantal
F. Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
1. Cek catataan perawat dan cataatn medis klien.
2. Tentukan asistensi yang dibutuhkan.
3. Siapkan alat.
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri.
2. Klarifikasi nama pasien dan validasi kondisi pasien.
3. Menejelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
Tahap Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Memakai Handscoon.
3. Mengatur pasien dengan posisi supinasi.
4. Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa.
5. Bila banyak rambut di cukur.
6. Beri tanda batas pemasangan plester gips/perekat menggunakan bolpoint.
7. Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan
lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur.
8. Fiksasi skin traksi dengan perban elastis.
9. Pasang katrol lurus dengan bagian kaki yang fraktur.
10. Masukkan tali pada pulley katrol. 15.
11. Sambungkan tali pada beban (1/7 BB = maksimal 5 kg).
12. Pasang bantalan conter traksi atau bantal penyangga kaki.
13. Atur posisi pasien dan rapikan.
14. Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai.
15. Pasang pengaman disamping tempat tidur pasien.
Tahap Terminasi
1. Melakukan Observasi dan evaluasi tindakan.
2. Beri reinforcement positif pada klien.
3. Bereskan alat.
4. Lepas sarung tangan.
5. Cuci tangan.
Tahap Evaluasi
1. Mengevalusai status neurovaskuler.
2. Mengevalusai tanda-tanda terjadinya kompartemen sindrom.
3. Mengevalusai respon pasien.
G. Dokumentasi
1. Catat tindakan yang dilakukan.
2. Catat kulit dan cairan yang keluar dari kulit sekitar traksi jika menggunakan
traksi kulit.
3. Catat respon pasien.
4. Perawat yang melakukan, hari, tanggal, jam dan tanda tangan perawat.
SOP PERAWATAN GIPS
A. Definis
Perawatan Gips adalah immobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak mengikuti
kontur tubuh tempat gips dipasang. Perawatan Gips ,erupakan tindakan perawatan
terhadap luka dengan pemasangan gips untuk mencegah terjadinya risiko infeksi dan
meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis bagi klien tanpa menimbulkan trauma
baru.
B. Tujuan
1. Untuk immobilisasi bagian tubuh pada posisi tertentu.
2. Untuk immobilisasi dan menyangga tubuh yang fraktur.
3. Untuk mencegah deformitas.
4. Immobilisasi kasusu dislokasi sendi.
5. Koreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada deformitas sendi lutut
serta talipes ekuinovarus congenital.
C. Indikasi
1. Fraktur
2. Dislokasi tulang
3. Koreksi deformitas tulang
D. Kontraindikasi
1. Hematoma berat
2. Pembengkakan jaringan lunak yang berat
3. Tanda-tanda infusiensi sirkulasi perifer
4. Cedera syaraf
E. Alat dan Bahan
1. Bak instrumen steril berisi: balutan kasa, kom untuk larutan antiseptik atau
larutan pembersih.
2. Larutan garam faal (NaCl 0,9%) atau air.
3. Sarung tangan bersih.
4. Sarung tangan sekali pakai.
5. Plaster.
6. Tempat sampah.
F. Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
1. Mengkaji program/instruksi medik tentang perawatan GIPS (Prinsip 6
benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara pemberian, dan
pendokumentasian)
2. Mengkaji tindakan yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, serta efek
samping yang mungkin timbul.
3. Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri.
2. Klarifikasi nama pasien dan validasi kondisi pasien.
3. Menejelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
Tahap Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Memakai Handscoon.
3. Susun semua peralatan yang diperlukan dan dekatkan pada pasien.
4. Tutup ruangan atau tirai tempat tidur.
5. Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya.
6. Letakkan kantung dalam jangkauan area kerja anda.
7. Bantu klien pada posisi yang nyaman. Instruksikan klien untuk tidak
menyentuh area gips atau peralatan steril.
8. Gunakan sarung tangan bersih.
9. Buka balutan gips, kemudian buang kasa balutan tersebut pada tempat
yang telah disediakan sebelumnya.
10. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya.
11. Perhatikan bau yang timbul pada luka dan gips, daerah yang terdapat
noda, daerah hangat, dan daerah yang tertekan.
12. Gunakan sarung tangan steril.
13. Bersihkan kotoran pada permukaan dengan kasa yang basah.
14. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah yang telah
disediakan.
15. Keringkan area yang telah dibersihkan dengan kasa yang kering.
16. Buang kasa yang telah digunakan pada tempat sampah yang telah
disediakan.
17. Jika terdapat noda, dapat dihilangkan dengan selapis semir sepatu putih.
18. Pasang kembali gips dan balut kembali dengan menggunakan kasa
balutan yang baru.
19. Segara laporkan bila pasien merasakan nyeri yang menetap, perubahan
sensasi, berkurangnya kemampuan menggerakkan jari tangan dan kaki
yang terbuka, perubahan warna, dan temperatur kulit.
20. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan.
21. Buang semua bahan yang telah dipakai dan bantu klien pada posisi yang
nyaman.
Tahap Terminasi
1. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan.
2. Membereskan alat.
3. Melepaskan handscoon.
4. Mencuci tangan.
Tahap Evaluasi
1. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan.
2. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
3. Menginspeksi tempat perawatan dan mengamati apakah terjadi
pembengkakan atau muncul tanda infeksi.
G. Dokumentasi
1. Mencatat respon klien setelah tindakan perawatan GIPS.
2. Mencatat kondisi tempat perawatan GIPS.
3. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan perawatan GIPS.
REFERENSI :
https://www.academia.edu/11292648/ORIF_OREF
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Perry, A. 2005. Buku saku keterampilan & Prosedur Dasar Ed.5. Jakarta: EGC.
Tim Keperawatan Dasar PSIK UNHAS. 2008. Penuntun Praktikum Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia II.Makassar: Progaram Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran UNHAS.
https://www.scribd.com/document/410630883/Sop-Perawatan-Traksi