Proposal Skripsi Hilman FIX
Proposal Skripsi Hilman FIX
Proposal Skripsi Hilman FIX
Oleh :
NIM 19104244022
2023
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 9
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian............................................................................................ 10
F. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 12
A. Kajian Teori .................................................................................................... 12
B. Penelitian yang Relevan ................................................................................. 33
C. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 37
D. Hipotesis Tindakan ......................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 41
A. Desain Penelitian ............................................................................................ 41
B. Waktu Penelitian ............................................................................................ 43
C. Tempat Penelitian ........................................................................................... 43
D. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................................... 44
E. Definisi Operasional ....................................................................................... 44
F. Skenario Tindakan .......................................................................................... 45
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 54
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................................. 60
I. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 64
J. Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................... 70
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Pancalang. SMP Negeri 1 Pancalang sudah berdiri bertahun-tahun lamanya dan sudah
menghasilkan banyak alumni yang tersebar di banyak daerah. Tidak berbeda dengan
dengan kurikulum yang disahkan oleh pemerintah. Terdapat banyak guru yang
mengampu berbagai bidang mata pelajaran dan mendidik siswanya sesuai dengan
keahliannya. Namun situasi ketika di lapangan lembaga pendidikan, guru tidak hanya
mendidik siswa melalui pelajaran, namun juga mendidik siswa dari segi perilaku. Guru
mata pelajaran yang merangkap menjadi wali kelas, mendapat amanah lebih yang
dimana memanajemen segala hal yang ada dan terjadi di kelas terutama ketika adanya
Pada peningkatan di bidang non akademik terutama pada bidang sosial yang
belum menjadi fokus utama di sekolah tersebut. Hal ini terjadi karena tidak adanya
1
Menurut Dayakisini & Hudaniah (2015:162) menyatakan bahwa perilaku
prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan efek positif bagi penerima,
baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi pemiliknya tidak memiliki
keuntungan yang jelas. Menurut (Newton et al., 2014: 1) menyatakan bahwa perilaku
kepada orang lain, seperti menunjukkan rasa peduli terhadap orang lain dan kesediaan
untuk membantu atau berbagi yang ditunjukkan dari perilaku pengasuhan dan
sensitivitas orang tua, yang tentunya berpengaruh pada perilaku prososial anak-anak
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah
perilaku yang bertujuan untuk memberikan efek positif atau keuntungan pada orang
sekitar tanpa memedulikan timbal balik. Perilaku prososial juga terbentuk tergantung
pada pola asuh orang tua, karena perkembangan awal perilaku prososial anak dibentuk
dari cara orang tua dalam mengajarkan anaknya untuk menumbuhkan perilaku
tersebut.
dilakukan pada hari Sabtu tanggal 16 Januari 2023, guru wali kelas mengatakan bahwa
di dalam 1 kelas yang terdiri dari 31 siswa, terdapat lebih dari setengah jumlah siswa
di kelas yang kurang memiliki perilaku prososial. Pernyataan ini dikemukakan oleh
2
guru wali kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang yang dimana guru wali kelas mengatakan
bahwa terdapat siswanya yang kurang peduli dengan teman sekelasnya yang tidak
hadir selama beberapa hari, kurangnya kerjasama dalam kerja kelompok dan piket
yang menjabat sebagai ketua kelas , siswa mengabaikan teman yang menyimpang saat
pergi ke sekolah, dan belum tampaknya kesadaran untuk menolong teman yang
terbentuk karena adanya rasa empati, respon simpatik dan kemampuan dalam
meregulasi emosi. Diantara bentuk perilaku prososial, rasa empati berkaitan langsung
dengan perilaku prososial dan rasa empati memiliki peran penting dalam membentuk
dengan adanya regulasi emosi yang mengontrol respon empatik pada orang lain yang
dikutip dalam Intan dkk (2018) menyatakan bahwa dalam penelitiannya empati
Dari pemaparan pendapat di atas dapat dijadikan acuan bahwa siswa kelas 8 B
SMP Negeri 1 Pancalang dapat dikatakan memiliki perilaku prososial yang kurang
karena kurangnya rasa empatik, kemauan untuk bekerjasama, bersikap jujur, dan
3
prososial mencakup tindakan berbagi, menolong, kedermawanan, kerjasama, jujur,
dan menyumbang.
tertarik untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa kelas 8 SMP Negeri 1
Menurut Boyd & Niemiec, 2005 (dalam Hidayat, 2018) Film memiliki
pengaruh yang kuat karena adaya dampak sinergis anatar musik, dialog, pencahayaan,
sudut kamera, dan efek suara yang kemudian memungkinkan film membuka sensor
defensif biasa pada penonton. Hollywood menerapkan hasil penemuan kamera dan
menciptakan bentuk seni baru di mana penonton seolah-olah terlibat di dalam film.
Film membawa penonton ke dalam setiap adegan, dan penonton merasakan peristiwa
telah muncul sebagai intervensi yang menimbulkan efek baik bagi orang dewasa,
remaja, dan anak-anak. Dengan melihat dan mendiskusikan film, klien dan terapis
dapat mengakses konten yang memiliki makna metaforis untuk proses layanan dan
manfaat kemungkinan sasaran preventif yaitu, prevensi primer yang dimana terapi
4
memiliki tujuan untuk mencegah munculnya masalah di masa depan, prevensi
sekunder yang bertujuan untuk mengobati masalah yang muncul dan berfokus
mencegah dampak buruk yang mengganggu individu, dan prevensi tertier suatu terapi
yang ditujukan untuk menghilangkan atau menurunkan masalah yang sudah muncul
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknik sinema
merupakan sebuah teknik yang menggunakan media gambar bergerak serta bersuara
dan memiliki tujuan untuk membawa klien ke dalam sebuah alur cerita yang
emosi atau perasaan, mengidentifikasi dan memperkuat kekuatan yang ada di dalam
Melihat pendapat dari Menurut Boyd & Niemiec, 2005 (dalam Hidayat, 2018)
yang mengatakan bahwa film dapat membawa penontonya merasakan adegan yang
terjadi pada setiap scene di dalam film yang dilihat dan seolah-olah menjadi pemeran
dalam film tersebut. Hal ini merupakan kelebihan dari teknik sinema, yang dimana
dapat memberikan pengalaman menarik pada siswa. Selain dapat membawa siswa
tenggelam dalam setiap adegan, teknik sinema juga dapat memudahkan siswa dalam
menerima informasi yang terkandung di dalam film. Teknik sinema juga dapat
5
mempengaruhi afeksi dan kognisi siswa dengan memanfaatkan panca indera
zaman yang semakin maju pada bidang teknologi. Pada zaman yang semakin maju dan
siswa yang lebih sering bermain di dunia virtual melalui smartphone memicu minat
siswa yang lebih menyukai media layanan berbentuk film dibanding tulisan. Teknik
gambar bergerak dan menarik perhatian. Film juga menghasilkan audiovisual yang
dapat merangsang panca indra pendengaran dan pengelihatan pada siswa yang
afeksi dan kognisi siswa. Pada pelaksanaannya, teknik sinema memanfaatkan media
alat bantu seperti laptop, proyektor, dan speaker agar dapat disimak oleh seluruh siswa
di kelas. Pada tahapan pelaksanaannya, teknik sinema tidak hanya menampilkan film
yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh siswa, namun terdapat
bimbingan klasikal yang dimana ada beberapa tahapan yaitu, tahap beginning stage,
6
Layanan bimbingan klasikal termasuk pada layanan dasar bimbingan dan
konseling. Terdapat beberapa layanan dasar yang ada pada bimbingan dan konseling
salah satunya adalah bimbingan klasikal yang dilakukan di dalam kelas dan diberikan
kepada sejumlah kelas. Pada dasarnya terdapat banyak sekali teknik dalam
psikodrama, photovoice, jigsaw, biblio edukasi, expressive writing, sinema, game, dan
lain-lain.
prososial, peneliti menggunakan teknik sinema dalam layanan dasar bimbingan dan
konseling yaitu bimbingan klasikal. Pemilihan teknik sinema juga didasarkan karena
terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian dengan teknik tersebut.
Menurut hasil penelitian dari Juliantika & Khusumadewi (2017) yang berjudul
yang telah dilakukan pada 9 subyek menunjukkan bahwa setiap subyek mengalami
peningkatan skor antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan cinema therapy. Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil penghitungan rata-rata sebelum dan setelah diberikan
perlakuan yaitu 86,4 dan 109,1. Hasil penghitungan dari uji wilcoxon dengan bantuan
SPSS versi 21 menunjukkan bahwa dengan ketentuan N=9 dan x=0 (z) maka diperoleh
ρ (kemungkinan harga dibawah Ho) = 0,008. Bila dalam ketetapan α (taraf kesalahan)
7
sebesar 5% adalah 0,05 maka 0,008 < 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan cinema therapy dapat
Menurut hasil dari penelitian Wantu & Ade (2017) yang berjudul “Pengaruh
Bimbingan Klasikal Teknik Cinema Therapy Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa
Kelas XI SMK Negeri 2 Kota Gorontalo” mendapatkan hasil yang diharapkan yang
dimana berdasaran hasil analisis data dalam pengujian hipotesis yang sudah dilakukan,
bimbingan klasikal teknik cinema therapy terhadap etika pergaulan pada siswa kelas
XI SMK Negeri 2 Kota Kota Gorontalo” dapat diterima. Hal ini ditunjukan oleh hasil
uji statistik dengan menggunakan uji t yakni thitung > ttabel (3,490 > 2,018) pada taraf
nyata 5%. Diperoleh t (dk = n₁+ n₂- 2 = 22 + 22 – 2 = 42) = 2,018, artinya terhitung
telah berada diluar daerah penerimaan H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh bimbingan klasikal teknik cinema therapy terhadap etika pergaulan
sinema yang diberi judul “Peningkatan Perilaku Prososial Pada Siswa Kelas 8 B SMP
8
Klasikal”. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu tercapainya
B. Identifikasi Masalah
kelompok dan piket harian yang saling mengandalkan satu sama lain.
2. Siswa kurang memiliki kesadaran untuk menolong teman yang memiliki kesulitan
3. Kurang munculnya rasa empati siswa yang mengakibatkan adanya siswa yang
4. Siswa bersikap tidak jujur ketika menjawab pertanyaan guru terkait alasan
6. Belum adanya penerapan teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal untuk
C. Pembatasan Masalah
9
Mengacu pada identifikasi masalah, maka masalah dibatasi pada peningkatan
perilaku prososial melalui penerapan teknik sinema dalam layanan bimbingan klasikal
pada siswa kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang yang diharapkan dapat terjadi
D. Rumusan Masalah
bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah perilaku prososial siswa
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah, maka pada tujuan penelitian dari penelitian
ini adalah meningkatkan perilaku prososial pada siswa kelas 8 B SMP Negeri 1
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi 2 macam manfaat yaitu :
1. Teoritis
dalam meningkatkan perilaku prososial pada siswa melalui penerapan teknik sinema
10
pada layanan bimbingan klasikal serta menjadi rujukan untuk meningkatkan perilaku
2. Praktis
a. Bagi sekolah
dalam segi perilaku serta meningkatkan kualitas sekolah dalam mendidik siswa agar
lebih siap berbaur dengan kehidupan sosial yang lebih luas di luar sekolah.
b. Bagi guru BK
c. Bagi siswa
pada pengembangan perilaku prososial yang berguna untuk masa depan siswa di
bidang sosial.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Perilaku Prososial
perilaku prososial sebagai suatu pemberian pertolongan pada orang lain tanpa
pertolongan pada orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun pada orang yang
kepada orang yang melakukan tindakan tersebut. Pendapat ini menjelaskan bahwa
perilaku prososial merupakan perilaku menolong tanpa memiliki tujuan atau harapan
Menurut Dayaksini dan Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017)
menyatakan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan
12
efek positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi
pemiliknya tidak memiliki keuntungan yang jelas. Pendapat ini menjelaskan bahwa
perilaku prososial suatu perilaku yang memberikan kebaikan pada orang lain baik
secara fisik, materi, dan psikologis yang tentunya tidak mengharapkan suatu apapun
Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, menurut Lestari dan Witri (2019),
Perilaku prososial adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu dengan adanya
perencanaan, secara sengaja, dan sukarela untuk memberikan kebaikan baik berupa
materi, fisik, maupun psikologis kepada orang lain. Pada pendapat ini dijelaskan
bahwa perilaku prososial dilakukan secara sengaja dan terencana. Saat individu
melakukan kebaikan pada orang lain tentunya dilakukan dengan perencanaan dan
disengaja. Pendapat ini sama dengan pendapat sebelumnya, namun dibedakan dengan
cara individu yang melakukan tindakan kebaikan kepada orang lain yang dilakukan
perilaku prososial adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan secara sukarela tanpa
mengaharapkan apapun dan dilakukan secara sengaja dan terencana oleh individu
seperti bantuan materi, fisik, dan psikologis untuk memberikan pengaruh positif pada
orang lain.
13
Menurut Baron, donn & Branscombe 2006 (dalam Widaningsih & Eko, 2015)
faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi faktor situasional yang
terdiri dari bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu,
serta faktor dalam diri meliputi suasana hati, sifat, Jenis kelamin, tempat tinggal dan
pola asuh.
1) Faktor situasional
a) Bystander
munculnya perilaku prososial seseorang. Dalam arti lain dengan adanya orang lain
yang meminta tolong akan memunculkan rasa ingin menolong pada individu. Seperti
yang dijelaskan oleh Menurut Dayaksini & Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan
perilaku prososial seseorang adalah adanya stimulus yang jelas seperti orang yang
meminta tolong.
b) Daya tarik
Daya tarik dapat diartikan sebagai ketertarikan individu pada seseorang dan
permasalahan yang akan ditolong. Hal ini dapat mempengaruhi kepada kepekaan
individu untuk melakukan pertolongan karena adanya rasa suka pada orang yang ingin
ditolong dan permasalahan yang dijadikan alasan orang tersebut untuk meminta
pertolongan.
14
c) Atribusi terhadap korban
atas apa yang akan diberikannya kepada korban. Hal ini dapat menjadi pengaruh
individu untuk melakukan tindakan menolong pada korban karena adanya motif
d) Ada model
Perilaku prososial dapat dimunculkan ketika adanya contoh dari individu yang
lain. hal ini berkaitan dengan pola asuh. Model setiap individu dimulai dari seseorang
yang pertama hadir dikehidupannya. Individu akan meniru dari contoh yang
disuguhkan. Maka dari itu adanya model berkaitan erat dengan pola asuh, namun tidak
menutup kemungkinan model dapat diambil dari orang lain selain orang tua.
e) Desakan waktu
memutuskan. Hal ini juga dapat memicu munculnya perilaku prososial pada individu
a) Suasana hati
seperti apa yang dijelaskan oleh Baron dan Byrne, 2005 (dalam Wulandari dan
15
Satiningsih, 2018) suasana hati individu akan mempengaruhi perilaku individu, jika
individu dalam keadaan baik maka kemungkinan besar individu akan memberikan
pertolongan kepada orang lain, namun ketika individu dalam keadaan Susana hati yang
buruk maka akan lebih mementingkan diri sendiri dibanding mementingkan orang
lain.
b) Sifat
Senada dengan pendapat (Matondang, 2016: 37, dalam Khasanah & Fauziah,
2021) yang menjelaskan bahwa sifat yang sudah ada dalam diri dari lahir menjadi
mempengaruhi perilaku prososial pada setiap indvidu yang dimana dapat menentukan
c) Tempat tinggal
sosial yang dianut oleh masyarakat. Tentunya hal tersebut dapat memepengaruhi
munculnya perilaku prososial pada individu. Seperti penjelasan menurut Dayaksini &
Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017) yang menyebutkan bahwa salah
d) Pola asuh
16
Menurut (Matondang, 2016: 37, dalam Khasanah & Fauziah, 2021)
mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku prososial pada anak melalui role modeling orang
tua, anak akan meniru perilaku orang tua mereka karena setiap hari bertemu.
mempengaruhi perilaku prososial terdiri dari dua faktor yaitu faktor situasional dan
faktor dalam diri. Faktor situasional terdiri dari bystander, daya tatik, adanya model,
atribusi terhadap korban, dan desakan waktu. Pada faktor dalam diri terdiri dari
Eisenberg, 1999 (dalam Lestari dan Witri, 2019) yaitu : berbagi, kerjasama,
dan kesejahteraan orang lain. Pada pendapat ini menyebutkan ada tujuh aspek yang
1) Berbagi
Pengertian yang dimaksud dari berbagi adalah sebuah sikap individu yang
dapat berbagi perasaan dengan orang lain baik suka maupun duka.
2) Kerjasama
17
Kerjasama yang dimaskud adalah bagaimana individu melakukan kerjasama
dengan orang lain demi tercapainya sebuah tujuan dan dapat menguntungkan satu
sama lain.
3) Menyumbang
melakukan tindakan memberi barang secara suka rela kepada orang lain baik dalam
4) Menolong
Pada aspek menolong dapat diartikan sebagai sikap individu yang bersedia
untuk memberikan dan menawarkan pertolongan pada orang lain yang kemudian dapat
5) Kejujuran
Aspek kejujuran dapat diartikan sebagai suatu perilaku individu yang bertindak
dan berkata secara jujur kepada orang lain tanpa rekayasa yang ditambahkan dan tidak
6) Kedermawanan
individu secara sengaja dan tidak mengharapkan imbalan. Aspek kedermawanan dapat
18
diartikan sebagi perilaku individu yang melakukan kebaikan atas dasar keinginan
individu tidak mengambil hak orang lain demi kesenangan diri sendiri, individu juga
kemampuan untuk berbagi dengan orang lain, bekerjasama dengan orang lain,
menolong orang yang sedang kesusahan, berderma dan bertindak jujur. Pendapat ini
meliputi berbagi, kerjasama, menolong, berderma dan bertindak jujur kepada orang
orang lain.
perilaku prososial adalah adanya sikap-sikap pada individu yang berupa berbagi,
2. Bimbingan Klasikal
19
a. Pengertian Bimbingan Klasikal
bimbingan klasikal merupakan layanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan secara
bimbingan klasikal merupakan layanan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam
klasikal. Bimbingan klasikal merupakan sarana atau fasilitas untuk siswa dari guru BK
dan dilakukan berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa, kemudian disusun
semua siswa di dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses bimbingan
sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada siswa secara terjadwal,
kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada
siswa secara kontak langsung guna membantu pertumbuhan anak dalam menentukan
dan mengarahkan hidupnya. Pendapat ini menjelasakan proses dan tujuan dari
pelaksanaan bimbingan klasikal yang disusun secara baik dan kemudian disampaikan
kepada siswa secara terjadwal dengan harapan agar siswa dapat memahami informasi
perkembangan siswa.
20
Sedikit berbeda dan melengkapi pendapat sebelumnya, menurut Geltner dan
Clark, 2005 (dalam Mukhtar, dkk, 2016) bimbingan klasikal adalah layanan yang
efisien dalam memberikan informasi kepada siswa sejumlah satuan kelas. Pendapat ini
mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal tidak hanya bersifat preventif, namun juga
Winkel dan Hastuti (2006: 561) (dalam Mukhtar, dkk, 2016) menjelaska bahwa
bimbingan klasikal adalah bimbingan yang diberikan kepada sejumlah siswa yang
tergabung dalam suatu satuan kegiatan pembelajaran. Pendapat ini menekankan tujuan
dan lingkup pelaksanaan bimbingan klasikal yang dilakukan dengan tujuan untuk
bimbingan klasikal adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa sejumlah
satuan kelas antara 30-40 orang melalui kegiatan klasikal yang disajikan secara
tentang orang lain yang berorientasi pada bidang pembelajaran, pribadi, sosial, dan
karir dengan tujuan menyediakan informasi yang akurat dan dapat membantu individu
21
siswa. Bimbingan klasikal berfokus pada pemberian pemahaman diri dan orang lain
pada siswa yang beroroentasi pada bidang belajar, karir, pribadi, dan sosial.
bimbingan klasikal adalah layanan yang diberikan untuk siswa di dalam 1 kelas dengan
jumlah 30-40 siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman
kepada siswa dan bersifat preventif. Bimbingan klasikal dilakukan secara sistematis
dan terencana serta berorientasi pada bidang yang telah ditentukan yaitu pribadi,
adalah sebuah proses yang terencana yang digunakan untuk membantu populasi di
22
konsep diri yang dimilikinya; (c) dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
pertemanan yang baik. Pada pendapat ini dijelaskan bahwa selain adanya fungsi
bimbingan klasikal, terdapat juga tujuan dari pelaksanaan layanan bimbingan klasikal
yaitu membantu siswa dalam merencanakan perencanaan karis siswa di masa yang
akan datang, membantu siswa dalam mengembangkan potensi secara optimal serta
mengenali konsep diri siswa, dan membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dan
bimbingan klasikal adalah memberikan informasi kepada siswa dan membantu siswa
seperti yang ada dalam tujuan bimbingan klasikal yaitu membantu siswa untuk
1) Persiapan
23
b) Mempersiapkan materi bimbingan klasikal, yang disusun berdasarkan
akan diberikan
2) Pelaksanaan
c) Membuat berita acara dengan cara mencatat peristiwa atau hal-hal yang dirasa
kurang dan perlu perbaikan atau tindak lanjut pasca layanan bimbingan
klasikal dilaksanakan
diberikan.
24
Menurut Hajar (2017), Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam
pemahaman).
hasil pemahaman.
5) memilih persiapan sistematis yang dapat disiapkan oleh guru bimbingan dan
dan persiapan dikenal oleh koordinator bimbingan dan konseling dan atau kepala
sekolah.
25
implementasi program, hambatan yang ditemui, dampak pada kegiatan belajar
mengajar, dan respon siswa sekolah pribadi, dan orang tua serta perubahan dalam
bimbingan kelas. Kegiatan tindak lanjut selalu didasarkan pada hasil evaluasi
Alokasi waktu pemberian layanan klasikal pada siwa SMP (Sekolah Menengah
antara lain: guru bimbingan dan konseling menyiapkan materi yang akan disampaikan,
menyusun RPL, memberikan materi yang sudah disiapkan serta menggunakan teknik
atau metode yang sesuai dengan tema, dan memberikan evaluasi dan tindak lanjut atas
individu.
yang perlu dilakukan ketika akan memberikan layanan bimbingan klasikal yaitu,
persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi dan tindak lanjut. Pada setiap langkah-
3. Teknik Sinema
26
Teknik sinema edukasi adalah metode atau teknik yang menggunakan media
film sebagai alat untuk menyampaikan materi dan film yang digunakan adalah film
yang berisikan pola perilaku dari model atau tokoh yang dapat dianalisis dengan
metode modeling dan dapat digunakan untuk bahan ajar (Tri, 2017, dalam Saputra,
dkk, 2022). Pendapat ini mengungkapkan bahwa teknik sinema edukai adalah sebuah
teknik yang memanfaatkan media film sebagai sarana penyampaian materi. Film yang
digunakan adalah film yang sesuai dengan kebutuhan dan berisikan tentang model
perilaku atau tokoh yang berkaitan dengan topik metari yang akan disampaikan.
Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, menurut Packer, 2007 (dalam Fauzi
dan Setyawati, 2021) Metode sinema edukasi adalah suatu metode pembelajaran yang
menggunakan media film dalam menyampaikan materi. Film adalah sebuah gambar
penonton. Persepsi yang telah terbentuk dapat dihubungkan dengan kehidupan nyata
yang dinamis. Pada pendapat di atas, dijelaskan bahwa metode sinema edukasi adalah
yang memiliki tujuan untuk membangkitkan emosi pada penonton dan memunculkan
nyata.
sinema adalah teknik yang mengandalkan film atau video sebagai media layanan yang
27
bertujuan untuk membangkitkan emosi dan membawa individu pada setiap adegan
sehingga individu dapat merasakan apa yang dirasakan pemeran film dan
kehidupan nyata.
manfaat kemungkinan sasaran preventif yaitu, prevensi primer yang dimana terapi
sekunder yang bertujuan untuk mengobati masalah yang muncul dan berfokus
mencegah dampak buruk yang mengganggu individu, dan prevensi tertier suatu terapi
yang ditujukan untuk menghilangkan atau menurunkan masalah yang sudah muncul
manfaat yang sesuai dengan layanan bimbingan klasikal yaitu preventif, prevensi
emosi atau perasaan, mengidentifikasi dan memperkuat kekuatan yang ada di dalam
28
Pendapat ini menyebutkan bahwa ada beberapa tahapan dalam melaksanakan teknik
sinema, yang dimana terdiri dari (1) proses diagnosis dan asesmen untuk mengetahui
permasalahan atau hambatan yang muncul dan mencari film dengan kriteria yang
sesuai dengan permasalahan yang ditemukan, (2) proses mengatasi hambatan, proses
ini merupakan kegiatan penayangan film yang sudah dipilih berdasarkan dengan
kriteria permasalahan yang ditemukan. Pada proses ini anggota diberikan waktu untuk
menonton film yang sedang ditayangkan. (3) Mengekspresikan emosi atau perasaan,
di tahap ini penonton akan menyimak dan merasakan setiap adegan di dalam film yang
dan memperkuat kekuatan yang ada pada diri serta memperkenalkan ide untuk
menyelesaikan masalah, tahap ini merupakan tahap proses penonton untuk menyaring
dan merefleksikan film yang telah dilihat dan disimak, pada tahap ini juga perumusan
Powell, 2010 (dalam Saputra, dkk, 2022) dapat disusun sebagai berikut. (1) Tahap
asessment, yaitu tahap mencari dan mengumpulkan informasi tentang film yang tepat
segala peralatan dan tayangan yang digunakan dalam pelaksanaan. (3) Tahap
film. (4) Tahap processing the experience, pada tahap ini merupakan kegiatan refleksi
29
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas tentang tahap-tahap pelaksanaan teknik
sinema dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap pelaksanaan teknik sinema terdiri dari
kebutuhan yang diperlukan dalam bimbingan, serta menentukan film yang tepat
2) Tahap preparation, tahap ini adalah tahap persiapan segala sesuatu yang
3) Tahap Implementation, tahap ini merupakan tahap penanyangan film yang telah
ditentukan.
4) Tahap Processing the experience, tahap ini merupakan tahap refleksi untuk siswa
yang telah menonton film. Makna dan hal baru apa yang telah siswa dapat setelah
menonton film.
Siswa kelas 8 B memiliki usia rentang 13-14 tahun. Pada usia tersebut anak-
anak sedang dalam masa remaja. Menurut (Jahja, 2011: 235-236) menjelaskan bahwa
1) Terdapat peningkatan emosional pada individu yang memasuki masa remaja. Hal
30
2) Berubahnya fisik pada individu serta kematangan seksual. Perubahan fisik pada
remaja terkadang membuat remaja merasa belum siap dengan banyaknya hal
3) Munculnya rasa ketertarikan yang baru. Individu yang memasuki masa remaja
tidak hanya tertarik membangun hubungan dengan sesama jenis dan sebaya,
namun tertarik untuk membangun hubungan dengan lawan jenis dan orang
dewasa.
4) Adanya perubahan pada nilai. Pada masa remaja, individu akan meninggalkan
kepentingan yang mereka anggap penting ketika masa kanak-kanak. Hal ini
5) Munculnya rasa ingin namun tidak ingin. Individu semasa remaja akan
takut untuk bertanggung jawab atas kebebasan yang diinginkan, karena adanya
keraguan atas kemampuan yang ada dalam dirinya untuk bertanggung jawab.
Negeri 1 Pancalang telah memasuki masa remaja. Ciri-ciri masa remaja yang
umumnya muncul pada individu adalah terdapat perubahan fisik yang signifikan,
diikuti perubahan emosional pada individu hal ini dapat dilihat dari bentuk tubuh siswa
yang terlihat berbeda dari masa kanak-kanak, perubahan nilai yang dianut pada masa
kanak-kanak, rasa ketertarikan yang baru seperti tertarik dengan lawan jenis dan hal
lainnya seperti hobi yang mulai disenangi, serta munculnya perasaan ambivalen yang
31
dimana siswa ingin merasakan sebuah kebebasan namun juga masih merasa takut
untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu tindakan yang telah dilakukan.
Menurut (Papalia & Olds, 2001, dalam Jahja, 2011: 234) mengungkapkan
Menurut (Erikcson dalam Papalia & Olds, 2001; dalam Jahja, 2011: 234)
mengungkapkan bahwa hal terpenting yang dilakukan pada masa remaja adalah
masyarakat.
sebaya lebih besar dibanding peran orang tua pada perkembangan sosial masa remaja.
sudah dapat menentukan pilihannya sendiri karena sudah berkembang dari segi
dan identitas diri remaja (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001; dalam Jahja, 2011:
234).
32
d. Perkembangan kognitif pada masa remaja
Menurut Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001; dalam Jahja, 2011: 231-232)
menjelaskan bahwa terjadi kematangan kognitif pada indvidu yang memasuki masa
remaja. Hal ini dikarenakan interaksi struktur otak yang telah sempurna disertai
dengan lingkungan sosial yang semakin luas dan memungkinkan individu untuk
berfikir abstrak.
keterampilan motorik, dan otak disebut sebagai perkembangan fisik (Papalia & Olds,
pada siswa kelas 8 B SMP Negeri 1 Pancalang yang sudah memasuki masa remaja.
Perubahan fisik yang mulai terlihat berbeda dibandingkan pada masa kanak-kanak,
struktur otak yang telah sempurna, peranan kelompok teman sebaya dalam membentuk
perilaku baru siswa, siswa yang mulai mencari identitas diri agar diakui lingkungan
masyarakat, serta menurunnya peranan orang tua di dalam kehidupan karena siswa
33
Ada beberapa hasil dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
a. Menurut hasil penelitian dari Juliantika & Khusumadewi (2017) yang berjudul
pada penelitian yang telah dilakukan pada 9 subyek menunjukkan bahwa setiap
perlakuan cinema therapy. Persamaan pada penelitian ini adalah penerapan teknik
sinema yang diterapkan untuk meningkatkan perilaku atau sikap pada subyek
diangkat, serta layanan BK yang digunakan. Penelitian ini dilakukan pada siswa
SMK yang lebih tinggi tingkatan serta usianya, variabel yang diangkat adalah
sikap empati siswa, dan layanan BK yang digunakan untuk penerapan teknik
b. Menurut hasil dari penelitian Wantu & Ade (2017) yang berjudul “Pengaruh
diharapkan yang dimana berdasaran hasil analisis data dalam pengujian hipotesis
yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi
pergaulan pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kota Kota Gorontalo” dapat
34
diterima. Hal ini ditunjukan oleh hasil uji statistik dengan menggunakan uji t yakni
thitung > ttabel (3,490 > 2,018) pada taraf nyata 5%. Diperoleh t (dk = n₁+ n₂- 2
teknik cinema therapy terhadap etika pergaulan pada siswa kelas XI SMK Negeri
2 Kota Gorontalo, Kota Gorontalo. Persamaan penelitian ini ada pada penerapan
teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal dan yang membedakan adalah
metode penelitian, variabel yang diangkat serta subjek penelitian. Metode pada
etika pergaulan, dan subyek pada penelitian ini merupakan siswa SMK yang
c. Menurut hasil penelitian dari Agustina dkk (2022) pada penelitiannya tentang
New Normal Pada Kelas X di SMK Negeri 3 Amuntai” membuahkan hasil yang
sesuai dengan harapan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis PTBK
melakukan 3 siklus tindakan yang dimana pada tindakan pertama Siklus I, secara
umum aktivitas siswa terrmasuk dalam kategori masih kurang aktif dan
pengukuran peningkatan motivasi siswa masih dalam kategori kurang aktif. Pada
siklus II aktivitas dan motivasi siswa termasuk dalam kategori masih cukup aktif
dan cukup berhasil sedangkan ada sikus III aktivitas dan motivasi siswa sudah
mengalami peningkatan yaitu berada pada kategori sangat aktif dan sangat
35
berhasil. Persamaan pada penelitian ini adalah penerapan teknik sinema serta
metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan. Namun ada beberapa
perbedaan pada variabel yang diangkat yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa
dan subyek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMK yang
d. Menurut penelitian Maretha, Susanti, dan Sari (2020) pada penelitiannya yang
penelitian ini peneliti menggunakan model atau strategi dengan desain penelitian
dalam layanan BK dan sampel yaitu siswa kelas VIII SMP yang memiliki
dalam layanan BK, jumlah sampel, dan variabel yang diangkat serta teknik sinema
36
C. Kerangka Berpikir
orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau balasan pada yang memiliki. Ada atau
tidaknya perilaku prososial pada siswa dapat dilihat dari bagaimana cara siswa dalam
merespon stimulus seperti adanya rasa ingin menolong ketika teman sedang dalam
kesulitan, berkata jujur ketika berbicara dengan orang lain, bekerja sama untuk
faktor yaitu internal dan eksternal. Seperti yang sudah diungkapkan oleh beberapa
kehadiran orang lain, adanya pengorbanan yang harus dilakukan, stimulus yang jelas,
norma-norma sosial, hubungan calon penolong dan yang ditolong, dan suasana hati.
prososial, peneliti bertujuan untuk menerapkan teknik sinema pada layanan bimbingan
klasikal dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa. Karena
diberikan kepada siswa di dalam 1 kelas berjumlah 30-40 siswa dengan tujuan untuk
37
memberikan layanan preventif atau kuratif yang berupa informasi atau pemahaman
pada siswa di bidang pribadi, sosial, karir, dan belajar. Bimbingan klasikal juga
bimbingan yang lain. Teknik sinema dapat mempermudah siswa untuk menangkap
informasi yang disampaikan. Seiring berjalannya zaman dan teknologi yang semakin
maju, mempengaruhi minat siswa yang lebih berminat dan senang dengan media yang
setiap adegan film, hal ini dapat merangsang panca indra dan emosi siswa dan
membawa siswa pada setiap adegan-adegan yang terjadi pada sebuah film dan siswa
merasa menjadi pemeran dalam film tersebut. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh
Maka dari itu kerangka pikir pada penelitian ini adalah layanan bimbingan
klasikal dengan teknik sinema dapat meningkatkan perilaku prososial pada siswa,
karena layanan bimbingan klasikal juga termasuk layanan preventif dan kuratif yang
38
sehingga siswa dapat memahami, menghayati, dan mengimplementasikan perilaku
tindakan, observasi dan refleksi. Pada tahap pertama yaitu perencanaan yang dilakukan
untuk persiapan pretest dan posttest yang kemudian memberikan skala pretest,
berkoordinasi dengan guru wali kelas dan guru bimbingan konseling, dan Menyusun
jadwal serta tempat pelaksanaan tindakan dilakukam. pada tahap pelaksanaan ada tiga
(Rencana Pelaksanaan Layanan) yang terdiri dari tiga tahap yaitu, beginning stage,
dibantu oleh guru bimbingan dan konseling sebagi observer. Selanjutnya observasi,
observasi dilakukan sebelum dan sesudah layanan diberikan kepada siswa untuk
melihat efek dari layanan yang telah diberikan. Refleksi, refleksi dilaksanakan untuk
mengetahui hasil dari pemberian layanan bimbingan klasikal dengan teknik sinema
apakah memberikan pengaruh positif pada peningkatan perilaku prososial pada siswa.
39
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis pada penelitian tindakan ini adalah secara umum perilaku prososial siswa
klasikal.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dengan jenis penelitian tindakan. Menurut Aqib & Amrullah, (2018: 1) menjelasakan
bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dimana temat
proses pada praktik mengajar. Adapun pendapat lain Menurut Arikunto, Suhardjono,
& Supardi (2021: 194) mengungkapkan bahwa PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
dan dirasakan oleh guru. Maka dari itu PTK dilakukan karena guru yang merasakan
lebih baik. Ketika dosen atau penelitia lain selain guru ingin menggunakan PTK, sudah
memang cukup sulit diterima jika peneliti di luar sekolah melakukan PTK tanpa
bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan di dalam kelas yang memiliki tujuan
41
antar guru dengan peneliti atau dilakukan secara individu oleh guru yang berperan
Pada penelitian ini penelitian menerapkan model PTK yang diciptakan oleh
Kemmis & Mc Taggart. Menurut Aqib (2018: 41) menjelsakan bahwa model
42
B. Waktu Penelitian
Pancalang dengan menerapkan teknik sinema pada layanan bimbingan klasikal dan
C. Tempat Penelitian
Pancalang, Kabupaten. Kuningan, Jawa Barat. SMP Negeri 1 Pancalang berdiri sejak
tahun 1991. Sekolah ini bertempat di pedesaan dan bersebelahan dengan SD Negeri
43
Pancalang. Terdapat banyak siswa yang berasal dari berbagai Desa di Kecamatan
Pancalang.
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas 8 B SMP Negeri 1
Permasalahan terkait perilaku prososial yang kurang muncul terjadi pada siswa kelas
E. Definisi Operasional
a. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal merupakan salah satu dari layanan dasar bimbingan dan
konseling. Bimbingan klasikal adalah layanan dasar yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada siswa dalam jumlah kelas.
layanan di dalamnya yaitu, karir, pribadi, sosial, dan belajar. Pada pelaksanaannya
perumusan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Bimbingan klasikal memiliki
tiga tahap pada pelaksanaannya yaitu tahap awal, tahap inti, tahap akhir, dan evaluasi.
b. Teknik Sinema
44
Teknik sinema merupakan salah satu teknik bimbingan. Teknik ini
pengggunaan film atau video sebagai sarana penyampaian materi yaitu untuk
memberikan stimulus pada penonton pada setiap adegan yang ditampilkan dan
memunculkan emosi pada penonton agar penonton dapat merasakan dan meresapi
setiap adegan sehingga memunculkan pemahaman dan pengalaman baru yang dapat
dikaitkan dengan realita dalam kehidupan nyata. Film yang diberikan tentunya yang
c. Perikaku Prososial
terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemberi. Perilaku prososial memiliki beberapa
memberikan kesejahteraan pada orang lain. Perilaku prososial juga memiliki beberapa
faktor yang mempengaruhi adanya perilaku prososial yaitu faktor situasional dan
dalam diri. Pada faktor situasional diantaranya adalah bystander, daya tarik, atribusi
terhadap korban, ada model, dan desakan waktu. Sedangkan pada faktor dalam diri
F. Skenario Tindakan
Penelitian ini didesain menjadi beberapa siklus karena pada dasarnya PTK
dengan model Kemmis & Taggart, 1989 merupakan penelitian yang memiliki siklus
45
berkelanjutan. Pada setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan tindakan yang sama
perilaku prososial siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Pada tahap ini juga
perilaku prososial pada siswa sebelum diberikan tindakan. Setelah mendapatkan hasil
tindakan dengan menerapkan teknik sinema dalam layanan bimbingan klasikal yang
mengacu pada RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan) yang telah dibuat. Pada tahap
pelaksanaan terdiri dari beberapa tahapan yaitu, tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir.
Tahap ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 40 menit pada setiap pertemuan. Setelah
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut sebagai bentuk kolaborasi antara peneliti
dan guru bimbingan dan konseling di sekolah. Observasi dilakukan sebelum dan
mengetahui keberhasilan dan kegagalan dari hasil pemberian tindakan. Tahap ini
46
1. Siklus I
a. Perencanaan
dari pre-test dan berkoordinasi terkait dengan segala hal yang akan dilakukan saat
pelaksanaan tindakan.
b. Pelaksanaan
47
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menerapkan teknik sinema pada
bimbingan klasikal dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan perilaku prososial
bersama-sama di kelas.
1) Tindakan I
klasikal pada siswa dengan menggunakan teknik sinema. Pelaksanaan layanan dasar
a) Tahap Awal
Pada tahap awal, peneliti akan menjelaskan kepada siswa kelas 8 B SMP
Negeri 1 Pancalang terkait kegiatan bimbingan klasikal dengan teknik sinema dan
maksud dan tujuan, membangun hubungan yang baik dengan siswa dengan cara
penayagan film, kemudian melakukan ice breaking yang dikemas menjadi sebuah
game, serta berdiskusi terkait permasalahan yang diangkat pada kegiatan layanan dasar
teknik sinema.
b) Tahap inti
48
Pada Tahap ini peneliti menggunakan tiga film pendek yang berkaitan dengan
perilaku prososial, 2 film short movie dan 1 film animasi. Peneliti menayangkan film
pada tahap inti bimbingan klasikal satu persatu sampai semua film sudah ditayangkan
kepada semua siswa. Setelah menayangkan film, peneliti mengajak siswa di kelas
untuk berdiksusi terkait makna yang terkandung dalam film tersebut. Siswa
kemudian peneliti akan memberikan pertanyaan pada beberapa siswa di kelas terkait
hasil dari diskusi. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan kepada siswa dengan
cara membedah film yang telah ditonton sebelumnya dan menjelaskan kembali makna
yang terkandung dalam film tersebut dengan tujuan agar siswa lebih paham dengan isi
c) Tahap akhir
Agenda selanjutnya yaitu tahap akhir, pada tahap ini peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali apabila masih ada yang belum
dipahami, jika siswa sudah dirasa paham maka peneliti menutup tindakan pertama
dengan memberi kata-kata mutiara serta salam penutup. Tahap selanjutnya adalah
evaluasi bimbingan klasikal yang telah dilaksanakan dengan siswa. tahap evaluasi ini
dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada siswa terkait kesan dan pesan setelah
bertujuan untuk memperbaiki pemberian layanan di sesi selanjutnya agar lebih baik
dan dapat meningkatkan antusiasme siswa. Setelah dilakukan evaluasi peneliti pamit
49
undur diri kepada siswa dan memberitahukan bahwa akan diadakan kegiatan
1) Tindakan II
a) Tahap Awal
Kegiatan diawali dengan salam serta membangun hubungan baik dengan siswa
klasikal dengan teknik sinema yang dikemas berbeda dengan pertemuan sebelumnya
yang dimana akan ada quiz setelah siswa menyimak film yang ditayangkan,
akan digunakan untuk penayangan film, dilanjut dengan ice breking berupa permainan
b) Tahap Inti
Pada tahap inti, peneliti memberikan instruksi kepada siswa untuk kondusif
perilaku prososial yang sama dengan tindakan pertama dan meminta siswa untuk
menyimak serta memahami kembali makna dalam film yang ditayangkan. Setelah
penayangan film-film selesai, peneliti akan memberikan quiz berhadiah kepada siswa
dengan tujuan untuk memicu semangat siswa dalam menyimak dan memahami makna
50
pertanyaan langsung kepada seluruh siswa dan siswa menjawab dengan cara
mengangkat tangannya terlebih dahulu, yang lebih awal mengangkat tangan dan
menjawab pertanyaan dengan tepat akan mendapatkan hadiah dari peneliti. Setelah
c) Tahap Akhir
Pada tahap ini Setelah berdiskusi dan memahami makna dari film-film yang
siswa terkait makna pada film-film tersebut dan menjelaskan manfaat-manfaat ketika
bimbingan klasikal yang akan dilakukan apabila pada siklus pertama belum mencapai
c. Observasi
kepada siswa melalui penerapan teknik sinema pada bimbingan klasikal. Observasi
observasi, observer juga mencatat dan mengamati segala hal yang terjadi ketika dan
setelah dilaksanakannya tindakan kepada siswa. Hal-hal tersebut dapat berupa alur
51
kegiatan teknik sinema dalam bimbingan klasikal, hubungan peneliti dengan siswa,
pelaksanaan diskusi serta proses pembedahan film, dan perilaku siswa setelah
diberikan tindakan.
d. Refleksi
Tujuan dari adanya refleski yaitu untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan pada
bimbingan klasikal serta melihat pengaruh dari pemberian tindakan kepada siswa.
telah dibuat. Setelah dilakukannya refleksi dan mendapatkan hasil, peneliti dapat
keberhasilan yang dibahas pada subbab selanjutnya. Penelitian ini akan diakhiri ketika
hasil post-test sesuai dengan indikator keberhasilan. Namun ketika hasil post-test tidak
sesuai maka akan dilakukan tindakan berikutnya dengan minimal dua siklus tindakan.
2. Siklus II
Pada siklus II peneliti mengikuti prosedur yang sudah dilaksanakan pada siklus
I dan disesuaikan dengan hasil dari observasi serta refleski siklus I, yang dimana terdiri
dari :
a. Perencanaan
52
Tahap perencanaan, peneliti mengikuti beberapa perencanaan pada siklus I
yaitu :
konseling di sekolah.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tidak berbeda dengan siklus I yang dimana terdapat
dua tindakan pada siklus II. Tindakan I dan II akan mengikuti hasil dari refleksi dan
c. Observasi
Observasi tidak berbeda dengan siklus I, tahap ini dibantu oleh guru bimbingan
dan konseling sebagai observer yang mengamati siswa pada proses pemeberian
yang digunakan pada siklus I untuk mengamati perubahan siswa ketika proses
d. Refleksi
53
Refleksi dilaksanakan setelah pemberian tindakan dilaksanakan dengan
menggunakan instrument skala perilaku prososial yang sama dengan siklus I sebagai
post-test untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah diberikan. Apabila pada
merupakan suatu hal penting dalam penelitian karena memiliki tujuan utama dari
penelitian yaitu mengumpulkan data. Data yang telah dikumpulkan akan menjadi bukti
penting dalam suatu penelitian. Terdapat banyak macam teknik pengumpukan data
a. Skala Likert
seuatu alat yang digunakan peneliti untuk melakukan pengukuran terhadap varibel
54
yang sedang diteliti, variabel tersebut dapat berupa sikap, pendapat, dan persepsi
b. Observasi
data wawancara atau angket karena observasi tidak terbatas pada obyek manusia
semata, namun observasi dapat dilakukan pada obyek-obyek alam dan lainnya.
Observasi juga dapat digunakan dalam penelitian yang bersangkutan dengan perilaku
manusia, karena dengan pengamatan secara langsung peneliti dapat mendapatkan data
c. Dokumentasi
teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengabadikan peristiwa yang telah
berlalu. Dokumen dapat berbentuk gambar, tulisan, dan video. Dokumntasi dapat
yang lain agar data lebih kredibel. Namun terkadang terdapat juga dokumentasi yang
data merupakan sebuah alat untuk mengukur fenomena yang diangkat dalam
55
penelitian. Dengan adanya instrumen penelitian, akan memudahkan peneliti dalam
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diangkat dalam penelitian. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian memiliki dua syarat yang harus dipenuhi sebelum
dijadikan sebagai alat ukur, yaitu instrumen harus valid dan reliabel.
prososial yang dimiliki oleh individu. Instrument skala perilaku prososial akan
digunakan untuk mengukur tingkatan perilaku prososial yang dimiliki oleh siswa kelas
aspek-aspek yang terdapat pada perilaku prososial menurut Eisenberg, 1999 (dalam
Likert. Pada skala model ini, responden diperintahkan untuk memilih jawaban atas
56
pernyataan yang diberikan dengan alternatif pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS),
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
57
teman yang kurang F 17
mampu. UF 18
4. Kerjasama Bekerja bersama a. Saling membantu F 19 2
untuk dalam melakukan
UF 20
mewujudkan pekerjaan yang
tujuan yang sama. melibatkan gotong
royong.
b. Tidak saling F 21 2
mengandalkan
UF 22
dalam mengerjakan
tugas kelompok.
c. Saling membantu F 23 2
ketika mengerjakan
tugas kelompok. UF 24
5. Kejujuran Bertindak dan a. Tidak memanipulasi F 25 2
berkata jujur fakta atau informasi UF 26
sesuai dengan
b. Tidak berbuat F 27 2
kenyataan tanpa
curang dan UF 28
adanya
merugikan teman.
manipulasi yang
merugikan orang
lain.
6. Kedermawanan Melakukan a. Membantu teman F 29 2
kebaikan secara tanpa mengharapkan UF 30
suka rela tanpa imbalan.
mengharapkan b. Memberikan F 31 2
pujian dan sebagian yang UF 32
imbalan. dimiliki kepada
teman yang
membutuhkan tanpa
membeda-bedakan
7. Mempertimbangk Bertindak dan a. Melakukan tindakan F 33 2
an hak dan berkata dengan dengan UF 34
kesejahteraan hati-hati demi mempertimbangkan
orang lain kenyamanan dan efek baik dan buruk
kedamaian untuk orang lain.
bersama. b. Memperhatikan F 35 2
segala ucapan yang
dikeluarkan agar
58
tidak menyakiti hati UF 36
orang lain.
Jumlah 36
b. Observasi
teknik pengumpulan data yang lain. Obesrvasi menjadi pelengkap data karena
mengunakan cara pengamatan subjek dan objek yang diteliti. Observasi dilakukan
telah dibuat. Observasi dilakukan ketika pelaksanaan tindakan berlangsung dan setelah
diberikan tindakan.
59
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Tindakan
No Objek yang Diamati Ya Tidak Ket
1. Siswa antusias saat mengikuti kegiatan layanan
bimbingan klasikal dengan teknik sinema.
2. Siswa kondusif ketika mengikuti kegiatan.
3. Siswa menyimak film yang ditayangkan.
4. Siswa aktif dalam mendiskusikan film yang
ditayangkan
5. Siswa mendengarkan ketika sedang pembedahan film
6. Siswa aktif menjawab dan bertanya ketika kegiatan
berlangsung.
7. Siswa memahami materi yang disampaikan.
8. Siswa aktif dalam menyampaikan pendapat.
9. Siswa dapat memberikan kesimpulan dari materi
yang diberikan.
10. Siswa aktif dalam memberikan evalusi kegiatan
60
Menurut Sugiyono (2021: 361) mengungkapkan bahwa validitas merupakan
tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang
dilaporkan oleh peneliti. Bisa dikatakan bahwa data yang valid dalah data yang sama
antara data yang dilaporkan dan data yang terjadi pada objek penelitian.
pengujian pertama, insturmen akan dilakukan proses validasi oleh expert judgement
yang dimana dilakukan oleh dosen pembimbing tugas akhir skripsi. Proses validasi
pertama bertujuan untuk mengetahui kesesuaian instrument dari segi aspek, indikator,
sub indikator, dan butir pernyataan yang telah disusun. Setelah melakukan uji validasi
kepada dosen pembimbing, maka dilanjut dengan uji coba instrument kepada siswa
kelas 8 C SMP Negeri 1 Pancalang dengan jumlah 31 siswa yang dimana merupakan
kelas yang tidak dijadikan sebagai subjek penelitian. Setelah dilakukannya uji coba
IBM SPSS Statistics versi 24 for Windows untuk menguji kevalidan butir item pada
instrumen.
Uji statistik pada SPSS menggunakan uji pearson product moment yang
dimana jika rhitung > rtabel = valid dan rhitung < rtabel = tidak valid. Nilai rtabel
nilai rtabel sebesar 0,355. Berikut tabel hasil uji validitas instrumen menggunakan
SPSS :
61
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Skala Perilaku Prososial Siswa
No Item Nilai r tabel Nilai r hitung Keterangan
1 0,355 0,741 Valid
2 0,355 0,664 Valid
3 0,355 0,501 Valid
4 0,355 0,762 Valid
5 0,355 0,526 Valid
6 0,355 0,582 Valid
7 0,355 0,607 Valid
8 0,355 0,592 Valid
9 0,355 0,597 Valid
10 0,355 0,535 Valid
11 0,355 0,408 Valid
12 0,355 0,689 Valid
13 0,355 0,438 Valid
14 0,355 0,709 Valid
15 0,355 0,646 Valid
16 0,355 0,671 Valid
17 0,355 0,640 Valid
18 0,355 0,629 Valid
19 0,355 0,611 Valid
20 0,355 0,378 Valid
21 0,355 0,509 Valid
22 0,355 0,561 Valid
23 0,355 0.401 Valid
24 0,355 0,650 Valid
25 0,355 0,601 Valid
26 0,355 0,449 Valid
27 0,355 0,649 Valid
28 0,355 0,644 Valid
29 0,355 0,393 Valid
30 0,355 0,561 Valid
31 0,355 0,435 Valid
32 0,355 0,667 Valid
33 0,355 0,510 Valid
34 0,355 0,629 Valid
35 0,355 0,632 Valid
36 0,355 0,503 Valid
62
Berdasarkan hasil uji validitas skala prososial, dari 36 butir item yang telah
diuji coba mendapatkan hasil keseluruhan item sebanyak 36 butir valid dan dapat
adalah syarat untuk pengujian validitas instrument. Instrument yang valid umumnya
dimana menurut Sujarweni, (2014: 193) menjelaskan bahwa uji reliabilitas bisa
penelitian. Uji reliabilitas dapat dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha >
0,60 dan tidak dinyatakan reliabel apanila nilai Cronbach’s Alpha < 0,60. Pengujian
reliabilitas insturmen menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics versi 24 for windows.
mendapatkan hasil nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0, 938 dan dapat dinyatakan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.938 36
63
I. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian kuantitatif adalah suatu kegiatan yang dilakukan
setelah seluruh data dari beebagai sumber data dan dari seluruh responden telah
terkumpul. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan ststistik dan terdapat dua
macam statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial (Sugiyono, 2021:
206).
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data statistik deskriptif.
memberi kesimpulan hasil analisis data untuk umum, namun hanya untuk sampel yang
dan setelah diberikan tindakan pada penelitian ini yang menggunakan PTK dengan
= 36 x 1 = 36
= 36 x 4 = 144
64
2. Menghitung luas jarak sebaran
Tindakan akan dikatakan berhasil ketika sudah mencapai target yang telah
65
2. Penelitian ini juga dapat dianggap berhasil dengan melihat hasil observasi ketika
proses tindakan atau setelah proses tindakan. hal ini dilakukan untuk melihat
kesamaan hasil dari setiap teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan. Jika
data yang telah dikumpulkan teknik memiliki kesamaan hasil yang meningkat,
66
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E., Yuliansyah, M., & Auliah, N. (2022). Peningkatan motivasi belajar siswa
melalui teknik cinema therapy di era new normal pada kelas X di SMK Negeri
3 Amuntai. Jurnal Inovasi Pendidikan, 3169-3174.
Aqib, Z., & Amrullah, A. (2018). PTK penelitian tindakan kelas-teori dan aplikasi.
Yogyakarta: ANDI.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2019). Penelitian tindakan K\kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Azwar, S. (2021). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badaruddin, M., & Sutoyo, A. (2021). Hubungan antara keaktifan berorganisasi
dengan tingkat perilaku prososial mahasiswa pengurus PMII UNNES Tahun
2020. JCOSE Jurnal Bimbingan dan Konseling, 78-85.
Fatimah, D. N. (2017). Layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan self control
siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta. HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan
Dakwah Islam, 25-37.
Fauzi, I., & Setyawati, S. P. (2021). Sinema edukasi untuk memperkuat perilaku sopan
santun siswa. Seminar Nasional Virtual Konseling Kearifan Nusantara 2 dan
Call For Papers, (pp. 248-251). Kediri.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2016). Bimbingan dan konseling. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR.
Hantono, D., & Pramitasari, D. (2018). Aspek perilaku manusia sebagai mahluk
individu dan sosial. National Academic Journal of Architecture, 86-93.
Hajar, V. A. (2017). Layanan Bimbingan Klasikal Dalam Meningkatan Kedisiplinan
Peserta Didik Di Sekolah Menengah Pertama 6 Bandar Lampung. Skripsi,
diterbitkan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Jurusan Bimbingan Dan
Konseling, Lampung.
Hidayat, D. R. (2018). Konseling di sekolah pendekatan-pendekatan kontemporer.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana prenadamedia group.
Juliantika, Y. T., & Khusumadewi, A. (2017). Penerapan cinematherapy untuk
meningkatkan empati siswa kelas X multimedia di SMKN 1 Driyorejo. Jurnal
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, 243-255.
67
Khasanah, B. L., & Fauziah, P. (2021). Pola asuh ayah dalam perilaku prososial anak
usia dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 909-922.
Lestari, S. S., & Witri, T. M. (2019). Hubungan antara religiusitas dan kecerdasan
emosional terhadap komunikasi sosial (studi pada perilaku prososial
mahasiswa). Medium: Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Riau, 1-17.
Maretha, T., Susanti, R. H., & Sari, E. K. (2020). Keefektifan teknik cinema therapy
untuk meningkatkan sikap altruistik siswa kelas VIII di SMPN 1 Gondanglegi
Kabupaten Malang. Jurnal Konseling Indonesia, 54-61.
Matondang, E. S. (2016). Perilaku prososial (prosocial behavior) anak usia dini dan
pengelolaan kelas melalui pengelompokan usia rangkap (multiage grouping).
EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasa, 34-47.
Mukhtar, Budiamin, A., & Yusuf, S. (2016). Program layanan bimbingan klasikal
untuk meningkatkan self-control siswa. PSIKOPEDAGOGIA, 1-16.
Nugraha, R. A. (2020). Perilaku prososial dan pengembangan keterampilan sosial
siswa. Tegal: Badan Penerbit Universitas Pancasakti Tegal.
Rosidah, A. (2017). Layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri
siswa underachiver. Jurnal Fokus Konseling, 154-162.
Saputra, M. A., Indreswari, H., & Rahman, D. H. (2022). Pengembangan panduan
teknik sinema edukasi untuk meningkatkan interaksi sosial siswa sekolah
menengah kejuruan. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan
Pendidikan, 460-470.
Selomo, C. D., Suryanto, & Santi, D. E. (2020). Perilaku prososial ditinjau dari
pengaruh teman sebaya dengan empati sebagai variabel antara pada generasi
Z. Briliant : Jurnal Riset dan Konseptual, 646-660.
Sugiyono. (2021). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sujarweni, V. W. (2014). SPSS untuk penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tartila, M. F., & Aulia, A.-A. L. (2021). Kecerdasan interpersonal dan perilaku
prososial. Jurnal Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas
Yudharta Pasuruan, 53-66.
68
Widaningsih, N. I., & Eko, I. (2015). Hubungan antara empati dengan kecenderungan
perilaku prososial perawat di rumah sakit Tk III 04.06.03 Dr. Soetarto
Yogyakarta. SPIRITS, 1-6.
Wulandari, E., & Satiningsih. (2018). Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
prososial pada siswa kelas XI di MAN 1 Tuban. Character : Jurnal Penelitian
Psikologi, 1-6.
Yusuf, P. M., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan antara regulasi emosi dengan
perilaku prososial pada siswa sekolah menengah atas. Jurnal Empati, 98-104.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Panduan operasional
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sekolah menengah pertama (SMP).
Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
69
LAMPIRAN-LAMPIRAN
70
Lampiran 1 Kisi-Kisi Skala Perilaku Prososial Siswa
Kisi-Kisi Skala Perilaku Prososial Siswa
71
d. Munculnya Perasaan Saya berinisiatif untuk menolong F 9 2
inisiatif untuk teman saya yang sedang
menawarkan membutuhkan pertolongan
pertolongan Saya tidak peduli dengan teman saya UF 10
yang membutuhkan bantuan
3. Menyumbang Menyisihkan sebagian c. Adanya rasa inisiatif Saya memberikan sebagian uang F 11 4
harta untuk membantu untuk memberi dalam jajan saya kepada teman saya yang
teman. bentuk tenaga, pikiran, membutuhkan
atau materi kepada Saya menghabiskan uang jajan tanpa UF 12
teman. mempedulikan teman saya yang
membutuhkan
Saya memberikan sebagian jajanan F 13
kepada teman yang membutuhkan.
Saya menolak untuk membagi UF 14
jajanan saya dengan teman yang
membutuhkan.
d. Membantu dan peduli Saya peduli kepada teman saya yang F 15 4
kepada teman yang kurang mampu
kurang mampu. Saya merasa teman saya yang tidak UF 16
mampu bukanlah urusan saya
Saya suka membantu teman saya F 17
yang kurang mampu
Saya mementingkan diri saya UF 18
dibandingkan membantu teman saya
yang kurang mampu
72
4. Kerjasama Bekerja bersama untuk d. Saling membantu Saya membantu ketika ada pekerjaan F 19 2
mewujudkan tujuan dalam melakukan gotong royong membersihkan kelas
yang sama. pekerjaan yang atau sekolah
melibatkan gotong Saya bermalas-malasan ketika ada UF 20
royong. kegiatan gotong royong
membersihkan kelas dan sekolah
e. Tidak saling Saya merasa khawatir ketika saya F 21 2
mengandalkan dalam tidak ikut membantu dalam tugas
mengerjakan tugas kelompok
kelompok. Saya megandalkan teman saya yang UF 22
lebih pintar di dalam kelompok
ketika ada tugas kelompok.
f. Saling membantu Saya aktif di dalam kelompok ketika F 23 2
ketika mengerjakan mengerjakan tugas kelompok
tugas kelompok. Saya tidak suka membantu kelompok UF 24
ketika mengerjakan tugas kelompok
5. Kejujuran Bertindak dan berkata c. Tidak memanipulasi Saya mengakui kesalahan yang saya F 25 2
jujur sesuai dengan fakta atau informasi lakukan
kenyataan tanpa adanya Saya memanipulasi fakta ketika saya UF 26
manipulasi yang melakukan kesalahan
merugikan orang lain. d. Tidak berbuat curang Saya mengerjakan soal ujian dengan F 27 2
dan merugikan teman. jujur karena takut merugikan orang
lain.
Saya menyontek ketika ujian demi UF 28
kebaikan saya
73
6. Kedermawanan Melakukan kebaikan c. Membantu teman Saya tidak mengharapkan apapun F 29 2
secara suka rela tanpa tanpa mengharapkan ketika sudah mebantu orang lain
mengharapkan pujian imbalan. Saya berharap orang yang telah saya UF 30
dan imbalan. bantu memberikan imbalan kepada
saya.
d. Memberikan sebagian Saya memberikan sebagian uang F 31 2
yang dimiliki kepada jajan untuk teman yang
teman yang membutuhkan tanpa membeda-
membutuhkan tanpa bedakan teman.
membeda-bedakan Saya menghabiskan seluruh uang UF 32
jajan saya tanpa memedulikan teman
saya yang tidak punya uang jajan.
7. Mempertimbangkan Bertindak dan berkata c. Melakukan tindakan Saya berhati-hati dalam bertindak F 33 2
hak dan dengan hati-hati demi dengan demi kenyamanan orang lain
kesejahteraan orang kenyamanan dan mempertimbangkan Saya lebih mementingkan UF 34
lain kedamaian bersama. efek baik dan buruk kenyamanan saya atas tindakan saya
untuk orang lain. tanpa mementingkan kenyamanan
orang lain
d. Memperhatikan segala Saya memperhatikan ucapan saya F 35 2
ucapan yang ketika berbicara dengan orang lain.
dikeluarkan agar tidak
menyakiti hati orang
lain. Saya berkata kasar kepada orang lain UF 36
tanpa memedulikan perasaannya.
Jumlah 36
74
Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen
Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Skala Prososial Siswa
R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Total
1 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 4 2 2 1 3 2 2 2 4 2 3 1 4 2 4 3 4 3 3 99
2 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 2 3 2 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 4 4 3 2 115
3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 127
4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 126
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 144
6 2 4 3 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 1 4 2 4 3 3 114
7 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 124
8 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 125
9 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 1 4 4 1 4 1 1 1 2 4 1 4 4 4 117
10 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 1 4 2 4 3 4 2 3 4 4 4 1 2 4 3 3 4 3 4 4 1 3 4 3 2 3 115
11 2 4 3 4 1 3 4 4 2 4 2 4 2 3 2 1 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 96
12 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 1 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 3 122
13 3 3 3 3 4 1 3 4 3 3 2 3 1 4 3 3 1 3 4 4 4 1 3 2 4 2 3 1 1 1 2 2 3 3 3 4 97
14 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 123
15 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 3 4 2 2 3 2 1 2 4 2 2 3 4 4 4 4 2 3 4 3 114
16 3 3 3 4 2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 2 2 4 2 3 2 3 3 4 2 3 2 4 3 4 2 3 102
17 4 4 1 3 1 2 1 3 2 1 3 4 2 4 3 4 4 4 2 2 4 4 2 3 4 1 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 108
18 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 1 3 1 4 4 4 2 4 4 4 2 2 2 4 2 3 4 3 1 3 1 4 4 1 3 3 100
19 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 133
20 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 130
21 4 4 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 121
22 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 1 3 4 2 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 126
23 4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 125
24 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 130
25 2 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 4 2 3 97
75
26 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 73
27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 72
28 2 4 2 4 2 3 3 3 2 4 2 4 2 4 3 4 2 4 3 3 2 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 111
29 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 97
30 2 3 2 3 1 4 2 4 2 4 2 4 2 3 2 3 2 2 3 2 1 3 2 4 2 4 2 3 4 4 2 4 3 4 3 4 101
31 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 2 4 2 4 2 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 114
76
Lampiran 3. Lembar Instrumen Uji Coba Skala Perilaku Prososial Siswa
(Uji Coba)
Petunjuk :
No Pernyataan Jawaban
SL SR KK TP
1 Saya senang melihat teman saya dalam
keadaan senang.
2 Saya tidak suka melihat teman saya senang.
3 Saya menghibur teman saya yang merasa
sedih.
4 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
merasa sedih
5 Saya senang saat teman saya menjadikan
saya sebagai sandaran untuk berkeluh kesah
6 Saya merasa tidak nyaman ketika
mendengarkan keluh kesah teman saya.
7 Saya menolong teman saya yang minta
pertolongan kepada saya
8 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
meminta pertolongan kepada saya
9 Saya berinisiatif untuk menolong teman saya
yang sedang membutuhkan pertolongan
77
10 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
membutuhkan bantuan
11 Saya memberikan sebagian uang jajan saya
kepada teman saya yang membutuhkan
12 Saya menghabiskan uang jajan tanpa
mempedulikan teman saya yang
membutuhkan
13 Saya memberikan sebagian jajanan kepada
teman yang membutuhkan.
14 Saya menolak untuk membagi jajanan saya
dengan teman yang membutuhkan.
15 Saya peduli kepada teman saya yang kurang
mampu
16 Saya merasa teman saya yang tidak mampu
bukanlah urusan saya
17 Saya suka membantu teman saya yang
kurang mampu
18 Saya mementingkan diri saya dibandingkan
membantu teman saya yang kurang mampu
19 Saya membantu ketika ada pekerjaan gotong
royong membersihkan kelas atau sekolah
20 Saya bermalas-malasan ketika ada kegiatan
gotong royong membersihkan kelas dan
sekolah
21 Saya merasa khawatir ketika saya tidak ikut
membantu dalam tugas kelompok
22 Saya megandalkan teman saya yang lebih
pintar di dalam kelompok ketika ada tugas
kelompok.
23 Saya aktif di dalam kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
24 Saya tidak suka membantu kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
25 Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan
26 Saya memanipulasi fakta ketika saya
melakukan kesalahan
27 Saya mengerjakan soal ujian dengan jujur
karena takut merugikan orang lain.
28 Saya menyontek ketika ujian demi kebaikan
saya
29 Saya tidak mengharapkan apapun ketika
sudah mebantu orang lain
78
30 Saya berharap orang yang telah saya bantu
memberikan imbalan kepada saya.
31 Saya memberikan sebagian uang jajan untuk
teman yang membutuhkan tanpa membeda-
bedakan teman.
32 Saya menghabiskan seluruh uang jajan saya
tanpa memedulikan teman saya yang tidak
punya uang jajan.
33 Saya berhati-hati dalam bertindak demi
kenyamanan orang lain
34 Saya lebih mementingkan kenyamanan saya
atas tindakan saya tanpa mementingkan
kenyamanan orang lain
35 Saya memperhatikan ucapan saya ketika
berbicara dengan orang lain.
36 Saya berkata kasar kepada orang lain tanpa
memedulikan perasaannya.
79
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Skala Prososial Siswa
80
Lampiran 5. Lembar Instrumen Skala Perilaku Prososial Siswa
Petunjuk :
No Pernyataan Jawaban
SL SR KK TP
1 Saya senang melihat teman saya dalam
keadaan senang.
2 Saya tidak suka melihat teman saya senang.
3 Saya menghibur teman saya yang merasa
sedih.
4 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
merasa sedih
5 Saya senang saat teman saya menjadikan
saya sebagai sandaran untuk berkeluh kesah
6 Saya merasa tidak nyaman ketika
mendengarkan keluh kesah teman saya.
7 Saya menolong teman saya yang minta
pertolongan kepada saya
8 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
meminta pertolongan kepada saya
9 Saya berinisiatif untuk menolong teman saya
yang sedang membutuhkan pertolongan
81
10 Saya tidak peduli dengan teman saya yang
membutuhkan bantuan
11 Saya memberikan sebagian uang jajan saya
kepada teman saya yang membutuhkan
12 Saya menghabiskan uang jajan tanpa
mempedulikan teman saya yang
membutuhkan
13 Saya memberikan sebagian jajanan kepada
teman yang membutuhkan.
14 Saya menolak untuk membagi jajanan saya
dengan teman yang membutuhkan.
15 Saya peduli kepada teman saya yang kurang
mampu
16 Saya merasa teman saya yang tidak mampu
bukanlah urusan saya
17 Saya suka membantu teman saya yang
kurang mampu
18 Saya mementingkan diri saya dibandingkan
membantu teman saya yang kurang mampu
19 Saya membantu ketika ada pekerjaan gotong
royong membersihkan kelas atau sekolah
20 Saya bermalas-malasan ketika ada kegiatan
gotong royong membersihkan kelas dan
sekolah
21 Saya merasa khawatir ketika saya tidak ikut
membantu dalam tugas kelompok
22 Saya megandalkan teman saya yang lebih
pintar di dalam kelompok ketika ada tugas
kelompok.
23 Saya aktif di dalam kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
24 Saya tidak suka membantu kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok
25 Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan
26 Saya memanipulasi fakta ketika saya
melakukan kesalahan
27 Saya mengerjakan soal ujian dengan jujur
karena takut merugikan orang lain.
28 Saya menyontek ketika ujian demi kebaikan
saya
29 Saya tidak mengharapkan apapun ketika
sudah mebantu orang lain
82
30 Saya berharap orang yang telah saya bantu
memberikan imbalan kepada saya.
31 Saya memberikan sebagian uang jajan untuk
teman yang membutuhkan tanpa membeda-
bedakan teman.
32 Saya menghabiskan seluruh uang jajan saya
tanpa memedulikan teman saya yang tidak
punya uang jajan.
33 Saya berhati-hati dalam bertindak demi
kenyamanan orang lain
34 Saya lebih mementingkan kenyamanan saya
atas tindakan saya tanpa mementingkan
kenyamanan orang lain
35 Saya memperhatikan ucapan saya ketika
berbicara dengan orang lain.
36 Saya berkata kasar kepada orang lain tanpa
memedulikan perasaannya.
83
Lampiran 6. Lembar Observasi Pelaksanaan Tindakan
Subjek :
Observer :
Hari/Tanggal :
Siklus ;
Petuntuk :
Beri tanda Ceklis pada kolom sesuai dengan munculnya perilaku pada objek
yang diamati..
No Objek yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1. Siswa antusias saat mengikuti kegiatan
layanan bimbingan klasikal dengan
teknik sinema.
2. Siswa kondusif ketika mengikuti
kegiatan.
3. Siswa menyimak film yang ditayangkan.
4. Siswa aktif dalam mendiskusikan film
yang ditayangkan
5. Siswa mendengarkan ketika sedang
pembedahan film
6. Siswa aktif menjawab dan bertanya
ketika kegiatan berlangsung.
7. Siswa memahami materi yang
disampaikan.
8. Siswa aktif dalam menyampaikan
pendapat.
9. Siswa dapat memberikan kesimpulan
dari materi yang diberikan.
10. Siswa aktif dalam memberikan evalusi
kegiatan
84
Lampiran 7. Lembar Observasi Pasca PelaksanaanTindakan
LEMBAR OBSERVASI PASCA PELAKSANAAN TINDAKAN
Subjek :
Observer :
Hari/Tanggal :
Siklus ;
Petuntuk :
Beri tanda Ceklis pada kolom sesuai dengan munculnya perilaku pada objek
yang diamati.
No Objek yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1. Kerjasama Siswa ketika diberikan tugas
kelompok.
2. Kerjasama Siswa dalam melaksanakan
piket kelas
3. Siswa bekata jujur kepada guru atau teman
4. siswa mengakui kesalahan yang telah
dilakukan
5. Siswa tidak berbuat curang yang merugikan
orang lain.
6. Siswa berinisiatif untuk menolong teman
atau guru.
7. Siswa menolong temannya yang
mengalami kesulitan.
8. Siswa saling merangkul satu sama lain.
9. Siswa saling berbagi baik materi atau non
materi
10. Siswa dapat berfikir sebelum bertindak
85
Lampiran 8. RPL dan Materi Bimbingan Klasikal Teknik Sinema Siklus I
Tindakan I
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Jalan. Colombo, Nomor 1 Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 586168 Hunting. Fax (0274) 565500
Laman: uny.ac.id E-mail: [email protected]
86
perilaku prososial mahasiswa). Medium:
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau, 1-17.
Yusuf, P. M., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan
antara regulasi emosi dengan perilaku
prososial pada siswa sekolah menengah atas.
Jurnal Empati, 98-104.
K Metode/Teknik Sinema
L Media/Alat Laptop, Proyektor, video,
M Pelaksanaan Rabu, 29 Maret 2023
1. Tahap Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan Tujuan 1. Guru BK memberi salam dan menyapa siswa ketika
masuk ke kelas.
2. Guru BK meminta salah satu murid untuk memimpin
do’a.
3. Guru BK berkenalan dengan siswa dan bertanya kabar
siswa.
4. Guru BK menjelaskan tentang kegiatan bimbingan
klasikal pada siswa.
5. Guru BK menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan
bimbingan klasikal dengan teknik sinema
b. Penjelasan 1. Guru BK menjelaskan langkah-langkah penerapan
Langkah-Langkah teknik sinema kepada siswa.
2. Guru BK menjelaskan secara teknis kegiatan yang
akan dilaksanakan dan tanggung jawab siswa.
c. Mengarahkan 1. Guru BK menjelaskan proses kegiatan dengan
Kegiatan menggunakan teknik sinema yang berisika
penayangan film dan mengarahkan siswa untuk
menyimak film yang nanti akan ditayangkan.
87
2. Guru BK meminta siswa untuk bersiap berdiskusi
dengan teman sebangku tentang film yang nanti
ditayangkan.
d. Tahap Peralihan 1. Guru BK menawarkan kepada siswa untuk bertanya
terkait teknis pelaksanaan bimbingan klasikal apabila
masih ada yang belum siswa pahami.
2. Guru BK menanyakan kesiapan siswa untuk
mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.
3. Guru BK memberikan ice breaking berupa game
kepada siswa sebagai pemanasan sebelum masuk ke
kegiatan.
2. Tahap Inti
a. Kegiatan Peserta 1. Siswa menyimak film-film yang ditayangkan oleh
didik guru BK.
2. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku terkait
makna dan pengalaman yang mereka dapatkan setelah
menonton dan menyimak film.
3. Perwakilan siswa menyampaikan hasil diskusi dengan
teman sebangku.
b. Kegiatan Guru 1. Guru BK menyiapkan peralatan untuk menayangkan
Bimbingan dan film.
Konseling 2. Guru BK menayangkan film-film yang sudah
disiapkan.
3. Guru BK memberikan instruksi kepada siswa untuk
kondusif saat menonton film.
4. Guru BK memberikan aba-aba kepada siswa untuk
berdiskusi dengan teman sebangku selama 5 menit.
5. Guru BK menanyakan hasil diskusi kepada beberapa
siswa.
6. Guru BK memberikan penguatan dengan membedah
kembali isi materi pada film.
88
7. Guru BK memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
3. Tahap Penutup
Menutup Kegiatan dan 1. Guru BK menanyakan kembali terkait makna dan
Tindak Lanjut pengalaman apa yang didapat setelah menonton film
kepada salah satu siswa.
2. Guru BK menanyakan kesan siswa ketika mengikuti
kegiatan bimbingan klasikal dengan teknik sinema.
3. Guru BK memberitahukan terkait kegiatan bimbingan
klasikal selanjutnya.
4. Guru BK menanyakan terkait pesan kepada siswa
untuk kegiatan bimbingan klasikal selanjutnya.
5. Guru BK menutup kegiatan dengan salam penutup
kepada siswa.
N Evaluasi
1. Evaluasi Hasil 1. Guru Bk melakukan refleksi tehadap kegiatan
yang telah dilakukan.
2. Guru BK mengamati bagaimana sikap siswa
dalam mengikuti kegiatan.
3. Guru BK mengamati bagaimana cara siswa
menyampaikan dalam menyampaikan pendapat
atau bertanya.
4. Guru BK mengamati cara siswa memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan Guru BK
2. Evaluasi Proses Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara
lain:
1. Merasakan suasana pertemuan: menyenangkan/
kurang menyenangkan/tidak menyenangkan
89
2. Topik yang dibahas: sangat penting/ kurang
penting/ tidak penting
3. Cara Guru BK menyampaikan: mudah dipahami/
tidak mudah/ sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti: menarik/ kurang menarik/
tidak menarik untuk diikut
90
Materi dan Media Tindakan II
Menurut Dayaksini dan Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017)
menyatakan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan
efek positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi
pemiliknya tidak memiliki keuntungan yang jelas. Pendapat ini menjelaskan bahwa
perilaku prososial suatu perilaku yang memberikan kebaikan pada orang lain baik
secara fisik, materi, dan psikologis yang tentunya tidak mengharapkan suatu apapun
Eisenberg, 1999 (dalam Lestari dan Witri, 2019) yaitu : berbagi, kerjasama,
dan kesejahteraan orang lain. Pada pendapat ini menyebutkan ada tujuh aspek yang
a. Berbagi
b. Kerjasama
c. Menyumbang
d. Menolong
e. Kejujuran
91
f. Kedermawanan
Menurut Baron, donn & Branscombe 2006 (dalam Widaningsih & Eko, 2015)
faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi faktor situasional yang
terdiri dari bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu,
serta faktor dalam diri meliputi suasana hati, sifat, Jenis kelamin, tempat tinggal dan
pola asuh.
3) Faktor situasional
f) Bystander
h) Ada model
i) Desakan waktu
e) Suasana hati
f) Sifat
g) Tempat tinggal
h) Pola asuh
92
2. Short Movie Tentang Kejujuran
Link: https://youtu.be/Tkf-ubast-s
3. Short Movie Profil Pelajar Pancasila: Senja Yang Kesepian
Link: https://youtu.be/Ta1efA28gso
93
Lampiran 9. RPL dan Materi Bimbingan Klasikal Teknik Sinema Siklus I
Tindakan II
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Jalan. Colombo, Nomor 1 Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 586168 Hunting. Fax (0274) 565500
Laman: uny.ac.id E-mail: [email protected]
94
Yusuf, P. M., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan
antara regulasi emosi dengan perilaku
prososial pada siswa sekolah menengah atas.
Jurnal Empati, 98-104.
K Metode/Teknik Sinema
L Media/Alat Laptop, Proyektor, video,
M Pelaksanaan Jumat, 31 Maret 2023
4. Tahap Awal/Pendahuluan
e. Pernyataan Tujuan 1. Guru BK memberi salam dan menyapa siswa ketika
masuk ke kelas.
2. Guru BK meminta salah satu murid untuk memimpin
do’a.
3. Guru BK berkenalan dengan siswa dan bertanya kabar
siswa.
4. Guru BK menjelaskan tentang kegiatan bimbingan
klasikal pada siswa.
5. Guru BK menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan
bimbingan klasikal dengan teknik sinema
6. Penjelasan 1. Guru BK menjelaskan langkah-langkah penerapan
Langkah-Langkah teknik sinema kepada siswa.
2. Guru BK menjelaskan secara teknis kegiatan yang
akan dilaksanakan dan tanggung jawab siswa.
3. Mengarahkan 1. Guru BK menjelaskan proses kegiatan dengan
Kegiatan menggunakan teknik sinema yang berisikan
penayangan film dan game cerdas cermat serta
mengarahkan siswa untuk menyimak film yang nanti
akan ditayangkan.
2. Guru BK membagi siswa menjadi 6 kelompok untuk
berdiskusi tentang film yang nanti ditayangkan.
3. Tahap Peralihan 1. Guru BK menawarkan kepada siswa untuk bertanya
terkait teknis pelaksanaan bimbingan klasikal apabila
masih ada yang belum siswa pahami.
95
2. Guru BK menanyakan kesiapan siswa untuk
mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.
3. Guru BK memberikan ice breaking berupa game
kepada siswa sebagai pemanasan sebelum masuk ke
tahap inti.
5. Tahap Inti
c. Kegiatan Peserta 1. Siswa menyimak film-film yang ditayangkan oleh
didik guru BK.
2. Siswa berdiskusi dengan teman kelompok terkait
makna dan pengalaman yang mereka dapatkan setelah
menonton dan menyimak film.
3. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya.
4. Siswa mengikuti game cerdas cermat.
5. Kegiatan Guru 1. Guru BK menyiapkan peralatan untuk menayangkan
Bimbingan dan film.
Konseling 2. Guru BK menayangkan film-film yang sudah
disiapkan.
3. Guru BK memberikan instruksi kepada siswa untuk
kondusif saat menonton film.
4. Guru BK memberikan instruksi kepada siswa untuk
berdiskusi dengan teman sekelompok selama 5 menit.
5. Guru BK menanyakan hasil diskusi kepada setiap
kelompok.
6. Guru BK memberikan penguatan dengan membedah
kembali isi materi pada film.
7. Guru BK memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
6. Tahap Penutup
Menutup Kegiatan dan 1. Guru BK menanyakan kembali terkait makna dan
Tindak Lanjut pengalaman apa yang didapat setelah menonton film
kepada salah satu siswa.
96
2. Guru BK menanyakan kesan siswa ketika mengikuti
kegiatan bimbingan klasikal dengan teknik sinema.
3. Guru BK memberitahukan terkait kegiatan bimbingan
klasikal selanjutnya.
4. Guru BK menanyakan terkait pesan kepada siswa
untuk kegiatan bimbingan klasikal selanjutnya.
5. Guru BK menutup kegiatan dengan salam penutup
kepada siswa.
N Evaluasi
3. Evaluasi Hasil 1. Guru Bk melakukan refleksi tehadap kegiatan
yang telah dilakukan.
2. Guru BK mengamati bagaimana sikap siswa
dalam mengikuti kegiatan.
3. Guru BK mengamati bagaimana cara siswa
menyampaikan dalam menyampaikan pendapat
atau bertanya.
4. Guru BK mengamati cara siswa memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan Guru BK
5. Evaluasi Proses Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara
lain:
1. Merasakan suasana pertemuan: menyenangkan/
kurang menyenangkan/tidak menyenangkan
2. Topik yang dibahas: sangat penting/ kurang
penting/ tidak penting
3. Cara Guru BK menyampaikan: mudah dipahami/
tidak mudah/ sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti: menarik/ kurang menarik/
tidak menarik untuk diikut
97
Mengetahui : Yogyakarta, 27 Maret 2023
Dosen Mata Kuliah, Praktikan,
98
Materi dan Media Tindakan II
Menurut Dayaksini dan Hudaniah, 2009 (dalam Yusuf dan Kristiana, 2017)
menyatakan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan
efek positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik atau psikologis, akan tetapi
pemiliknya tidak memiliki keuntungan yang jelas. Pendapat ini menjelaskan bahwa
perilaku prososial suatu perilaku yang memberikan kebaikan pada orang lain baik
secara fisik, materi, dan psikologis yang tentunya tidak mengharapkan suatu apapun
Eisenberg, 1999 (dalam Lestari dan Witri, 2019) yaitu : berbagi, kerjasama,
dan kesejahteraan orang lain. Pada pendapat ini menyebutkan ada tujuh aspek yang
h. Berbagi
i. Kerjasama
j. Menyumbang
k. Menolong
l. Kejujuran
99
m. Kedermawanan
Menurut Baron, donn & Branscombe 2006 (dalam Widaningsih & Eko, 2015)
faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi faktor situasional yang
terdiri dari bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu,
serta faktor dalam diri meliputi suasana hati, sifat, Jenis kelamin, tempat tinggal dan
pola asuh.
5) Faktor situasional
j) Bystander
l) Ada model
m) Desakan waktu
i) Suasana hati
j) Sifat
k) Tempat tinggal
l) Pola asuh
100
5. Short Movie Tentang Kejujuran
Link: https://youtu.be/Tkf-ubast-s
6. Short Movie Profil Pelajar Pancasila: Senja Yang Kesepian
Link: https://youtu.be/Ta1efA28gso
101