Sni 1027-2015
Sni 1027-2015
Sni 1027-2015
ICS 91.100.40
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Email: [email protected]
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI 1027:2015
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Daftar isi
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup................................................................................................................... 1
2 Acuan Normatif ................................................................................................................. 1
3 Istilah dan definisi ............................................................................................................. 1
4 Syarat mutu ...................................................................................................................... 2
5 Pengambilan contoh uji (sampling) .................................................................................. 4
6 Penyiapan contoh uji ........................................................................................................ 4
7 Cara uji ............................................................................................................................. 5
8 Syarat lulus uji .................................................................................................................. 8
9 Penandaan ....................................................................................................................... 8
Bibliografi ................................................................................................................................. 9
© BSN 2015 i
SNI 1027:2015
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) 1027:2015, Lembaran semen rata merupakan revisi dari
SNI 03-1027-2006, Lembaran serat krisotil semen rata.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 91-02 Kimia Bahan Konstruksi. Standar ini telah
dibahas dalam rapat konsensus tanggal 17 Juli 2014 di Jakarta dan hadir dalam rapat
tersebut wakil-wakil dari produsen, konsumen, lembaga uji, dan instansi terkait lainnya.
Standar ini juga telah melalui tahapan konsensus nasional yaitu jajak pendapat tanggal 6
Nopember 2014 – 5 Januari 2015.
© BSN 2015 ii
SNI 1027:2015
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lembaran semen rata
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan spesifikasi dan metode uji lembaran semen rata.
2 Acuan Normatif
3.1.
lembaran semen rata
dibuat terutama dari semen portland, serat krisotil, air, dengan atau tanpa selulosa dan atau
bahan pengisi, selanjutnya dibentuk menjadi lembaran yang permukaannya rata, digunakan
untuk di dalam maupun di luar bangunan
3.2
serat krisotil
bahan mineral dari bumi (bahan tambang) yang dikenal dengan nama chrysotile (asbes
putih)
CATATAN Serat paduan krisotil ini memiliki karakteristik kekuatan tarik,dapat dipintal menjadi
benang dan ditenun menjadi kain. Serat ini juga memiliki ketahanan terhadap panas dan merupakan
insulator yang baik terhadap suhu, listrik dan suara (akustik). Dalam kaitannya dengan material
bangunan yang tahan cuaca dan panas, produk campuran semen dan serat krisotil dibentuk menjadi
lembaran rata atau bergelombang.
3.3
kepadatan (density)
rasio (perbandingan) dari massa terhadap volume produk lembaran
CATATAN Nilai perbandingan tersebut ditentukan melalui pengamatan volume dan berat contoh uji
pada kondisi basah dan kering kemudian dihitung perbedaan bobotnya, sehingga dapat ditentukan
nilai kepadatannya.
3.4
kuat lentur (modulus rupture)
ukuran dari kapasitas dukung beban maksimal dari produk lembaran
CATATAN Sifat kelenturan diperoleh dari contoh uji yang telah di potong kemudian diuji beban
hingga mengalami runtuh/hancur. Contoh uji diamati dan dicatat pada saat melentur (tekuk) karena
pembebanan.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
3.5
kesikuan
rasio (perbandingan) antara selisih dua panjang diagonal dengan diagonal terpendeknya
dinyatakan dalam persentase.
3.6
kedap air
kemampuan contoh uji menahan penetrasi air
CATATAN Hal tersebut diperoleh dengan menempatkan sejumlah air pada rangka persegi panjang
pada permukaan sisi atas contoh uji selama periode tertentu, kemudian diamati sisi permukaan
bawah contoh uji untuk melihat adanya air yang menembus contoh uji.
3.7
ketahanan panas-hujan
unjuk kerja contoh uji terhadap kondisi cuaca (panas dan hujan)
CATATAN Hal tersebut dengan mensimulasikan contoh uji di dalam lingkungan laboratorium melalui
siklus uji, yaitu dengan memberi perlakuan siraman air dan pemanasan secara bergantian. Contoh uji
diamati secara visual untuk melihat unjuk kerjanya.
4 Syarat mutu
4.1 Bahan
Bahan lembaran semen rata terdiri dari semen portland yang memenuhi SNI 2049, atau SNI
7064, atau SNI 0302, serat krisotil, air, dengan atau tanpa selulosa dan atau bahan pengisi
lainnya.
4.3 Ukuran
Ukuran lembaran semen rata seperti sesuai tabel berikut.
4.4 Toleransi
- p ≤ 2 000 mm ± 0,3%
- p > 2 000 mm ± 6,0 mm
© BSN 2015 2 dari 9
SNI 1027:2015
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
4.4.2 Toleransi lebar ± 0,3%
t ≤ 6 mm ± 10%
t > 6 mm ± 0,6 mm
4.5 Kesikuan
Sisi lembaran semen rata yang satu terhadap yang lainnya harus siku. Selisih antara dua
diagonal tidak boleh lebih dari 0,25% dari diagonal terpendek.
Maksimum 50 mm
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
5 Pengambilan contoh uji (sampling)
Contoh uji disiapkan dengan cara mengambil di bagian tengah contoh uji yang dipotong
berjarak dari tepi :
- Untuk lebar contoh uji ≥ 500 mm jarak diambil minimum 100 mm;
- Untuk contoh uji dengan lebar ≤ 400 mm, jarak tepi diambil 0 mm.
100
Lebar >500
Contoh
Uji
100
100
Lebar ≤ 400
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
7 Cara uji
a) Pengukuran tebal dilakukan terhadap contoh uji untuk pengujian kuat lentur, yaitu
dilakukan pada bidang-bidang patah setelah contoh uji dibebani sampai patah;
b) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai dan
mempunyai ketelitian sampai 0,1 mm;
c) Pada setiap contoh uji dilakukan 3 kali pengukuran, kemudian dihitung nilai rata-ratanya;
d) Tebal rata-rata dari contoh serta penyimpangannya adalah jumlah rata-rata dari masing-
masing contoh uji dibagi dengan jumlah contoh uji yang diukur tebalnya.
7.2.4 Kesikuan
Pengukuran panjang kedua diagonal dilakukan dengan alat pengukur yang sesuai dengan
ketelitian 1 mm.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Kesikuan 100%
a) Dari setiap contoh dipotong untuk contoh uji ukuran 250 mm × 250 mm. Pengujian ini
dilakukan paling sedikit terhadap 10 buah contoh uji;
b) Contoh uji dibersihkan dari serpih–serpih yang mudah lepas sebelum diuji, harus
direndam dalam air secara sempurna selama 24 jam, kemudian dikeluarkan dari
perendaman dan air berlebih dihilangkan dengan memakai lap basah, segera diuji
dengan mesin uji lentur;
c) Bagian permukaan yang halus dari contoh uji menempel pada batang pelentur dan
bagian permukaan yang kasar menempel pada dua buah batang penumpu. Batang
penumpu yang mempunyai dua buah sisi penumpu berjari-jari 3 mm diletakkan sejajar
berjarak 215 mm;
d) Contoh uji ditekan pada tengah-tengah jarak tumpu dengan menggunakan sebuah
batang pelentur berbentuk sama dengan batang penumpu. Salah satu batang penumpu
harus terpasang kokoh pada tempat pengujian. Batang kedua dari batang pelentur
berengsel di tengah-tengah sehingga dapat bergerak di bidang vertikal seperti pada
Gambar 4;
e) Pembebanan dilakukan dengan kecepatan 1 000 g/detik hingga contoh uji patah. Bila
contoh uji telah patah dalam satu arah, kedua potongannya disatukan lagi untuk diuji
menurut arah yang tegak lurus pada pengujian pertama. Setelah contoh uji patah,
kemudian pada bidang patahnya diukur tebal rata-ratanya;
f) Satuan kuat lentur adalah jumlah nilai rata-rata dari dua nilai yang diperoleh dari dua
pengujian dibagi dengan jumlah contoh uji dan dinyatakan dalam kg/cm2.
3PL
Kuat lentur kg/m
2bh
Keterangan :
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
P
Arah P2
Arah P1
L b
Keterangan:
P adalah beban patah yang diberikan pada contoh uji.
L adalah jarak tumpu untuk contoh uji.
b adalah lebar contoh uji.
a) Contoh uji dipotong dari lembar contoh berukuran 100 mm x 100 mm;
b) Sebuah tabung tembus cahaya panjang 30 mm, diameter dalam 35 mm direkatkan pada
tengah-tengah contoh uji yang diletakkan mendatar di atas bejana tembus pandang;
c) Tabung tersebut diisi dengan air dan permukaannya selalu dipertahankan setinggi 25
mm di atas permukaan contoh uji selama pengujian berlangsung 24 jam;
d) Kemudian diamati/diperiksa apakah bagian bawah contoh uji terjadi tetesan-tetesan air;
e) Pengujian dilakukan paling sedikit terhadap 5 buah contoh uji dari 5 lembar contoh.
a) Contoh uji dipotong dari contoh berukuran 100 mm 200 mm, dibersihkan dari
serpihan-serpihan yang mudah lepas;
b) Kemudian dikeringkan di dalam alat pengering pada suhu (105±5)°C sampai mencapai
berat tetap, lalu didinginkan dan ditimbang. Berat kering contoh uji dari alat pengering
dicatat (W);
c) Selanjutnya contoh uji direndam selama 24 jam, kemudian ditimbang di dalam air (W1)
lalu dikeluarkan dari perendaman dan air berlebih dihilangkan dengan memakai lap
basah dan segera ditimbang (W2).
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Kepadatan =
Keterangan :
Kepadatan, dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (g/cm3)
W adalah berat contoh uji setelah dikeringkan pada suhu (105±5) C, dinyatakan dalam gram (g).
W1 adalah berat contoh uji dalam air, dinyatakan dalam gram (g).
W2 adalah berat basah contoh uji, dinyatakan dalam gram (g).
a) Contoh uji berukuran maksimum 1 200 mm x 1 000 mm dan keluar dari proses produksi
minimum berumur 7 hari;
b) Pengujian dilakukan dengan pemanasan pada suhu (33 ± 2) C dan didinginkan dengan
penyiraman atau penyemprotan air suhu kamar sejumlah 2,5 L/menit untuk luasan
permukaan 1 m2. Pengujian dilakukan sebanyak 10 siklus uji;
c) Ketentuan 1 (satu) siklus uji adalah sebagai berikut :
- disemprot air 2,5 L/menit/m2 selama 2 jam,
- dibiarkan selang waktu 10 menit,
- dipanaskan pada suhu (33 ± 2) C selama 2 jam,
- dibiarkan selang waktu 10 menit,
- selanjutnya dilakukan pemeriksaan pengamatan secara visual terhadap keretakan
yang timbul.
a) Kelompok dinyatakan lulus uji jika hasil pengujian contoh uji pada pengambilan pertama
seluruhnya memenuhi syarat mutu pada Pasal 4;
b) Apabila salah satu syarat mutu tidak dipenuhi, dapat dilakukan pengujian ulang dengan
pengambilan contoh uji sebanyak 2 (dua) kali jumlah contoh uji pertama pada kelompok
yang sama;
c) Kelompok dinyatakan lulus uji apabila hasil uji pada contoh yang kedua memenuhi
syarat dan apabila tidak, maka kelompok dinyatakan tidak lulus uji.
9 Penandaan
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Bibliografi
- ISO 8336:2009, Fibre – Cement flat sheets– Product specification and test methods
- SNI 19-2746-1992, Satuan sistem internasional