Proposal Skripsi Hilman FIX

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 107

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA KELAS 8 B SMP

NEGERI 1 PANCALANG MELALUI PENERAPAN TEKNIK SINEMA


DALAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri


Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperolah Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh :

Hilman Nasyar Faidhullah Sholehuddin

NIM 19104244022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 9
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian............................................................................................ 10
F. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 12
A. Kajian Teori .................................................................................................... 12
B. Penelitian yang Relevan ................................................................................. 33
C. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 37
D. Hipotesis Tindakan ......................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 41
A. Desain Penelitian ............................................................................................ 41
B. Waktu Penelitian ............................................................................................ 43
C. Tempat Penelitian ........................................................................................... 43
D. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................................... 44
E. Definisi Operasional ....................................................................................... 44
F. Skenario Tindakan .......................................................................................... 45
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 54
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................................. 60
I. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 64
J. Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................... 70

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian.......................................................................................... 43


Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Perilaku Prososial ............................................................... 57
Tabel 3. Penetapan Skor Skala Perilaku Prososial ..................................................... 59
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Tindakan .................................... 60
Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pasca Tindakan .............................................. 60
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Skala Perilaku Prososial siswa ...................................... 62
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................... 63
Tabel 8. Perhitungan Kriteria Skor Perilaku Prososial Siswa .................................... 65
Tabel 9. Kriteria Skor Perilaku Prososial siswa ......................................................... 65

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir .................................................................................... 40


Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Taggart ..................... 42

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-Kisi Skala Perilaku Prososia1 ........................................................ 71


Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen ........................................................ 75
Lampiran 3. Lembar Instrumen Uji Coba Skala Perilaku Prososial Siswa ............... 77
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Skala Perilaku Prososial Siswa .............. 80
Lampiran 5. Lembar Instrumen Skala Perilaku Prososial siswa ............................... 81
Lampiran 6. Lembar Observasi Pelaksanaan Tindakan ............................................. 84
Lampiran 7. Lembar Observasi Pasca Pelaksanaan Tindakan ................................... 85
Lampiran 8. RPL dan Materi Bimbingan Klasikal Siklus I Tindakan I..................... 86
Lampiran 9. RPL dan Materi Bimbingan Klasikal Siklus I Tindakan II ................... 94

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

SMP Negeri 1 Pancalang adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang

terletak di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Kuningan, Kecamatan Pancalang, Desa

Pancalang. SMP Negeri 1 Pancalang sudah berdiri bertahun-tahun lamanya dan sudah

menghasilkan banyak alumni yang tersebar di banyak daerah. Tidak berbeda dengan

sekolah lainnya, SMP Negeri 1 Pancalang menerapkan pendidkan formal sesuai

dengan kurikulum yang disahkan oleh pemerintah. Terdapat banyak guru yang

mengampu berbagai bidang mata pelajaran dan mendidik siswanya sesuai dengan

keahliannya. Namun situasi ketika di lapangan lembaga pendidikan, guru tidak hanya

mendidik siswa melalui pelajaran, namun juga mendidik siswa dari segi perilaku. Guru

mata pelajaran yang merangkap menjadi wali kelas, mendapat amanah lebih yang

dimana memanajemen segala hal yang ada dan terjadi di kelas terutama ketika adanya

permasalahan pada siswa baik dari akademik maupun non akademik.

Pada peningkatan di bidang non akademik terutama pada bidang sosial yang

belum menjadi fokus utama di sekolah tersebut. Hal ini terjadi karena tidak adanya

tenaga pendidik di bidang BK yang terkhusus memberikan layanan di bidang sosial

pada siswa sehingga mengakibatkan kurang terbentuknya siswa di bidang sosial

terkhusus pada perilaku prososial siswa.

1
Menurut Dayakisini & Hudaniah (2015:162) menyatakan bahwa perilaku

prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan efek positif bagi penerima,

baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi pemiliknya tidak memiliki

keuntungan yang jelas. Menurut (Newton et al., 2014: 1) menyatakan bahwa perilaku

prososial adalah sebuah tindakan atau kecenderungan untuk memberikan manfaat

kepada orang lain, seperti menunjukkan rasa peduli terhadap orang lain dan kesediaan

untuk membantu atau berbagi yang ditunjukkan dari perilaku pengasuhan dan

sensitivitas orang tua, yang tentunya berpengaruh pada perilaku prososial anak-anak

di awal perkembangan. Menurut (Matondang, 2016:37) Perilaku prososial mencakup

pada tindakan berbagi, menolong, kedermawanan, kerjasama, jujur, dan menyumbang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah

perilaku yang bertujuan untuk memberikan efek positif atau keuntungan pada orang

sekitar tanpa memedulikan timbal balik. Perilaku prososial juga terbentuk tergantung

pada pola asuh orang tua, karena perkembangan awal perilaku prososial anak dibentuk

dari cara orang tua dalam mengajarkan anaknya untuk menumbuhkan perilaku

tersebut.

Dalam wawancara melalui telepon menggunakan aplikasi whatsapp yang

dilakukan pada hari Sabtu tanggal 16 Januari 2023, guru wali kelas mengatakan bahwa

di dalam 1 kelas yang terdiri dari 31 siswa, terdapat lebih dari setengah jumlah siswa

di kelas yang kurang memiliki perilaku prososial. Pernyataan ini dikemukakan oleh

2
guru wali kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang yang dimana guru wali kelas mengatakan

bahwa terdapat siswanya yang kurang peduli dengan teman sekelasnya yang tidak

hadir selama beberapa hari, kurangnya kerjasama dalam kerja kelompok dan piket

bahkan saling mengandalkan, terjadinya pembedaan perlakuan pertemanan pada siswa

yang menjabat sebagai ketua kelas , siswa mengabaikan teman yang menyimpang saat

pergi ke sekolah, dan belum tampaknya kesadaran untuk menolong teman yang

memiliki kendala ketika berangkat ke sekolah.

Menurut (Gordon, 2013) mengungkapkan bahwa perilaku prososial dapat

terbentuk karena adanya rasa empati, respon simpatik dan kemampuan dalam

meregulasi emosi. Diantara bentuk perilaku prososial, rasa empati berkaitan langsung

dengan perilaku prososial dan rasa empati memiliki peran penting dalam membentuk

perilaku prososial. Setiap individu menunjukkan rasa empati yang berbeda-beda

dengan adanya regulasi emosi yang mengontrol respon empatik pada orang lain yang

membutuhkan bantuan. Dalam pembuktian yang dikemukakan oleh Eissenberg yang

dikutip dalam Intan dkk (2018) menyatakan bahwa dalam penelitiannya empati

berkontribusi sebesar 42% terhadap perilaku prososial.

Dari pemaparan pendapat di atas dapat dijadikan acuan bahwa siswa kelas 8 B

SMP Negeri 1 Pancalang dapat dikatakan memiliki perilaku prososial yang kurang

karena kurangnya rasa empatik, kemauan untuk bekerjasama, bersikap jujur, dan

kurangnya kesadaran untuk menolong. Seperti yang dikatakan pendapat ahli di

paragraph-paragraf sebelumnya bahwa indikator individu yang memiliki perilaku

3
prososial mencakup tindakan berbagi, menolong, kedermawanan, kerjasama, jujur,

dan menyumbang.

Permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 1 Pancalang membuat peneiti

tertarik untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa kelas 8 SMP Negeri 1

Pancalang, untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa peneliti menggunakan

layanan bimbingan klasikal dengan teknik sinema .

Menurut Boyd & Niemiec, 2005 (dalam Hidayat, 2018) Film memiliki

pengaruh yang kuat karena adaya dampak sinergis anatar musik, dialog, pencahayaan,

sudut kamera, dan efek suara yang kemudian memungkinkan film membuka sensor

defensif biasa pada penonton. Hollywood menerapkan hasil penemuan kamera dan

menciptakan bentuk seni baru di mana penonton seolah-olah terlibat di dalam film.

Film membawa penonton ke dalam setiap adegan, dan penonton merasakan peristiwa

dari dalam seolah-olah mereka menjadi karakter dalam film.

Solomon, 2001 (dalam Hidayat, 2018) mengungkapkan bahwa teknik sinema

telah muncul sebagai intervensi yang menimbulkan efek baik bagi orang dewasa,

remaja, dan anak-anak. Dengan melihat dan mendiskusikan film, klien dan terapis

dapat mengakses konten yang memiliki makna metaforis untuk proses layanan dan

termasuk pembelajaran di dalamnya.

Menurut (Hidayat, 2018: 76) mengungkapkan bahwa teknik sinema meiliki 3

manfaat kemungkinan sasaran preventif yaitu, prevensi primer yang dimana terapi

4
memiliki tujuan untuk mencegah munculnya masalah di masa depan, prevensi

sekunder yang bertujuan untuk mengobati masalah yang muncul dan berfokus

mencegah dampak buruk yang mengganggu individu, dan prevensi tertier suatu terapi

yang ditujukan untuk menghilangkan atau menurunkan masalah yang sudah muncul

guna mencegah resiko kemunculannya di masa depan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknik sinema

merupakan sebuah teknik yang menggunakan media gambar bergerak serta bersuara

dan memiliki tujuan untuk membawa klien ke dalam sebuah alur cerita yang

disediakan terapis dan memberikan makna serta pembelajaran pada klien.

Menurut (Hidayat, 2018) ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan sinema

yaitu proses diagnosis dan asesmen, proses mengatasi hambatan, mengekspresikan

emosi atau perasaan, mengidentifikasi dan memperkuat kekuatan yang ada di dalam

diri, serta memperkuat dan memperkenalkan ide untuk menyelesaikan masalah.

Melihat pendapat dari Menurut Boyd & Niemiec, 2005 (dalam Hidayat, 2018)

yang mengatakan bahwa film dapat membawa penontonya merasakan adegan yang

terjadi pada setiap scene di dalam film yang dilihat dan seolah-olah menjadi pemeran

dalam film tersebut. Hal ini merupakan kelebihan dari teknik sinema, yang dimana

dapat memberikan pengalaman menarik pada siswa. Selain dapat membawa siswa

tenggelam dalam setiap adegan, teknik sinema juga dapat memudahkan siswa dalam

menerima informasi yang terkandung di dalam film. Teknik sinema juga dapat

5
mempengaruhi afeksi dan kognisi siswa dengan memanfaatkan panca indera

pengelihatan dan pendengaran, karena film merupakan media audiovisual.

Pada penggunaannya, teknik sinema dilakukan berdasarkan perkembangan

zaman yang semakin maju pada bidang teknologi. Pada zaman yang semakin maju dan

siswa yang lebih sering bermain di dunia virtual melalui smartphone memicu minat

siswa yang lebih menyukai media layanan berbentuk film dibanding tulisan. Teknik

sinema menggunakan media film pada pelaksanaannya. Film menampilkan sebuah

gambar bergerak dan menarik perhatian. Film juga menghasilkan audiovisual yang

dapat merangsang panca indra pendengaran dan pengelihatan pada siswa yang

diharapkan dapat memudahkan siswa dalam mengambil infromasi dan mempengaruhi

afeksi dan kognisi siswa. Pada pelaksanaannya, teknik sinema memanfaatkan media

alat bantu seperti laptop, proyektor, dan speaker agar dapat disimak oleh seluruh siswa

di kelas. Pada tahapan pelaksanaannya, teknik sinema tidak hanya menampilkan film

yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh siswa, namun terdapat

rangkaian kegiatan yang dijadikan sebagai RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan)

bimbingan klasikal yang dimana ada beberapa tahapan yaitu, tahap beginning stage,

transition, working stage, terminating, dan evaluation. Dengan melihat penelitian-

penelitian sebelumnya, dapat menguatkan peneliti untuk menggunakan teknik sinema

sebagai teknik dalam pelaksanaan layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan

perilaku prososial pada siswa.

6
Layanan bimbingan klasikal termasuk pada layanan dasar bimbingan dan

konseling. Terdapat beberapa layanan dasar yang ada pada bimbingan dan konseling

salah satunya adalah bimbingan klasikal yang dilakukan di dalam kelas dan diberikan

kepada sejumlah kelas. Pada dasarnya terdapat banyak sekali teknik dalam

melaksanakan layanan bimbingan klasikal diantaranya, teknik sosiodrama,

psikodrama, photovoice, jigsaw, biblio edukasi, expressive writing, sinema, game, dan

lain-lain.

Namun pada penelitian ini yang mengangkat permasalahan tetang perilaku

prososial, peneliti menggunakan teknik sinema dalam layanan dasar bimbingan dan

konseling yaitu bimbingan klasikal. Pemilihan teknik sinema juga didasarkan karena

terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian dengan teknik tersebut.

Berikut beberapa peneliti yang menggunakan teknik sinema pada penelitianannya :

Menurut hasil penelitian dari Juliantika & Khusumadewi (2017) yang berjudul

“Penerapan cinema therapy untuk Meningkatkan Empati Siswa Kelas X Multimedia

di SMKN 1 Driyorejo” mendapatkan hasil yang diharapkan karena pada penelitian

yang telah dilakukan pada 9 subyek menunjukkan bahwa setiap subyek mengalami

peningkatan skor antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan cinema therapy. Hal

tersebut ditunjukkan oleh hasil penghitungan rata-rata sebelum dan setelah diberikan

perlakuan yaitu 86,4 dan 109,1. Hasil penghitungan dari uji wilcoxon dengan bantuan

SPSS versi 21 menunjukkan bahwa dengan ketentuan N=9 dan x=0 (z) maka diperoleh

ρ (kemungkinan harga dibawah Ho) = 0,008. Bila dalam ketetapan α (taraf kesalahan)

7
sebesar 5% adalah 0,05 maka 0,008 < 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

dan Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan cinema therapy dapat

meningkatkan empati siswa kelas X Multimedia di SMKN 1 Driyorejo.

Menurut hasil dari penelitian Wantu & Ade (2017) yang berjudul “Pengaruh

Bimbingan Klasikal Teknik Cinema Therapy Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa

Kelas XI SMK Negeri 2 Kota Gorontalo” mendapatkan hasil yang diharapkan yang

dimana berdasaran hasil analisis data dalam pengujian hipotesis yang sudah dilakukan,

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh

bimbingan klasikal teknik cinema therapy terhadap etika pergaulan pada siswa kelas

XI SMK Negeri 2 Kota Kota Gorontalo” dapat diterima. Hal ini ditunjukan oleh hasil

uji statistik dengan menggunakan uji t yakni thitung > ttabel (3,490 > 2,018) pada taraf

nyata 5%. Diperoleh t (dk = n₁+ n₂- 2 = 22 + 22 – 2 = 42) = 2,018, artinya terhitung

telah berada diluar daerah penerimaan H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh bimbingan klasikal teknik cinema therapy terhadap etika pergaulan

pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kota Gorontalo, Kota Gorontalo.

Berdasarkan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan

teknik sinema untuk mengatasi permasalahan, membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai peningkatan perilaku prososial pada siswa kelas 8 B

SMP Negeri 1 Pancalang menggunakan layanan bimbingan klasikal dengan teknik

sinema yang diberi judul “Peningkatan Perilaku Prososial Pada Siswa Kelas 8 B SMP

Negeri 1 Pancalang Melalui Penerapan Teknik Sinema Dalam Layanan Bimbingan

8
Klasikal”. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu tercapainya

peningkatan perilaku prososial siswa setelah diberikan layanan bimbingan klasikal

dengan teknik sinema .

B. Identifikasi Masalah

Setelah melihat paparan latar belakang masalah, maka dapat disimpulkan

bahwa permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Kurang terjalinnya kerjasama antar siswa, dalam melaksanakan tugas kerja

kelompok dan piket harian yang saling mengandalkan satu sama lain.

2. Siswa kurang memiliki kesadaran untuk menolong teman yang memiliki kesulitan

untuk berangkat ke sekolah.

3. Kurang munculnya rasa empati siswa yang mengakibatkan adanya siswa yang

merasa diberikan perbedaan perlakuan dengan teman yang lain.

4. Siswa bersikap tidak jujur ketika menjawab pertanyaan guru terkait alasan

temannya yang tidak hadir ketika pembelajaran berlangsung.

5. Kurangnya pengetahuan siswa tentang perilaku prososial yang menyebabkan

siswa kurang peduli dengan perilaku prososial.

6. Belum adanya penerapan teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal untuk

meningkatkan perilaku prososial pada siswa.

C. Pembatasan Masalah

9
Mengacu pada identifikasi masalah, maka masalah dibatasi pada peningkatan

perilaku prososial melalui penerapan teknik sinema dalam layanan bimbingan klasikal

pada siswa kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang yang diharapkan dapat terjadi

peningkatan setelah diberikan tindakan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, dapat dirumuskan

bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah perilaku prososial siswa

kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang meningkat dengan diterapkannya teknik sinema

pada layanan bimbingan klasikal?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka pada tujuan penelitian dari penelitian

ini adalah meningkatkan perilaku prososial pada siswa kelas 8 B SMP Negeri 1

Pancalang dengan penerapan teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi 2 macam manfaat yaitu :

1. Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah informasi

dalam meningkatkan perilaku prososial pada siswa melalui penerapan teknik sinema

10
pada layanan bimbingan klasikal serta menjadi rujukan untuk meningkatkan perilaku

prososial pada siswa.

2. Praktis

a. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas siswa

dalam segi perilaku serta meningkatkan kualitas sekolah dalam mendidik siswa agar

lebih siap berbaur dengan kehidupan sosial yang lebih luas di luar sekolah.

b. Bagi guru BK

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pemeberian layanan BK untuk

guru BK dalam membantu perkembangan siswa terkhusus untuk meningkatkan

perilaku prososial pada siswa di sekolah.

c. Bagi siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi terkhusus

pada pengembangan perilaku prososial yang berguna untuk masa depan siswa di

bidang sosial.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Perilaku Prososial

a. Pengertian Perilaku Prososial

Faturrochman, 2006 (dalam Lestari dan Witri, 2019) menggambarkan bahwa

perilaku prososial sebagai suatu pemberian pertolongan pada orang lain tanpa

mengharapkan adanya imbalan keuntungan kepada orang yang menolong. Pendapat

ini menjelaskan bahwa perilaku prososial merupakan suatu tindakan memberi

pertolongan pada orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun pada orang yang

ditolong. Sama seperti penjelasan pada pendapat Sarwono.

Sarwono, 2010 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017) menyebutkan bahwa

perilaku prososial adalah tindakan menolong yang memiliki tujuan untuk

menguntungkan orang lain tanpa mengharapkan balasan berupa keuntungan langsung

kepada orang yang melakukan tindakan tersebut. Pendapat ini menjelaskan bahwa

perilaku prososial merupakan perilaku menolong tanpa memiliki tujuan atau harapan

mendapatkan suatu keuntungan atas pertolongan yang telah dilakukan. Sedikit

berbeda dengan pendapat Dayaksini dan Hudaniah.

Menurut Dayaksini dan Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017)

menyatakan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan

12
efek positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi

pemiliknya tidak memiliki keuntungan yang jelas. Pendapat ini menjelaskan bahwa

perilaku prososial suatu perilaku yang memberikan kebaikan pada orang lain baik

secara fisik, materi, dan psikologis yang tentunya tidak mengharapkan suatu apapun

atas apa yang telah dilakukan.

Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, menurut Lestari dan Witri (2019),

Perilaku prososial adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu dengan adanya

perencanaan, secara sengaja, dan sukarela untuk memberikan kebaikan baik berupa

materi, fisik, maupun psikologis kepada orang lain. Pada pendapat ini dijelaskan

bahwa perilaku prososial dilakukan secara sengaja dan terencana. Saat individu

melakukan kebaikan pada orang lain tentunya dilakukan dengan perencanaan dan

disengaja. Pendapat ini sama dengan pendapat sebelumnya, namun dibedakan dengan

cara individu yang melakukan tindakan kebaikan kepada orang lain yang dilakukan

dengan adanya perencanaan.

Memahami pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pengertian dari

perilaku prososial adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan secara sukarela tanpa

mengaharapkan apapun dan dilakukan secara sengaja dan terencana oleh individu

seperti bantuan materi, fisik, dan psikologis untuk memberikan pengaruh positif pada

orang lain.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial

13
Menurut Baron, donn & Branscombe 2006 (dalam Widaningsih & Eko, 2015)

faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi faktor situasional yang

terdiri dari bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu,

serta faktor dalam diri meliputi suasana hati, sifat, Jenis kelamin, tempat tinggal dan

pola asuh.

1) Faktor situasional

a) Bystander

Keberadaan seseorang yang meminta tolong dapat menjadi stimulus

munculnya perilaku prososial seseorang. Dalam arti lain dengan adanya orang lain

yang meminta tolong akan memunculkan rasa ingin menolong pada individu. Seperti

yang dijelaskan oleh Menurut Dayaksini & Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan

Kristiana, 2017) mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi munculnya

perilaku prososial seseorang adalah adanya stimulus yang jelas seperti orang yang

meminta tolong.

b) Daya tarik

Daya tarik dapat diartikan sebagai ketertarikan individu pada seseorang dan

permasalahan yang akan ditolong. Hal ini dapat mempengaruhi kepada kepekaan

individu untuk melakukan pertolongan karena adanya rasa suka pada orang yang ingin

ditolong dan permasalahan yang dijadikan alasan orang tersebut untuk meminta

pertolongan.

14
c) Atribusi terhadap korban

Individu akan memunculkan perilaku prososial ketika individu memiliki tujuan

atas apa yang akan diberikannya kepada korban. Hal ini dapat menjadi pengaruh

individu untuk melakukan tindakan menolong pada korban karena adanya motif

tertentu seperti rasa ingin membalas budi kepada korban.

d) Ada model

Perilaku prososial dapat dimunculkan ketika adanya contoh dari individu yang

lain. hal ini berkaitan dengan pola asuh. Model setiap individu dimulai dari seseorang

yang pertama hadir dikehidupannya. Individu akan meniru dari contoh yang

disuguhkan. Maka dari itu adanya model berkaitan erat dengan pola asuh, namun tidak

menutup kemungkinan model dapat diambil dari orang lain selain orang tua.

e) Desakan waktu

Adanya desakan waktu terkadang dapat memicu seseorang untuk cepat-cepat

memutuskan. Hal ini juga dapat memicu munculnya perilaku prososial pada individu

ketika adanya keterbatasan waktu, karena waktu mempengaruhi pengambilan

keputusan pada individu untuk melakukan perilaku prososial atau tidak.

2) Faktor dalam diri

a) Suasana hati

Suasana hati dapat mempengaruhi seseorang untuk memberikan pertolongan,

seperti apa yang dijelaskan oleh Baron dan Byrne, 2005 (dalam Wulandari dan

15
Satiningsih, 2018) suasana hati individu akan mempengaruhi perilaku individu, jika

individu dalam keadaan baik maka kemungkinan besar individu akan memberikan

pertolongan kepada orang lain, namun ketika individu dalam keadaan Susana hati yang

buruk maka akan lebih mementingkan diri sendiri dibanding mementingkan orang

lain.

b) Sifat

Senada dengan pendapat (Matondang, 2016: 37, dalam Khasanah & Fauziah,

2021) yang menjelaskan bahwa sifat yang sudah ada dalam diri dari lahir menjadi

faktor yang mempengaruhi perilaku prososial pada individu.. Sifat dapat

mempengaruhi perilaku prososial pada setiap indvidu yang dimana dapat menentukan

sulit dan mudahnya individu untuk melatih perilaku prososial.

c) Tempat tinggal

Tempat tinggal dikatakan sebagai faktor yang mempengaruhi munculnya

perilaku prososial karena di setiap lingkungan temapta tinggal terdapat norma-norma

sosial yang dianut oleh masyarakat. Tentunya hal tersebut dapat memepengaruhi

munculnya perilaku prososial pada individu. Seperti penjelasan menurut Dayaksini &

Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017) yang menyebutkan bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah norma-norma sosial.

d) Pola asuh

16
Menurut (Matondang, 2016: 37, dalam Khasanah & Fauziah, 2021)

mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terbentuknya perilaku prososial pada anak melalui role modeling orang

tua, anak akan meniru perilaku orang tua mereka karena setiap hari bertemu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku prososial terdiri dari dua faktor yaitu faktor situasional dan

faktor dalam diri. Faktor situasional terdiri dari bystander, daya tatik, adanya model,

atribusi terhadap korban, dan desakan waktu. Pada faktor dalam diri terdiri dari

suasana hati, sifat, tempat tinggal, dan pola asuh.

c. Aspek-Aspek Perilaku Prososial

Perilaku prososial tergambar dalam beberapa aspek yang dikemukakan oleh

Eisenberg, 1999 (dalam Lestari dan Witri, 2019) yaitu : berbagi, kerjasama,

menyumbang, menolong, kejujuran, kedermawanan, serta mempertimbangkan hak

dan kesejahteraan orang lain. Pada pendapat ini menyebutkan ada tujuh aspek yang

terkandung pada perilaku prososial yaitu :

1) Berbagi

Pengertian yang dimaksud dari berbagi adalah sebuah sikap individu yang

dapat berbagi perasaan dengan orang lain baik suka maupun duka.

2) Kerjasama

17
Kerjasama yang dimaskud adalah bagaimana individu melakukan kerjasama

dengan orang lain demi tercapainya sebuah tujuan dan dapat menguntungkan satu

sama lain.

3) Menyumbang

Aspek menyumbang di sini adalah bagaimana kesediaan individu dalam

melakukan tindakan memberi barang secara suka rela kepada orang lain baik dalam

bentuk makanan atau benda.

4) Menolong

Pada aspek menolong dapat diartikan sebagai sikap individu yang bersedia

untuk memberikan dan menawarkan pertolongan pada orang lain yang kemudian dapat

membantu keberlangsungan kegiatan orang yang ditolong.

5) Kejujuran

Aspek kejujuran dapat diartikan sebagai suatu perilaku individu yang bertindak

dan berkata secara jujur kepada orang lain tanpa rekayasa yang ditambahkan dan tidak

melakukan kecurangan yang dapat merugikan orang lain.

6) Kedermawanan

Aspek kedermawanan dapat mencakup seluruh aspek di atas yang dilakukan

individu secara sengaja dan tidak mengharapkan imbalan. Aspek kedermawanan dapat

18
diartikan sebagi perilaku individu yang melakukan kebaikan atas dasar keinginan

tanpa ada suatu harapan balasan dari orang yang ditolong.

7) Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain

Maksud dari mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain adalah,

individu tidak mengambil hak orang lain demi kesenangan diri sendiri, individu juga

mempertimbangkan segala tindakan perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan

dan kesenangan orang lain.

Tidak berbeda dengan pendapat sebelumnya, mernurut Retnosari (2014) juga

menggambarkan seseorang yang mempunyai perilaku prososial tinggi ditandai dengan

kemampuan untuk berbagi dengan orang lain, bekerjasama dengan orang lain,

menolong orang yang sedang kesusahan, berderma dan bertindak jujur. Pendapat ini

menguatkan pendapat di atas yang menyebutkan aspek-aspek pada perilaku prososial

meliputi berbagi, kerjasama, menolong, berderma dan bertindak jujur kepada orang

orang lain.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

perilaku prososial adalah adanya sikap-sikap pada individu yang berupa berbagi,

kerjasama, menyumbang, menolong, jujur, dermawan, dan memperhatikan hak serta

kesejahteraan orang lain.

2. Bimbingan Klasikal

19
a. Pengertian Bimbingan Klasikal

Mastur dan Triyono, 2014 (dalam Rosidah, 2017) menjelaskan bahwa

bimbingan klasikal merupakan layanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan secara

klasikal yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa

mengembangkan potensinya secara optimal. Pendapat ini menjelaskan bahwa

bimbingan klasikal merupakan layanan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam

mengoptimalkan potensi. Bimbingan klasikal dilakukan secara sistematis dan

klasikal. Bimbingan klasikal merupakan sarana atau fasilitas untuk siswa dari guru BK

dan dilakukan berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa, kemudian disusun

dan disampaikan secara sistematis melalui kegiatan bimbingan klasikal.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya Menurut Fatimah (2017)

menjelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan yang diberikan kepada

semua siswa di dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses bimbingan

sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada siswa secara terjadwal,

kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada

siswa secara kontak langsung guna membantu pertumbuhan anak dalam menentukan

dan mengarahkan hidupnya. Pendapat ini menjelasakan proses dan tujuan dari

pelaksanaan bimbingan klasikal yang disusun secara baik dan kemudian disampaikan

kepada siswa secara terjadwal dengan harapan agar siswa dapat memahami informasi

yang disampaikan oleh pembimbing sehingga dapat membantu pertumbunhan dan

perkembangan siswa.

20
Sedikit berbeda dan melengkapi pendapat sebelumnya, menurut Geltner dan

Clark, 2005 (dalam Mukhtar, dkk, 2016) bimbingan klasikal adalah layanan yang

bersifat preventive, curative, preservative, dan developmental merupakan cara yang

efisien dalam memberikan informasi kepada siswa sejumlah satuan kelas. Pendapat ini

mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal tidak hanya bersifat preventif, namun juga

mencakup kuratif, preservatif, dan membangun yang dapat diwujudkan dengan

memberikan informasi kepada siswa satu kelas. Memperkuat pendapat sebelumnya

Winkel dan Hastuti (2006: 561) (dalam Mukhtar, dkk, 2016) menjelaska bahwa

bimbingan klasikal adalah bimbingan yang diberikan kepada sejumlah siswa yang

tergabung dalam suatu satuan kegiatan pembelajaran. Pendapat ini menekankan tujuan

dan lingkup pelaksanaan bimbingan klasikal yang dilakukan dengan tujuan untuk

memberikan bimbingan kepada siswa dan dilaksanakan di dalam satuan kelas.

Melengkapi pendapat-pendapat sebelumnya menurut Mukhtar, dkk (2016)

bimbingan klasikal adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa sejumlah

satuan kelas antara 30-40 orang melalui kegiatan klasikal yang disajikan secara

sistematis, bersifat preventif dan memberikan pemahaman diri dan pemahaman

tentang orang lain yang berorientasi pada bidang pembelajaran, pribadi, sosial, dan

karir dengan tujuan menyediakan informasi yang akurat dan dapat membantu individu

untuk merencanakan pengambilan keputusan dalam hidupnya serta mengembangkan

potensinya secara optimal. Pendapat ini menjelaskan bahwa bimbingan klasikal

direncanakan dan dilakukan secara sistematis di dalam kelas denganjumlah 30-40

21
siswa. Bimbingan klasikal berfokus pada pemberian pemahaman diri dan orang lain

pada siswa yang beroroentasi pada bidang belajar, karir, pribadi, dan sosial.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

bimbingan klasikal adalah layanan yang diberikan untuk siswa di dalam 1 kelas dengan

jumlah 30-40 siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman

kepada siswa dan bersifat preventif. Bimbingan klasikal dilakukan secara sistematis

dan terencana serta berorientasi pada bidang yang telah ditentukan yaitu pribadi,

sosial, karir, dan belajar.

b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Klasikal

Gibson dan Mitchell (2016: 304) mengatakan bahwa Bimbingan kelas/klasikal

adalah sebuah proses yang terencana yang digunakan untuk membantu populasi di

sekolah dalam memperoleh informasi, keterampilan, atau pengalaman yang berguna

dan dibutuhkan. Pendapat ini mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal merupakan

suatu bantuan yang direncanakan untuk membantu populasi di sekolah dalam

pemberian suatu informasi, pengalaman, dan pengelaman yang dibutuhkan.

Melengkapi pendapat sebelumya terkait fungsi dan tujuan bimbingan klasikal,

menurut Nurihsan, 2006 (dalam Rosidah, 2017) mengatakan bahwa bimbingan

klasikal mempunyai tujuan sebagai berikut: (a) merencanakan kegiatan penyelesaian

studi, perkembangan karir kehidupannya di masa yang akan datang; (b)

mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal, dan menemukan

22
konsep diri yang dimilikinya; (c) dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

pendidikan dan lingkungan masyarakat dengan baik, serta mempunyai hubungan

pertemanan yang baik. Pada pendapat ini dijelaskan bahwa selain adanya fungsi

bimbingan klasikal, terdapat juga tujuan dari pelaksanaan layanan bimbingan klasikal

yaitu membantu siswa dalam merencanakan perencanaan karis siswa di masa yang

akan datang, membantu siswa dalam mengembangkan potensi secara optimal serta

mengenali konsep diri siswa, dan membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dan

menempatkan diri dalam lingkungan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi layanan

bimbingan klasikal adalah memberikan informasi kepada siswa dan membantu siswa

seperti yang ada dalam tujuan bimbingan klasikal yaitu membantu siswa untuk

mengambangkan potensi, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan membantu

dalam perencanaan karir siswa.

c. Langkah-Langkah Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru

Dan Tenaga Kependidikan, 2016: 63-64) langkah-langkah layanan bimbingan klasikal

terdiri dari beberapa langkah yaitu:

1) Persiapan

a) Mengajukan jadwal masuk kelas 2 jam pelajaran setiap kelas/minggu untuk

ditetapkan pimpinan sekolah sesuai kalender akademik SMP.

23
b) Mempersiapkan materi bimbingan klasikal, yang disusun berdasarkan

Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD) (Ditjen

PMPTK,2007), masalah yang dihadapi siswa yang diakses menggunakan

AUM atau DCM, dan instrumen lain yang relevan.

c) Menyusun rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal sesuai dengan

format RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan)

d) Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang

akan diberikan

2) Pelaksanaan

a) Melaksanakan layanan bimbingan klasikal sesuai jadwal dan materi yang

telah disusun sebelumnya.

b) Mengabadikan momen dengan cara mengambil foto atau video ketika

rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang telah diberikan

c) Membuat berita acara dengan cara mencatat peristiwa atau hal-hal yang dirasa

kurang dan perlu perbaikan atau tindak lanjut pasca layanan bimbingan

klasikal dilaksanakan

3) Evaluasi dan tindak lanjut

a) Melaksanakan evaluasi proses layanan bimbingan klasikal,

b) Melaksanakan evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal yang telah

diberikan.

24
Menurut Hajar (2017), Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan layanan bimbingan klasik sebagai berikut:

1) Mengukur pemahaman siswa (menentukan kelas layanan, menyiapkan instrumen

pemahaman siswa, pengumpulan data, analisis data, dan merumuskan

pemahaman).

2) menentukan kebutuhan layanan bimbingan klasik untuk siswa berdasarkan pada

hasil pemahaman.

3) Memilih metode dan teknik yang sesuai.

4) Persiapan untuk penyediaan layanan bimbingan klasik dapat disiapkan secara

tertulis sebagai bukti administrasi kegiatan, sehingga materi layanan disajikan

secara terencana dengan harapan mencapai hasil yang optimal.

5) memilih persiapan sistematis yang dapat disiapkan oleh guru bimbingan dan

konseling dengan catatan yang mencerminkan kesiapan layanan bimbingan klasik

dan persiapan dikenal oleh koordinator bimbingan dan konseling dan atau kepala

sekolah.

6) menyiapkan alat untuk melaksanakan penyediaan layanan bimbingan klasik

sesuai dengan kebutuhan layanan.

7) evaluasi penyediaan layanan bimbingan klasik perlu dilakukan untuk mengetahui

bagaimana proses, kesesuaian layanan yang diberikan atau pengembangan sikap

dan perilaku atau tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan. Secara umum

aspek yang dievaluasi meliputi: kesesuaian program dalam implementasi,

25
implementasi program, hambatan yang ditemui, dampak pada kegiatan belajar

mengajar, dan respon siswa sekolah pribadi, dan orang tua serta perubahan dalam

pengembangan siswa (tugas pengembangan) atau pengembangan pembelajaran,

pribadi, sosial dan karir.

8) Tindak lanjut, perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan penyediaan layanan

bimbingan kelas. Kegiatan tindak lanjut selalu didasarkan pada hasil evaluasi

masyarakat yang telah dilakukan.

Alokasi waktu pemberian layanan klasikal pada siwa SMP (Sekolah Menengah

Atas adalah 25%-35%. Langkah-langkah dalam pelaksanaan bimbingan klasikal

antara lain: guru bimbingan dan konseling menyiapkan materi yang akan disampaikan,

menyusun RPL, memberikan materi yang sudah disiapkan serta menggunakan teknik

atau metode yang sesuai dengan tema, dan memberikan evaluasi dan tindak lanjut atas

pelaksanaan bimbingan klasikal dapat berupa konseling kelompok atau konseling

individu.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat langkah-langkah

yang perlu dilakukan ketika akan memberikan layanan bimbingan klasikal yaitu,

persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi dan tindak lanjut. Pada setiap langkah-

langkahnya terdapat beberapa tahapan.

3. Teknik Sinema

a. Pengertian Teknik Sinema

26
Teknik sinema edukasi adalah metode atau teknik yang menggunakan media

film sebagai alat untuk menyampaikan materi dan film yang digunakan adalah film

yang berisikan pola perilaku dari model atau tokoh yang dapat dianalisis dengan

metode modeling dan dapat digunakan untuk bahan ajar (Tri, 2017, dalam Saputra,

dkk, 2022). Pendapat ini mengungkapkan bahwa teknik sinema edukai adalah sebuah

teknik yang memanfaatkan media film sebagai sarana penyampaian materi. Film yang

digunakan adalah film yang sesuai dengan kebutuhan dan berisikan tentang model

perilaku atau tokoh yang berkaitan dengan topik metari yang akan disampaikan.

Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, menurut Packer, 2007 (dalam Fauzi

dan Setyawati, 2021) Metode sinema edukasi adalah suatu metode pembelajaran yang

menggunakan media film dalam menyampaikan materi. Film adalah sebuah gambar

yang beregrak dan memiliki tujuan untuk memancing bangkitnya memori,

menunjukan perilaku, membangkitkan emosi, dan memunculkan persepsi bagi

penonton. Persepsi yang telah terbentuk dapat dihubungkan dengan kehidupan nyata

yang dinamis. Pada pendapat di atas, dijelaskan bahwa metode sinema edukasi adalah

metode pembelajaran dengan memanfaatkan film sebagai sarana penyampaian materi

yang memiliki tujuan untuk membangkitkan emosi pada penonton dan memunculkan

berbagai persepsi pada penonton yang kemudian dihubungkan dengan kehidupan

nyata.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik

sinema adalah teknik yang mengandalkan film atau video sebagai media layanan yang

27
bertujuan untuk membangkitkan emosi dan membawa individu pada setiap adegan

sehingga individu dapat merasakan apa yang dirasakan pemeran film dan

menumbuhkan persepsi pada individu tersebut yang kemudian dihubungkan dengan

kehidupan nyata.

b. Manfaat Teknik Sinema

Menurut (Hidayat, 2018: 76) mengungkapkan bahwa teknik sinema meiliki 3

manfaat kemungkinan sasaran preventif yaitu, prevensi primer yang dimana terapi

memiliki tujuan untuk mencegah munculnya masalah di masa depan, prevensi

sekunder yang bertujuan untuk mengobati masalah yang muncul dan berfokus

mencegah dampak buruk yang mengganggu individu, dan prevensi tertier suatu terapi

yang ditujukan untuk menghilangkan atau menurunkan masalah yang sudah muncul

guna mencegah resiko kemunculannya di masa depan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa teknik sinema memiliki

manfaat yang sesuai dengan layanan bimbingan klasikal yaitu preventif, prevensi

primer, sekunder, dan tertier.

c. Tahap-Tahap Pelaksanaan Teknik Sinema

Menurut (Hidayat, 2018) ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan sinema

yaitu proses diagnosis dan asesmen, proses mengatasi hambatan, mengekspresikan

emosi atau perasaan, mengidentifikasi dan memperkuat kekuatan yang ada di dalam

diri, serta memperkuat dan memperkenalkan ide untuk menyelesaikan masalah.

28
Pendapat ini menyebutkan bahwa ada beberapa tahapan dalam melaksanakan teknik

sinema, yang dimana terdiri dari (1) proses diagnosis dan asesmen untuk mengetahui

permasalahan atau hambatan yang muncul dan mencari film dengan kriteria yang

sesuai dengan permasalahan yang ditemukan, (2) proses mengatasi hambatan, proses

ini merupakan kegiatan penayangan film yang sudah dipilih berdasarkan dengan

kriteria permasalahan yang ditemukan. Pada proses ini anggota diberikan waktu untuk

menonton film yang sedang ditayangkan. (3) Mengekspresikan emosi atau perasaan,

di tahap ini penonton akan menyimak dan merasakan setiap adegan di dalam film yang

kemudian merangsang muculnya berbagai emosi pada penonton. (4) mengidentifikasi

dan memperkuat kekuatan yang ada pada diri serta memperkenalkan ide untuk

menyelesaikan masalah, tahap ini merupakan tahap proses penonton untuk menyaring

dan merefleksikan film yang telah dilihat dan disimak, pada tahap ini juga perumusan

sebuah solusi dibuat dan diperkuat.

Sama dengan pendapat sebelumnya, Tahapan teknik sinema edukasi menurut

Powell, 2010 (dalam Saputra, dkk, 2022) dapat disusun sebagai berikut. (1) Tahap

asessment, yaitu tahap mencari dan mengumpulkan informasi tentang film yang tepat

untuk mencapai tujuan bimbingan. (2) Tahap preparation, tahap mempersiapkan

segala peralatan dan tayangan yang digunakan dalam pelaksanaan. (3) Tahap

implementation, yaitu merupakan kegiatan inti yaitu menayangkan dan mengamati

film. (4) Tahap processing the experience, pada tahap ini merupakan kegiatan refleksi

dari pengalaman yang didapat oleh siswa saat melihat film.

29
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas tentang tahap-tahap pelaksanaan teknik

sinema dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap pelaksanaan teknik sinema terdiri dari

empat tahap yaitu :

1) Tahap assessment, tahap ini dilakukan untuk mengetahui informasi tentang

kebutuhan yang diperlukan dalam bimbingan, serta menentukan film yang tepat

untuk media bimbingan.

2) Tahap preparation, tahap ini adalah tahap persiapan segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk penayangan film yang akan ditayangkan.

3) Tahap Implementation, tahap ini merupakan tahap penanyangan film yang telah

ditentukan.

4) Tahap Processing the experience, tahap ini merupakan tahap refleksi untuk siswa

yang telah menonton film. Makna dan hal baru apa yang telah siswa dapat setelah

menonton film.

4. Karakteristik Siswa Kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang

a. Ciri-ciri masa remaja

Siswa kelas 8 B memiliki usia rentang 13-14 tahun. Pada usia tersebut anak-

anak sedang dalam masa remaja. Menurut (Jahja, 2011: 235-236) menjelaskan bahwa

ciri-ciri masa remaja sebagai berikut :

1) Terdapat peningkatan emosional pada individu yang memasuki masa remaja. Hal

ini dikarenakan adanya perubahan fisik dan hormon pada remaja.

30
2) Berubahnya fisik pada individu serta kematangan seksual. Perubahan fisik pada

remaja terkadang membuat remaja merasa belum siap dengan banyaknya hal

berubah pada dirinya, yang terkadang mempengaruhi konsep diri remaja.

3) Munculnya rasa ketertarikan yang baru. Individu yang memasuki masa remaja

tidak hanya tertarik membangun hubungan dengan sesama jenis dan sebaya,

namun tertarik untuk membangun hubungan dengan lawan jenis dan orang

dewasa.

4) Adanya perubahan pada nilai. Pada masa remaja, individu akan meninggalkan

kepentingan yang mereka anggap penting ketika masa kanak-kanak. Hal ini

dikarenakan masa remaja sudah mendekati masa dewasa.

5) Munculnya rasa ingin namun tidak ingin. Individu semasa remaja akan

menginginkan kebebasan dalam berkehendak, namun di sisi lain remaja merasa

takut untuk bertanggung jawab atas kebebasan yang diinginkan, karena adanya

keraguan atas kemampuan yang ada dalam dirinya untuk bertanggung jawab.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas 8 B SMP

Negeri 1 Pancalang telah memasuki masa remaja. Ciri-ciri masa remaja yang

umumnya muncul pada individu adalah terdapat perubahan fisik yang signifikan,

diikuti perubahan emosional pada individu hal ini dapat dilihat dari bentuk tubuh siswa

yang terlihat berbeda dari masa kanak-kanak, perubahan nilai yang dianut pada masa

kanak-kanak, rasa ketertarikan yang baru seperti tertarik dengan lawan jenis dan hal

lainnya seperti hobi yang mulai disenangi, serta munculnya perasaan ambivalen yang

31
dimana siswa ingin merasakan sebuah kebebasan namun juga masih merasa takut

untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu tindakan yang telah dilakukan.

b. Perkembangan kepribadian pada masa remaja

Menurut (Papalia & Olds, 2001, dalam Jahja, 2011: 234) mengungkapkan

bahwa perekembangan kepribadian merupakan suatu perubahan pada individu dalam

berhubungan dengan lingkungan sekitar serta cara individu dalam melampiaskan

emosi secara unik.

Menurut (Erikcson dalam Papalia & Olds, 2001; dalam Jahja, 2011: 234)

mengungkapkan bahwa hal terpenting yang dilakukan pada masa remaja adalah

mencari identitas diri agar dapat mengatahui pernanannya di dalam lingkungan

masyarakat.

c. Perkembangan sosial pada masa remaja

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih banyak melibatkan kelompok

teman-teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua. Peran kelompok teman

sebaya lebih besar dibanding peran orang tua pada perkembangan sosial masa remaja.

Hal tersebut mempengaruhi perilaku remaja, walaupun pada kenyataannya remaja

sudah dapat menentukan pilihannya sendiri karena sudah berkembang dari segi

kognitif, namun pengaruh kelompok teman sebaya tetaplah mempengaruhi perilaku

dan identitas diri remaja (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001; dalam Jahja, 2011:

234).

32
d. Perkembangan kognitif pada masa remaja

Menurut Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001; dalam Jahja, 2011: 231-232)

menjelaskan bahwa terjadi kematangan kognitif pada indvidu yang memasuki masa

remaja. Hal ini dikarenakan interaksi struktur otak yang telah sempurna disertai

dengan lingkungan sosial yang semakin luas dan memungkinkan individu untuk

berfikir abstrak.

e. Perkembangan fisik pada masa remaja

Perubahan-perubahan yang meliputi perubahan pada tubuh, kapasitas sensoris,

keterampilan motorik, dan otak disebut sebagai perkembangan fisik (Papalia & Olds,

2001; dalam Jahja, 2011: 231).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, mengungkapkan bahwa ada beberapa

aspek perkembangan pada masa remaja. Aspek perkembangan tersebut adalah

perkembangan kognitif, fisik, sosial, dan kepribadian. Perkembangan tersebut berlaku

pada siswa kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang yang sudah memasuki masa remaja.

Perubahan fisik yang mulai terlihat berbeda dibandingkan pada masa kanak-kanak,

struktur otak yang telah sempurna, peranan kelompok teman sebaya dalam membentuk

perilaku baru siswa, siswa yang mulai mencari identitas diri agar diakui lingkungan

masyarakat, serta menurunnya peranan orang tua di dalam kehidupan karena siswa

lebih banyak bergaul dengan lingkungan di luar keluarga.

B. Penelitian yang Relevan

33
Ada beberapa hasil dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

penelitian ini diantaranya :

a. Menurut hasil penelitian dari Juliantika & Khusumadewi (2017) yang berjudul

“Penerapan cinema therapy untuk Meningkatkan Empati Siswa Kelas X

Multimedia di SMKN 1 Driyorejo” mendapatkan hasil yang diharapkan karena

pada penelitian yang telah dilakukan pada 9 subyek menunjukkan bahwa setiap

subyek mengalami peningkatan skor antara sebelum dan setelah diberikan

perlakuan cinema therapy. Persamaan pada penelitian ini adalah penerapan teknik

sinema yang diterapkan untuk meningkatkan perilaku atau sikap pada subyek

penelitian. Namun memang ada perbedaan subyek penelitian, variabel yang

diangkat, serta layanan BK yang digunakan. Penelitian ini dilakukan pada siswa

SMK yang lebih tinggi tingkatan serta usianya, variabel yang diangkat adalah

sikap empati siswa, dan layanan BK yang digunakan untuk penerapan teknik

sinema adalah konseling kelompok.

b. Menurut hasil dari penelitian Wantu & Ade (2017) yang berjudul “Pengaruh

Bimbingan Klasikal Teknik Cinema Therapy Terhadap Etika Pergaulan Pada

Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Kota Gorontalo” mendapatkan hasil yang

diharapkan yang dimana berdasaran hasil analisis data dalam pengujian hipotesis

yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi

“terdapat pengaruh bimbingan klasikal teknik cinema therapy terhadap etika

pergaulan pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kota Kota Gorontalo” dapat

34
diterima. Hal ini ditunjukan oleh hasil uji statistik dengan menggunakan uji t yakni

thitung > ttabel (3,490 > 2,018) pada taraf nyata 5%. Diperoleh t (dk = n₁+ n₂- 2

= 22 + 22 – 2 = 42) = 2,018, artinya thitung telah berada diluar daerah penerimaan

H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh bimbingan klasikal

teknik cinema therapy terhadap etika pergaulan pada siswa kelas XI SMK Negeri

2 Kota Gorontalo, Kota Gorontalo. Persamaan penelitian ini ada pada penerapan

teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal dan yang membedakan adalah

metode penelitian, variabel yang diangkat serta subjek penelitian. Metode pada

penelitian ini menggunakan metode eksperimen, variabel yang diangkat adalah

etika pergaulan, dan subyek pada penelitian ini merupakan siswa SMK yang

memiliki usia lebih tinggi.

c. Menurut hasil penelitian dari Agustina dkk (2022) pada penelitiannya tentang

“Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Teknik Cinema Therapy di Era

New Normal Pada Kelas X di SMK Negeri 3 Amuntai” membuahkan hasil yang

sesuai dengan harapan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis PTBK

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling). Pada PTBK ini, peneliti

melakukan 3 siklus tindakan yang dimana pada tindakan pertama Siklus I, secara

umum aktivitas siswa terrmasuk dalam kategori masih kurang aktif dan

pengukuran peningkatan motivasi siswa masih dalam kategori kurang aktif. Pada

siklus II aktivitas dan motivasi siswa termasuk dalam kategori masih cukup aktif

dan cukup berhasil sedangkan ada sikus III aktivitas dan motivasi siswa sudah

mengalami peningkatan yaitu berada pada kategori sangat aktif dan sangat

35
berhasil. Persamaan pada penelitian ini adalah penerapan teknik sinema serta

metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan. Namun ada beberapa

perbedaan pada variabel yang diangkat yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa

dan subyek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMK yang

memiliki perbedaan usia.

d. Menurut penelitian Maretha, Susanti, dan Sari (2020) pada penelitiannya yang

berjudul “Keefektifan Teknik Cinema Therapy Untuk Meningkatkan Sikap

Altruistik Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Gondanglegi Kabupaten Malang”, pada

penelitian ini peneliti menggunakan model atau strategi dengan desain penelitian

one group pretest-posttest dimana terdapat pretest sebelum di beri perlakuan.

Penelitian ini melakukan prorses treatment sebanyak 6 kali pertemuan

menggunakan layanan konseling kelompok yang dilakukan selama 1 jam di setiap

pertemuan pada 8 siswa yang dijadikan sebagai sampel. Penelitian ini

menghasilkan hasil yang sesuai dengan harapan yaitu meningkatnya sikap

altruistik siswa kelas VIII SMPN 1 Gondanglegi setelah dilakukannya treatment

ke enam. Penelitian ini memiliki persamaan pada penerapan teknik sinema di

dalam layanan BK dan sampel yaitu siswa kelas VIII SMP yang memiliki

kesamaan usia. Perbedaannya terletak pada tempat penerapan teknik sinema di

dalam layanan BK, jumlah sampel, dan variabel yang diangkat serta teknik sinema

pada penelitian ini dilaksanakan pada layanan konseling kelompok yang

berjumlah 8 siswa dengan tujuan untuk meningkatkan sikap altruistik.

36
C. Kerangka Berpikir

Perilaku prososial merupakan perilaku yang memberikan efek positif pada

orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau balasan pada yang memiliki. Ada atau

tidaknya perilaku prososial pada siswa dapat dilihat dari bagaimana cara siswa dalam

merespon stimulus seperti adanya rasa ingin menolong ketika teman sedang dalam

kesulitan, berkata jujur ketika berbicara dengan orang lain, bekerja sama untuk

menyelesaikan tugas kelompok tanpa mengandalkan salah satu dari anggota

kelompok, dan adanya rasa empati.

Adanya perilaku prososial pada individu dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu internal dan eksternal. Seperti yang sudah diungkapkan oleh beberapa

peneliti sebelumnya bahwa adanya perilaku prososial dipengaruhi oleh adanya

kehadiran orang lain, adanya pengorbanan yang harus dilakukan, stimulus yang jelas,

norma-norma sosial, hubungan calon penolong dan yang ditolong, dan suasana hati.

Melihat dari aspek-aspek dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

prososial, peneliti bertujuan untuk menerapkan teknik sinema pada layanan bimbingan

klasikal dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa. Karena

berdasarkan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan teknik sinema yang

diterapkan pada layanan BK dapat meningkatkan bermacam-macam perilaku pada

siswa seperti empati, alturisme, displin dan bertanggung jawab.

Layanan bimbingan klasikal sendiri, merupakan layanan bimbingan yang

diberikan kepada siswa di dalam 1 kelas berjumlah 30-40 siswa dengan tujuan untuk

37
memberikan layanan preventif atau kuratif yang berupa informasi atau pemahaman

pada siswa di bidang pribadi, sosial, karir, dan belajar. Bimbingan klasikal juga

dilakukan secara sistematis dengan adanya perencanaan sebelum melakukan layanan.

Untuk mendukung layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan perilaku siswa,

dibutuhkan dukungan dari teknik sinema yang akan diimplementasikan pada

rangkaian kegiatan layanan bimbingan klasikal.

Teknik sinema memiliki kelebihan yang tidak terdapat pada teknik-teknik

bimbingan yang lain. Teknik sinema dapat mempermudah siswa untuk menangkap

informasi yang disampaikan. Seiring berjalannya zaman dan teknologi yang semakin

maju, mempengaruhi minat siswa yang lebih berminat dan senang dengan media yang

berjenis audiovisual. Dengan menampilkan gambar bergarak dan bersuara dalam

setiap adegan film, hal ini dapat merangsang panca indra dan emosi siswa dan

membawa siswa pada setiap adegan-adegan yang terjadi pada sebuah film dan siswa

merasa menjadi pemeran dalam film tersebut. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh

ahli-ahli pada paragraph-paragraf sebelumnya.

Maka dari itu kerangka pikir pada penelitian ini adalah layanan bimbingan

klasikal dengan teknik sinema dapat meningkatkan perilaku prososial pada siswa,

karena layanan bimbingan klasikal juga termasuk layanan preventif dan kuratif yang

juga dengan dimplementasikannya teknik sinema pada layanan tersebut dapat

merangsang emosi siswa dan mempermudah siswa dalam menerima informasi

38
sehingga siswa dapat memahami, menghayati, dan mengimplementasikan perilaku

prososial dalam kehidupan sosial.

Tindakan yang dilakukan terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi. Pada tahap pertama yaitu perencanaan yang dilakukan

untuk persiapan pretest dan posttest yang kemudian memberikan skala pretest,

berkoordinasi dengan guru wali kelas dan guru bimbingan konseling, dan Menyusun

jadwal serta tempat pelaksanaan tindakan dilakukam. pada tahap pelaksanaan ada tiga

tindakan yaitu, melaksanakan layanan bimbingan klasikal sesuai dengan RPL

(Rencana Pelaksanaan Layanan) yang terdiri dari tiga tahap yaitu, beginning stage,

working Stage, dan terminating. Pada pelaksanaan bimbingan klasikal, peneliti

dibantu oleh guru bimbingan dan konseling sebagi observer. Selanjutnya observasi,

observasi dilakukan sebelum dan sesudah layanan diberikan kepada siswa untuk

melihat efek dari layanan yang telah diberikan. Refleksi, refleksi dilaksanakan untuk

mengetahui hasil dari pemberian layanan bimbingan klasikal dengan teknik sinema

apakah memberikan pengaruh positif pada peningkatan perilaku prososial pada siswa.

39
Gambar 1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis pada penelitian tindakan ini adalah secara umum perilaku prososial siswa

kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang meningkat di setiap siklusnya dengan tindakan

yang diberikan menggunakan penerapan teknik sinema pada layanan bimbingan

klasikal.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan jenis penelitian tindakan. Menurut Aqib & Amrullah, (2018: 1) menjelasakan

bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dimana temat

guru mengajar dengan menenkankan tujuan untuk penyempurnaan atau peningkatan

proses pada praktik mengajar. Adapun pendapat lain Menurut Arikunto, Suhardjono,

& Supardi (2021: 194) mengungkapkan bahwa PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang muncul di kelas

dan dirasakan oleh guru. Maka dari itu PTK dilakukan karena guru yang merasakan

permasalahan di dalam kelas ketika sedang melakukan kegiatan pembelajaran dan

melakukan PTK untuk meperbaiki permasalahan dalam proses pembelajaran menjadi

lebih baik. Ketika dosen atau penelitia lain selain guru ingin menggunakan PTK, sudah

seharusnya berkolabirasi dengan guru yang bersangkutan di sekolah tersebut, karena

memang cukup sulit diterima jika peneliti di luar sekolah melakukan PTK tanpa

adanya kolaborasi dengan guru di sekolah tersebut.

Berdasarkan pada penjelasan ahli di paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan di dalam kelas yang memiliki tujuan

untuk meningkatkan proses pembelajaran serta dapat dilakukan secara kolaboratif

41
antar guru dengan peneliti atau dilakukan secara individu oleh guru yang berperan

ganda menjadi peneliti dan observer di dalam kelas.

Pada penelitian ini penelitian menerapkan model PTK yang diciptakan oleh

Kemmis & Mc Taggart. Menurut Aqib (2018: 41) menjelsakan bahwa model

penelitian ini memiliki beberapa langkah di setiap siklusnya yaitu, perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Taggart

42
B. Waktu Penelitian

Penelitian mengenai peningkatan perilaku prososial pada siswa SMP Negeri 1

Pancalang dengan menerapkan teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal dan

dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2023.

Tabel 1. Jadwal Penelitian


Bulan
Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Identifikasi dan
penetapan masalah
Penyusunan proposal
Penyusunan instrument
Perizinan
Persiapan pengambilan
data
Pengambilan data pra-
siklus
Analisis data pra-siklus
Pemberian tindakan
siklus 1
Pengumpulan dan
analisis data siklus 1
Pemberian tindakan
siklus 2
Pengumpulan dan
analisis data siklus 2
Penyusunan laporan

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pancalang yang berlokasi di Jalan

Raya. Pancalang, Dusun. Wage, RT 01, RW 02, Desa. Pancalang, Kecamatan.

Pancalang, Kabupaten. Kuningan, Jawa Barat. SMP Negeri 1 Pancalang berdiri sejak

tahun 1991. Sekolah ini bertempat di pedesaan dan bersebelahan dengan SD Negeri

43
Pancalang. Terdapat banyak siswa yang berasal dari berbagai Desa di Kecamatan

Pancalang.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas 8 B SMP Negeri 1

Pancalang dengan jumlah 31 siswa, 16 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki .

Subjek penelitian ditentukan berdasarkan tempat terjadinya permasalahan.

Permasalahan terkait perilaku prososial yang kurang muncul terjadi pada siswa kelas

8 B SMP Negeri 1 Pancalang.

E. Definisi Operasional

a. Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal merupakan salah satu dari layanan dasar bimbingan dan

konseling. Bimbingan klasikal adalah layanan dasar yang dilaksanakan dengan tujuan

untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada siswa dalam jumlah kelas.

Bimbingan klasikal merupakan layanan preventif yang dimana terdapat bidang-bidang

layanan di dalamnya yaitu, karir, pribadi, sosial, dan belajar. Pada pelaksanaannya

bimbingan klasikal dilaksanakan secara sistematis dan tersusun, karena terdapat

perencanaan sebelum dilaksanakannya bimbingan klasikal. Terdapat perencanaan dan

perumusan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Bimbingan klasikal memiliki

tiga tahap pada pelaksanaannya yaitu tahap awal, tahap inti, tahap akhir, dan evaluasi.

b. Teknik Sinema

44
Teknik sinema merupakan salah satu teknik bimbingan. Teknik ini

menggunakan film atau video sebagai sarana penyampaian materi. Tujuan

pengggunaan film atau video sebagai sarana penyampaian materi yaitu untuk

memberikan stimulus pada penonton pada setiap adegan yang ditampilkan dan

memunculkan emosi pada penonton agar penonton dapat merasakan dan meresapi

setiap adegan sehingga memunculkan pemahaman dan pengalaman baru yang dapat

dikaitkan dengan realita dalam kehidupan nyata. Film yang diberikan tentunya yang

berkaitan dengan materi yang akan disampaikan pada kegiatan tersebut.

c. Perikaku Prososial

Perilaku prososial merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk

memberikan kesejahteraan pada orang lain tanpa mengaharapkan suatu apapun

terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemberi. Perilaku prososial memiliki beberapa

aspek yaitu berbagi, menolong, kerjasama, jujur, menyumbang, dermawan, serta

memberikan kesejahteraan pada orang lain. Perilaku prososial juga memiliki beberapa

faktor yang mempengaruhi adanya perilaku prososial yaitu faktor situasional dan

dalam diri. Pada faktor situasional diantaranya adalah bystander, daya tarik, atribusi

terhadap korban, ada model, dan desakan waktu. Sedangkan pada faktor dalam diri

yaitu suasana hati, pola asuh, sifat, dan tempat tinggal.

F. Skenario Tindakan

Penelitian ini didesain menjadi beberapa siklus karena pada dasarnya PTK

dengan model Kemmis & Taggart, 1989 merupakan penelitian yang memiliki siklus

45
berkelanjutan. Pada setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan tindakan yang sama

yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahap pertama penelitian,

peneliti ,menyiapkan instrument pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat

perilaku prososial siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Pada tahap ini juga

dilakukan penyebaran instrumen pre-test kepada siswa untuk mengetahui tingkatan

perilaku prososial pada siswa sebelum diberikan tindakan. Setelah mendapatkan hasil

pre-test, peneliti berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling untuk

menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Berlanjut pada tahap pelaksanann, peneliti

berkolaborasi dengan guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam melaksanakan

tindakan dengan menerapkan teknik sinema dalam layanan bimbingan klasikal yang

mengacu pada RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan) yang telah dibuat. Pada tahap

pelaksanaan terdiri dari beberapa tahapan yaitu, tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir.

Tahap ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 40 menit pada setiap pertemuan. Setelah

dilakukannya pelaksanaan tindakan, dilakukan observasi yang dilakukan oleh guru

bimbingan dan konseling di sekolah tersebut sebagai bentuk kolaborasi antara peneliti

dan guru bimbingan dan konseling di sekolah. Observasi dilakukan sebelum dan

sesudah dilakukannya tindakan. Kemudian tahap refleksi yang dilakukan untuk

mengetahui keberhasilan dan kegagalan dari hasil pemberian tindakan. Tahap ini

dilakukan sebagai referensi perbaikan pada siklus tindakan selanjutnya apabila

tindakan pada siklus sebelumnya belum menunjukan keberhasilan.

Berikut adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini :

46
1. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan peneliti merencanakan dan menyiapkan segala hal yang

perlu disiapkan sebelum dilakukannya pelaksanaan tindakan yaitu :

1) Menyusun instrument skala perilaku prososial untuk mengukur perilaku prososial

siswa kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang ketika pre-test sebelum

dilaksanakannya sebuah tindakan dan post-test setelah dilaksanakannya tindakan.

Menyusun RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan), membuat materi, dan mencari

infromasi tentang film yang akan digunakan.

2) Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk penerapan teknik sinema pada

layanan bimbingan klasikal.

3) Menyebarkan instrument skala perilaku prososial kepada siswa kelas 8 B SMP

Negeri 1 Pancalang dengan tujuan untuk mengetahui tingkat perilaku prososial

pada siswa sebelum diberikan tindakan.

4) Berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling setelah mendapatkan hasil

dari pre-test dan berkoordinasi terkait dengan segala hal yang akan dilakukan saat

memberikan tindakan di dalan kelas.

5) Berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling untuk menyusun jadwal

pelaksanaan tindakan.

b. Pelaksanaan

47
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menerapkan teknik sinema pada

bimbingan klasikal dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan perilaku prososial

bersama-sama di kelas.

1) Tindakan I

Pada tindakan pertama, penelitia akan memberikan layanan dasar bimbingan

klasikal pada siswa dengan menggunakan teknik sinema. Pelaksanaan layanan dasar

bimbingan klasikal dilaksanakan sesuai rancangan kegiatan pada RPL (Rencana

Pelaksanaan Layanan) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Tahap Awal

Pada tahap awal, peneliti akan menjelaskan kepada siswa kelas 8 B SMP

Negeri 1 Pancalang terkait kegiatan bimbingan klasikal dengan teknik sinema dan

maksud dari tujuan dilaksnakannya kegiatan tersebut. Setelah menjelaskan terkait

maksud dan tujuan, membangun hubungan yang baik dengan siswa dengan cara

berkenalan dan menyapa, mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk

penayagan film, kemudian melakukan ice breaking yang dikemas menjadi sebuah

game, serta berdiskusi terkait permasalahan yang diangkat pada kegiatan layanan dasar

bimbingan klasikal. Membangun hubungan dengan siswa diharapkan dapat

mempermudah pemberian tindakan melalui kegiatan bimbingan klasikal dengan

teknik sinema.

b) Tahap inti

48
Pada Tahap ini peneliti menggunakan tiga film pendek yang berkaitan dengan

perilaku prososial, 2 film short movie dan 1 film animasi. Peneliti menayangkan film

pada tahap inti bimbingan klasikal satu persatu sampai semua film sudah ditayangkan

kepada semua siswa. Setelah menayangkan film, peneliti mengajak siswa di kelas

untuk berdiksusi terkait makna yang terkandung dalam film tersebut. Siswa

diperintahkan untuk berdiskusi dengan teman sebangku terlebih dahulu yang

kemudian peneliti akan memberikan pertanyaan pada beberapa siswa di kelas terkait

hasil dari diskusi. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan kepada siswa dengan

cara membedah film yang telah ditonton sebelumnya dan menjelaskan kembali makna

yang terkandung dalam film tersebut dengan tujuan agar siswa lebih paham dengan isi

materi dalam film.

c) Tahap akhir

Agenda selanjutnya yaitu tahap akhir, pada tahap ini peneliti memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali apabila masih ada yang belum

dipahami, jika siswa sudah dirasa paham maka peneliti menutup tindakan pertama

dengan memberi kata-kata mutiara serta salam penutup. Tahap selanjutnya adalah

evaluasi bimbingan klasikal yang telah dilaksanakan dengan siswa. tahap evaluasi ini

dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada siswa terkait kesan dan pesan setelah

melaksanakan kegiatan bimbingan klasikal deng teknik sinema. Adanya evaluasi

bertujuan untuk memperbaiki pemberian layanan di sesi selanjutnya agar lebih baik

dan dapat meningkatkan antusiasme siswa. Setelah dilakukan evaluasi peneliti pamit

49
undur diri kepada siswa dan memberitahukan bahwa akan diadakan kegiatan

bimbingan klasikal berikutnya.

1) Tindakan II

a) Tahap Awal

Kegiatan diawali dengan salam serta membangun hubungan baik dengan siswa

melalui sapaan, bertanya kabar, serta bertanya terkait pengimplementasian perilaku

prososial siswa di kehidupan sehari-hari setelah dilaksanakannya tindakan pertama.

Kemudian dilanjut dengan menjelaskan teknis pelaksanaan kegiatan bimbingan

klasikal dengan teknik sinema yang dikemas berbeda dengan pertemuan sebelumnya

yang dimana akan ada quiz setelah siswa menyimak film yang ditayangkan,

menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan, mempersiapkan alat-alat yang

akan digunakan untuk penayangan film, dilanjut dengan ice breking berupa permainan

, kemudian ke tahap berikutnya yaitu tahap inti.

b) Tahap Inti

Pada tahap inti, peneliti memberikan instruksi kepada siswa untuk kondusif

dan menyimak film yang ditayangkan. Peneliti menayangkan film-film tentang

perilaku prososial yang sama dengan tindakan pertama dan meminta siswa untuk

menyimak serta memahami kembali makna dalam film yang ditayangkan. Setelah

penayangan film-film selesai, peneliti akan memberikan quiz berhadiah kepada siswa

dengan tujuan untuk memicu semangat siswa dalam menyimak dan memahami makna

film yang ditayangkan. Pemberian quiz dilaksanakan dengan cara memberikan

50
pertanyaan langsung kepada seluruh siswa dan siswa menjawab dengan cara

mengangkat tangannya terlebih dahulu, yang lebih awal mengangkat tangan dan

menjawab pertanyaan dengan tepat akan mendapatkan hadiah dari peneliti. Setelah

dilaksanakannya quiz berhadiah dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap akhir.

c) Tahap Akhir

Pada tahap ini Setelah berdiskusi dan memahami makna dari film-film yang

telah ditayangkan, guru bimbingan dan konseling memberikan penguatan kepada

siswa terkait makna pada film-film tersebut dan menjelaskan manfaat-manfaat ketika

menerapkan perilaku prososial di kehidupan sehari-hari kepada siswa agar dapat

diterapkan dan meningkatkan perilaku prososial siswa. Agenda selanjutnya guru

bimbingan dan konseling dengan siswa melakukan evaluasi terkait kegiatan

bimbingan klasikal untuk dijadikan sebagai perbaikan dan peningkatan proses

bimbingan klasikal yang akan dilakukan apabila pada siklus pertama belum mencapai

target indikator keberhasilan penelitian.

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian tindakan yang diberikan

kepada siswa melalui penerapan teknik sinema pada bimbingan klasikal. Observasi

dilakukan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Ketika melakukan

observasi, observer juga mencatat dan mengamati segala hal yang terjadi ketika dan

setelah dilaksanakannya tindakan kepada siswa. Hal-hal tersebut dapat berupa alur

51
kegiatan teknik sinema dalam bimbingan klasikal, hubungan peneliti dengan siswa,

antusias siswa pada kegiatan tersebut, suasana ketika kegiatan berlangsung,

pelaksanaan diskusi serta proses pembedahan film, dan perilaku siswa setelah

diberikan tindakan.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah peneliti melaksanakan tindakan di dalam kelas.

Tujuan dari adanya refleski yaitu untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan pada

tindakan yang telah dilaksanakan menggunakan teknik sinema pada kegiatan

bimbingan klasikal serta melihat pengaruh dari pemberian tindakan kepada siswa.

Refleksi dilaksanakan dengan melakukan penyebaran instrument skala post-test yang

telah dibuat. Setelah dilakukannya refleksi dan mendapatkan hasil, peneliti dapat

menyimpulkan keberhasilan dan kegagalan tindakan dengan melihat indikator

keberhasilan yang dibahas pada subbab selanjutnya. Penelitian ini akan diakhiri ketika

hasil post-test sesuai dengan indikator keberhasilan. Namun ketika hasil post-test tidak

sesuai maka akan dilakukan tindakan berikutnya dengan minimal dua siklus tindakan.

2. Siklus II

Pada siklus II peneliti mengikuti prosedur yang sudah dilaksanakan pada siklus

I dan disesuaikan dengan hasil dari observasi serta refleski siklus I, yang dimana terdiri

dari :

a. Perencanaan

52
Tahap perencanaan, peneliti mengikuti beberapa perencanaan pada siklus I

yaitu :

1) Menyusun RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan) yang disesuaikan dengan hasil

observasi dan refleksi siklus I.

2) Mengecek kembali alat-alat yang diperlukan untuk pemeberian tindakan layanan

bimbingan klasikal dengan teknik sinema di siklus II.

3) Menjadawalkan kembali pemberian tindakan siklus II dengan guru bimbingan dan

konseling di sekolah.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tidak berbeda dengan siklus I yang dimana terdapat

dua tindakan pada siklus II. Tindakan I dan II akan mengikuti hasil dari refleksi dan

observasi pada siklus I.

c. Observasi

Observasi tidak berbeda dengan siklus I, tahap ini dibantu oleh guru bimbingan

dan konseling sebagai observer yang mengamati siswa pada proses pemeberian

tindakan dan pasca pemberian tindakan. Observer menggunakan pedoman observasi

yang digunakan pada siklus I untuk mengamati perubahan siswa ketika proses

pemberian tindakan dan pasca pemberian tindakan.

d. Refleksi

53
Refleksi dilaksanakan setelah pemberian tindakan dilaksanakan dengan

menggunakan instrument skala perilaku prososial yang sama dengan siklus I sebagai

post-test untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah diberikan. Apabila pada

hasil post-test menunjukan keberhasilan yang sesuai dengan indikator keberhasilan,

maka pemeberian tindakan dihentikan pada siklus II.

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2021: 296) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan suatu hal penting dalam penelitian karena memiliki tujuan utama dari

penelitian yaitu mengumpulkan data. Data yang telah dikumpulkan akan menjadi bukti

penting dalam suatu penelitian. Terdapat banyak macam teknik pengumpukan data

dalam penelitian yang tentunya disesuaikan dengan berbagai jenis metodologi

penelitian yang dipilih.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi

beberapa teknik yaitu skala Likert, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Skala Likert

Menurut Sugiyono (2021: 146) menjelaskan bahwa skala Likert merupakan

seuatu alat yang digunakan peneliti untuk melakukan pengukuran terhadap varibel

54
yang sedang diteliti, variabel tersebut dapat berupa sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok tentang suatu fenomena sosial.

b. Observasi

Menurut Sugiyono (2021: 203) mengungkapkan bahwa observasi merupakan

teknik pengumpulan data yang spesifik dibandingkan dengan teknik pengumpulan

data wawancara atau angket karena observasi tidak terbatas pada obyek manusia

semata, namun observasi dapat dilakukan pada obyek-obyek alam dan lainnya.

Observasi juga dapat digunakan dalam penelitian yang bersangkutan dengan perilaku

manusia, karena dengan pengamatan secara langsung peneliti dapat mendapatkan data

yang lebih spesifik.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2021: 315) menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengabadikan peristiwa yang telah

berlalu. Dokumen dapat berbentuk gambar, tulisan, dan video. Dokumntasi dapat

dijadikan sebagai penguat data yang telah dikumpulkan menggunakan teknik-teknik

yang lain agar data lebih kredibel. Namun terkadang terdapat juga dokumentasi yang

tidak memiliki kredibilitas yang tinggi.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2021: 156) menjelaskan bahwa instrumen pengumpulan

data merupakan sebuah alat untuk mengukur fenomena yang diangkat dalam

55
penelitian. Dengan adanya instrumen penelitian, akan memudahkan peneliti dalam

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diangkat dalam penelitian. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian memiliki dua syarat yang harus dipenuhi sebelum

dijadikan sebagai alat ukur, yaitu instrumen harus valid dan reliabel.

a. Skala Perilaku Prososial

Skala perilaku prososial merupakan alat untuk mengukur tingkatan perilaku

prososial yang dimiliki oleh individu. Instrument skala perilaku prososial akan

digunakan untuk mengukur tingkatan perilaku prososial yang dimiliki oleh siswa kelas

8 B SMP Negeri 1 Pancalang. Instrumen skala perilaku prososial disusun berdasarkan

aspek-aspek yang terdapat pada perilaku prososial menurut Eisenberg, 1999 (dalam

Lestari dan Witri, 2019) yaitu :

a) Adanya tindakan berbagi (sharing)

b) Adanya tindakan menolong (helping)

c) Adanya tindakan menyumbang (donating)

d) Adanya tindakan kerjasama (cooperating)

e) Adanya tindakan kejujuran (honesty)

f) Adanya tindakan kedermawanan (generosity)

g) Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain

Instrumen skala perilaku prososial disusun dengan menggunakan model skala

Likert. Pada skala model ini, responden diperintahkan untuk memilih jawaban atas

56
pernyataan yang diberikan dengan alternatif pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS),

sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Adapun kisi-kisi dari skala perilaku prososial disusun berdasarkan aspek-aspek

dan indikator perilaku prososial sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Perilaku Prososial Siswa

No Aspek Indikator Sub indikator F/UF No ∑


Butir

1. Berbagi Bersedia berbagi a. Mampu berbagi F 1 4


perasaan dengan perasaan suka atau
teman sebaya duka dengan teman.
UF 2
F 3
UF 4
b. Mendengarkan F 5 2
keluh kesah teman
UF 6
Bersedia untuk a. Munculnya perasaan F 7 2
2. Menolong memberikan atau untuk menolong
menawarkan ketika dimintai UF 8
pertolongan pertolongan.
kepada teman b. Munculnya Perasaan F 9 2
atau orang lain. inisiatif untuk
UF 10
menawarkan
pertolongan
3. Menyumbang Menyisihkan a. Adanya rasa inisiatif F 11 4
sebagian harta untuk memberi UF 12
untuk membantu dalam bentuk F 13
teman. tenaga, pikiran, atau UF 14
materi kepada
teman.
b. Membantu dan F 15 4
peduli kepada UF 16

57
teman yang kurang F 17
mampu. UF 18
4. Kerjasama Bekerja bersama a. Saling membantu F 19 2
untuk dalam melakukan
UF 20
mewujudkan pekerjaan yang
tujuan yang sama. melibatkan gotong
royong.
b. Tidak saling F 21 2
mengandalkan
UF 22
dalam mengerjakan
tugas kelompok.
c. Saling membantu F 23 2
ketika mengerjakan
tugas kelompok. UF 24
5. Kejujuran Bertindak dan a. Tidak memanipulasi F 25 2
berkata jujur fakta atau informasi UF 26
sesuai dengan
b. Tidak berbuat F 27 2
kenyataan tanpa
curang dan UF 28
adanya
merugikan teman.
manipulasi yang
merugikan orang
lain.
6. Kedermawanan Melakukan a. Membantu teman F 29 2
kebaikan secara tanpa mengharapkan UF 30
suka rela tanpa imbalan.
mengharapkan b. Memberikan F 31 2
pujian dan sebagian yang UF 32
imbalan. dimiliki kepada
teman yang
membutuhkan tanpa
membeda-bedakan
7. Mempertimbangk Bertindak dan a. Melakukan tindakan F 33 2
an hak dan berkata dengan dengan UF 34
kesejahteraan hati-hati demi mempertimbangkan
orang lain kenyamanan dan efek baik dan buruk
kedamaian untuk orang lain.
bersama. b. Memperhatikan F 35 2
segala ucapan yang
dikeluarkan agar

58
tidak menyakiti hati UF 36
orang lain.
Jumlah 36

Tabel 3. Penetapan Skor Skala Perilaku Prososial


Alternatif Jawaban Skor
Favorable (+) Unfavorable (-)
Selalu (SL) 4 1
Sering (SR) 3 2
Kadang-Kadang (KK) 2 3
Tidak Pernah (TP) 1 4

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperkuat data yang telah dikumpulkan dengan

teknik pengumpulan data yang lain. Obesrvasi menjadi pelengkap data karena

mengunakan cara pengamatan subjek dan objek yang diteliti. Observasi dilakukan

secara sistematis menggunakan lembar observasi yang telah disusun berdasarkan

aspek-aspek, indikator perilaku prososial, dan rancangan pelaksanaan layanan yang

telah dibuat. Observasi dilakukan ketika pelaksanaan tindakan berlangsung dan setelah

pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa ketika

diberikan tindakan dan mengetahui perkembangan perilaku prososial siswa setelah

diberikan tindakan.

59
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Tindakan
No Objek yang Diamati Ya Tidak Ket
1. Siswa antusias saat mengikuti kegiatan layanan
bimbingan klasikal dengan teknik sinema.
2. Siswa kondusif ketika mengikuti kegiatan.
3. Siswa menyimak film yang ditayangkan.
4. Siswa aktif dalam mendiskusikan film yang
ditayangkan
5. Siswa mendengarkan ketika sedang pembedahan film
6. Siswa aktif menjawab dan bertanya ketika kegiatan
berlangsung.
7. Siswa memahami materi yang disampaikan.
8. Siswa aktif dalam menyampaikan pendapat.
9. Siswa dapat memberikan kesimpulan dari materi
yang diberikan.
10. Siswa aktif dalam memberikan evalusi kegiatan

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pasca Tindakan


No Objek yang Diamati Ya Tidak Ket
1. Kerjasama Siswa ketika diberikan tugas kelompok.
2. Kerjasama Siswa dalam melaksanakan piket kelas
3. Siswa bekata jujur kepada guru atau teman
4. siswa mengakui kesalahan yang telah dilakukan
5. Siswa tidak berbuat curang yang merugikan orang
lain.
6. Siswa berinisiatif untuk menolong teman atau guru.
7. Siswa menolong temannya yang mengalami
kesulitan.
8. Siswa saling merangkul satu sama lain.
9. Siswa saling berbagi baik materi atau non materi
10. Siswa dapat berfikir sebelum bertindak

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

60
Menurut Sugiyono (2021: 361) mengungkapkan bahwa validitas merupakan

tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang

dilaporkan oleh peneliti. Bisa dikatakan bahwa data yang valid dalah data yang sama

antara data yang dilaporkan dan data yang terjadi pada objek penelitian.

Uji validitas instrumen dilakukan sebanyak tiga langkah pengujian. Pada

pengujian pertama, insturmen akan dilakukan proses validasi oleh expert judgement

yang dimana dilakukan oleh dosen pembimbing tugas akhir skripsi. Proses validasi

pertama bertujuan untuk mengetahui kesesuaian instrument dari segi aspek, indikator,

sub indikator, dan butir pernyataan yang telah disusun. Setelah melakukan uji validasi

kepada dosen pembimbing, maka dilanjut dengan uji coba instrument kepada siswa

kelas 8 C SMP Negeri 1 Pancalang dengan jumlah 31 siswa yang dimana merupakan

kelas yang tidak dijadikan sebagai subjek penelitian. Setelah dilakukannya uji coba

instrument kepada siswa, selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan aplikasi

IBM SPSS Statistics versi 24 for Windows untuk menguji kevalidan butir item pada

instrumen.

Uji statistik pada SPSS menggunakan uji pearson product moment yang

dimana jika rhitung > rtabel = valid dan rhitung < rtabel = tidak valid. Nilai rtabel

dengan N = 31 pada signifikansi 5% pada distribusi nilai rtabel statistik di dapatkan

nilai rtabel sebesar 0,355. Berikut tabel hasil uji validitas instrumen menggunakan

SPSS :

61
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Skala Perilaku Prososial Siswa
No Item Nilai r tabel Nilai r hitung Keterangan
1 0,355 0,741 Valid
2 0,355 0,664 Valid
3 0,355 0,501 Valid
4 0,355 0,762 Valid
5 0,355 0,526 Valid
6 0,355 0,582 Valid
7 0,355 0,607 Valid
8 0,355 0,592 Valid
9 0,355 0,597 Valid
10 0,355 0,535 Valid
11 0,355 0,408 Valid
12 0,355 0,689 Valid
13 0,355 0,438 Valid
14 0,355 0,709 Valid
15 0,355 0,646 Valid
16 0,355 0,671 Valid
17 0,355 0,640 Valid
18 0,355 0,629 Valid
19 0,355 0,611 Valid
20 0,355 0,378 Valid
21 0,355 0,509 Valid
22 0,355 0,561 Valid
23 0,355 0.401 Valid
24 0,355 0,650 Valid
25 0,355 0,601 Valid
26 0,355 0,449 Valid
27 0,355 0,649 Valid
28 0,355 0,644 Valid
29 0,355 0,393 Valid
30 0,355 0,561 Valid
31 0,355 0,435 Valid
32 0,355 0,667 Valid
33 0,355 0,510 Valid
34 0,355 0,629 Valid
35 0,355 0,632 Valid
36 0,355 0,503 Valid

62
Berdasarkan hasil uji validitas skala prososial, dari 36 butir item yang telah

diuji coba mendapatkan hasil keseluruhan item sebanyak 36 butir valid dan dapat

digunakan pada penelitian.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono, (2021: 177) menjelaskan bahwa reliabilitas instrumen

adalah syarat untuk pengujian validitas instrument. Instrument yang valid umumnya

reliabel, namun uji reliabilitas instrumen perlu dilakukan.

Uji reliabilitas instrumen menggunakan uji reliabilitas Cronbach’s Alpha yang

dimana menurut Sujarweni, (2014: 193) menjelaskan bahwa uji reliabilitas bisa

dilakukan bersama-sama dengan seluruh butir item pertanyaan dalam kuesioner

penelitian. Uji reliabilitas dapat dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha >

0,60 dan tidak dinyatakan reliabel apanila nilai Cronbach’s Alpha < 0,60. Pengujian

reliabilitas insturmen menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics versi 24 for windows.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen menggunakan SPSS, pengujian ini

mendapatkan hasil nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0, 938 dan dapat dinyatakan

instrumen tersebut reliabel.

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.938 36

63
I. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kuantitatif adalah suatu kegiatan yang dilakukan

setelah seluruh data dari beebagai sumber data dan dari seluruh responden telah

terkumpul. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan ststistik dan terdapat dua

macam statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial (Sugiyono, 2021:

206).

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data statistik deskriptif.

Menurut (Sugiyono, 2021: 207) mengungkapkan bahwa analisis data kuantitatif

menggunakan statistik deskriptif dilakukan apabila peneliti tidak bermaskud untuk

memberi kesimpulan hasil analisis data untuk umum, namun hanya untuk sampel yang

sedang diteliti. Analisis data kuantitatif menggunakan satististik deskriptif ditujukan

untuk melihat perbandingan perkembangan siswa ketika sebelum diberikan tindakan

dan setelah diberikan tindakan pada penelitian ini yang menggunakan PTK dengan

menerapkan teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal.

Azwar (2022: 149-150) menjelaskan langkah-langkah untuk

mengkategorisasikan skala perilaku prososial :

1. Menentukan rentang minimum dan maksimum

Skor minimum = jumlah item x 1

= 36 x 1 = 36

Skor maksimum = jumlah item x 4

= 36 x 4 = 144

64
2. Menghitung luas jarak sebaran

Luas jarak sebaran = 144 - 36 = 108

3. Menghitung standar deviasi

Nilai satuan standar deviasi = 108/6 = 18

4. Menghitung mean teoretik

Mean teoretik = 36 x 2,5 = 90

Apabila hasil perhitungan di atas diinterpretasikan pada 3 kriteria skor perilaku

prososial maka sebagi berikut :

Tabel 8. Perhitungan Kriteria Skor Perilaku Prososial


Rentang Skor Kuantitatif Kriteria
X < (90-18) Rendah
(90 - 18) ≤ X < (90 + 18) Sedang
(90 + 18) ≤ X Tinggi

Tabel 9. Kritera Skor Perilaku Prososial


Rentang Skor Kuantitatif Kriteria
X < 108 Rendah
72 ≤ X < 108 Sedang
108 ≤ X Tinggi

J. Indikator Keberhasilan Tindakan

Tindakan akan dikatakan berhasil ketika sudah mencapai target yang telah

ditentukan peneliti yaitu :

1. Kriteria keberhasilan tindakan ditandai dengan skor rata-rata kelas menggunakan

instrumen skala perilaku prososial mendapatkan hasil minimal 75%.

65
2. Penelitian ini juga dapat dianggap berhasil dengan melihat hasil observasi ketika

proses tindakan atau setelah proses tindakan. hal ini dilakukan untuk melihat

kesamaan hasil dari setiap teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan. Jika

data yang telah dikumpulkan teknik memiliki kesamaan hasil yang meningkat,

maka penelitian akan dianggap berhasil.

3. Siswa dapat mengimplementasikan aspek-aspek yang ada di dalam perilaku

prososial pada kehidupan sehari-hari terkhusus ketika di lingkungan sekolah.

66
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E., Yuliansyah, M., & Auliah, N. (2022). Peningkatan motivasi belajar siswa
melalui teknik cinema therapy di era new normal pada kelas X di SMK Negeri
3 Amuntai. Jurnal Inovasi Pendidikan, 3169-3174.
Aqib, Z., & Amrullah, A. (2018). PTK penelitian tindakan kelas-teori dan aplikasi.
Yogyakarta: ANDI.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2019). Penelitian tindakan K\kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Azwar, S. (2021). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badaruddin, M., & Sutoyo, A. (2021). Hubungan antara keaktifan berorganisasi
dengan tingkat perilaku prososial mahasiswa pengurus PMII UNNES Tahun
2020. JCOSE Jurnal Bimbingan dan Konseling, 78-85.
Fatimah, D. N. (2017). Layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan self control
siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta. HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan
Dakwah Islam, 25-37.
Fauzi, I., & Setyawati, S. P. (2021). Sinema edukasi untuk memperkuat perilaku sopan
santun siswa. Seminar Nasional Virtual Konseling Kearifan Nusantara 2 dan
Call For Papers, (pp. 248-251). Kediri.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2016). Bimbingan dan konseling. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR.
Hantono, D., & Pramitasari, D. (2018). Aspek perilaku manusia sebagai mahluk
individu dan sosial. National Academic Journal of Architecture, 86-93.
Hajar, V. A. (2017). Layanan Bimbingan Klasikal Dalam Meningkatan Kedisiplinan
Peserta Didik Di Sekolah Menengah Pertama 6 Bandar Lampung. Skripsi,
diterbitkan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Jurusan Bimbingan Dan
Konseling, Lampung.
Hidayat, D. R. (2018). Konseling di sekolah pendekatan-pendekatan kontemporer.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana prenadamedia group.
Juliantika, Y. T., & Khusumadewi, A. (2017). Penerapan cinematherapy untuk
meningkatkan empati siswa kelas X multimedia di SMKN 1 Driyorejo. Jurnal
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, 243-255.

67
Khasanah, B. L., & Fauziah, P. (2021). Pola asuh ayah dalam perilaku prososial anak
usia dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 909-922.
Lestari, S. S., & Witri, T. M. (2019). Hubungan antara religiusitas dan kecerdasan
emosional terhadap komunikasi sosial (studi pada perilaku prososial
mahasiswa). Medium: Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Riau, 1-17.
Maretha, T., Susanti, R. H., & Sari, E. K. (2020). Keefektifan teknik cinema therapy
untuk meningkatkan sikap altruistik siswa kelas VIII di SMPN 1 Gondanglegi
Kabupaten Malang. Jurnal Konseling Indonesia, 54-61.
Matondang, E. S. (2016). Perilaku prososial (prosocial behavior) anak usia dini dan
pengelolaan kelas melalui pengelompokan usia rangkap (multiage grouping).
EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasa, 34-47.
Mukhtar, Budiamin, A., & Yusuf, S. (2016). Program layanan bimbingan klasikal
untuk meningkatkan self-control siswa. PSIKOPEDAGOGIA, 1-16.
Nugraha, R. A. (2020). Perilaku prososial dan pengembangan keterampilan sosial
siswa. Tegal: Badan Penerbit Universitas Pancasakti Tegal.
Rosidah, A. (2017). Layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri
siswa underachiver. Jurnal Fokus Konseling, 154-162.
Saputra, M. A., Indreswari, H., & Rahman, D. H. (2022). Pengembangan panduan
teknik sinema edukasi untuk meningkatkan interaksi sosial siswa sekolah
menengah kejuruan. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan
Pendidikan, 460-470.
Selomo, C. D., Suryanto, & Santi, D. E. (2020). Perilaku prososial ditinjau dari
pengaruh teman sebaya dengan empati sebagai variabel antara pada generasi
Z. Briliant : Jurnal Riset dan Konseptual, 646-660.
Sugiyono. (2021). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sujarweni, V. W. (2014). SPSS untuk penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tartila, M. F., & Aulia, A.-A. L. (2021). Kecerdasan interpersonal dan perilaku
prososial. Jurnal Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas
Yudharta Pasuruan, 53-66.

68
Widaningsih, N. I., & Eko, I. (2015). Hubungan antara empati dengan kecenderungan
perilaku prososial perawat di rumah sakit Tk III 04.06.03 Dr. Soetarto
Yogyakarta. SPIRITS, 1-6.
Wulandari, E., & Satiningsih. (2018). Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
prososial pada siswa kelas XI di MAN 1 Tuban. Character : Jurnal Penelitian
Psikologi, 1-6.
Yusuf, P. M., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan antara regulasi emosi dengan
perilaku prososial pada siswa sekolah menengah atas. Jurnal Empati, 98-104.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Panduan operasional
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sekolah menengah pertama (SMP).
Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

69
LAMPIRAN-LAMPIRAN

70
Lampiran 1 Kisi-Kisi Skala Perilaku Prososial Siswa
Kisi-Kisi Skala Perilaku Prososial Siswa

No Aspek Indikator Sub indikator Pernyataan F/UF No ∑


Butir
1. Berbagi Bersedia berbagi c. Mampu berbagi Saya senang melihat teman saya F 1 4
perasaan dengan teman perasaan suka atau dalam keadaan senang.
sebaya duka dengan teman.
Saya tidak suka melihat teman saya UF 2
senang.
Saya menghibur teman saya yang F 3
merasa sedih.
Saya tidak peduli dengan teman saya UF 4
yang merasa sedih
d. Mendengarkan keluh Saya senang saat teman saya F 5 2
kesah teman menjadikan saya sebagai sandaran
untuk berkeluh kesah
Saya merasa tidak nyaman ketika UF 6
mendengarkan keluh kesah teman
saya.
Bersedia untuk c. Munculnya perasaan Saya menolong teman saya yang F 7 2
2. Menolong memberikan atau untuk menolong ketika minta pertolongan kepada saya
menawarkan dimintai pertolongan. Saya tidak peduli dengan teman saya UF 8
pertolongan kepada yang meminta pertolongan kepada
teman atau orang lain. saya

71
d. Munculnya Perasaan Saya berinisiatif untuk menolong F 9 2
inisiatif untuk teman saya yang sedang
menawarkan membutuhkan pertolongan
pertolongan Saya tidak peduli dengan teman saya UF 10
yang membutuhkan bantuan
3. Menyumbang Menyisihkan sebagian c. Adanya rasa inisiatif Saya memberikan sebagian uang F 11 4
harta untuk membantu untuk memberi dalam jajan saya kepada teman saya yang
teman. bentuk tenaga, pikiran, membutuhkan
atau materi kepada Saya menghabiskan uang jajan tanpa UF 12
teman. mempedulikan teman saya yang
membutuhkan
Saya memberikan sebagian jajanan F 13
kepada teman yang membutuhkan.
Saya menolak untuk membagi UF 14
jajanan saya dengan teman yang
membutuhkan.
d. Membantu dan peduli Saya peduli kepada teman saya yang F 15 4
kepada teman yang kurang mampu
kurang mampu. Saya merasa teman saya yang tidak UF 16
mampu bukanlah urusan saya
Saya suka membantu teman saya F 17
yang kurang mampu
Saya mementingkan diri saya UF 18
dibandingkan membantu teman saya
yang kurang mampu

72
4. Kerjasama Bekerja bersama untuk d. Saling membantu Saya membantu ketika ada pekerjaan F 19 2
mewujudkan tujuan dalam melakukan gotong royong membersihkan kelas
yang sama. pekerjaan yang atau sekolah
melibatkan gotong Saya bermalas-malasan ketika ada UF 20
royong. kegiatan gotong royong
membersihkan kelas dan sekolah
e. Tidak saling Saya merasa khawatir ketika saya F 21 2
mengandalkan dalam tidak ikut membantu dalam tugas
mengerjakan tugas kelompok
kelompok. Saya megandalkan teman saya yang UF 22
lebih pintar di dalam kelompok
ketika ada tugas kelompok.
f. Saling membantu Saya aktif di dalam kelompok ketika F 23 2
ketika mengerjakan mengerjakan tugas kelompok
tugas kelompok. Saya tidak suka membantu kelompok UF 24
ketika mengerjakan tugas kelompok
5. Kejujuran Bertindak dan berkata c. Tidak memanipulasi Saya mengakui kesalahan yang saya F 25 2
jujur sesuai dengan fakta atau informasi lakukan
kenyataan tanpa adanya Saya memanipulasi fakta ketika saya UF 26
manipulasi yang melakukan kesalahan
merugikan orang lain. d. Tidak berbuat curang Saya mengerjakan soal ujian dengan F 27 2
dan merugikan teman. jujur karena takut merugikan orang
lain.
Saya menyontek ketika ujian demi UF 28
kebaikan saya

73
6. Kedermawanan Melakukan kebaikan c. Membantu teman Saya tidak mengharapkan apapun F 29 2
secara suka rela tanpa tanpa mengharapkan ketika sudah mebantu orang lain
mengharapkan pujian imbalan. Saya berharap orang yang telah saya UF 30
dan imbalan. bantu memberikan imbalan kepada
saya.
d. Memberikan sebagian Saya memberikan sebagian uang F 31 2
yang dimiliki kepada jajan untuk teman yang
teman yang membutuhkan tanpa membeda-
membutuhkan tanpa bedakan teman.
membeda-bedakan Saya menghabiskan seluruh uang UF 32
jajan saya tanpa memedulikan teman
saya yang tidak punya uang jajan.
7. Mempertimbangkan Bertindak dan berkata c. Melakukan tindakan Saya berhati-hati dalam bertindak F 33 2
hak dan dengan hati-hati demi dengan demi kenyamanan orang lain
kesejahteraan orang kenyamanan dan mempertimbangkan Saya lebih mementingkan UF 34
lain kedamaian bersama. efek baik dan buruk kenyamanan saya atas tindakan saya
untuk orang lain. tanpa mementingkan kenyamanan
orang lain
d. Memperhatikan segala Saya memperhatikan ucapan saya F 35 2
ucapan yang ketika berbicara dengan orang lain.
dikeluarkan agar tidak
menyakiti hati orang
lain. Saya berkata kasar kepada orang lain UF 36
tanpa memedulikan perasaannya.
Jumlah 36

74
Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen
Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Skala Prososial Siswa
R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Total
1 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 4 2 2 1 3 2 2 2 4 2 3 1 4 2 4 3 4 3 3 99
2 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 2 3 2 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 4 4 3 2 115
3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 127
4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 126
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 144
6 2 4 3 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 1 4 2 4 3 3 114
7 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 124
8 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 125
9 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 1 4 4 1 4 1 1 1 2 4 1 4 4 4 117
10 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 1 4 2 4 3 4 2 3 4 4 4 1 2 4 3 3 4 3 4 4 1 3 4 3 2 3 115
11 2 4 3 4 1 3 4 4 2 4 2 4 2 3 2 1 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 96
12 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 1 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 3 122
13 3 3 3 3 4 1 3 4 3 3 2 3 1 4 3 3 1 3 4 4 4 1 3 2 4 2 3 1 1 1 2 2 3 3 3 4 97
14 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 123
15 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 3 4 2 2 3 2 1 2 4 2 2 3 4 4 4 4 2 3 4 3 114
16 3 3 3 4 2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 2 2 4 2 3 2 3 3 4 2 3 2 4 3 4 2 3 102
17 4 4 1 3 1 2 1 3 2 1 3 4 2 4 3 4 4 4 2 2 4 4 2 3 4 1 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 108
18 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 1 3 1 4 4 4 2 4 4 4 2 2 2 4 2 3 4 3 1 3 1 4 4 1 3 3 100
19 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 133
20 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 130
21 4 4 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 121
22 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 1 3 4 2 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 126
23 4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 125
24 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 130
25 2 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 4 2 3 97

75
26 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 73
27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 72
28 2 4 2 4 2 3 3 3 2 4 2 4 2 4 3 4 2 4 3 3 2 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 111
29 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 97
30 2 3 2 3 1 4 2 4 2 4 2 4 2 3 2 3 2 2 3 2 1 3 2 4 2 4 2 3 4 4 2 4 3 4 3 4 101
31 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 4 2 4 2 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 114

76
Lampiran 3. Lembar Instrumen Uji Coba Skala Perilaku Prososial Siswa

INSTRUMEN SKALA PERILAKU PROSOSIAL SISWA

(Uji Coba)

Nama : No. Absen :

Petunjuk :

1. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan jujur dan berikan tanda


centang (√) pada kolom yang dipilih!
Keterangan :
SL = Selalu SR = Sering
KK = Kadang-Kadang TP = Tidak Pernah
2. Semua jawaban adalah benar, diharapkan siswa menjawab dengan jujur tanpa
mengikuti jawaban teman!

No Pernyataan Jawaban
SL SR KK TP
1 Saya senang melihat teman saya dalam
keadaan senang.
2 Saya tidak suka melihat teman saya senang.
3 Saya menghibur teman saya yang merasa
sedih.
4 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
merasa sedih
5 Saya senang saat teman saya menjadikan
saya sebagai sandaran untuk berkeluh kesah
6 Saya merasa tidak nyaman ketika
mendengarkan keluh kesah teman saya.
7 Saya menolong teman saya yang minta
pertolongan kepada saya
8 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
meminta pertolongan kepada saya
9 Saya berinisiatif untuk menolong teman saya
yang sedang membutuhkan pertolongan

77
10 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
membutuhkan bantuan
11 Saya memberikan sebagian uang jajan saya
kepada teman saya yang membutuhkan
12 Saya menghabiskan uang jajan tanpa
mempedulikan teman saya yang
membutuhkan
13 Saya memberikan sebagian jajanan kepada
teman yang membutuhkan.
14 Saya menolak untuk membagi jajanan saya
dengan teman yang membutuhkan.
15 Saya peduli kepada teman saya yang kurang
mampu
16 Saya merasa teman saya yang tidak mampu
bukanlah urusan saya
17 Saya suka membantu teman saya yang
kurang mampu
18 Saya mementingkan diri saya dibandingkan
membantu teman saya yang kurang mampu
19 Saya membantu ketika ada pekerjaan gotong
royong membersihkan kelas atau sekolah
20 Saya bermalas-malasan ketika ada kegiatan
gotong royong membersihkan kelas dan
sekolah
21 Saya merasa khawatir ketika saya tidak ikut
membantu dalam tugas kelompok
22 Saya megandalkan teman saya yang lebih
pintar di dalam kelompok ketika ada tugas
kelompok.
23 Saya aktif di dalam kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
24 Saya tidak suka membantu kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
25 Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan
26 Saya memanipulasi fakta ketika saya
melakukan kesalahan
27 Saya mengerjakan soal ujian dengan jujur
karena takut merugikan orang lain.
28 Saya menyontek ketika ujian demi kebaikan
saya
29 Saya tidak mengharapkan apapun ketika
sudah mebantu orang lain

78
30 Saya berharap orang yang telah saya bantu
memberikan imbalan kepada saya.
31 Saya memberikan sebagian uang jajan untuk
teman yang membutuhkan tanpa membeda-
bedakan teman.
32 Saya menghabiskan seluruh uang jajan saya
tanpa memedulikan teman saya yang tidak
punya uang jajan.
33 Saya berhati-hati dalam bertindak demi
kenyamanan orang lain
34 Saya lebih mementingkan kenyamanan saya
atas tindakan saya tanpa mementingkan
kenyamanan orang lain
35 Saya memperhatikan ucapan saya ketika
berbicara dengan orang lain.
36 Saya berkata kasar kepada orang lain tanpa
memedulikan perasaannya.

79
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Skala Prososial Siswa

No Item Nilai r tabel Nilai r hitung Keterangan


1 0,355 0,741 Valid
2 0,355 0,664 Valid
3 0,355 0,501 Valid
4 0,355 0,762 Valid
5 0,355 0,526 Valid
6 0,355 0,582 Valid
7 0,355 0,607 Valid
8 0,355 0,592 Valid
9 0,355 0,597 Valid
10 0,355 0,535 Valid
11 0,355 0,408 Valid
12 0,355 0,689 Valid
13 0,355 0,438 Valid
14 0,355 0,709 Valid
15 0,355 0,646 Valid
16 0,355 0,671 Valid
17 0,355 0,640 Valid
18 0,355 0,629 Valid
19 0,355 0,611 Valid
20 0,355 0,378 Valid
21 0,355 0,509 Valid
22 0,355 0,561 Valid
23 0,355 0.401 Valid
24 0,355 0,650 Valid
25 0,355 0,601 Valid
26 0,355 0,449 Valid
27 0,355 0,649 Valid
28 0,355 0,644 Valid
29 0,355 0,393 Valid
30 0,355 0,561 Valid
31 0,355 0,435 Valid
32 0,355 0,667 Valid
33 0,355 0,510 Valid
34 0,355 0,629 Valid
35 0,355 0,632 Valid
36 0,355 0,503 Valid

80
Lampiran 5. Lembar Instrumen Skala Perilaku Prososial Siswa

INSTRUMEN SKALA PERILAKU PROSOSIAL SISWA

(Setelah Uji Coba)

Nama : No. Absen :

Petunjuk :

3. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan jujur dan berikan tanda


centang (√) pada kolom yang dipilih!
Keterangan :
SL = Selalu SR = Sering
KK = Kadang-Kadang TP = Tidak Pernah
4. Semua jawaban adalah benar, diharapkan siswa menjawab dengan jujur tanpa
mengikuti jawaban teman!

No Pernyataan Jawaban
SL SR KK TP
1 Saya senang melihat teman saya dalam
keadaan senang.
2 Saya tidak suka melihat teman saya senang.
3 Saya menghibur teman saya yang merasa
sedih.
4 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
merasa sedih
5 Saya senang saat teman saya menjadikan
saya sebagai sandaran untuk berkeluh kesah
6 Saya merasa tidak nyaman ketika
mendengarkan keluh kesah teman saya.
7 Saya menolong teman saya yang minta
pertolongan kepada saya
8 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
meminta pertolongan kepada saya
9 Saya berinisiatif untuk menolong teman saya
yang sedang membutuhkan pertolongan

81
10 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
membutuhkan bantuan
11 Saya memberikan sebagian uang jajan saya
kepada teman saya yang membutuhkan
12 Saya menghabiskan uang jajan tanpa
mempedulikan teman saya yang
membutuhkan
13 Saya memberikan sebagian jajanan kepada
teman yang membutuhkan.
14 Saya menolak untuk membagi jajanan saya
dengan teman yang membutuhkan.
15 Saya peduli kepada teman saya yang kurang
mampu
16 Saya merasa teman saya yang tidak mampu
bukanlah urusan saya
17 Saya suka membantu teman saya yang
kurang mampu
18 Saya mementingkan diri saya dibandingkan
membantu teman saya yang kurang mampu
19 Saya membantu ketika ada pekerjaan gotong
royong membersihkan kelas atau sekolah
20 Saya bermalas-malasan ketika ada kegiatan
gotong royong membersihkan kelas dan
sekolah
21 Saya merasa khawatir ketika saya tidak ikut
membantu dalam tugas kelompok
22 Saya megandalkan teman saya yang lebih
pintar di dalam kelompok ketika ada tugas
kelompok.
23 Saya aktif di dalam kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
24 Saya tidak suka membantu kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
25 Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan
26 Saya memanipulasi fakta ketika saya
melakukan kesalahan
27 Saya mengerjakan soal ujian dengan jujur
karena takut merugikan orang lain.
28 Saya menyontek ketika ujian demi kebaikan
saya
29 Saya tidak mengharapkan apapun ketika
sudah mebantu orang lain

82
30 Saya berharap orang yang telah saya bantu
memberikan imbalan kepada saya.
31 Saya memberikan sebagian uang jajan untuk
teman yang membutuhkan tanpa membeda-
bedakan teman.
32 Saya menghabiskan seluruh uang jajan saya
tanpa memedulikan teman saya yang tidak
punya uang jajan.
33 Saya berhati-hati dalam bertindak demi
kenyamanan orang lain
34 Saya lebih mementingkan kenyamanan saya
atas tindakan saya tanpa mementingkan
kenyamanan orang lain
35 Saya memperhatikan ucapan saya ketika
berbicara dengan orang lain.
36 Saya berkata kasar kepada orang lain tanpa
memedulikan perasaannya.

83
Lampiran 6. Lembar Observasi Pelaksanaan Tindakan

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TINDAKAN

Subjek :
Observer :
Hari/Tanggal :
Siklus ;
Petuntuk :
Beri tanda Ceklis pada kolom sesuai dengan munculnya perilaku pada objek
yang diamati..
No Objek yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1. Siswa antusias saat mengikuti kegiatan
layanan bimbingan klasikal dengan
teknik sinema.
2. Siswa kondusif ketika mengikuti
kegiatan.
3. Siswa menyimak film yang ditayangkan.
4. Siswa aktif dalam mendiskusikan film
yang ditayangkan
5. Siswa mendengarkan ketika sedang
pembedahan film
6. Siswa aktif menjawab dan bertanya
ketika kegiatan berlangsung.
7. Siswa memahami materi yang
disampaikan.
8. Siswa aktif dalam menyampaikan
pendapat.
9. Siswa dapat memberikan kesimpulan
dari materi yang diberikan.
10. Siswa aktif dalam memberikan evalusi
kegiatan

84
Lampiran 7. Lembar Observasi Pasca PelaksanaanTindakan
LEMBAR OBSERVASI PASCA PELAKSANAAN TINDAKAN

Subjek :
Observer :
Hari/Tanggal :
Siklus ;
Petuntuk :
Beri tanda Ceklis pada kolom sesuai dengan munculnya perilaku pada objek
yang diamati.
No Objek yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1. Kerjasama Siswa ketika diberikan tugas
kelompok.
2. Kerjasama Siswa dalam melaksanakan
piket kelas
3. Siswa bekata jujur kepada guru atau teman
4. siswa mengakui kesalahan yang telah
dilakukan
5. Siswa tidak berbuat curang yang merugikan
orang lain.
6. Siswa berinisiatif untuk menolong teman
atau guru.
7. Siswa menolong temannya yang
mengalami kesulitan.
8. Siswa saling merangkul satu sama lain.
9. Siswa saling berbagi baik materi atau non
materi
10. Siswa dapat berfikir sebelum bertindak

85
Lampiran 8. RPL dan Materi Bimbingan Klasikal Teknik Sinema Siklus I
Tindakan I
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Jalan. Colombo, Nomor 1 Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 586168 Hunting. Fax (0274) 565500
Laman: uny.ac.id E-mail: [email protected]

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN


BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER 2 (GENAP) TAHUN AJARAN 2023/2024

A Komponen Layanan Layanan Dasar


B Bidang Layanan Bidang Sosial
C Topik Layanan Meningkatkan Perilaku Prososial
D Fungsi Layanan Pencegahan
E Tujuan Umum Siswa mampu mengetahui dan meningkatkan perilaku
prososial di dalam diri serta memahami urgensi perilaku
prososial dalam kehidupan sehari-hari.
F Tujuan Khusus 1. Siswa dapat memahami pengertian dati perilaku
prososial.
2. Siswa dapat mengetahui manfaat perilaku prososial
jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Siswa dapat mengimplementasikan perilaku prososial
pada kehidupan sehari-hari.
G Sasaran Layanan Kelas VIII B
H Materi Layanan 1. Pengertian perilaku prososial
2. Aspek-aspek perilaku prososial
3. Contoh perilaku prososial
4. Manfaat perilaku prososial
I Waktu 1 x 40 menit
J Sumber Bacaan Lestari, S. S., & Witri, T. M. (2019). Hubungan
antara religiusitas dan kecerdasan emosional
terhadap komunikasi sosial (studi pada

86
perilaku prososial mahasiswa). Medium:
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau, 1-17.
Yusuf, P. M., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan
antara regulasi emosi dengan perilaku
prososial pada siswa sekolah menengah atas.
Jurnal Empati, 98-104.
K Metode/Teknik Sinema
L Media/Alat Laptop, Proyektor, video,
M Pelaksanaan Rabu, 29 Maret 2023
1. Tahap Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan Tujuan 1. Guru BK memberi salam dan menyapa siswa ketika
masuk ke kelas.
2. Guru BK meminta salah satu murid untuk memimpin
do’a.
3. Guru BK berkenalan dengan siswa dan bertanya kabar
siswa.
4. Guru BK menjelaskan tentang kegiatan bimbingan
klasikal pada siswa.
5. Guru BK menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan
bimbingan klasikal dengan teknik sinema
b. Penjelasan 1. Guru BK menjelaskan langkah-langkah penerapan
Langkah-Langkah teknik sinema kepada siswa.
2. Guru BK menjelaskan secara teknis kegiatan yang
akan dilaksanakan dan tanggung jawab siswa.
c. Mengarahkan 1. Guru BK menjelaskan proses kegiatan dengan
Kegiatan menggunakan teknik sinema yang berisika
penayangan film dan mengarahkan siswa untuk
menyimak film yang nanti akan ditayangkan.

87
2. Guru BK meminta siswa untuk bersiap berdiskusi
dengan teman sebangku tentang film yang nanti
ditayangkan.
d. Tahap Peralihan 1. Guru BK menawarkan kepada siswa untuk bertanya
terkait teknis pelaksanaan bimbingan klasikal apabila
masih ada yang belum siswa pahami.
2. Guru BK menanyakan kesiapan siswa untuk
mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.
3. Guru BK memberikan ice breaking berupa game
kepada siswa sebagai pemanasan sebelum masuk ke
kegiatan.
2. Tahap Inti
a. Kegiatan Peserta 1. Siswa menyimak film-film yang ditayangkan oleh
didik guru BK.
2. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku terkait
makna dan pengalaman yang mereka dapatkan setelah
menonton dan menyimak film.
3. Perwakilan siswa menyampaikan hasil diskusi dengan
teman sebangku.
b. Kegiatan Guru 1. Guru BK menyiapkan peralatan untuk menayangkan
Bimbingan dan film.
Konseling 2. Guru BK menayangkan film-film yang sudah
disiapkan.
3. Guru BK memberikan instruksi kepada siswa untuk
kondusif saat menonton film.
4. Guru BK memberikan aba-aba kepada siswa untuk
berdiskusi dengan teman sebangku selama 5 menit.
5. Guru BK menanyakan hasil diskusi kepada beberapa
siswa.
6. Guru BK memberikan penguatan dengan membedah
kembali isi materi pada film.

88
7. Guru BK memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
3. Tahap Penutup
Menutup Kegiatan dan 1. Guru BK menanyakan kembali terkait makna dan
Tindak Lanjut pengalaman apa yang didapat setelah menonton film
kepada salah satu siswa.
2. Guru BK menanyakan kesan siswa ketika mengikuti
kegiatan bimbingan klasikal dengan teknik sinema.
3. Guru BK memberitahukan terkait kegiatan bimbingan
klasikal selanjutnya.
4. Guru BK menanyakan terkait pesan kepada siswa
untuk kegiatan bimbingan klasikal selanjutnya.
5. Guru BK menutup kegiatan dengan salam penutup
kepada siswa.
N Evaluasi
1. Evaluasi Hasil 1. Guru Bk melakukan refleksi tehadap kegiatan
yang telah dilakukan.
2. Guru BK mengamati bagaimana sikap siswa
dalam mengikuti kegiatan.
3. Guru BK mengamati bagaimana cara siswa
menyampaikan dalam menyampaikan pendapat
atau bertanya.
4. Guru BK mengamati cara siswa memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan Guru BK
2. Evaluasi Proses Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara
lain:
1. Merasakan suasana pertemuan: menyenangkan/
kurang menyenangkan/tidak menyenangkan

89
2. Topik yang dibahas: sangat penting/ kurang
penting/ tidak penting
3. Cara Guru BK menyampaikan: mudah dipahami/
tidak mudah/ sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti: menarik/ kurang menarik/
tidak menarik untuk diikut

Mengetahui : Yogyakarta, 27 Maret 2023


Dosen Mata Kuliah, Praktikan,

Isti Yuni Purwanti, S.Pd., M.Pd. Hilman Nasyar Faidhullah Sholehudin


NIP. 19780622 200501 2 001 NIM. 19104244022

90
Materi dan Media Tindakan II

1. Pengertian Perilaku Prososial

Menurut Dayaksini dan Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017)

menyatakan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan

efek positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi

pemiliknya tidak memiliki keuntungan yang jelas. Pendapat ini menjelaskan bahwa

perilaku prososial suatu perilaku yang memberikan kebaikan pada orang lain baik

secara fisik, materi, dan psikologis yang tentunya tidak mengharapkan suatu apapun

atas apa yang telah dilakukan.

2. Aspek-Aspek Perilaku Prososial

Perilaku prososial tergambar dalam beberapa aspek yang dikemukakan oleh

Eisenberg, 1999 (dalam Lestari dan Witri, 2019) yaitu : berbagi, kerjasama,

menyumbang, menolong, kejujuran, kedermawanan, serta mempertimbangkan hak

dan kesejahteraan orang lain. Pada pendapat ini menyebutkan ada tujuh aspek yang

terkandung pada perilaku prososial yaitu :

a. Berbagi

b. Kerjasama

c. Menyumbang

d. Menolong

e. Kejujuran

91
f. Kedermawanan

g. Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Prososial

Menurut Baron, donn & Branscombe 2006 (dalam Widaningsih & Eko, 2015)

faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi faktor situasional yang

terdiri dari bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu,

serta faktor dalam diri meliputi suasana hati, sifat, Jenis kelamin, tempat tinggal dan

pola asuh.

3) Faktor situasional

f) Bystander

g) Atribusi terhadap korban

h) Ada model

i) Desakan waktu

4) Faktor dalam diri

e) Suasana hati

f) Sifat

g) Tempat tinggal

h) Pola asuh

4. Media Teknik Sinema

1. Video Iklan Asuransi Thailand Tentang Kehidupan


Link: https://youtu.be/Mq8us6OwgNs

92
2. Short Movie Tentang Kejujuran
Link: https://youtu.be/Tkf-ubast-s
3. Short Movie Profil Pelajar Pancasila: Senja Yang Kesepian
Link: https://youtu.be/Ta1efA28gso

93
Lampiran 9. RPL dan Materi Bimbingan Klasikal Teknik Sinema Siklus I
Tindakan II
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Jalan. Colombo, Nomor 1 Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 586168 Hunting. Fax (0274) 565500
Laman: uny.ac.id E-mail: [email protected]

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN


BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER 2 (GENAP) TAHUN AJARAN 2023/2024

A Komponen Layanan Layanan Dasar


B Bidang Layanan Bidang Sosial
C Topik Layanan Meningkatkan Perilaku Prososial
D Fungsi Layanan Pencegahan
E Tujuan Umum Siswa mampu mengetahui dan meningkatkan perilaku
prososial di dalam diri serta memahami urgensi perilaku
prososial dalam kehidupan sehari-hari.
F Tujuan Khusus 1. Siswa dapat memahami apa itu perilaku prososial.
2. Siswa dapat mengetahui manfaat perilaku prososial
jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Siswa dapat mengimplementasikan perilaku prososial
pada kehidupan sehari-hari.
G Sasaran Layanan Kelas VIII B
H Materi Layanan 1. Pengertian perilaku prososial
2. Aspek-aspek perilaku prososial
I Waktu 1 x 40 menit
J Sumber Bacaan Lestari, S. S., & Witri, T. M. (2019). Hubungan
antara religiusitas dan kecerdasan emosional
terhadap komunikasi sosial (studi pada
perilaku prososial mahasiswa). Medium:
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau, 1-17.

94
Yusuf, P. M., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan
antara regulasi emosi dengan perilaku
prososial pada siswa sekolah menengah atas.
Jurnal Empati, 98-104.
K Metode/Teknik Sinema
L Media/Alat Laptop, Proyektor, video,
M Pelaksanaan Jumat, 31 Maret 2023
4. Tahap Awal/Pendahuluan
e. Pernyataan Tujuan 1. Guru BK memberi salam dan menyapa siswa ketika
masuk ke kelas.
2. Guru BK meminta salah satu murid untuk memimpin
do’a.
3. Guru BK berkenalan dengan siswa dan bertanya kabar
siswa.
4. Guru BK menjelaskan tentang kegiatan bimbingan
klasikal pada siswa.
5. Guru BK menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan
bimbingan klasikal dengan teknik sinema
6. Penjelasan 1. Guru BK menjelaskan langkah-langkah penerapan
Langkah-Langkah teknik sinema kepada siswa.
2. Guru BK menjelaskan secara teknis kegiatan yang
akan dilaksanakan dan tanggung jawab siswa.
3. Mengarahkan 1. Guru BK menjelaskan proses kegiatan dengan
Kegiatan menggunakan teknik sinema yang berisikan
penayangan film dan game cerdas cermat serta
mengarahkan siswa untuk menyimak film yang nanti
akan ditayangkan.
2. Guru BK membagi siswa menjadi 6 kelompok untuk
berdiskusi tentang film yang nanti ditayangkan.
3. Tahap Peralihan 1. Guru BK menawarkan kepada siswa untuk bertanya
terkait teknis pelaksanaan bimbingan klasikal apabila
masih ada yang belum siswa pahami.

95
2. Guru BK menanyakan kesiapan siswa untuk
mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.
3. Guru BK memberikan ice breaking berupa game
kepada siswa sebagai pemanasan sebelum masuk ke
tahap inti.
5. Tahap Inti
c. Kegiatan Peserta 1. Siswa menyimak film-film yang ditayangkan oleh
didik guru BK.
2. Siswa berdiskusi dengan teman kelompok terkait
makna dan pengalaman yang mereka dapatkan setelah
menonton dan menyimak film.
3. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya.
4. Siswa mengikuti game cerdas cermat.
5. Kegiatan Guru 1. Guru BK menyiapkan peralatan untuk menayangkan
Bimbingan dan film.
Konseling 2. Guru BK menayangkan film-film yang sudah
disiapkan.
3. Guru BK memberikan instruksi kepada siswa untuk
kondusif saat menonton film.
4. Guru BK memberikan instruksi kepada siswa untuk
berdiskusi dengan teman sekelompok selama 5 menit.
5. Guru BK menanyakan hasil diskusi kepada setiap
kelompok.
6. Guru BK memberikan penguatan dengan membedah
kembali isi materi pada film.
7. Guru BK memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
6. Tahap Penutup
Menutup Kegiatan dan 1. Guru BK menanyakan kembali terkait makna dan
Tindak Lanjut pengalaman apa yang didapat setelah menonton film
kepada salah satu siswa.

96
2. Guru BK menanyakan kesan siswa ketika mengikuti
kegiatan bimbingan klasikal dengan teknik sinema.
3. Guru BK memberitahukan terkait kegiatan bimbingan
klasikal selanjutnya.
4. Guru BK menanyakan terkait pesan kepada siswa
untuk kegiatan bimbingan klasikal selanjutnya.
5. Guru BK menutup kegiatan dengan salam penutup
kepada siswa.
N Evaluasi
3. Evaluasi Hasil 1. Guru Bk melakukan refleksi tehadap kegiatan
yang telah dilakukan.
2. Guru BK mengamati bagaimana sikap siswa
dalam mengikuti kegiatan.
3. Guru BK mengamati bagaimana cara siswa
menyampaikan dalam menyampaikan pendapat
atau bertanya.
4. Guru BK mengamati cara siswa memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan Guru BK
5. Evaluasi Proses Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara
lain:
1. Merasakan suasana pertemuan: menyenangkan/
kurang menyenangkan/tidak menyenangkan
2. Topik yang dibahas: sangat penting/ kurang
penting/ tidak penting
3. Cara Guru BK menyampaikan: mudah dipahami/
tidak mudah/ sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti: menarik/ kurang menarik/
tidak menarik untuk diikut

97
Mengetahui : Yogyakarta, 27 Maret 2023
Dosen Mata Kuliah, Praktikan,

Isti Yuni Purwanti, S.Pd., M.Pd. Hilman Nasyar Faidhullah Sholehudin


NIP. 19780622 200501 2 001 NIM. 19104244022

98
Materi dan Media Tindakan II

5. Pengertian Perilaku Prososial

Menurut Dayaksini dan Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017)

menyatakan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan

efek positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi

pemiliknya tidak memiliki keuntungan yang jelas. Pendapat ini menjelaskan bahwa

perilaku prososial suatu perilaku yang memberikan kebaikan pada orang lain baik

secara fisik, materi, dan psikologis yang tentunya tidak mengharapkan suatu apapun

atas apa yang telah dilakukan.

6. Aspek-Aspek Perilaku Prososial

Perilaku prososial tergambar dalam beberapa aspek yang dikemukakan oleh

Eisenberg, 1999 (dalam Lestari dan Witri, 2019) yaitu : berbagi, kerjasama,

menyumbang, menolong, kejujuran, kedermawanan, serta mempertimbangkan hak

dan kesejahteraan orang lain. Pada pendapat ini menyebutkan ada tujuh aspek yang

terkandung pada perilaku prososial yaitu :

h. Berbagi

i. Kerjasama

j. Menyumbang

k. Menolong

l. Kejujuran

99
m. Kedermawanan

n. Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain

7. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Prososial

Menurut Baron, donn & Branscombe 2006 (dalam Widaningsih & Eko, 2015)

faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi faktor situasional yang

terdiri dari bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu,

serta faktor dalam diri meliputi suasana hati, sifat, Jenis kelamin, tempat tinggal dan

pola asuh.

5) Faktor situasional

j) Bystander

k) Atribusi terhadap korban

l) Ada model

m) Desakan waktu

6) Faktor dalam diri

i) Suasana hati

j) Sifat

k) Tempat tinggal

l) Pola asuh

8. Media Teknik Sinema

4. Video Iklan Asuransi Thailand Tentang Kehidupan


Link: https://youtu.be/Mq8us6OwgNs

100
5. Short Movie Tentang Kejujuran
Link: https://youtu.be/Tkf-ubast-s
6. Short Movie Profil Pelajar Pancasila: Senja Yang Kesepian
Link: https://youtu.be/Ta1efA28gso

101

Anda mungkin juga menyukai