A1d112076 Artikel

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 37

ARTIKEL ILMIAH

IMPLEMENTASI KEDISIPLINAN DALAM MEMBENTUK


SIKAP PEDULI LINGKUNGAN PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 111/1
MUARA BULIAN

SKRIPSI

OLEH :

RANI FEBRIANTI
A1D112076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2017

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 1


IMPLEMENTASI KEDISIPLINAN DALAM MEMBENTUK
SIKAP PEDULI LINGKUNGAN PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 111/1
MUARA BULIAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Jambi

Untuk Syarat Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

RANI FEBRIANTI
A1D112076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2017

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 2


ABSTRAK

Febrianti. R 2017. “Implementasi Kedisiplinan dalam Membentuk Sikap Peduli


Lingkungan pada Siswa Kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian”.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan
Ilmu Pendidikan. Pembimbing I Dr. Yantoro, M.Pd. Pembimbing II
Hendra Budiono, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci : kedisiplinan, sikap peduli lingkungan.


Sikap peduli lingkungan merupakan komponen dari Kurikulum 2013,
untuk itu siswa dituntut untuk menanamkan karakter tersebut didalam dirinya
masing-masing. Setiap komponen karakter dalam kurikulum 2013 saling
berkaitan, jadi untuk bisa menanamkan suatu karakter dapat diimplementasikan
karakter yang lain. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa
pengimplementasian kedisiplinan yang dapat membentuk sikap peduli
lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kedisiplinan
dalam membentuk sikap peduli lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1
Muara Bulian.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian dengan
sampel sumber data bersifat snowball sampling. Untuk memperoleh data
penelitian digunakan lembar observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pengimplementasian
kedisiplinan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian dapat
membentuk sikapa peduli lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi,
hasil wawancara dengan guru kelas IV dan siswa kelas IV yang dipilih secara
acak dan dokumentasi.
Dapat disimpulkan bahwa dengan pengimplementasian kedisiplian dapat
membentuk sikap peduli lingkungan. Penulis sarankan agar dpat digunakan
pengimplementasian secara lebih baik lagi.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan karakter merupakan suatu upaya untuk membentuk generasi

yang berakhlak mulia dan mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun.

Karakter yang kuat akan membawa dampak yang positif bagi siswa menuju

kesuksesan di masa depan. Memperkokoh penanaman pendidikan karakter anak

sejak dini sangat diperlukan, agar tidak terpengaruh budaya barat. Pendidikan

karakter sangat penting bagi siswa agar lahir kesadaran bersama untuk

membangun karakter generasi muda bangsa yang kokoh. Sehingga tidak

terombang-ambing oleh modernisasi yang menjanjikan kenikmatan sesaat serta

mengorbankan kenikmatan masa depan yang panjang dan abadi. Lembaga

pendidikan seyogianya menjadi pionir kesadaran pendidikan karakter ini. Sebab,

lembaga pendidikan semestinya lebih dahulu mengetahui dekadensi moral dan

bahaya modernisasi yang ada di depan mata generasi masa depan bangsa. Usaha

pendidikan karakter sangat diperlukan dewasa ini, karena pendidikan karakter

dapat meningkatkan mutu karakter generasi sekarang dan yang akan datang.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangny a potensi peserta didik, agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan kutipan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 di atas kita

mengetahui bahwa fungsi dari pendidikan itu adalah untuk berkembangnya

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 4


potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan semua

dari tujuan pendidikan itu sudah termasuk dari komponen pendidikan karakter.

Menurut Kemendiknas (2011:08). Dalam rangka lebih memperkuat

pelaksanaan pendidikan karakter yang penting untuk dimiliki oleh peserta didik

pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai karakter yang bersumber dari

agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2)

Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)

Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah

Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai,

(15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18)

Tanggung Jawab.

Salahsatu dari 18 karakter yang penting untuk dimiliki peserta didik dalam

pelaksanaan pendidikan karakter adalah sikap peduli lingkungan. Lingkungan

merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Terjaganya

lingkungan menjadikan kualitas hidup manusia yang lebih baik. Segala sumber

daya yang sudah tersedia di lingkungan dapat dipergunakan manusia untuk

kelangsungan hidupnya. Lingkungan yang bersih tentu saja akan memberikan

pengaruh yang positif bagi kehidupan manusia, begitu juga sebaliknya.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.

Jika lingkungan sekolah dapat ditata dan dikelola dengan baik, maka akan

menjadi wahana efektif untuk membentuk perilaku peduli lingkungan pada siswa.

Sekolah bisa menjadi pelopor gaya hidup yang ramah lingkungan karena sekolah

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 5


mampu mengajarkan siswanya bagaimana menjalani kehidupan meskipun dengan

cara yang sederhana. Untuk itu, perlunya ditanamkan semangat untuk

menyelamatkan lingkungan sejak dini kepada anak didik, tentunya penggunaan

energi serta berbagai sumber daya dapat dioptimalkan. Misalnya, menghemat

penggunaan air, tidak boros listrik, serta mengurangi sampah plastik dan kertas.

Sekolah juga memegang peranan penting dalam mengembangkan

kemampuan kognitif, afektif, dan konatif siswa. Namun, pada umumnya sekolah

yang ada saat ini lebih memprioritaskan untuk mengembangkan aspek kognitif

siswa saja dalam proses pembelajaran. Padahal, di sekolah banyak hal-hal yang

akan didapatkan terutama dalam penanaman moral. Etika di sekolah akan sangat

berpengaruh terhadap sikap, jadi ketika lingkungan sekolah bersih itu akan

membawa sikap yang baik.

Dari observasi yang dilakukan peneliti selama PPL di kelas IV SD Negeri

111/1 Muara Bulian pengimplementasian kedisiplinan dapat membentuk sikap

peduli lingkungan, dan kedisiplinan yang diimplementasikan oleh guru adalah

menerapkan jadwal piket setiap hari, pada saat jam istirahat guru tidak

memperbolehkan siswa berada dalam kelas agar lingkungan kelas tetap terjaga,

membuang sampah pada tempatnya, melakukan kegiatan gotong royong, merawat

tanaman yang ada di lingkungan kelas, dan sebelum pulang sekolah guru selalu

menyuruh siswa untuk memeriksa kembali sampah yang ada di dalam kelas dan

membuang di tempatnya.

Kedisiplinan dapat dilakukan untuk setiap perilaku, seperti disiplin dalam

belajar, disiplin dalam beribadah, disiplin dalam bekerja, dan disiplin dalam

beraktivitas lainnya. Kedisiplinan merupakan ketaatan dan kepatuhan pada

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 6


peraturan yang dilakukan dengan rasa senang hati, bukan karena dipaksa atau

terpaksa. Jadi peneliti akan melakukan penelitian tentang bagaimana

pengimplementasian dalam membentuk sikap peduli lingkungan. Karena sikap

peduli itu dilakukan secara sukarela tanpa adanya keterpaksaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Implementasi Kedisiplinan dalam Membentuk Sikap

Peduli Lingkungan pada Siswa Kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian”.

1.2. Fokus Penelitian

Maka penelitian ini difokuskan pada kedisiplinan siswa dalam membentuk

sikap peduli lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan

permasalah penelitian sebagai berikut: ”Bagaimana implementasi kedisiplinan

dalam membentuk sikap peduli lingkungan kelas pada siswa kelas IV SD Negeri

111/1 Muara Bulian?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan implementasi kedisiplinan dalam membentuk sikap

peduli lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian.

1.5 Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut ini peneliti kemukakan

manfaat dari penelitian ini, yaitu:

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 7


1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembuktian

bahwa dengan pengimplementasian kedisiplinan dapat membentuk sikap peduli

lingkungan.

1.5.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan pengetahuan dalam upaya pembentukan sikap peduli

lingkungan.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada guru mengenai

upaya membentuk sikap peduli lingkungan dengan mengimplementasikan

kedisiplinan.

3. Bagi Sekolah

Memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam upaya membentuk

sikap peduli lingkungan dengan mengimplementasikan kedisiplinan serta

memberikan contoh kedisiplinan yang cocok bagi siswa

1.6 Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengertian istilah dalam penelitian ini,

maka perlu menggunakan defenisi operasional sebagai beriktu:

1. Kedisiplinan adalah ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang

dilakukan dengan rasa senang hati, bukan karena dipaksa atau terpaksa.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 8


2. Peduli lingkungan merupakan suatu keadaan yang mencerminkan perilaku

seseorang yang memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan di

sekitarnya.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 9


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pendidikan Karakter

2.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum mengetahui hakikat dari pendidikan karakter maka perlu

diuraikan terlebih dahulu mengenai makna karakter itu. Pengertian karakter

menurut Suharjana (Darmiyati, 2011:28) ialah “sebuah cara berpikir, bersikap,

dan bertindak yang memiliki ciri khas seorang yang menjadi kebiasaan yang

ditampilkan dalam kehidupan masyarakat.” Gunawan (2012:4) menjelaskan

bahwa “karakter adalah keadaan asli yang ada pada individu seseorang yang

membedakan antara dirinya dengan orang lain.” Kesuma, dkk. (2011:24)

berpendapat bahwa konsepsi karakter adalah sebuah kata yang merujuk pada

kualitas orang dalam karakteristik tertentu.

Selanjutnya, Daryanto dan Suyatri (2013:64) mengartikan karakter sebagai

pola perilaku yang bersifat individual dan keadaan moral seseorang. Kemudian

Muslich (2011:84) menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

krama, budaya, dan adat istiadat.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 10


Hal senada diungkapkan oleh Suyanto dalam Zubaedi (2011:11), yang

menjelaskan bahwa “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi

ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara serta mempertanggung jawabkan tiap

akibat dari keputusan yang dibuat.” Hidayatullah (2010:17) mendefinisikan

“karakter sebagai kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi

pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong

dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.”

Berdasarkan berbagai pengertian mengenai karakter yang telah diuraikan,

maka dapat disimpulkan bahwa karakter adalah buah dari hasil pembiasaan yang

dilakukan seseorang berupa sikap, perilaku, maupun pikiran sehingga telah

melekat pada pribadi tersebut dan bernilai baik dan buruk.

Wibowo (2012:36) menyatakan “pendidikan karakter adalah pendidikan

yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak

didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan

mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota

masyarakat, dan warga negara.” Selanjutnya Zubaedi (2011:17-18) berpendapat

bahwa” pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan

nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter

sebagai karakter dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang

religius, produktif, dan kreatif.”

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah disampaikan maka hakikat dari

pendidikan karakter yaitu upaya membelajarkan berbagai nilai luhur terhadap

peserta didik, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tertanam dalam jiwa peserta didik

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 11


dan dapat mereka terapkan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara.

2.1.2 Komponen Pendidikan Nilai

Kirschenbaum dalam Darmiyati, (2010:36) menyarankan agar dalam

pelaksanaan pendidikan nilai hendaknya menggunakan pendekatan komprehensif.

Hal ini berpijak dari berbagai pendekatan baru dan inovasi yang telah diterapkan

di Amerika Serikat hanya menawarkan solusi yang bersifat parsial terhadap

masalah-masalah pendidikan. Dengan menggunakan pendekatan komprehensif

atau menyeluruh, diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah yang relatif

lebih tuntas.

Istilah komprehensif dalam pendidikan nilai yang mencakup beberapa

aspek berikut (Darmiyati, 2010: 36-37).

a. Isi

Isi pendidikan nilai harus komprehensif, meliputi semua permasalahan

yang berkaitan dengan pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pertanyaan-

pertanyaan etika secara umum.

b. Metode

Metode pendidikan nilai juga harus komprehensif, termasuk di dalamnya

inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan dan penyiapan generasi muda

agar dapat mandiri dengan mengajarkan dan memfasilitasi pembuatan keputusan

moral secara bertanggung jawab dan keterampilan hidup yang lain. Generasi

muda perlu memperoleh penanaman nilai-nilai tradisional dari orang dewasa yang

menaruh perhatian kepada mereka, yaitu para anggota keluarga, guru dan

masyarakat. Mereka juga memerlukan teladan dari orang dewasa mengenai

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 12


integritas kepribadian dan kebahagiaan hidup. Demikian juga mereka perlu

memperoleh kesempatan yang mendorong mereka memikirkan dirinya dan

mempelajari ketrampilan-ketrampilan untuk mengarahkan kehidupan mereka

sendiri.

c. Proses

Pendidikan nilai hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan

di kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler, dalam proses bimbingan dan

penyuluhan, dalam upacara-upacara pemberian penghargaan, dan semua aspek

kehidupan. Beberapa contoh mengenai hal ini, misalnya kegiatan belajar

berkelompok; penggunaan bahan-bahan bacaan dan topik-topik tulisan mengenai

kebaikan; penggunaan strategi klarifikasi nilai dan dilema moral; pemberian

teladan tidak merokok, tidak korupsi, tidak munafik, dermawan, menyayangi

sesama makhluk Allah, dan sebagainya.

d. Subjek

Pendidikan nilai hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam masyarakat.

Orang tua, lembaga keagamaan, penegak hukum, polisi, organisasi

kemasyarakatan, semua perlu berpartisipasi dalam pendidikan nilai. Konsistensi

semua pihak dalam melaksanakan pendidikan nilai memengaruhi kualitas moral

generasi muda.

2.2 Kedisiplinan

2.2.1 Pengertian Disiplin

Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa

yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak

sepatutnya dilakukan karena merupakan hal-hal yang dilarang. Disiplin pada

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 13


hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Sebaliknya,

disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran hati nurani akan menghasilkan

disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama.

Disiplin secara luas, menurut Conny (2002:90) diartikan sebagai:

“semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu


menghadapi tuntutan dari lingkungannya. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan
untuk menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu
untuk berbuat sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang lain atau
karena situasi kondisi tertentu, dengan batasan peraturan yang diperlukan
terhadap dirinya atau lingkungan dimana individu itu hidup.”

Berdasarkan kata disiplin munculah kata kedisiplinan. Dalam penelitian

ini, disiplin mendapat tambahan awalan ke- dan akhiran -an (kedisiplinan).

Menurut Partanto dan Barry (2001:121) “Kedisiplinan adalah ketaatan terhadap

aturan atau tata tertib.” Jadi kedisiplinan merupakan hal mentaati tata tertib

disegala aspek kehidupan, baik agama, budaya, pergaulan, sekolah, dan lain-lain.

Dengan kata lain, kedisiplinan merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk

melalui proses dari serangkaian perilaku individu yang menunjukkan nilai-nilai

ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan, menunjukkan bahwa

kedisiplinan merupakan ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang dilakukan

dengan rasa senang hati, bukan karena dipaksa atau terpaksa.

2.2.2 Nilai Kedisiplinan

Seperti yang telah diuraikan di atas nilai merupakan suatu keyakinan atau

acuan yang berkaitan dengan tindakan seseorang sebagai kualitas yang melekat

pada objek, individu, masyarakat sehingga dapat berguna, dihargai serta dapat

diukur. Sedangkan disiplin merupakan nilai yang berkaitan dengan pengendalian

diri terhadap aturan yang berlaku dalam masyarakat dan terbentuk melalui

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 14


kesadaran maupun paksaan dengan menggunakan hukuman. Dengan kata lain

disiplin adalah kesesuaian antara sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang

dengan suatu peraturan yang sedang diberlakukan berdasarkan dorongan dan

kesadaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, nilai kedisiplinan merupakan suatu

keyakinan atau acuan yang berkaitan dengan pengendalian diri. Pengendalian diri

tersebut berkaitan dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pada

penerapannya, aturan dalam masyarakat dapat berjalan dengan kesadaran maupun

paksaan sehingga dapat berguna, dihargai, serta dapat diukur.

2.2.3 Fungsi Disiplin

Disiplin merupakan kebutuhan intrinsik yang artinya melalui disiplin anak

dapat berpikir, menata dan menentukan sendiri tingkah laku sesuai dengan tata

tertib dan kaedah-kaedah yang berlaku di masyarakat dan ekstrinsik bagi

perkembangan anak yang artinya dalam kehidupan anak selalu akan cenderung

bertanya dan meminta petunjuk tentang arah tingkah lakunya. Oleh karena itu

disiplin disini berfungsi memberi penerangan agar tingkah laku menjadi lebih

baik, sehingga anak lebih bisa menghargai waktu dan mentaati peraturan yang

telah ada.

2.2.4 Implementasi Kedisiplinan

Kedisiplinan tidak hanya sebatas ditanamkan, tetapi perlu

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Pengimplementasian

tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal. Wibowo (2012: 84) menyatakan

bahwa model implementasi nilai karakter khususnya disiplin dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 15


a. Kegiatan rutin

Kegiatan rutin merupakan kegiatan dilakukan secara terus menerus dan

konsisten misalnya: datang ke sekolah tepat waktu, rajin mengumpulkan tugas

tepat waktu, upacara bendera, berdoa bersama sebelum pelajaran, dll.

b. Kegiatan Spontan

Merupakan kegiatan yang dilakukan secara spontan biasanya dilakukan

oleh guru saat mengetahui adanya sikap kurang disiplin siswa pada saat itu juga.

Misalnya guru mengingatkan siswa yang ramai di kelas, menegur ketika sisa

membuang sampah sembarangan, memberikan hukuman ketika datang terlambat,

tidak mengerjakan tugas, dan lain-lain.

c. Keteladanan

Keteladanan merupakan perilaku dalam memberikan contoh terhadap

tindakan-tindakan yang baik sehingga dapat dijadikan panutan oleh siswa.

Misalnya guru berpakaian rapi, datang lebih awal, membuang sampah di

tempatnya, dan lain-lain.

d. Pengkondisian

Pelaksanaan penanaman niai kedisiplinan di sekolah harus didukung

dengan kondisi sekolah itu sendiiri. Sekolah harus mencermikan nilai-nilai

kedisiplinan yang diharapkan. Misalnya bak sampah di berbagai tempat,

tersedianya poster-poster untuk mengingatkan siswa agar senantiasa menanamkan

nilai-nilai kedisiplinan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Muslich (2011: 175)

yang juga menyatakan bahwa “implementasi nilai-nilai dapat dilakukan melalui 1)

Kegiatan rutin, 2) Kegiatan spontan, 3) Keteladanan, 4) Pengkondisian. ”

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 16


Berdasarkan penjelasan di atas implementasi nilai karakter khususnya

disiplin ada empat cara yaitu melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan

dan pengkondisian. Melalui empat cara pengimplementasian tersebut diharapkan

nilai-nilai disiplin tidak hanya tertanam tetapi mampu terintegrasi dalam diri

siswa.

2.2.5 Indikator Kedisiplinan

Menurut Kemendiknas (2010: 26) indikator dari kedisiplinan adalah

sebagai berikut:

a) Membiasakan hadir tepat waktu.

b) Membiasakan mematuhi aturan.

c) Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan.

Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan, maka dapat kita ketahui

bahwa indikator dari nilai disiplin pada dasarnya ialah disiplin waktu, disiplin

menegakkan peraturan, dan disiplin perilaku.

2.3 Sikap Peduli Lingkungan

2.3.1 Pengertian Sikap Peduli Lingkungan

Dalam istilah sikap peduli lingkungan, terdapat tiga kata kunci, yaitu

sikap, peduli, dan lingkungan. Oleh karena itu, hakikat sikap peduli lingkungan

dapat ditinjau dari pengertian sikap, peduli, dan lingkungan serta keterkaitan

diantara ketiganya.

Kata pertama yaitu sikap (attitude). Sikap adalah suatu motif yang

dipelajari. Ciri-ciri sikap, yakni merupakan kecenderungan berpikir, merasa,

kemudian bertindak; memiliki daya dorong bertindak; relatif bersifat tetap; dapat

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 17


timbul dari pengalaman; serta dapat dipelajari atau berubah (Dimyati dan

Mudjiono, 2011:89).

Gerung dalam Sunarto dan Hartono (2013:170) menyatakan:

“Sikap diartikan sebagai kesediaan individu bereaksi terhadap sesuatu hal.


Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Sikap
peserta didik dalam pembelajaran dapat dilihat dari tingkah lakunya,
misalnya bagaimana perhatiannya terhadap pelajaran, bagaimana
kedisiplinannya ketika mengikuti pembelajaran, bagaimana motivasi
belajarnya, bagaimana menghargai guru dan temen-temannya sekelas, dan
lain-lain.”

Kata berikutnya adalah peduli. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), kata peduli diartikan sebagai mengindahkan; memperhatikan;

menghiraukan. Ini berarti bahwa peduli merupakan sikap mengindahkan,

memperhatikan ataupun menghiraukan sesuatu hal yang terjadi di sekitar.

Jadi, Sikap Peduli Lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah

terjadi (Yaumi, 2014:111). Peserta didik yang peduli terhadap lingkungan alam

sekitar pasti merasa nyaman jika lingkungan sekitar itu indah, bersih, dan rapi.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap

peduli lingkungan berarti sikap seseorang yang melestarikan lingkungan,

mencegah serta memperbaiki pencemaran dan kerusakan lingkungan dalam

kehidupan sehari-hari.

2.3.2 Indikator Sikap Peduli Lingkungan

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, sikap peduli

lingkungan merupakan sikap yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari untuk

melestarikan, memperbaiki, dan mencegah kerusakan serta pencemaran

lingkungan. Yaumi (2014:112) dalam bukunya yang berjudul pendidikan karakter

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 18


menyebutkan seseorang secara aktif ikut terlibat dalam pengelolaan lingkungan

hidup jika:

1. Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan


menanggulangi pencemaran dan perusakan. 2. Memberikan informasi yang
benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. 3. Memelopori
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan memperbaiki ekosistem yang
terlanjur mengalami pencemaran. 4. Memberikan solusi cerdik untuk
mengembangkan lingkungan yang nyaman, bersih, indah, dan rapi. 5. Menjaga
dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah
tangga, dan masyarakat dengan memanfaatkan flora dan fauna secara
sederhana.

Seseorang dapat dikatakan aktif ikut terlibat dalam pengelolaan

lingkungan jika telah melakukan beberapa hal tersebut. Nenggala (2007:173)

berpendapat bahwa indikator seseorang yang peduli lingkungan adalah:

1.Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar. 2.Tidak mengambil,


menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang
perjalanan. 3.Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-
batu, jalan atau dinding. 4.Selalu membuang sampah pada tempatnya. 5.
Tidak membakar sampah disekitar perumahan. 6. Melaksanakan kegiatan
membersihkan lingkungan. 7.Menimbun barang-barang bekas. 8.
Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.

Indikator dari sikap peduli lingkungan menurut Nenggala yang peneliti

gunakan untuk melihat sikap peduli lingkungan pada penelitian ini.

2.4 Kerangka Berfikir

Pendidikan karakter pada kurikulum 2013 yang mengutamakan

pentingnya pembentukan karakter siswa. salah satu karakternya adalah peduli

lingkungan. Untuk membentuk sikap peduli lingkungan inilah diperlukan suatu

pengimplementasian karakter yaitu kedisiplinan. Sikap disiplin dapat dilakukan

untuk setiap perilaku, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam beribadah,

disiplin dalam bekerja, dan disiplin dalam beraktivitas lainnya. Kedisiplinan yang

akan diimplementasikan dalam penelitian ini adalah disiplin dalam menjaga,

memelihara, dan peduli pada lingkungan kelas.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 19


Adapun kerangka berpikir yang di jadikan acuan dalam pelaksanaan

penelitian ini yakni :

Pendidikan Karakter

Strategi Pembentukan Sikap Peduli


lingkungan melalui
pengimplementasian Kedisiplinan
Terpadu

Implementasi Kedisiplinan dalam


Membentuk Sikap Peduli
Lingkungan

Siswa Memiliki Sikap Peduli


Lingkungan

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 20


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Moleong (2010:6) menjelaskan bahwa “penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.”

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sugiyono (2013: 9), “penelitian

kualitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.

3.1.2. Jenis Penelitian

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan

dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang

tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau

kecendrungan yang tengah berkembang. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 21


Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai implementasi kedisiplinan

dalam membentuk sikap peduli lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1

Muara Bulian.

3.2 Subjek dan Tempat Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara

Bulian. Alasan peneliti melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri 111/1 Muara

Bulian adalah karena di kelas IV ini sudah mengimplementasikan kedisiplinan

dengan tujuan untuk membentuk sikap peduli lingkungan. Penelitian ini akan

dilakukan di SD Negeri 111/1 Muara Bulian.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitaif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,

namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas dan pasti, maka

kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang

diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah

ditemukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2011:

307).

3.4 Sampel Sumber Data

Sampel sumber data bersifat snowball sampling. Snowball sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang awalnya berjumlah

sedikit kemudian lama-lama menjadi besar. Penentuan sampel sumber data,

pada proposal masih bersifat sementara dan akan berkembang kemudian setelah

peneliti di lapangan. Jadi siapa yang dijadikan sampel sumber data dan berapa

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 22


jumlahnya dapat diketahui setelah penelitian selesai, sehingga tidak dapat

disiapkan atau ditentukan sejak awal dalam proposal (Sugiyono, 2011: 400).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014:308) “Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan”. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.5.1 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar. Menurut Riduwan (2010:76),

“Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian

untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan”. Pendapat yang sama

diungkapkan oleh Arikunto (2013:81) bahwa “Obsevasi adalah metode yang

melibatkan peneliti untuk melakukan pengamatan langsung terhadap objek dan

melakukan pencataan secra sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.

Agar hasil observasi sesuai dengan apa yang diinginkan, peneliti harus

membuat pedoman observasi yang berupa daftar informasi yang ingin diketahui

peneliti. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan observasi

adalah kegiatan yang dilakukan peneliti secara langsung data pengamatan

dilapangan dengan sistematis.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 23


3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Riduwan, 2008:72). Menurut

Prastowo (2014:145) mengatakan bahwa “wawancara adalah suatu metode

pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung

untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat

dibangun makna dalam suatu topik tertentu”. Pendapat lain, “wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melaui tanya jawab

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,

2014:317)”.

Sehingga dapat disimpulkan wawancara adalah proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi. Pada wawancara ini peneliti

menggunakan wawancara terbuka yaitu wawancara dengan menggunakan

seperangakat daftar pertanyaan yang dijawab langsung oleh subjek penelitian, dan

peneliti tidak menyiapkan jawaban pertanyaan, artinya jawaban yang diperoleh

adalah jawaban yang tergantung pada subjek. Oleh karena itu dalam melakukan

wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis. Dalam melakukan wawancara selain harus membawa

instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka peneliti juga dapat

menggunakan alat bantu seperti tape recorder, kamera atau yang lainnya yang

dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 24


3.5.3 Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh

dari teknik observasi dan teknik wawancara. Dokumentasi adalah ditujukkan

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian berupa buku-buku yang

relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan

data yang relevan dengan penelitian (Riduwan, 2010:77). Studi dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan

penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga mendukung dan menambah

kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini, data yang diperoleh berupa data kualitatif. Setelah peneliti

mendapatkan data dilapangan melalui obsevasi dan wawancara, maka hal yang

perlu dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data. Menurut Sugiyono

(2014:336), mengatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, analisis data

dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai

dilapangan.

Analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan

dengan pengumpulan data. Ketika menganalis data peneliti menggunakan

beberapa teknik analisis data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014:337-

345) diantaranya yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Dalam pelaksanaan teknik analisis Reduksi Data menurut Sugiyono

(2014:338) mengatakan bahwa pada umumnya reduksi data merupakan suatu

proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 25


transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

Hal ini, dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencapainya bila diperlukan.

Analisis yang dilakukan untuk menganalisi data yang diperoleh dari

lapangan peneliti secara garis besarnya yaitu mengenai implementasi kedisipilan

dalam membentuk sikap peduli lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1

Muara Bulian.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah reduksi data, langkah selanjutnya mendisplaykan data. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan

Huberman menyajikan data dengan teks bersifat naratif, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami. Penyajian data ini digunakan dalam menganalisis data

implementasi kedisipilan dalam membentuk sikap peduli lingkungan pada siswa

kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian.

3. Verification (menarik kesimpulan)

Menurut Sugiyono (2014:345) “kesimpulan awal masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya, akan tetapi kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Analisis

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 26


kesimpulan ini mengenai implementasi kedisipilan dalam membentuk sikap

peduli lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian.

Dengan demikian yang dilakukan peneliti dalam kegiatan menganalisis ini

adalah dengan melakukan tahap-tahap menganalisis data sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data yaitu semua hasil data dari kegiatan observasi dan

wawancara, yang disebut data mentah.

2) Mereduksi data, setelah terkumpul peneliti menyeleksi data,

menyederhanakan, memfokuskan, dan mengelompokkan data yang diperoleh

dilapangan.

3) Setelah itu peneliti melakukan abstraksi atau membuat ringkasan data.

4) Mendisplay data, merangkai informasi dan keabsahan dari data dalam upaya

mengambil kesimpulan.

Memferifikasi data, membuat kesimpulan, menganalisis, dan memutuskan

bagaimana implementasi kedisipilan dalam membentuk sikap peduli lingkungan

pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian?

5) Membuat laporan.

Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian peneliti akan

mendapatkan hasil penelitian, dengan mengembangkan data yang diperoleh dari

instrumen pemerolehan data yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Dengan

demikian peneliti akan mendapatkan jawaban dari rumusan masalah pada

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif ini hanya

didapatkan hasil berupa fakta-fakta yang diperoleh dari lapangan tanpa

merekayasa hasil temuan tersebut agar diperoleh data yang asli berdasarkan

kenyataan yang terjadi dilapangan.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 27


3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Mendapatkan data yang tepercaya tentunya diperlukan teknik pengecekan

keabsahan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Sebagaimana

diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menggunakan teknik

untuk menguji keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan

pengamat, triangulasi dan diskusi sejawat.

3.7.1 Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian untuk

meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.

3.7.2 Ketekunan Pengamat

Dalam hal ini ketekunan pengamat peneliti dilakukan dengan

menggunakan observasi langsung, setelah itu melakukan wawancara dengan

pihak yang bersangkutan. Ketekunan pengamat dengan tujuan menemukan data

yang sangat relevan, dengan persoalan tentang implementasi kedisiplinan dalam

membentuk sikap peduli lingkungan dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara detail dan terinci.

3.7.3 Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain. Menurut Moleong (2010) “membedakan empat macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan, sumber metode,

penyelidikan dan teori. Triangulasi ini dimaksudkan untuk membandingkan dan

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 28


mengecek kembali tingkat kepercayaan suatu info yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dengan menggunkan metode kualitatif.

Triangulasi data ini penulis gunakan dalam penjabaran permasalahan

dalam skripsi ini nantinya, hal ini untuk menguji keabsahan data yang diperoleh

dilapangan mengenai implementasi kedisipilan dalam membentuk sikap peduli

lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian. Data yang

diperoleh malalui teknik observasi oleh penulis akan membandingkan dengan

wawancara maupun dokumentasi yang tersedia.

Pada penelitian tentang kemampuan guru menerapkan pendekatan

saintifik pada pembelajaran ini dilakukan perbandingan dengan membandingkan

hasil-hasil yang dapat dilakukan dengan cara: 1) Membandingkan data hasil

observasi dengan data hasil wawancara, 2) Membandingkan hasil wawancara dan

dokumen yang berkaitan dengan implementasi kedisiplinan dalam membentuk

sikap peduli lingkungan. 3) Membandingkan hasil wawancara dan dokumen pada

saat penelitian.

Triangulasi ini diharapkan data yang penulis peroleh benar-benar teruji

keabsahannya dan sesuai dengan realita yang terjadi dilapangan serta dapat

diuraikan dengan pembahasan penulis nantinya.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 29


BAB IV PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap guru kelas dan siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian, maka

peneliti melakukan analisis pada data tersebut. Analisis data yang dilakukan oleh

peneliti dengan mengaitkan pendapat dari ahli temuan peneliti dilapangan.

Kedisiplinan yang diimplementasikan di kelas IV SD Negeri 111/1 Muara

Bulian adalah disiplin waktu, disiplin menegakkan peraturan dan disiplin

peraturan. Adapun disiplin waktu yang diimplementasikan oleh siswa kelas IV SD

Negeri 111/1 Muara Bulian dalam membentuk sikap peduli lingkungan adalah

melaksanakan piket sesuai jadwal masing dan melaksanakan kegiatan gotong

royong sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya disiplin

menegakkan peraturan yang diimplementasikan adalah membuang sampah pada

tempatnya dan menyimpan alat kebersihan kelas setelah digunakan. Dan disiplin

perilaku yang diimplementasikan disini adalah merawat tanaman yang ada di

taman kelas, tidak memetik bunga di taman kelas, tidak mencabut tumbuhan di

taman kelas, tidak menorehkan tulisan pada pohon dan tanaman yang ada di

taman kelas dan tidak mencoret meja dan dinding kelas.

Disiplin secara luas, menurut Conny (2002:90) diartikan sebagai semacam

pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi tuntutan dari

lingkungannya. Dan disini disiplin mendapat imbuhan ke dan an, yang menurut

Partanto dan Barry (2001:121) “Kedisiplinan adalah ketaatan terhadap aturan atau

tata tertib.” Jadi kedisiplinan merupakan hal mentaati tata tertib disegala aspek

kehidupan, baik agama, budaya, pergaulan, sekolah, dan lain-lain. Dengan kata

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 30


lain, kedisiplinan merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

dari serangkaian perilaku individu yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Adapun tata tertib yang ada di lapangan dalam membentuk sikap peduli

lingkungan adalah melaksanakan piket sesuai jadwal masing-masing, membuang

sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan kelas,

baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan kelas. Dan mengikuti kegiatan

gotong royong yang selalu dilakukan oleh pihak sekolah yaitu sebanyak dua kali

dalam sebulan dan untuk gotong royong kelas dilakukan sekali dalam seminggu.

Wibowo (2012: 84) menyebutkan bahwa “model implementasi nilai

karakter khususnya disiplin dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:a.

Kegiatan rutin b. Kegiatan Spontan c. Keteladanan d. Pengkondisian”. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Muslich (2011: 175) yang juga menyatakan

bahwa “implementasi nilai-nilai dapat dilakukan melalui 1) Kegiatan rutin, 2)

Kegiatan spontan, 3) Keteladanan, 4) Pengkondisian.” Beberapa pendapat para

ahli tersebut juga sama dengan jawaban dari informan yaitu guru kelas dari kelas

IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian yang menyebutkan pengimplementasian

kedisiplinan di kelas ini adalah untuk kegiatan rutinya guru telah menyusun

jadwal piket yang dilaksanakan setiap hari oleh siswa, untuk kegiatan spontanya

adalah guru selalu menegur jika kedapatan ada siswa yang tidak disiplin, dalam

hal keteladanan guru sendiri selalu menjadi contoh bagi siswa dalam

mengimplementasikan kedisiplinan serta selalu ikut bekerja bersama siswa

melakukan kegiatan gotong royong dan untuk pengkondisianya di kelas

pelaksanaan pengimplementasian niai kedisiplinan di kelas didukung dengan

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 31


kondisi kelas itu sendiiri dimana kelas mencermikan nilai-nilai kedisiplinan yang

diharapkan. misalnya bak sampah di berbagai tempat, tersedianya poster-poster

untuk mengingatkan siswa agar senantiasa menanamkan nilai-nilai kedisiplinan.

Nenggala (2007:173) berpendapat bahwa indikator seseorang yang peduli

lingkungan adalah:

1.Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar. 2.Tidak mengambil,


menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang
perjalanan. 3.Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-
batu, jalan atau dinding. 4.Selalu membuang sampah pada tempatnya. 5.
Tidak membakar sampah disekitar perumahan. 6. Melaksanakan kegiatan
membersihkan lingkungan. 7.Menimbun barang-barang bekas. 8.
Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.

Dari indikator sikap peduli lingkungan yang diungkapkan oleh ahli di atas,

siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian telah menunjukkan sikap peduli

lingkungan yang diantaranya adalah siswa selalu menjaga kelestarian lingkungan

sekitar dengan tidak merusaknya, menjaga kerapian, kebersihan dan keindahan

lingkungan kelas dengan cara piket setiap hari, merawat tanaman yang ada di

taman kelas, menyiram tanaman di taman kelas dan selalu membersihkan taman

kelas. Jadi siswa selalu mengikuti kegiatan berkenaan dengan kebersihan dan

keindahan lingkungan kelas dan ikut serta dalam pemeliharaan lingkungan kelas.

Yaumi, (2014:111) mengungkapkan “Sikap peduli lingkungan merupakan

sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan

alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.” Dari hasil analisis hasil penelitian siswa kelas

IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian telah menunjukan sikap peduli lingkungan

dimana siswa selalu menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan kelas baik

sesuai jadwal masing-masing ataupun dengan rasa senang hati melakukanya tanpa

ada pengarahan dari guru.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 32


Siswa tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang

terdapat di lingkungan. Siswa tidak ada yang mengambil, menebang atau

mencabut tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan kelas. Tumbuhan yang di

cabut dan di bersuhkan oleh siswa adalah rumput liar dan gurma yang ada di

taman kelas, karena jika di biarkan rumput dan gurma tersebut dapat merusak

kelangsungan hidup tanaman lain yang ada di taman kelas. Sikap tersebut terjadi

karena kesadaran diri dari siswa itu sendiri serta dalam pembelajaranpun guru

biasanya menasehati siswa untuk tidak mengambil, menebang atau mencabut

tumbuhan karena tumbuhan itu juga merupakan makhluk hidup yang perlu di jaga

dan keberadaanya memberikan banyak manfaat bagi makhlup hidup lainya.

Siswa tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu,

jalan atau dinding. Keadaan meja dan kursi siswa memang ada coretan sedikit,

tetapi itu merupakan coretan yang dilakukan oleh kelas IV sebelumnya.

Sedangkan pohon-pohon, batu-batu, jalan dan dinding di sekitar kelas IV SD

Negeri 111/1 Muara Bulian itu bersih dan tidak ada tulisan yang ditorehkan oleh

siswa.

Siswa selalu membuang sampah pada tempatnya, di kelas IV sendiri ada

peraturan untuk tidak membuang sampah pada tempatnya dan pada jam istirahat

siswa tidak boleh berada di dalam kelas sehingga sampah bekas jajanan siswa

tidak ada yang di buang di dalam kelas. Di lingkungan kelas juga terdapat tempat

sampah sehingga memudahkan siswa untuk membuang sampah. Selaian itu guru

juga selalu menasehati siswa dan memberikan contoh pada siswa untuk tidak

membuang sampah sembarangan.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 33


Siswa melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan, salah satu

kegiatan membersihkan lingkungan yang dilakukan adalah gotong royong yang

di adakan satu kali seminggu oleh kelas IV sendiri dan sekali sebulan di adakan

oleh sekolah, biasanya di adakan pada hari jum’at pagi. Setelah membersihkan

lingkungan kelas siswa selalu menyimpan kembali alat-alat kebersihan pada

tempatnya.

Dengan demikian disimpulkan bahwa dari kegiatan penelitian yang

dilakukan telah terlihat bahwa implementasi kedisiplinan dapat membentuk sikap

peduli lingkungan pada siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian. Karena

dapat dilihat dari hasil observasi dan hasil wawancara dengan guru kelas dan

siswa kelas IV SD Negeri 111/1 Muara Bulian.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 34


BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

untuk membentuk sikap peduli lingkugan pada siswa dapat menggunakan

implementasi kedisiplinan. Bentuk kedisiplinan yang dapat diimplementasikan

dalam membentuk sikap peduli lingkungan adalah kegiatan rutin, kegiatan

spontan, keteladanan dan pengkondisian. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi

dan wawancara yang kesemua indikator dalam penelitian ini dapat menunjukan

terbentuknya sikap peduli lingkungan pada siswa.

5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti

menyarankan hal-hal berikut ini:

1. Kepada pihak guru untuk dapat membentuk sikap peduli lingkungan pada

siswa dapat mengimplementasikan kedisiplinan secara lebih baik lagi. Karena,

baik kedisiplinan maupun sikap peduli lingkungan merupakan komponen dari

pendidikan karakter pada Kurikulum 2013.

2. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 35


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Conny, S, 2002. Pendidikan Keluarga Dalam Era Global, Jakarta: PT


Prenhallindo

Darmiyati, Z. 2010. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan


yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto dan Suyatri, D. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.


Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Gunawan, H., 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung:


Alfabeta

Hartono, A dan Sunarto. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Hidayatullah, F., 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.


Surakarta: Yuma Pustaka.

Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan


Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Kesuma, D., Triatna, C., Permana, J., 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori
dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, L., 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Muslich, M., 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 36


Narwanti, S., 2011. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.

Nenggala, A.K. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Bandung:


Penerbit Grafindi Media Pratama

Partanto, P.A., Barry, M.D.A., 2001. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola

Poerwadarminta Wjs. 2003. Kamus Bahasa Indonesia, PN. Jakarta: Balai Pustaka

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta: Diva


Press

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung::


Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung::


Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Undang Undang No. 20 Tahun 2003


Wibowo. A. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yaumi, M., 2014. Pendidikan Karakter (Landasan, Pilar, dan Implementasi).


Jakarta: Prenadamedia Group.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 37

Anda mungkin juga menyukai