Makalah PTM Dan Eptm

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

Disusun Oleh :
FARADILA AKBAR
1913201087

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di Dunia.

Penyebabnya munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya kembali

penyakit menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia menanggung beban

berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden disease) (Kemenkes, 2013). Kondisi ini

semakin buruk dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit

infeksi akut yang berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang

seperti leptospirosis (Widarso dan Wilfried, 2008).

Menurut Depkes RI Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh

infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen, dan bergerak aktif yang

menyerang hewan dan manusia. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang secara alami dapat

dipindahkan dari hewan verterbrata ke manusia atau sebaliknya (Depkes RI, 2005). Angka

kejadian leptospirosis di dunia sangat rendah dikarenakan terlambatnya penanganan medis dan

diagnosis oleh tenaga kesehatan (WHO, 2010). Pelaporan penyakit leptospirosis terkendala

karena sulitnya diagnosis klinis disebabkan karena gejala awal penyakit leptospirosis karena

keterbatasan pengetahuan pasien untuk mendeteksi dini penyakit ini (Velineni, 2007).

Leptospirosis sering disebut dengan Neglected Infectious Diseases (NIDs) atau penyakit infeksi

yang terabaikan (Rusmini, 2011).

Menurut Internasional Leptospirosis Society (ILS) Indonesia merupakan negara

dengan insiden leptospirosis berada pada peringkat 3 di bawah negara Cina dan India. Angka

kematian leptopirosis pada penderita usia 50 tahun keatas dapat mencapai 56% (CFR). Kejadian
Luar Biasa (KLB) insiden penyakit leptospirosis mencapai lebih dari 100 per 100.000 penduduk

per tahun (WHO, 2010). Angka kematian leptospirosis pada penderita usia 50 tahun keatas

dapat mencapai 56% ( WHO, 2010). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010

hanya 7 provinsi yang melaporkan kasus suspek leptospirosis yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tegah, DI Yogyakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Rendahnya

angka pelaporan kasus leptospirosis dikarenakan kesulitan dalam diagnosis penyakit

leptospirosis sehingga menyebabkan sulitnya upaya dalam pemberantasan (Kementrian

Kesehatan RI, 2013).

Penyakit Tidak Menular (PTM) dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang cukup besar khususnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola

penyakit yang sering disebut dengan transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya

kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular seperti stroke, jantung dan diabetes

mellitus . Penyebab kematian tertinggi di dunia adalah penyakit degenerative Penyakit

degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan penyakit ini terjadi seiring

bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara medis digunakan untuk

menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui,

yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Salah satu PTM yang

menyita banyak perhatian adalah Diabetes mellitus (DM) Diabetes mellitus atau sering juga di

sebut diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak

memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

secara efekif. Insulin merupakan hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.

Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia)


Setiap manusia pasti pernah mengalami sakit. Penyakit yang diderita oleh setiap

orang pasti berbeda satu dengan yang lain. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak

berada pada kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun dari luar

tubuh. Berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit

menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular mendapatkan perhatian yang lebih dari

pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasite yang dapat ditularkan melalui media tertentu.

Penyakit menular sering disebut juga penyakit infeksi, karena penyakit ini diderita melalui

infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media, seperti udara,

jarum suntik, tranfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya. Penyakit menular

erat kaitan dengan epidemiologi. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi yang

berarti “pada”, Demos yang berarti “penduduk”, dan Logos yang berarti “penduduk”.

Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan

masyarakat. Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi, yang dulunya

lebih menekan ke arah penyakit menular ke arah-arah masalah kesehatan dengan ruang lingkup

yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat,

pergeseran pola hidup, peningkatan sosial, ekonomi masyarakat, dan semakin luasnya jangkauan

masyarakat. Mula- mula epidemiologi mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah

melalui temuan-temuan tentang penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana

penanggulangan penyakit wabah tersebut. Kemudian tahap berikutnya, berkembang lagi

menyangkut penyakit yang infeksi non wabah. Lalu setelah itu, dengan mempelajari penyakit

penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dan lain sebagainya.
Pergeseran ini pula yang menyebabkan pergeseran definisi dalam epidemiologi, yang

tadinya hanya menekan pada penyakit-penyakit menular, yang meliputi pencegahan,

pemberantasan penyakit menular ke arah mempelajari masalah-masalah kesehatan yang terjadi

pada masyarakat atau sekelompok manusia yang menyangkut frekuensi, distribusi masalah

kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sekarang banyak penyakit-penyakit

menular yang sedang mewabah di tengah-tengah masyarakat, baik penyakit yang sudah

ditemukan cara pengobatannya maupun yang belum ditemukan cara pengobatannya. Hal ini

tidak luput pula akan membahas tentang penyakit Corona Virus Disease2019(COVID-

19),dimana penyakit ini merupakan penyakit yang cukup mematikan bagi manusia, karena

pada penyakit ini belum ditemukan obat – obatan atau cara pengobatannya.

Penduduk Indonesia yang di diagnosa diabetes oleh dokter sebesar 1,5% dari seluruh

penduduk. Terjadi kenaikan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan konsesnus Perkeni2015

pada hasil Riskesdas 2018 yakni sebesar 2,4%. Hasil Riskesdas 2013 prevalensi diabetes

mellitus pada usia >15 tahun adalah sebesar 8,5% sementara tahun 2018 10,9%. Proporsi

penderita diabetes lebih tinggi pada wanita yaitu 12,7% dari seluruh penduduk di Indonesia

dibandingkan dengan laki-laki 9% Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan ke tiga,

yakni provinsi yang memilki prevalensi diabetes mellitus tertinggi di Indonesia. Penyakit

diabetes mellitus kabupaten Sleman termasuk pada pola sepuluh besar penyakit. Diabetes

melitus di wilayah kerja Puskesmas Gamping I termasuk dalam kategori 3 besar penyakit yang

memiliki prevalensi tinggi yakni 7, 47% jumlah pasien yang berkunjung ke puskesemas dalam

enam bulan terakhir adalah 550 pasien Upaya pengendalian diabetes menjadi tujuan yang sangat

penting dalam mengendalikan dampak komplikasi. Penatalaksanaan diet pada pasien diabetes

mellitus harus menjadi perhatian yang serius. Energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat serta
beberapa zat gizi mikro lainnya yang diberikan kepada pasien diabetes mellitus harus sangat

diperhatikan untuk memertahankan atau mencapai status gizi normal. pengelolaan penyakit ini

memerlukan peran serta keluarga dalam menjalankan penatalaksanaan diet.

Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui proses edukasi. pemberian edukasi dapat

melalui berbagai cara salah satunya adalah konseling. konseling merupakan salah satu upaya

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga melalui pendekatan untuk

memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta permasalahan yang dihadapi.

tujuan koseling yakni merubah perilaku untuk mencapai perubahan sikap dan perilaku agar

sesuai tujuan penatalaksaan diet. perubahan perilaku pengetahuan dan pemahaman tersebut, yang

diikiuti dengan adanya kesadaran untuk menerapkan dalam tindakan pencegahan komplikasi.

Ketaan pasien terhadap apa yang diberikan pada saat konseling akan berpengaruh terhadap

keberhasilan dalam menjalani penatalaksanaan diet. Sebuah Penelitian yang dilakukan di

Yogyakarta menyatakan bahwa adanya pengaruh pemberian edukasi kesehatan terhadap tingkat

kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus. Penelitian di Yogyakarta tahun 2014

menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepatuhan sebelum dan setelah dilakukan edukasi

Pemberian edukasi dapat melalui berbagai media salah satunya media smartphone

yang berbasis aplikasi android. Smartphone sudah umum digunakan dan fungsinya tidak hanya

untuk berkomunikasi saja. Penelitian yang dilakukan di Bandung tahun 2017 terdapat pengaruh

penerapan aplikasi berbasis andriod terhadap pengetahuan dan keterampilan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Tidak Menular

1. Defenisi

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak memiliki

tandaklinis secara khusus sehingga menyebabkan seseorang tidak mengetahui dan

menyadari kondisi tersebut sejak permulaan perjalanan penyakit (Kemenkes RI, 2014).

Kondisi tersebut menyebabkan keterlambatan dalam penanganan dan menimbulkan

komplikasi PTM bahkan berakibat kematian. Beberapa karakteristik PTM antara lain,

ditemukan di negara industri maupun negara berkembang, tidak ada rantai penularan,

dapat berlangsung kronis, etiologi atau penyebab tidak jelas, multikausal atau

penyebabnya lebih dari satu, diagnosis penyakit sulit, biaya mahal dan tidak muncul

dipermukaan seperti fenomena gunung es serta mortalitas dan morbiditasnya tinggi. PTM

dapat dicegah melalui pengendalian faktor risikonya dengan upaya promotif dan preventif

(Bustan, 2007).

2. Jenis – Jenis Penyakit Tidak Menular

Menurut Kemenkes RI (2014), jenis-jenis PTM adalah sebagai berikut:

a) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) Penyakit jantung dan pembuluh darah

merupakan penyakit yang menyerang organ tubuh jantung dan pembuluh darah yang

menyebabkan gangguan pada organ tersebut (Depkes RI, 2007). Penyakit jantung terjadi

ketika gumpalan darah menyumbat salah satu arteri jantung. Aliran darah yang rendah

atau lambat menyebabkan jantung kekurangan oksigen, sehingga merusak sel-sel jantung
Penyumbatan terjadi ketika arteri menyempit disebabkan oleh munculnya plak

(kumpulan sisa lemak, rokok, dan sebagainya) di sepanjang dinding arteri.

Penyakit jantung memiliki gejala khas yaitu nyeri dada. Kebanyakan orang

mungkin tidak merasakan atau hanya merasakan sedikit nyeri dada, sehingga mereka

mengabaikan gejala tersebut dan dapat menyebabkan penderitanya mengalami kematian

mendadak. Berikut ini adalah macam-macam PJPD :

1) Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu bentuk utama penyakit

kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah), menjadi penyebab kematian

nomor satu di dunia (Bustan, 2007). PJK terjadi akibat penyempitan pembuluh darah

koroner pada jantung yang menyebabkan serangan jantung dan kematian

penderitanya. PJK ini berkaitan dengan gaya hidup (lifestyle) atau dengan keadaan

sosial ekonomi masyarakat. Pemeriksaan angiografi dan elektrokardiogram

(EKG)digunakan untuk memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang

menunjukkan terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara

klinis (Haslindah, Ida & Ansariadi, 2015)

2) Stroke

Strokeadalah penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan

pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan

tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007). Stroke adalah

penyakit atau gangguan fungsional otak akut, akibat terhambatnya aliran darah ke

otak karena perdarahan atau sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak
yang terkena, dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian (Junaidi,

2011).Stroke merupakan penyakit neurogenik yang menyebabkan gangguan fungsi

otak fokal maupun global dan penyebab kecacatan paling banyak (Arya, 2011).

3) Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan

darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan

memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih

dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi.

Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan

melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang

bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,

2011).

Hipertensi juga diketahui sebagai penyakit dengan tekanan darah tinggi. Hipertensi

didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik pada tingkat 140 mmHg

atau lebih tinggi serta tekanan darah diastolik pada tingkat 90 mmHg atau lebih

tinggi yang didasarkan pada hasil dari rata-rata nilai tiga kali pengukuran atau lebih

pada waktu yang berkala (NHLBI, 2004 dalam LeMone, et.al, 2016).

4) Kanker

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel/jaringan abnormal

yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat

lain dalam tubuh penderita (Kemenkes RI, 2014). Menurut Bustan (2007), sel

kanker bersifat ganas dan dapat merusak sel-sel normal disekitarnya sehingga

merusak fungsi jaringan. Jenis kanker berdasarkan jaringan yang diserang yaitu
diberi istilah karsinoma, limfoma dan sarkoma. Karsinoma adalah kanker yang

mengenai jaringan epitel (sel-sel kulit, ovarium, payudara, serviks, kolon, pankreas

dan esophagus). Limfoma adalah kanker jaringan limfe (kapiler limfe, lakteal, limpa

dan pembuluh limfa).

5) Diabetes Melitus

Diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan

oleh peningkatan kadar gula (glukosa) akibat kekurangan ataupun resistensi insulin

(Bustan, 2007). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Menurut PERKENI (2011) seseorang

dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus

seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu =200

mg/dl dan gula darah puasa =126 mg/dl.

b) Karakteristik Penyakit Tidak Menular

Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik tersendiri,

seperti :

1) Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu

2) Masa inkubasi yang panjang dan laten

3) Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronis)

4) Banyak menghadapi kesulitan diagnosis

5) Mempunyai variasi yang luas


6) Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun

penanggulangannya

7) Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas

Perbedaan PTM ini dengan penyakit menular memerlukan pendekatan

epidemiologi tersendiri mulai dari penentuannya sebagai masalah kesehatan masyarakat

sampai pada upaya pencegahan dan penanggulangannya. Misalnya, ketika melakukan

observasi keadaan PTM di lapangan. Dalam mengamati PTM yang kronis dan masa latent

yang panjang, dapat ditemukan beberapa kesulitan dengan hanya melakukan pengamatan

observasional yang berdasarkanpengalaman pribadi dari anggota masyarakat saja. Jika

observasi ini ditujukan untuk menentukan hubungan antara keterpaparan dengan terjadinya

penyakit, maka beberapa kesulitan dapat dihadapi.

Situasi-situasi dimana pengamatan perorangan dianggap kurang cukup untuk

menetapkan hubungan antara paparan dengan penyakit dapat disebabkan oleh faktor-faktor

berikut :

1) Masa laten yang panjang antara exposure dengan penyakit

2) Frekuensi paparan faktor risiko yang tidak teratur

3) Insiden penyakit yang rendah

4) Risiko paparan yang kecil


B. Penyakit Menular Seksual

Penyakit kelamin ( veneral disease ) sudah lama di kenal dan beberapa di

antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea .Dengan semakin majunya

ilmu pengetahuan ,dan semakin banyaknya penyakit–penyakit baru, sehingga istilah tersebut

tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted Diseases ( STD ) atau Penyakit

Menular Seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah Sexually Transmitted Diseases (STD)

mulai berubah menjadi Infeksi menular seksual (IMS) agar dapat menjangkau penderitaan

asimptomatik. Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular

dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan

seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan

sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga kelainan

ditimbulkan tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra

genital. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS adalah

kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun)

Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:

1. Perempuan

a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian

tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat

kelamin.

b) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau

atau berlendir.

c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan

sakit atau burning urination.


d) Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin

e) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan tidak

berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi ( infeksi

yang telah berpindah kebagian dalam sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan

ovarium )

f) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelami

2. Laki laki

a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus , mulut atau bagian

tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat

kelamin

b) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari pembukaan kepala

penis atau anus.

c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah

urination.

d) Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar.

Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan hasil

pengalaman seseorang tentang sesuatu. Secara etimologis, kata pengetahuan berasal dari

kata dasar ‘tahu’ yang artinya mengerti, mengingat, dan memahami tentang suatu obyek.

Proses mencari ‘tahu’ pada umumnya dilakukan manusia dengan panca indera yang

dimilikinya, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan.

Penglihatan dan pendengaran merupakan cara yang dominan digunakan.. Secara

terminologis, pengetahuan diartikan sebagai usaha manusia mencari tahu. Secara


konvensional, pengetahuan dapat diartikan sebagai keyakinan yang benar. Terdapat dua

unsur utama dalam mendapatkan pengetahuan yaitu subjek yang mengetahui (S) dan

sesuatu yang diketahui atau obyek pengetahuan (O). Keduanya secara fenomenologis

tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, pengetahuan dapat dikatakan sebagai hasil tahu

manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami obyek yang ia hadapi.

Sikap merupakan predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

perilaku tertentu, sikap lebih suatu proses kesadaran yang sifatnya individual. Sikap yang

positif akan memicu sesorang untuk melakukan tindakan. menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung didalam faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah komponen

yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

(tindakan). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Adapun tingkatan sikap yaitu

1) Menerima (receiving)

Bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban bila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah berarti orang menerima ide itu.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

yang mungkin timbul.

C. Pengendalian dan Pembinaan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak menular (Posbindu PTM) dan Penyakit Menular

1) Defenisi Posbindu

Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam kegiatan

deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan

berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangakan sebagai bentuk kewaspadaan dini

terhadap PTM karena sebagian besar faktor risiko PTM pada awalnya tidak memberikan

gejala (Kemenkes RI, 2014).

Kegiatan Posbindu bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dini

masyarakat terhadap faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta

masyarakat dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak lanjut dini,

sehingga dampak yang fatal dari PTM dapat dihindari. Sasaran kegiatan Posbindu PTM

adalah kelompok masyarakat yang sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia =15
tahun. Kegiatan Posbindu PTM dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggal dalam

lingkup desa/kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti sekolah dan perguruan

tinggi, tempat kerja, tempat ibadah, pasar, tempat kos, terminal dan lain sebagainya

Pelaksana kegiatan Posbindu PTM adalah kader kesehatan yang sudah terbentuk atau

kelompok orang dalam organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia mengadakan

kegiatan Posbindu PTM yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk

melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasi

tersebut berada.

2) Klasifikasi Posbindu

Menurut Kemenkes RI (2014), klasifikasi Posbindu PTM adalah sebagai berikut :

a) Posbindu PTM Dasar Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor

risiko yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau

formulir untuk mengidentifikasi riwayat PTM dalam keluarga dan yang telah diderita

sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa

Tubuh (IMT) , pemeriksaan tekanan darah serta konseling

b) Posbindu PTM Utama Posbindu PTM Utama meliputi kegiatan Posbindu PTM Dasar

ditambah dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol total, trigliserida, pengukuran

Arus Puncak Ekspirasi (APE), konseling dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asa asetat

14 (IVA) serta Clinical Breast Examination (CBE), pemeriksaan kadar alkohol

dalam darah dan tes amfetamin urin bagi pengemudi, yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan terlatih (dokter, bidan, perawat kesehatan/ tenaga ahli teknologi

laboratorium medik/lainnya).
Kemitraan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM perlu diadakan mulai

pada tatanan desa/kelurahan seperti bermitra dengan forum desa/kelurahan siaga

untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat. Selain itu kemitraan

dengan pos kesehatan Desa/ Kelurahan, industri, dan klinik swasta perlu dijalin guna

terlaksananya kegiatan dan pengembangan Posbindu. Kemitraan dengan pihak

swasta lebih baik menggunakan pola kesetaraan, keterbukaan dan saling

menguntungkan melalui fasilitas puskesmas. Dukungan dapat berupa

sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat

misalnya fasilitas olah raga atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat serta ruang

terbuka hijau (Kemenkes RI, 2014).

3) Tujuan Posbindu PTM

Adapun tujuan dari penyelenggaraan Posbindu PTM yaitu untuk meningkatkan peran

serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran

Posbindu PTM yaitu, kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM atau

orang dewasa yang berumur 15 tahun keatas.Pada orang sehat agar faktor risiko tetap

terjaga dalam kondisi normal. Pada orang dengan faktor risiko adalah mengembalikan

kondisi berisiko ke kondisi normal. Pada orang dengan penyandang PTM adalah

mengendalikan faktor risiko pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya

komplikasi PTM.

4) Manfaat Posbindu PTM

Beberapa manfaat dibentuknya Posbindu PTM antara lain sebagi berikut :

a. Membudayakan gaya hidup sehat dengan berperilaku cek kondisi kesehatan anda

secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik, diet yang sehat dengan
kalori seimbang, istirahat yang cukup,kelola stres dalam lingkungan yang kondusif di

rutinitas kehidupannya.

b. Mawas diri yaitu faktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala secara

bersamaan dapat terdeteksi & terkendali secara dini.

c. Metodologis & bermakna secara klinis yakni kegiatan dapat dipertanggung jawabkan

secara medis dan dilaksanakan oleh kader khusus dan bertanggung jawab yang telah

mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau edukator PPTM.

d. Mudah dijangkau karena diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat/

lingkungan tempat kerja dengan jadwal waktu yang disepakati.

e. Murah karena dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dengan biaya yang

disepakati/sesuai kemampuan masyarakat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit

yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering disebut juga penyakit

infeksi, karena penyakit inididerita melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan

melalui berbagai macam media, seperti udara, jarum suntik, tranfusi darah, tempat makan atau

minum, dan lain sebagainya. Penyakit menular erat kaitan dengan epidemiologi. Epidemiologi

berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi yang berarti “pada”, Demos yang berarti “penduduk”, dan

Logos yang berarti “penduduk”. Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang

berkaitan dengan masyarakat. Penyakit menular dapat dicegah dengan cara: membiasakan diri

untuk mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun, terutama setelah buang air kecil dan

besar, membuang sampah, sebelum masak, dan sebelum makan, memasak makanan atau

minuman hingga matang sebelum dikonsumsi, menggunakan masker ketika sedang berada di

luar rumah atau ketika sedang sakit, tidak berbagi peralatan kebersihan pribadi, seperti sikat gigi,

pisau cukur, handuk, dan alat makan, dengan orang lain, melengkapi imunisasi sesuai jadwal

yang direkomendasikan dokter atau ketika hendak bepergian ke daerah dengan penyakit

endemik, melakukan hubungan seks aman, yaitu menggunakan kondom ketika berhubungan

intim dan tidak berganti pasangan seksual, menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah

dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Perbedaan penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan

epidemiologi tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai
pada upaya pencegahan dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya diagnosis nya

mudah, rantai penularan nya jelas, banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari

penyebabnya sedangkan penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada

rantai penularan, diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal Dan juga

menjaga daya tahan tubuh, karena apabila sistem kekebalan tubuh rendah, terutama saat sakit,

virus lebih mudah menyerang tubuh, entah itu virus flu maupun Penyakit menular seksual.

Menjaga daya tahan tubuh cukup sederhana dan muda.

B. Saran

Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan

pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca demi sempurnanya makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. 2008. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. PustakaPelajar.

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Depkes RI. 2005. Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat TingkatPuskesmas. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2012. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010: Jakarta.

Dinkes Jateng. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang.

Fatmawati. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Menular Seksual terhadap
Perubahan Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA N 8Surakarta. [Skripsi]. FIK UMS.

Fitriyani. 2011. Promosi Kesehatan Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hasmi. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta: Trans Info Media.

Istiningtyas, A. 2010. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap tentang Gaya

Hidup Sehat dengan Perilaku Gaya Hidup Sehat Mahasiswa di PSIK UNDIP Semarang. Jurnal
Kesehatan Vol 1 STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Kurniawan, F. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan Pengetahuan dan


Sikap Tentang Perilaku Merokok pada Siswa SMK Muhammadiyah Kartasura. [Skripsi].
FIK UMS.

Maryani, L dan Rizki M. 2010. Epidemiologi Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mubarak, I.Q dan Chayatin. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.

Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010a. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. 2010b. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010c. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka


Cipta.

Rahajeng, E. 2012. Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia. Jurnal Informasi
Kesehatan vol 2. Direktorat PPTM, P2PL Kementrian

Kesehatan RI.

Ravik, K. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknis Analisis Data dalam Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Alfabeta.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rosanti, C. 2012. Gambaran Perilaku Berisiko sebagai Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
(Studi pada Remaja di 4 Sekolah Menengah Tingkat Atas

Kota Semarang). UNDIP: Semarang. Samsudrajat, A. 2012. Promosi dan Pencegahan Penyakit
Tidak Menular. Karya Ilmiah Stikes Kapuas Raya Sintang.

Sarwono S,W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sihombing,M. 2010.Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman,dan Aktivitas


Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes

Usia Dewasa si Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan: Jakarta

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Alfabeta: Bandung.

Undang - Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Warto. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pengendalian VektorPenyakit Pes


terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Warga dalam

Upaya Pencegahan Penyakit Pes di Desa Jrakah Boyolali. [Skripsi]. FIK UMS.

Wawan, A dan Dewi. M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wiarto, G. 2013. Budaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Gosyen Publishing.


World Health Organization. 2013. Global Status Report on Non-communicable

Diseases: Geneva diakses pada tanggal 25 November 2013 dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/.

Anda mungkin juga menyukai