Manajemen Operasional Pelabuhan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 43

MANAJEMEN OPERASIONAL PELABUHAN

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
1
1.1. Definisi Pelabuhan Penyeberangan.............................................. I - 1
1.2. Fungsi Pelabuhan Penyeberangan............................................... I - 1
1.3. Tugas Pelabuhan Penyeberangan................................................ I - 3
1.4. Peranan Pelabuhan Penyeberangan............................................ I - 4
1.5. Aktivitas Pelabuhan Penyeberangan............................................ I - 5

FASILITAS PELABUHAN
2 PENYEBERANGAN
2.1. Pendahuluan............................................................................. II - 1
2.2. Fasilitas Utama Pelabuhan Penyeberangan.................................. II - 1
2.3. Fasilitas Pendukung Pelabuhan Penyeberangan........................... II - 4

AKTIVITAS POKOK
3 PELABUHAN PENYEBERANGAN
3.1. Pendahuluan............................................................................. III - 1
3.2. Aktivitas Pelayanan Pada Muatan................................................ III - 1
3.3. Mekanisme Operasiona Terhadap Muatan................................... III - 2
3.4. Kegiatan Operasional Kapal di Pelabuhan.................................... III - 4

PRODUKTIVITAS PELABUHAN
4 PENYEBERANGAN
4.1. Pendahuluan ............................................................................ IV - 1
4.2. Manfaat Data Produktivitas ........................................................ IV - 1
4.3. Jumlah Kedatangan/Keberangkatan Kapal................................... IV - 2
4.4. Jumlah Bongkar/Muat Kendaraan................................................ IV - 3
4.5. Jumlah Turun/Naik Penumpang.................................................. IV - 3
4.6. Fluktuasi Data........................................................................... IV 3
PARAMETER KINERJA
5 PELABUHAN PENYEBERANGAN
5.1. Pendahuluan.............................................................................. V - 1
5.2. Kinerja Pelayanan Untuk Kapal................................................... V - 1
5.3. Kinerja Pelayanan Untuk Muatan….............................................. V - 4

KEBUTUHAN ARMADA
6 DAN PENJADWALAN
6.1. Pendahuluan…........................................................................... VI - 1
6.2. Penentuan Jumlah Armada…....................................................... VI - 1
6.3. Penentuan Jadwal Kapal…........................................................... VI - 4

MANAJEMEN OPERASIONAL
7
7.1. Pendahuluan…........................................................................... VII - 1
7.2. Syarat Layak Operasional Pelabuhan........................................... VII - 1
7.3. Sistem Teknologi Operasional Pelabuhan ................................... VII - 2
7.4. Penataan Kegiatan Operasional Pelabuhan................................. VII - 3
I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
1

1.1. Definisi Pelabuhan Penyeberangan


Pelabuhan secara sederhana sebagaimana terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai tempat berlabuh. Sedangkan dalam Kamus Maritim Internasional,
pelabuhan diartikan sebagai suatu tempat yang terdiri dari perairan dan daratan dimana
kapal dapat berlabuh dengan aman dan dapat melakukan kegiatan bongkar muat barang
dan penumpang dari dan ke kapal.

Definisi yang lebih lengkap dapat dilihat dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan
dimana pelabuhan diartikan sebagai tempat yang terdiri daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh,
naik/turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Sementara itu, Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mendefinisikan


angkutan penyeberangan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak
yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan kereta api yang terputus karena
adanya perairan.

1.2. Fungsi Pelabuhan Penyeberangan


Dalam definisi pelabuhan di atas, sudah dapat tercermin fungsi umum dari satu pelabuhan
penyeberangan dan dengan konteks fungsi dan pengertian tersebut di atas, pelabuhan
dikenal memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

I-1
I. PENDAHULUAN

i. Interface
Pelabuhan penyeberangan memiliki fungsi sebagai titik singgung atau tempat
pertemuan antara dua moda moda atau sistem transportasi yaitu antara angkutan
darat atau angkutan kereta api dengan angkutan penyeberangan. Dengan demikian,
pelabuhan penyeberangan harus menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa
yang dibutuhkan untuk perpindahan muatan, baik kendaraan maupun penumpang dari
kapal penyeberangan ke moda angkutan darat atau kereta api dan juga sebaliknya.

ii. Link
Pelabuhan penyeberangan memiliki fungsi sebagai salah satu mata rantai sistem
transportasi yang sangat mempengaruhi kegiatan transportasi secara keseluruhan.
Dengan demikian, kinerja pelayanan dan biaya yang dibebankan pihak pelabuhan akan
mempengaruhi tingkat efisiensi, kelancaran arus lalulintas muatan dan tingkat biaya
transportasi secara keseluruhan.

iii. Gateway
Pelabuhan penyeberangan memiliki fungsi sebagai pintu gerbang untuk keluar dan
masuknya arus lalulintas muatan dari dan ke suatu wilayah. Dengan demikian,
pelabuhan penyeberangan amat berperan penting untuk menunjang tersedianya
berbagai jenis kebutuhan suatu daerah juga menunjang arus perdagangan maupun
pengiriman berbagai komoditas daerah ke daerah lain.

iv. Industry entity


Pelabuhan penyeberangan memiliki fungsi sebagai unit ekonomi untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi dan keberadaan industri suatu wilayah sekaligus sebagai salah
satu aset, satuan produksi ekonomi dan potensi ekonomi. Dengan demikian,
pelabuhan penyeberangan berperan penting untuk memacu roda ekonomi.

1.3 Tugas Pelabuhan Penyeberangan


Pelabuhan penyeberangan memiliki beberapa tugas yang terpancar dari keempat fungsi
pelabuhan di atas yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu :

I-2
I. PENDAHULUAN

i. Aspek pelayanan masyarakat


Pelabuhan penyeberangan harus berperan untuk memberikan pelayanan angkutan
penyeberangan sebagai penerus aktivitas angkutan jalan atau kereta api yang efektif,
berkualitas tinggi, handal, tepat waktu, aman, nyaman, efisien dan tidak menimbulkan
efek ekonomi biaya tinggi.

ii. Aspek organisasi


Pelabuhan penyeberangan harus berperan untuk senantiasa meningkatkan kinerja dan
mengembangkan volume aktivitasnya serta memajukan kinerja organisasi sehingga
mampu memperbaiki kualitas pelayanan.

iii. Aspek finansial


Pelabuhan penyeberangan harus berperan handal secara bisnis untuk memberikan
keuntungan bagi pengembangan pelabuhan dan untuk memberikan kontribusi
penerimaan uang yang cukup bagi penerimaan Negara dan/atau daerah untuk proses
pembangunan bagi kesejahteraan rakyat.

iv. Aspek ekonomi


Pelabuhan penyeberangan harus berperan untuk menunjang pengembangan,
peningkatan dan perbaikan kinerja sistem transportasi daerah tersebut sehingga
mampu menopang dan memajukan aktivitas industri, ekspor dan impor, perdagangan,
pengembangan usaha kecil dan menengah serta menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat banyak.

Angk. Jalan Angk. Jalan


Daerah Pel. Pel. Daerah
asal Peny. Peny. Tujuan
Angk. Kereta Api Angk. Angk. Kereta Api
Penyebe-
Penumpang & rangan
kendaraan

Gambar 1
Skema Lalulintas Muatan dalam Angkutan Penyeberangan

I-3
I. PENDAHULUAN

1.4 Peranan Pelabuhan Penyeberangan


Pelabuhan penyeberangan memiliki beberapa tugas yang terpancar dari keempat fungsi
pelabuhan di atas yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu :

Pelabuhan penyeberangan memiliki beberapa peran penting yaitu :


i. Transfer point
Pelabuhan penyeberangan harus berperan sebagai titik transfer yang terkait dengan
fungsinya sebagai titik hubung (interface) dalam sistem transportasi. Dalam hal ini,
pelabuhan harus mampu menunjang terjadinya kegiatan pemindahan muatan
(bongkar/muat) dari moda angkutan jalan atau kereta api ke angkutan penyeberangan
dan sebaliknya.

ii. To promote the trade


Pelabuhan penyeberangan harus berperan untuk menimbulkan, memacu dan memicu
kegiatan perekonomian suatu daerah. Pada konteks ini, pelabuhan dapat didirikan
untuk memecah keterisolasian suatu daerah sekaligus membangkitkan roda
perekonomian suatu daerah.

iii. To follow the trade


Pelabuhan penyeberangan harus berperan untuk mengikuti dan menunjang kegiatan
perekonomian yang telah ada. Pada konteks ini, pelabuhan dapat didirikan meskipun
aktivitas ekonomi dan industri pada suatu daerah telah ada dan diharapkan dengan
adanya pelabuhan tersebut maka proses distribusi barang dapat lebih mudah
dilaksanakan.

iv. Menunjang hankamnas


Pelabuhan penyeberangan harus berperan untuk mendukung konsep wawasan
nusantara dimana dengan adanya pelabuhan maka interaksi antar daerah dapat terus
terjalin sehingga dapat memperkokoh persatuan nasional. Dengan adanya pelabuhan
juga diharapkan tidak ada daerah yang masih terisolir dan merasa tersisihkan sehingga
peran pengawasan keamanan berfungsi baik.

I-4
I. PENDAHULUAN

1.5 Aktivitas Pelabuhan Penyeberangan


Pelabuhan penyeberangan memiliki beberapa tugas yang terpancar dari keempat fungsi
pelabuhan di atas yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu :

Pada pelabuhan penyeberangan, kegiatan yang dilakukan pada intinya dijabarkan dari
fungsi dan peranan pelabuhan tersebut yang dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Aktivitas pengelola pelabuhan
i. Kegiatan pokok perkantoran
Yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas perencanaan, administrasi
(surat-menyurat), kepegawaian, keuangan, rumah tangga, pendataan dan
pelaporan seperti yang umum dilakukan suatu instansi.

ii. Kegiatan pokok perawatan dan pemeliharaan


Yang termasuk dalam kategori ini adalah semua aktivitas untuk mempertahankan
kondisi dan fasilitas pelabuhan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya
dengan efektif, optimal dan efisien.

iii. Kegiatan pokok operasional


Pada intinya, pelabuhan penyeberangan melakukan dua hal yaitu :
 Aktivitas untuk melancarkan arus kapal
Yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah aktivitas penyiapan tempat
sandar, labuh jangkar, informasi kedatangan dan keberangkatan kapal,
penjadwalan, inspeksi, pemberian Surat Izin Berlayar, pembersihan kolam
pelabuhan dan lain sebagainya.

 Aktivitas untuk melancarkan arus muatan


Yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah penyiapan movable
bridge, pengaturan keluar masuk kendaraan, sistem tiket, pengaturan parkir
siap muat dan lain sebagainya.

I-5
I. PENDAHULUAN

 Aktivitas pendataan dan pelaporan statistik pelabuhan


Yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah aktivitas pencatatan
jumlah penumpang dan kendaraan yang naik/turun, keberangkatan dan
kedatangan kapal, muatan yang dimuat kendaraan dan kinerja pelayanan tiap
pos sebagai data produktivitas pelabuhan.

iv. Kegiatan penunjang


Hal ini terkait dengan berbagai peranan yang diemban pelabuhan yaitu :
 Aktivitas bisnis
Yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah aktivitas pemungutan
uang jasa pelabuhan, penyiapan lahan dan pelayanan untuk gedung
perkantoran perusahaan pelayaran, kawasan perdagangan, periklanan, rumah
makan dan lain sebagainya.

 Aktivitas pendukung
Yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah aktivitas penyiapan
angkutan lanjutan, lapangan parkir kendaraan pengantar, pengamanan
pelabuhan, SAR dan lain sebagainya.

b. Aktivitas non pengelola pelabuhan


Pada pelabuhan penyeberangan, terdapat beberapa pihak non penyelenggara yang
memiliki berbagai aktivitas yang berbeda yaitu :
 Pihak regulator
Yang termasuk dalam pihak ini adalah instansi pemerintah yang bertugas
menjalankan fungsi regulasi sesuai undang-undang yaitu :
a. Administrator Pelabuhan (Adpel) dari Departemen Perhubungan untuk fungsi
keselamatan pelayaran
b. Kantor Bea dan Cukai untuk masalah penerimaan Negara dari cukai
c. Kantor Imigrasi pada lintas penyeberangan antar negara untuk fungsi
dokumen masuk warga Negara asing
d. Kesehatan Pelabuhan untuk memantau higienitas pelabuhan

I-6
I. PENDAHULUAN

e. Karantina Pelabuhan dari Departemen Pertanian untuk mengawasi muatan


tumbuhan dan hewan
f. Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) dan Kesatuan Polisi Pengamanan
Pelabuhan (KPPP) untuk menjaga keamanan dan ketertiban di areal
pelabuhan
g. UPT Terminal Dishub untuk pelabuhan dengan terminal lanjutan dll

 Pihak operator
Yang termasuk dalam pihak ini adalah instansi swasta untuk menunjang
kelancaran kegiatan angkutan yaitu :
a. Perusahaan pelayaran sebagai operator angkutan kapal
b. Perusahaan jasa angkutan darat (perusahaan otobus, taksi dll)
c. Perusahaan jasa angkutan muatan (freight forwarder, ekspedisi dll)
d. Perusahaan perdagangan (rumah makan, wartel dll)
e. Perusahaan penyedia air bersih, BBM dan listrik untuk kapal

 Studi Kasus

Pelabuhan penyeberangan Selalu Jaya terletak jauh dari jangkauan Dishub Kabupaten
Sukamakmur sehingga mengelola sendiri terminal angkutan lanjutan yang ada dalam
wilayah DLKR. Saat pemda akan mengambil alih dengan dalih untuk memacu kegiatan
perekonomian, pihak pelabuhan berkeberatan karena menganggap pengelolaan
terminal tersebut merupakan bagian penting dari kegiatan operasional sekaligus
wewenang pelabuhan dan tentunya juga merupakan salah satu aset bisnis bagi
kelangsungan operasional pelabuhan.
Menurut Anda, tepatkah alasan dari pihak pelabuhan tersebut terkait dengan fungsi,
peran dan tugas suatu pelabuhan? Bagaimana kondisi ideal yang harus diwujudkan?
Upaya apa yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi ideal tersebut?

 Kesimpulan

Pelabuhan memiliki peran yang amat penting dengan berbagai aktivitas yang ada di
dalamnya. Aktivitas tersebut harus mengutamakan kelancaran arus lalulintas muatan.

I-7
II. FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

FASILITAS
2 PELABUHAN PENYEBERANGAN

2.1. Pendahuluan
Istilah fasilitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu facility yang memiliki kata dasar to
facilitate yang artinya mempermudah, memudahkan, memungkinkan, memperlancar atau
membantu. Dengan demikian, fasilitas pelabuhan secara sederhana dapat diartikan
sebagai segala suatu yang berfungsi untuk membantu, memperlancar dan memudahkan
berbagai aktivitas operasional pelabuhan.

Pada suatu pelabuhan penyeberangan, fasilitas yang ada dapat dibedakan menjadi
fasilitas utama dan fasilitas pendukung sebagai berikut :

2.2. Fasilitas Utama Pelabuhan Penyeberangan


Yang termasuk dalam kategori fasilitas ini adalah setiap fasilitas yang digunakan untuk
menunjang kegiatan utama pelabuhan penyeberangan untuk memperlancar arus kapal
dan arus muatan. Fasilitas ini terdiri dari :
a. Fasilitas sandar dan tambat kapal
Saat kapal tiba di pelabuhan, kapal membutuhkan beberapa fasilitas untuk aktivitas
sandar dan tambat antara lain adalah :
 Dermaga sebagai tempat kapal bersandar
 Bolder atau bollard yaitu tiang baja kecil setinggi maksimal 1 m sebagai tempat
mengikat tali/tambat dari kapal
 Fender yaitu balok karet atau kayu yang bersifat membal yang ada pada tepi
dermaga untuk meredam energi benturan keras saat sandar antara dermaga dan
kapal
 Turning basin yaitu kolam pelabuhan sebagai tempat untuk melakukan berputar
dan olah gerak kapal yang akan sandar

II-1
II. FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

 Anchorage yaitu area perairan pelabuhan yang telah ditentukan untuk tempat
kapal berlabuh jangkar (anchoring)
 Breakwater atau bangunan pemecah gelombang yang memanjang/melingkari
perairan pelabuhan pada pelabuhan yang menghadap laut lepas untuk mengurangi
pengaruh ombak dan mengendalikan arus.
 Mooring dolphin yang berbentuk seperti tiang pancang dan dilengkapi dengan
bolder sebagai tempat tambat selain di dermaga
 Breasting dolphin yang berbentuk seperti tiang pancang dan dilengkapi dengan
fender sebagai tempat sandar selain di dermaga
 Aids to navigation / navigation aids atau sarana bantu navigasi dalam berbagai
jenis, bentuk, ukuran dan karakter sesuai standar IALA dan IMO untuk membantu
pelaut memasuki pelabuhan yang dapat berupa pelampung suar (buoy), rambu
suar (beacons), lampu suar (lights) dan rambu radio (radio beacons).

b. Fasilitas bongkar muat


Setelah melakukan sandar dan tambat, kapal membutuhkan beberapa fasilitas untuk
aktivitas bongkar muat yang antara lain adalah :
 Movable bridge untuk menyesuaikan ketinggian antara pintu rampa dan lantai
dermaga yang fluktuatif sesuai dengan ketinggian muka air
 Gangway sebagai jalan yang digunakan oleh penumpang untuk bergerak dari kapal
ke dermaga (menuju pintu keluar) atau sebaliknya. Gangway biasanya terletak lebih
tinggi dari lantai dermaga karena umumnya dek penumpang terletak di atas dek
kendaraan.
 Catwalk sebagai jalan kecil yang digunakan oleh penumpang untuk bergerak dari
kapal ke dermaga atau sebaliknya. Catwalk biasanya lebih sederhana dari gangway
dan letaknya tidak terlalu tinggi
 Trestle atau access bridge sebagai jembatan yang digunakan oleh kendaraan untuk
bergerak dari kapal ke dermaga atau sebaliknya. Trestle umumnya digunakan pada
dermaga yang menjorok ke perairan

II-2
II. FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

c. Fasilitas keluar masuk arus muatan


Untuk melakukan pergerakan dari pintu gerbang pelabuhan (gate) ke kapal dan
sebaliknya, penumpang maupun kendaraan membutuhkan beberapa fasilitas yang antara
lain adalah :
 Gate atau pintu gerbang sebagai tempat keluar masuk dari area pelabuhan dan
tempat memberikan peron/karcis masuk pelabuhan
 Jembatan timbang untuk mencatat besarnya muatan yang diangkut kendaraan
sehingga dapat diberikan tarif per ton dan memastikan area pelabuhan dan kapal
dapat menampung/menopang muatan tersebut
 Toll gate atau pintu tol sebagai tempat memberikan tiket jasa angkut
penyeberangan dan jasa pelabuhan bagi kendaraan sesuai golongan
 Loket karcis tempat memberikan tiket jasa angkut penyeberangan dan jasa
pelabuhan bagi penumpang
 Waiting room atau ruang tunggu penumpang sebagai tempat transit sementara
penumpang dari kapal atau sebaliknya
 Shelter sebagai tempat penjualan tiket dan pengurusan administrasi kendaraan
penumpang serta transit penumpang yang naik kendaraan umum (terutama bus)
dari dermaga menuju kapal. Ada kalanya penumpang harus turun dari shelter untuk
menuju kapal melalui gangway namun shelter juga dapat menjadi tempat untuk
memeriksa jumlah penumpang dalam bus. Saat ini, di beberapa pelabuhan fungsi
shelter sudah dihilangkan untuk menambah efisiensi waktu layanan.
 Jalan areal pelabuhan sebagai tempat melintas kendaraan dilengkapi rambu
larangan, rambu penunjuk, marka dan papan informasi lain
 Parkir siap muat sebagai tempat untuk menampung kendaraan yang telah siap naik
ke kapal dan menunggu kapal hingga siap untuk dimuati

d. Fasilitas parkir kendaraan


Di area pelabuhan, terdapat beberapa fasilitas parkir yaitu :
 Parkir kendaraan pengantar untuk tempat menampung kendaraan yang hanya
mengantar dan menjemput penumpang di area pelabuhan

II-3
II. FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

 Parkir kendaraan operasional untuk tempat menampung kendaraan operasional


pelabuhan dan kendaraan tamu
 Parkir kendaraan angkutan lanjutan yang dapat berupa terminal kendaraan yang
dikelola oleh Dinas Perhubungan

2.3. Fasilitas Pendukung


Untuk mendukung dan memperlancar kegiatan pelabuhan diperlukan beberapa fasilitas
tambahan yang antara lain adalah :
a. Fasilitas layanan pengguna jasa
Fasilitas ini untuk meningkatkan kepuasan dan menampung saran, kritik, keluhan
maupun komentar pengguna jasa yang dapat berupa ruang pusat layanan informasi
ataupun hanya berupa kotak saran
b. Fasilitas Informasi
Fasilitas ini untuk memberikan berbagai informasi kepada pengguna jasa seperti harga
tiket, prosedur layanan, jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal, prosedur klaim
atas kecelakaan, lay out pelabuhan dll.
c. Fasilitas pengamanan
Fasilitas ini untuk memberikan sekaligus menjamin kenyamanan dan keamanan yang
dapat berupa CCTV (Closed Circuit Television) yaitu kamera pengawas internal
pelabuhan, pos pengamanan, menara pengawasan, mobil patroli, metal detector dan
alat pendeteksi bom dll
d. Fasilitas kesehatan, ruang ibadah dan rumah makan
e. Fasilitas telekomunikasi (wartel, warnet dan telpon umum)
f. Fasilitas ruang kantor dan ruang untuk instansi pemerintah dll

 Studi Kasus

Kota Rancak Bana terletak di tepi Sungai Amboi Nian dan pihak pemda berencana
untuk mendirikan pelabuhan penyeberangan perintis dengan lahan yang amat
terbatas. Rute yang dilayani termasuk pendek yaitu hanya 5 mil.
Menurut Anda, fasilitas apa saja yang harus dimiliki pelabuhan tersebut ?

II-4
II. FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

 Kesimpulan

Fasilitas yang ada pada pelabuhan penyeberangan sangat diperlukan untuk


memperlancar dan meningkatkan kinerja pelabuhan.

II-5
III. AKTIVITAS POKOK PELABUHAN PENYEBERANGAN

AKTIVITAS POKOK
3 PELABUHAN PENYEBERANGAN

3.1. Pendahuluan
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, berdasarkan definisi dan
peranan pelabuhan penyeberangan, aktivitas pokok yang harus dilakukan secara umum
terdiri dari tiga hal yaitu aktivitas melayani arus kapal dan aktivitas menangani arus
lalulintas muatan serta pencatatan statistik produktivitas pelabuhan yang akan dibahas
pada bab selanjutnya. Hal ini dikarenakan atas pertimbangan bahwa muatan merupakan
unsur utama yang harus dilayani untuk dapat melalui pelabuhan sebagai interface dalam
sistem transportasi dan gate suatu daerah. Sementara itu, muatan tidak dapat berpindah
dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain apabila aktivitas kapal tidak berjalan lancar.

3.2. Aktivitas Pelayanan Pada Muatan


Muatan yang dilayani oleh pelabuhan penyeberangan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu :
a. penumpang yang dikategorikan lagi menjadi :
 yang menggunakan angkutan umum (bus AKAP/AKDP)
 penumpang yang menggunakan angkutan pribadi (motor/mobil/sepeda)
 penumpang yang berjalan kaki (tanpa kendaraan)

b. kendaraan yang dikategorikan lagi menjadi beberapa golongan antara lain :


 Golongan II.a dan II.b (sepeda motor, bajaj dan sejenisnya)
 Golongan III (sedan, mini bus dan sejenisnya)
 Golongan IV ( bus dan sejenisnya)
 Golongan V (truk)
 Golongan V (alat berat roda karet atau besi)

III-1
III. AKTIVITAS POKOK PELABUHAN PENYEBERANGAN

Muatan barang secara umum harus berada di atas kendaraan sehingga penetapan
besarnya tarif jasa pelabuhan didasarkan atas besarnya bobot saat ditimbang di jembatan
timbang. Adakalanya suatu pelabuhan mengenakan sistem tiket terpadu dimana tarif jasa
sudah termasuk muatan berapapun besar bobotnya yang diangkut.

Adakalanya suatu pelabuhan terutama pada daerah terpencil memperbolehkan muatan


diangkut dengan gerobak maupun langsung diletakkan di atas geladak kapal. Hal ini
sebenarnya dapat menggangu aktivitas bongkar muat karena angkutan penyeberangan
yang ideal harusnya menerapkan sistem ro/ro atau roll-on/roll-off (juga dikenal dengan
istilah drive-on/drive-off) dimana muatan bergerak (dimuat/dibongkar) dari dan ke kapal
dengan cara mengelindingkan dari dan ke dermaga dengan cara muatan harus berada di
atas chassis atau kendaraan yang dirancang untuk itu atau kendaraan barang yang
memuatnya. Jika muatan diletakkan di atas geladak maka diperlukan tenaga kerja
bongkar muat (TKBM) sehingga tidak efisien dari segi biaya dan waktu.

3.3. Mekanisme Operasional Pelayanan Terhadap Muatan


Pada pelabuhan penyeberangan, muatan yang bergerak dari pintu gerbang menuju kapal
dan sebaliknya dapat digambarkan pada skema sebagai berikut :

III-2
III. AKTIVITAS POKOK PELABUHAN PENYEBERANGAN

Mekanisme Pelayanan Pada Muatan di Pelabuhan

Kendaraan Jembatan
Barang Timbang

Bus AKAP Parkir


Siap
Muat

Non
Bus/Non Kapal
Barang

Loket Ruang Gangway


Pejalan
Karcis Tunggu
Kaki

Angkutan Terminal
Lanjutan Lanjutan

Parkir
Kendaraan Pengantar
Pengantar

Keluar Ket. : Skema dapat berubah bergantung pada


Dari kondisi dan kebijakan pelabuhan
Pelabuhan
III-3
III. AKTIVITAS POKOK PELABUHAN PENYEBERANGAN

3.4. Kegiatan Operasional Kapal di Pelabuhan


Kapal merupakan salah satu obyek yang harus dilayani oleh pihak pelabuhan. Kelancaran
kegiatan operasional kapal akan mempengaruhi keberhasilan kinerja pelabuhan secara umum.

Secara umum, kapal melakukan berbagai aktivitas yang antara lain adalah sebagai berikut :
i. Sebelum tiba di pelabuhan
- Kapal sebelum tiba di pelabuhan harus menginformasikan kedatangannya melalui
Stasiun Radio Pantai (SROP) untuk kemudian dipandu dalam memasuki alur pelabuhan
- Penyiapan dokumen yang diperlukan

ii. Saat di Pelabuhan


- Melakukan aktivitas sandar, tambat atau labuh/lego jangkar
- Melakukan pengurusan dokumen
- Melakukan aktivitas bongkar/muat kendaraan dan turun/naik penumpang
- Mencatat jumlah bongkar/muat kendaraan dan turun/naik penumpang
- Mengisi BBM, air bersih dan kebutuhan lain yang diperlukan kapal

iii. Sebelum berangkat


- Menyiapkan dan membantu Syahbandar dalam melakukan pemeriksaan
- Mendapatkan Surat Izin Berlayar
- Menyiapkan kapal, lepas tambat dan siap berangkat

Sementara itu, yang dilakukan pihak pelabuhan antara lain adalah penerimaan informasi
kedatangan dan menindaklanjuti informasi tersebut, menyiapkan dermaga, melakukan
pencatatan data statistik dan merencanakan kebutuhan waktu untuk kapal selama di
pelabuhan. Hal ini tergambar pada skema mekanisme keberangkatan dan kedatangan kapal di
bawah ini.

III-4
III. AKTIVITAS POKOK PELABUHAN PENYEBERANGAN

Mekanisme Kedatangan Kapal di Pelabuhan

Tidak

Periksa - Kondisi Baik


Kedatangan Pilih Dermaga Dermaga Kosong - Bebas & Aman
Dermaga
Kapal Ya dari Hambatan

Tidak
Persiapkan Kapal Dermaga Siap
Penumpang Kendaraan
Untuk Operasi
Turun Turun
Selanjutnya Ya
Ya
Tidak Kapal
Posisi Kapal &
Pintu Keluar Stabil Merapat

Buka - Laporan jumlah


penumpang Pengikatan
Pintu Atur posisi MB Kondisi
- Daftar manifest Kapal
Kapal (untuk dermaga MB) Kapal Stabil
- Surat-surat kapal
Tidak

III-5
III. AKTIVITAS POKOK PELABUHAN PENYEBERANGAN

Mekanisme Keberangkatan Kapal di Pelabuhan

Tidak
- Kelaikan Kapal
Kapal - Surat-surat kelengkapan
Kapal Siap
Akan Periksa Kondisi - Peralatan keselamatan
Berangkat
Berangkat Pelabuhan - Bahan bakar
- Air bersih
- Kebersihan Ya

Penumpang
Naik
Kapal
Berangkat

Kendaraan
Naik

- Catat waktu tambat &


surat izin berlayar Ya Jumlah Penumpang Periksa Jumlah
- Tutup pintu kapal & Kendaraan Tidak Penumpang &
- Lepaskan tali pengikat Melebihi Kapasitas Kendaraan
- Tarik jangkar

Tidak

III-6
III. AKTIVITAS POKOK PELABUHAN PENYEBERANGAN

 Studi Kasus
Pada umumnya untuk suatu pelabuhan penyeberangan, penumpang dipersilahkan
untuk naik terlebih dahulu daripada kendaraan. Menurut Anda, mengapa hal tersebut
dilakukan ? Bagaimana jika penumpang berada di atas kendaraan umum (misalnya
bus AKAP), haruskah penumpang tersebut turun atau bolehkah naik bersama
kendaraan ?

 Kesimpulan
Kapal dan muatannya pada suatu pelabuhan penyeberangan, baik penumpang
maupun kendaraan, merupakan obyek pelayanan yang harus diutamakan dalam
kegiatan operasionalnya. Hal ini terkait dengan fungsi, peran dan tugas suatu
pelabuhan penyeberangan.

III-7
IV. PRODUKTIVITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

PRODUKTIVITAS PELABUHAN
4 PENYEBERANGAN

4.1. Pendahuluan
Istilah produktivitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu productivity yang artinya
kemampuan untuk menghasilkan atau jumlah yang dihasilkan. Tingkat produktivitas
secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan tingkat
kemampuan suatu pelabuhan untuk memberikan pelayanan jasa pelabuhan terhadap
muatan (penumpang dan kendaraan) maupun kapal.

Dengan demikian, tingkat produktivitas juga dapat diartikan sebagai banyaknya muatan
yang mampu dilewatkan (dilayani) oleh suatu pelabuhan penyeberangan dan banyaknya
kapal yang mengunjungi pelabuhan tersebut. Untuk itu, data produktivitas pelabuhan
penyeberangan antara lain adalah :
i. Data jumlah kedatangan/keberangkatan kapal
ii. Data jumlah bongkar/muat kendaraan
iii. Data jumlah naik/turun penumpang.

4.2. Manfaat Data Produktivitas


Tingkat produktivitas dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain :
i. untuk mengukur tingkat efisiensi pelabuhan
ii. sebagai parameter prestasi kinerja pelabuhan
iii. sebagai tolak ukur menentukan tingkat keperintisan pelabuhan
iv. sebagai data untuk meramalkan kebutuhan fasilitas di masa mendatang
v. sebagai data untuk merencanakan pengembangan pelabuhan

IV-1
IV. PRODUKTIVITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

4.3. Jumlah Kedatangan/Keberangkatan Kapal


Suatu pelabuhan penyeberangan dikatakan produktif antara lain apabila kapal tersebut
ramai dikunjungi oleh kapal. Semakin banyak kapal yang mengunjungi pelabuhan maka
semakin banyak pula jumlah muatan yang dibongkar/muat dan dilewatkan oleh pelabuhan
tersebut. Secara finansial, pendapatan pelabuhan pun akan semakin bertambah melalui
berbagai pungutan tarif jasa pelabuhan.

Data kedatangan/keberangkatan kapal pada suatu pelabuhan penyeberangan pada hari


normal umumnya berjumlah konstan karena frekuensi keberangkatan kapal sudah
ditentukan sebelumnya dan lintas penyeberangan hanya menghubungkan dua titik
pelabuhan. Jumlah kedatangan/keberangkatan kapal tersebut akan bertambah pada saat-
saat khusus seperti libur akhir pekan (week-end), libur nasional, libur sekolah, hari-hari
besar keagamaan (lebaran, natal dll) serta kondisi insidentil (adanya kegiatan massal
seperti pameran dll).

Secara sederhana, jumlah kedatangan/keberangkatan kapal dapat dihitung dari data hari
normal (dikalikan jumlah hari normal) ditambah dengan jumlah
kedatangan/keberangkatan kapal pada saat khusus. Data ini seharusnya sudah terdapat
sesuai dengan rekapitulasi jumlah informasi kedatangan kapal melalui radio, rekapitulasi
jumlah penerbitan SIB maupun dari data lainnya. Untuk menyederhanakan, dapat juga
dilakukan pencatatan data secara manual dengan sistem turus (memberi kode garis setiap
kedatangan kapal  |||| = 5 unit kapal). Pencatatan dilakukan atas dasar jenis-jenis
kapal.

Apabila sulit untuk mencatat data kapal selama setahun penuh atau untuk memprediksi
jumlah kedatangan selama setahun, maka pencatatan dapat dilakukan selama beberapa
hari kemudian dilakukan ekstrapolasi dengan mengkalikan jumlah kedatangan per hari
dengan angka 365 hari atau per minggu dengan angka 48 minggu. Pada dasarnya,
semakin banyak dilakukan pencatatan maka semakin rinci dan akurat pula data yang
diperoleh.

IV-2
IV. PRODUKTIVITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

4.4. Jumlah Bongkar/Muat Kendaraan


Data bongkar/muat kendaraan pada suatu pelabuhan penyeberangan juga memiliki fungsi
yang sama dengan data keberangkatan/kedatangan kapal tersebut yang berpengaruh
pada tingkat ramainya kegiatan pelabuhan sekaligus tingkat pendapatan pelabuhan. Pada
hari normal, jumlah bongkar/muat kendaraan umumnya juga konstan dan akan
bertambah pada saat-saat khusus.

Data bongkar/muat kendaraan dapat diperoleh dari data manifest (jumlah muatan) pada
kapal, data jumlah tiket jasa pelabuhan yang terjual di toll gate, pencatatan jumlah
bongkar/muat oleh petugas di movable bridge/dermaga ataupun dari pencatatan data
lain. Dapat juga dilakukan pencatatan manual pada hari-hari tertentu. Pencatatan
dilakukan atas dasar jenis-jenis kendaraan.

4.5. Jumlah Turun/Naik Penumpang


Data jumlah turun/naik penumpang pada suatu pelabuhan penyeberangan juga memiliki
fungsi yang sama dengan data produktivitas pelabuhan lain yang berpengaruh pada
tingkat ramainya kegiatan pelabuhan sekaligus tingkat pendapatan pelabuhan. Pada hari
normal, jumlah turun/naik penumpang umumnya juga konstan dan akan bertambah pada
saat-saat khusus.

Data turun/naik penumpang dapat diperoleh dari data manifest (jumlah muatan) pada
kapal, data jumlah tiket jasa pelabuhan yang terjual di shelter dan loket karcis ataupun
dari pencatatan data lain. Dapat juga dilakukan pencatatan manual pada hari-hari
tertentu. Pencatatan dilakukan atas dasar umur dan jenis kelamin penumpang serta jenis
kapal yang ditumpangi (kapal cepat, ro/ro dll).

4.6. Fluktuasi Data


Data produktivitas pelabuhan sebaiknya dilakukan pada tiap jam secara lengkap sehingga
akan diperoleh data produktivitas pelabuhan per jam, per hari, per minggu, per bulan dan
per tahun. Data tersebut akan mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi karakteristik

IV-3
IV. PRODUKTIVITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

angkutan tiap daerahnya. Fluktuasi tersebut dapat tergambar melalui grafik data
produktivitasnya seperti contoh berikut :
 Fluktuasi tiap jam

Fluktuasi Produktivitas Pelabuhan Per Jam Pada Hari Minggu

120

100

80
Jumlah kapal
60 Penumpang
Kendaraan

40

20

0
08 - 09 09 - 10 10- 11 11 - 12 12 - 13 13 -14
Jam

 Fluktuasi harian

Fluktuasi Produktivitas Harian Pelabuhan

1200

1000

800
Jumlah kapal
600 Penumpang
Kendaraan
400

200

0
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu

IV-4
IV. PRODUKTIVITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

 Fluktuasi bulanan

Fluktuasi Produktivitas Bulanan Pelabuhan Semester I

1200

1000

 Fluktuasi tahunan
800
Jumlah kapal
600 Penumpang
Kendaraan
400

200

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun

 Fluktuasi tahunan

Fluktuasi Produktivitas Pelabuhan 2000 - 2005

16000

14000

12000

10000
Jumlah kapal
8000 Penumpang
Kendaraan
6000

4000

2000

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005

IV-5
IV. PRODUKTIVITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pergerakan penumpang dan kendaraan di


lokasi tersebut. Sebagai contoh, di pelabuhan Merak penumpang mulai ramai
menyeberang di sore hari sementara kendaraan berat dominan menyeberang pada malam
hari dan seterusnya. Fluktuasi tersebut akan berbeda antar satu lokasi pelabuhan dengan
lokasi lainnya. Istilah fluktuasi sering juga disebut sebagai variasi harian dan musiman
(seasonal).

 Studi Kasus
Pelabuhan Penyeberangan ”Maju Lancar” di Kota “Timur Makmur” memiliki melayani
angkutan penyeberangan antar pulau yang berdekatan dengan karakter commuter
dimana tenaga kerja baik pabrik ataupun perkantoran di kota tersebut berasal dari
pulau-pulau sekitarnya dan tenaga kerja tersebut sebagian besar pulang ke rumah
masing-masing setiap harinya atau setidaknya pada akhir pekan.
Buatlah prediksi grafik fluktuasi produktivitas tiap jam dan harian pelabuhan
berdasarkan karakter yang diketahui (untuk data lain dapat dilakukan asumsi) !

 Kesimpulan
Kuantitas muatan dan banyaknya kapal yang dapat dilayani akan dipengaruhi oleh
kinerja maupun karakter angkutan pada lokasi tersebut.

IV-6
V. PARAMETER KINERJA PELABUHAN PENYEBERANGAN

PARAMETER KINERJA
5 PELABUHAN PENYEBERANGAN

5.1. Pendahuluan
Istilah kinerja atau performa dalam Bahasa Inggris disebut dengan performance yang
secara dapat diartikan sebagai unjuk kerja. Hal ini mengandung arti bahwa kinerja
merupakan tolak ukur hasil pencapaian terhadap pekerjaan yang telah ditentukan
sebelumnya untuk mencapai kondisi optimal, efektif dan efisien.

Dalam konteks pelabuhan penyeberangan, istilah kinerja dapat diterapkan pada ukuran
yang menyatakan keberhasilan tingkat layanan jasa pelabuhan yang diberikan pada kapal
ataupun muatan yang ada di areal pelabuhan tersebut.

5.2. Kinerja Pelayanan Untuk Kapal


i. Ship Turn Around Time (STAT)
Pada suatu pelabuhan penyeberangan, kinerja layanan pelabuhan terhadap kapal
umumnya dinyatakan dalam besaran waktu yang dibutuhkan oleh kapal sejak tiba
hingga berangkat lagi dalam kaitannya dengan layanan pelabuhan. Meskipun
demikian, buruknya kinerja sebenarnya juga dipengaruhi oleh kinerja awak kapal
walaupun hal ini dapat diantisipasi pihak pelabuhan dengan mengenakan denda atau
sanksi lain untuk setiap keterlambatan yang dilakukan pihak kapal.

STAT dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan waktu yang diperlukan oleh kapal
selama berada di pelabuhan yaitu sejak memasuki areal perairan pelabuhan hingga
meninggalkan areal perairan pelabuhan tersebut. STAT ini memiliki beberapa
komponen waktu yang antara lain adalah :
1. Approaching time yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal sejak memasuki wilayah
perairan pelabuhan hingga akan sandar. Adakalanya juga disebut sebagai

V-1
V. PARAMETER KINERJA PELABUHAN PENYEBERANGAN

manoevring time yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk melakukan olah
gerak di kolam pelabuhan.
2. Ship Waiting time (SWT) yaitu yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk
menunggu hingga dermaga kosong dan siap untuk dilakukan aktivitas sandar dan
tambat
3. Mooring & berthing time yaitu yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk
merapat, sandar dan tambat
4. Loading/unloading time yaitu yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk
melakukan bongkar muat. Adakalanya juga disebut sebagai lay over time atau
service time yaitu waktu pelayanan untuk kapal selama berada di dermaga
5. Unberthing time yaitu yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk lepas tali
tambat dan siap untuk kembali berlayar
6. Leaving time yaitu yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk lepas tali tambat
dan siap untuk kembali berlayar

ii. Berth Occupancy Ratio (BOR)


BOR dapat diartikan sebagai tingkat penggunaan dermaga oleh kapal yaitu
perbandingan antara selisih jumlah kapal yang tiba dan menunggu dengan jumlah
kapasitas tambat atau dirumuskan sebagai berikut :
( jumlah.kapal. yang.tiba  jumlah.kapal. yang.menunggu)
BOR  x100%
Kapasitas.tambat.dermaga

iii. Berth Through Put (BTP)


BTP dapat diartikan sebagai jumlah banyaknya muatan, baik kendaraan ataupun
penumpang, yang melalui dermaga dalam satu tahun. BTP juga adakalanya diartikan
dengan jumlah muatan yang melintasi dermaga per meter panjang dermaga atau
dirumuskan sebagai berikut :
jumlah.mua tan . yang.melalui.dermaga
BTP 
Panjang.dermaga

V-2
V. PARAMETER KINERJA PELABUHAN PENYEBERANGAN

iv. Equipment Occupancy Ratio (EOR)


EOR dapat diartikan sebagai tingkat penggunaan peralatan bongkar muat (movable
bridge) yaitu perbandingan antara jumlah pemakaian alat bongkar muat dengan
kapasitas penggunaan alat bongkar muat atau dirumuskan berikut ini :
jumlah. pemakaian.movable.bridge
EOR  x100%
Kapasitas. pemakaian.movable.bridge

v. Load Factor (LF)


LF dapat diartikan sebagai faktor muat yaitu perbandingan antara jumlah muatan
yang diangkut oleh kapal dengan kapasitas angkut kapal atau dirumuskan :
jumlah.mua tan . yang.diangkut.oleh.kapal
LF  x100%
Kapasitas.angkut.kapal

vi. Frekuensi (jumlah trip)


Frekuensi dapat diartikan sebagai jumlah keberangkatan kapal yang mampu
dilakukan oleh pelabuhan dalam suatu waktu tertentu atau dirumuskan :
jumlah.keberangkatan .kapal
Frekuensi 
Waktu.operasional.dermaga

vii. Headway Time (HT)


Headway dapat diartikan sebagai rentang waktu antar keberangkatan kapal yaitu
perbandingan antara waktu operasional dermaga dengan jumlah keberangkatan
kapal atau kebalikan dari frekuensi dan dirumuskan dengan :
Waktu.operasional.dermaga 1
Headway.Time  
jumlah.keberangkatan .kapal f

viii. Berth Idle Time (BIT)


BIT dapat diartikan sebagai jumlah waktu dermaga dalam keadaan kosong karena
tidak digunakan oleh kapal untuk sandar, bongkar/muat dan lainnya baik karena
sedikitnya permintaan, karena kelalaian petugas atau pengaruh alam (ombak dll).

V-3
V. PARAMETER KINERJA PELABUHAN PENYEBERANGAN

5.3. Kinerja Pelayanan Untuk Muatan


Sebagaimana skema mekanisme arus lalulintas dan pelayanan untuk muatan di pelabuhan
dalam bagian terdahulu, apabila terjadi stagnasi pada suatu titik maka akan
mempengaruhi kinerja pelabuhan secara keseluruhan. Untuk itu, pihak pelabuhan harus
menjamin kelancaran arus lalulintas muatan di semua titik. Salah satu tolak ukur untuk
menilai kelancaran tersebut antara lain adalah
i. Kecepatan lintas
Pihak pelabuhan perlu mengetahui kelancaran arus muatan dengan menghitung
kecepatan lintas muatan, baik kendaraan maupun penumpang di tiap titik, misalkan
antara gerbang pelabuhan hingga toll gate dan seterusnya. Kecepatan lintas
sebagaimana yang telah umum diketahui dirumuskan dengan :
Jarak.antar. pos. pelayanan
Kecepa tan l int as 
Waktu. yang.diperlukan.antar. pos.layanan

ii. Waktu pelayanan


Pihak pelabuhan perlu mengetahui kemampuan tiap pos pelayanan untuk melayani
arus lalulintas muatan yang dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk melayani
dan melewatkan tiap satu kendaraan atau penumpang yang dapat dihitung dari rata-
rata waktu pelayanan untuk tiap kendaraan/muatan atau dapat dirumuskan sebagai
berikut :

waktu. pelayanan. 
Waktu. pelayanan.tiap.mua tan
Jumlah.mua tan( penumpang/ kendaraan). yang.telah.dilayani

iii. Jumlah tundaan/antrian


Pihak pelabuhan perlu mengetahui banyaknya tundaan (kendaraan/penumpang yang
mengantri) untuk tiap pos pelayanan. Makin banyaknya tundaan menunjukkan makin
buruknya kinerja pos layanan tadi. Jika makin tinggi arus muatan tentunya harus
disikapi dengan langkah pemecahan misalkan pengaturan muatan dan pembuatan pos
pelayanan darurat atau menambah kemampuan layanan tiap pos.

V-4
V. PARAMETER KINERJA PELABUHAN PENYEBERANGAN

iv. Waktu kosong (idle time)


Pihak pelabuhan perlu mengetahui tingkat penggunaan pelayanan tiap pos yang salah
satunya dapat dinilai dari banyaknya waktu tidak digunakannya (waktu
menganggur/pasif) tiap pos pelayanan karena sedikitnya permintaan atau karena
kelalaian petugas.

 Studi Kasus

Pelabuhan Penyeberangan di Kota “Angin Barat” melayani lintas penyeberangan antar


pulau dengan intensitas penumpang yang amat tinggi. Menurut Anda, parameter
pelayanan untuk kapal dan muatan mana saja yang paling penting ?

 Kesimpulan

Pelabuhan Penyeberangan perlu dinilai tingkat kinerja pelayanannya dari waktu ke


waktu agar mampu melakukan evaluasi dan upaya perbaikan pelayanan.

V-5
VI. KEBUTUHAN ARMADA & PENJADWALAN

KEBUTUHAN ARMADA
6 DAN PENJADWALAN

6.1. Pendahuluan
Penentuan jumlah armada angkutan penyeberangan dan penyusunan jadwal merupakan
hal yang amat penting dilakukan mengingat kelancaran kegiatan operasional pelabuhan
penyeberangan sangat tergantung dari kelancaran kegiatan kapal. Pihak pengelola
pelabuhan harus mencegah terjadinya stagnasi karena terbatasnya jumlah armada
angkut.

6.2. Penentuan Jumlah Armada


Dalam menentukan jumlah armada yang dibutuhkan, dibutuhkan penentuan dan
penghitungan beberapa unsur lain sehingga jumlah armada benar-benar dapat
direncanakan sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
i. Frekuensi Keberangkatan Kapal
Jumlah frekuensi keberangkatan amat ditentukan dari jumlah permintaan angkutan
yaitu jumlah permintaan angkutan penumpang maupun kendaraan dan hal tersebut
dirumuskan sebagai berikut :

N
FP 
365 xKxOxM
dimana :
FP = Jumlah frekuensi keberangkatan kapal yang dibutuhkan
(dengan satuan trip)
N = Jumlah penumpang/kendaraan yang akan menggunakan
angkutan Penyeberangan pada tahun tersebut
K = Tingkat waktu operasional kapal per tahun (rasio antara
jumlah hari operasi dan jumlah hari dalam setahun),
umumnya diambil 0,9

VI-1
VI. KEBUTUHAN ARMADA & PENJADWALAN

O = Faktor muat kapal (rasio antara jumlah muatan yang


diangkut dengan kapasitas angkut kapal), umumnya diambil
0,7
M = Kapasitas angkut kapal

Frekuensi keberangkatan juga didasarkan atas jumlah permintaan barang yang akan
diangkut di atas kendaraan dan dirumuskan sebagai berikut :

N
FP 
365 xKxOxMxT
dimana :
FP = Jumlah frekuensi keberangkatan kapal yang dibutuhkan
(dengan satuan trip)
N = Jumlah muatan barang yang akan diangkut di atas
kendaraan pada tahun tersebut
K = Tingkat waktu operasional kapal per tahun (rasio antara
jumlah hari operasi dan jumlah hari dalam setahun),
umumnya diambil 0,9
O = Faktor muat kapal (rasio antara jumlah muatan yang
diangkut dengan kapasitas angkut kapal), umumnya diambil
0,7
M = Kapasitas angkut kapal
T = Kapasitas angkut kendaraan untuk membawa barang,
umumnya diambil sebesar 0,7 x kapasitas angkut maksimum
kendaraan

Penentuan jumlah frekuensi keberangkatan ini harus dihitung berdasarkan jumlah


permintaan penumpang, kendaraan dan muatan barang di atas kendaraan secara
terpisah. Dari ketiga perhitungan tersebut, hasil perhitungan FP yang digunakan
adalah nilai FP yang paling besar. Angka FP yang diperoleh kemudian harus dibulatkan
ke atas.

VI-2
VI. KEBUTUHAN ARMADA & PENJADWALAN

ii. Kemampuan trip kapal


Kapal memiliki kemampuan trip yang berbeda. Jumlah trip yang mampu dilakukan oleh
kapal bergantung pada sailing time (waktu layar) dan ship turn around time (STAT).
Sailing time amat dipengaruhi oleh kecepatan kapal dan jarak lintas penyeberangan
sementara STAT dipengaruhi oleh kemampuan pelabuhan untuk melayani kapal
selama di pelabuhan yang dipengaruhi oleh Ship Waiting Time dan lainnya
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kemampuan trip kapal dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Port.Time Port.Time
KT  
2 x( Sailing.Time  STAT ) 2 xTrip.Time
dimana :
KT = Jumlah frekuensi keberangkatan (trip) yang mampu
dilakukan oleh kapal dalam satuan trip/kapal
PT = Port time adalah jumlah jam operasional pelabuhan dalam
satuan jam
TT = Trip time atau waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk
melakukan 1 (satu) kali perjalanan (satu trip) dalam
satuan jam/(trip/kapal)
ST = Sailing time adalah waktu tempuh berlayar kapal dalam
satu kali perjalanan dalam satuan jam/(trip/kapal) = jarak
lintas penyeberangan x kecepatan tempuh
STAT = Ship Turn Around Time yaitu waktu yang dibutuhkan
kapal selama di area pelabuhan sejak memasuki area
perairan pelabuhan hingga akan berangkat lagi
meninggalkan batas perairan pelabuhan

Angka yang diolah merupakan rata-rata data dari semua kapal. Nilai KT yang diperoleh
kemudian harus dibulatkan ke atas.

iii. Jumlah armada yang dibutuhkan


Jumlah armada angkutan penyeberangan yang diperlukan dapat dirumuskan sebagai
berikut :

VI-3
VI. KEBUTUHAN ARMADA & PENJADWALAN

FP
N .kapal  xJumlah.dermaga
KT
dimana :
NK = Jumlah armada yang diperlukan (dalam satuan unit kapal)
FP = Jumlah frekuensi keberangkatan
KT = Kemampuan trip per kapal
JD = Jumlah dermaga yang sudah ada atau yang akan
direncanakan

Nilai NK yang diperoleh kemudian harus dibulatkan ke atas. Apabila jumlah armada
yang diperlukan sangat banyak dan diperkirakan tidak akan mampu dipenuhi oleh
pelabuhan maka yang harus dilakukan adalah dengan menambah jumlah dermaga.

6.3. Penentuan Jadwal Kapal


Sebelum menetapkan jadwal pemberangkatan dan kedatangan kapal, harus ditetapkan
terlebih dahulu beberapa hal berikut yaitu :
i. jam mulai dan akhir operasional pelabuhan
ii. headway time keberangkatan antar kapal sebagaimana telah dibahas pada bagian
sebelumnya yaitu :
Waktu.operasional.dermaga 1
Headway.Time  
jumlah.keberangkatan .kapal f
iii. penentuan STAT dan ST (sailing time) yang telah ditentukan sebelumnya
Jadwal suatu pelabuhan harus sama dengan jadwal di pelabuhan pasangannya jika
lintas penyeberangannya hanya menghubungkan dua pelabuhan yang dianggap
identik. Jadwal dapat disusun dengan skema sederhana untuk satu kapal sebagai
berikut :

VI-4
VI. KEBUTUHAN ARMADA & PENJADWALAN

Jam mulai operasi Jam mulai operasi


pelabuhan pelabuhan

STAT STAT

ST ST

 Studi Kasus

Pelabuhan Penyeberangan di Kota “Angin Barat” akan dibuka untuk melayani 30.000
ton barang per tahun yang akan diangkut melalui kendaraan truk dengan kapasitas 12
ton. Kecepatan kapal dengan kapasitas 24 kendaraan adalah 8 knot dengan jarak
lintas penyeberangan sepanjang 30 mil laut dengan waktu B/M selama 20 menit,
waktu tunggu 5 menit dan waktu-waktu lain di pelabuhan selama 7 menit. Jika
pelabuhan dibuka dari 08.00 WIB dan tutup pada pukul 17.00 WIB, tentukan jumlah
armada yang dibutuhkan dan buatlah jadwal sederhana ! (data lain bias diasumsikan)

 Kesimpulan

Penentuan jumlah armada dan jadwal harus dilakukan secara seksama dan harus
mampu mengakomodir semua kondisi yang dibutuhkan.

VI-5
VII. MANAJEMEN OPERASIONAL

MANAJEMEN OPERASIONAL
7

7.1. Pendahuluan
Manajemen atau pengelolaan memiliki padanan kata dalam Bahasa Inggris yaitu
management yang berasal dari kata to manage yang artinya mengelola atau menangani.
Secara istilah, manajemen adalah suatu proses dari 5 P (Perencanaan, Pengorganisasian,
Penggerakan, Penggerakan, Pengkoordinasian dan Pengawasan) terhadap segala sumber
daya (5 M + I yaitu Man, Money, Machine, Material, Methode dan Information) dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

7.2. Syarat Layak Operasional Pelabuhan


Suatu pelabuhan dikatakan layak untuk dilakukan kegiatan operasional pelabuhan apabila
memenuhi beberapa kriteria berikut ini :
i. Siap fasilitas
Pelabuhan harus memiliki kelengkapan fasilitas sesuai dengan jenis pelabuhan dan
tingkat kebutuhan dengan memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas berdasarkan
ketentuan yang berlaku.

ii. Siap teknis


Pelabuhan harus siap dioperasikan secara teknis dan telah melalui proses uji coba
dengan hasil yang memadai.

iii. Siap administrasi


Status pelabuhan harus sudah jelas dan sudah diserahterimakan sesuai dengan
kebutuhan serta memiliki sistem kerja dan tenaga administrasi yang cakap dan dalam
jumlah yang cukup.

VII-1
VII. MANAJEMEN OPERASIONAL

iv. Siap kerja


Berbagai peralatan kerja untuk tugas operasional telah siap digunakan untuk
menunjang kelancaran, optimalisasi, efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional.

v. Siap personil
Petugas operasional yang dibentuk dalam tim kerja telah siap untuk melaksanakan
kegiatan pelabuhan dengan jumlah dan kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan.

vi. Siap administrasi


Status pelabuhan harus sudah jelas dan sudah diserahterimakan sesuai dengan
kebutuhan serta memiliki sistem kerja dan tenaga administrasi yang cakap dan dalam
jumlah yang cukup.

vii. Siap organsasi


Pengelola pelabuhan harus memiliki struktur organisasi serta gambaran tugas yang
jelas untuk setiap bidangnya sehingga tidak ada lingkup pekerjaan yang terlewatkan
serta memiliki hierarki pengawasan yang tegas.

viii. Siap dana


Pelabuhan harus memiliki dana yang telah tersedia dalam jumlah yang memadai
sesuai dengan kebutuhan pokok operasional pelabuhan.

7.3. Sistem Teknologi Operasional Pelabuhan


Untuk dapat melaksanakan kegiatan operasional secara optimal, efektif dan efisien, pihak
pengelola pelabuhan penyeberangan harus menerapkan sistem teknologi operasional
dalam skema berikut :

VII-2
VII. MANAJEMEN OPERASIONAL

Fasilitas (Sarana & Sistem & Prosedur Sumber Daya


Prasarana) Manusia

Tingkat Pelayanan

 Kapasitas
 Frekuensi
 Kemudahan
 Kecepatan
 Kelancaran
 Kepastian &
Kewajaran Biaya

Kualitas Pelayanan

 Keamanan
 Kehandalan
 Kenyamanan
 Dampak
lingkungan
 Biaya

Tingkat Permintaan

7.4. Penataan Kegiatan Operasional Pelabuhan


Suatu rangkaian kegiatan, terutama yang bersifat kompleks seperti pada suatu pelabuhan
penyeberangan, kegiatan operasional yang ada harus ditata dengan sistem penanganan

VII-3
VII. MANAJEMEN OPERASIONAL

yang baik. Ada banyak teori penataan tersebut, antara lain adalah suatu konsep yang
dikenal dengan istilah KISS yaitu :
a. Koordinasi
yaitu suatu usaha tindakan dari seorang pimpinan untuk menyesuaikan dan
menyelaraskan berbagai atau suatu jenis pekerjaan yang dilakukan oleh berbagai
individu agar tidak saling tumpang tindih dan dapat saling mendukung dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan

b. Integrasi
yaitu suatu usaha untuk menyatukan dua/lebih kegiatan dalam suatu proses kegiatan
yang lebih padat dan untuk tujuan yang lebih besar

c. Sinkronisasi
yaitu suatu usaha untuk menyelaraskan berbagai kegiatan agar berlangsung sejalan
dan seirama dengan kegiatan lainnya

d. Simplifikasi
yaitu suatu usaha untuk menyederhanakan semua kegiatan yang berbeda-beda dengan
menghapuskan kegiatan yang tidak perlu atau mengecilkan volume kegiatan agar lebih
efisien dan efektif.

Dengan melakukan KISS maka akan dapat timbul kegiatan-kegiatan bersama dan adanya
usaha-usaha bersama serta adanya usaha untuk menertibkan, menyatukan, menggunakan
waktu yang setepat-tepatnya serta menyederhanakan segenap kegiatan pimpinan dan
peralatannya dalam mencapai tujuan yang sifatnya universal.

 Studi Kasus

Pada suatu pelabuhan penyeberangan, terjadi wewenang kegiatan yang tumpang


tindih terutama dalam pemungutan uang jasa pas masuk pelabuhan antara pihak
pelabuhan dan Dinas Perhubungan setempat. Struktur organisasi pelabuhan sendiri
menyertakan beberapa pejabat Dishub dengan dalih untuk pengawasan. Menurut
Anda, bagaimana cara mengatasi masalah tersebut ?

VII-4
VII. MANAJEMEN OPERASIONAL

 Kesimpulan

Kegiatan operasional pelabuhan yang sedemikian kompleks harus tetap berjalan


dengan baik dan tidak tumpang tindih agar tidak menghambat kelancaran pelayanan.

VII-5

Anda mungkin juga menyukai