Makalah PTM Dan Eptm
Makalah PTM Dan Eptm
Makalah PTM Dan Eptm
Disusun Oleh :
FARADILA AKBAR
1913201087
PENDAHULUAN
Penyebabnya munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya kembali
penyakit menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia menanggung beban
berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden disease) (Kemenkes, 2013). Kondisi ini
semakin buruk dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit
infeksi akut yang berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang
infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen, dan bergerak aktif yang
menyerang hewan dan manusia. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang secara alami dapat
dipindahkan dari hewan verterbrata ke manusia atau sebaliknya (Depkes RI, 2005). Angka
kejadian leptospirosis di dunia sangat rendah dikarenakan terlambatnya penanganan medis dan
diagnosis oleh tenaga kesehatan (WHO, 2010). Pelaporan penyakit leptospirosis terkendala
karena sulitnya diagnosis klinis disebabkan karena gejala awal penyakit leptospirosis karena
keterbatasan pengetahuan pasien untuk mendeteksi dini penyakit ini (Velineni, 2007).
Leptospirosis sering disebut dengan Neglected Infectious Diseases (NIDs) atau penyakit infeksi
dengan insiden leptospirosis berada pada peringkat 3 di bawah negara Cina dan India. Angka
kematian leptopirosis pada penderita usia 50 tahun keatas dapat mencapai 56% (CFR). Kejadian
Luar Biasa (KLB) insiden penyakit leptospirosis mencapai lebih dari 100 per 100.000 penduduk
per tahun (WHO, 2010). Angka kematian leptospirosis pada penderita usia 50 tahun keatas
dapat mencapai 56% ( WHO, 2010). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010
hanya 7 provinsi yang melaporkan kasus suspek leptospirosis yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tegah, DI Yogyakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Rendahnya
Penyakit Tidak Menular (PTM) dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar khususnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola
penyakit yang sering disebut dengan transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya
kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular seperti stroke, jantung dan diabetes
degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan penyakit ini terjadi seiring
bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang secara medis digunakan untuk
menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui,
yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Salah satu PTM yang
menyita banyak perhatian adalah Diabetes mellitus (DM) Diabetes mellitus atau sering juga di
sebut diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efekif. Insulin merupakan hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.
orang pasti berbeda satu dengan yang lain. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak
berada pada kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun dari luar
tubuh. Berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular mendapatkan perhatian yang lebih dari
pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasite yang dapat ditularkan melalui media tertentu.
Penyakit menular sering disebut juga penyakit infeksi, karena penyakit ini diderita melalui
infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media, seperti udara,
jarum suntik, tranfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya. Penyakit menular
erat kaitan dengan epidemiologi. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi yang
berarti “pada”, Demos yang berarti “penduduk”, dan Logos yang berarti “penduduk”.
Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
masyarakat. Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi, yang dulunya
lebih menekan ke arah penyakit menular ke arah-arah masalah kesehatan dengan ruang lingkup
yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat,
pergeseran pola hidup, peningkatan sosial, ekonomi masyarakat, dan semakin luasnya jangkauan
masyarakat. Mula- mula epidemiologi mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah
melalui temuan-temuan tentang penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana
menyangkut penyakit yang infeksi non wabah. Lalu setelah itu, dengan mempelajari penyakit
penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dan lain sebagainya.
Pergeseran ini pula yang menyebabkan pergeseran definisi dalam epidemiologi, yang
pada masyarakat atau sekelompok manusia yang menyangkut frekuensi, distribusi masalah
menular yang sedang mewabah di tengah-tengah masyarakat, baik penyakit yang sudah
ditemukan cara pengobatannya maupun yang belum ditemukan cara pengobatannya. Hal ini
tidak luput pula akan membahas tentang penyakit Corona Virus Disease2019(COVID-
19),dimana penyakit ini merupakan penyakit yang cukup mematikan bagi manusia, karena
pada penyakit ini belum ditemukan obat – obatan atau cara pengobatannya.
Penduduk Indonesia yang di diagnosa diabetes oleh dokter sebesar 1,5% dari seluruh
pada hasil Riskesdas 2018 yakni sebesar 2,4%. Hasil Riskesdas 2013 prevalensi diabetes
mellitus pada usia >15 tahun adalah sebesar 8,5% sementara tahun 2018 10,9%. Proporsi
penderita diabetes lebih tinggi pada wanita yaitu 12,7% dari seluruh penduduk di Indonesia
yakni provinsi yang memilki prevalensi diabetes mellitus tertinggi di Indonesia. Penyakit
diabetes mellitus kabupaten Sleman termasuk pada pola sepuluh besar penyakit. Diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Gamping I termasuk dalam kategori 3 besar penyakit yang
memiliki prevalensi tinggi yakni 7, 47% jumlah pasien yang berkunjung ke puskesemas dalam
enam bulan terakhir adalah 550 pasien Upaya pengendalian diabetes menjadi tujuan yang sangat
penting dalam mengendalikan dampak komplikasi. Penatalaksanaan diet pada pasien diabetes
mellitus harus menjadi perhatian yang serius. Energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat serta
beberapa zat gizi mikro lainnya yang diberikan kepada pasien diabetes mellitus harus sangat
diperhatikan untuk memertahankan atau mencapai status gizi normal. pengelolaan penyakit ini
Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui proses edukasi. pemberian edukasi dapat
melalui berbagai cara salah satunya adalah konseling. konseling merupakan salah satu upaya
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga melalui pendekatan untuk
memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta permasalahan yang dihadapi.
tujuan koseling yakni merubah perilaku untuk mencapai perubahan sikap dan perilaku agar
sesuai tujuan penatalaksaan diet. perubahan perilaku pengetahuan dan pemahaman tersebut, yang
diikiuti dengan adanya kesadaran untuk menerapkan dalam tindakan pencegahan komplikasi.
Ketaan pasien terhadap apa yang diberikan pada saat konseling akan berpengaruh terhadap
Yogyakarta menyatakan bahwa adanya pengaruh pemberian edukasi kesehatan terhadap tingkat
kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus. Penelitian di Yogyakarta tahun 2014
menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepatuhan sebelum dan setelah dilakukan edukasi
Pemberian edukasi dapat melalui berbagai media salah satunya media smartphone
yang berbasis aplikasi android. Smartphone sudah umum digunakan dan fungsinya tidak hanya
untuk berkomunikasi saja. Penelitian yang dilakukan di Bandung tahun 2017 terdapat pengaruh
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
menyadari kondisi tersebut sejak permulaan perjalanan penyakit (Kemenkes RI, 2014).
komplikasi PTM bahkan berakibat kematian. Beberapa karakteristik PTM antara lain,
ditemukan di negara industri maupun negara berkembang, tidak ada rantai penularan,
dapat berlangsung kronis, etiologi atau penyebab tidak jelas, multikausal atau
penyebabnya lebih dari satu, diagnosis penyakit sulit, biaya mahal dan tidak muncul
dipermukaan seperti fenomena gunung es serta mortalitas dan morbiditasnya tinggi. PTM
dapat dicegah melalui pengendalian faktor risikonya dengan upaya promotif dan preventif
(Bustan, 2007).
a) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) Penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan penyakit yang menyerang organ tubuh jantung dan pembuluh darah yang
menyebabkan gangguan pada organ tersebut (Depkes RI, 2007). Penyakit jantung terjadi
ketika gumpalan darah menyumbat salah satu arteri jantung. Aliran darah yang rendah
atau lambat menyebabkan jantung kekurangan oksigen, sehingga merusak sel-sel jantung
Penyumbatan terjadi ketika arteri menyempit disebabkan oleh munculnya plak
Penyakit jantung memiliki gejala khas yaitu nyeri dada. Kebanyakan orang
mungkin tidak merasakan atau hanya merasakan sedikit nyeri dada, sehingga mereka
nomor satu di dunia (Bustan, 2007). PJK terjadi akibat penyempitan pembuluh darah
penderitanya. PJK ini berkaitan dengan gaya hidup (lifestyle) atau dengan keadaan
menunjukkan terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara
2) Stroke
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007). Stroke adalah
penyakit atau gangguan fungsional otak akut, akibat terhambatnya aliran darah ke
otak karena perdarahan atau sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak
yang terkena, dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian (Junaidi,
otak fokal maupun global dan penyebab kecacatan paling banyak (Arya, 2011).
3) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan
dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi.
melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang
bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,
2011).
Hipertensi juga diketahui sebagai penyakit dengan tekanan darah tinggi. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik pada tingkat 140 mmHg
atau lebih tinggi serta tekanan darah diastolik pada tingkat 90 mmHg atau lebih
tinggi yang didasarkan pada hasil dari rata-rata nilai tiga kali pengukuran atau lebih
pada waktu yang berkala (NHLBI, 2004 dalam LeMone, et.al, 2016).
4) Kanker
yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat
lain dalam tubuh penderita (Kemenkes RI, 2014). Menurut Bustan (2007), sel
kanker bersifat ganas dan dapat merusak sel-sel normal disekitarnya sehingga
merusak fungsi jaringan. Jenis kanker berdasarkan jaringan yang diserang yaitu
diberi istilah karsinoma, limfoma dan sarkoma. Karsinoma adalah kanker yang
mengenai jaringan epitel (sel-sel kulit, ovarium, payudara, serviks, kolon, pankreas
dan esophagus). Limfoma adalah kanker jaringan limfe (kapiler limfe, lakteal, limpa
5) Diabetes Melitus
Diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula (glukosa) akibat kekurangan ataupun resistensi insulin
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus
seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu =200
seperti :
penanggulangannya
observasi keadaan PTM di lapangan. Dalam mengamati PTM yang kronis dan masa latent
yang panjang, dapat ditemukan beberapa kesulitan dengan hanya melakukan pengamatan
observasi ini ditujukan untuk menentukan hubungan antara keterpaparan dengan terjadinya
menetapkan hubungan antara paparan dengan penyakit dapat disebabkan oleh faktor-faktor
berikut :
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea .Dengan semakin majunya
ilmu pengetahuan ,dan semakin banyaknya penyakit–penyakit baru, sehingga istilah tersebut
tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted Diseases ( STD ) atau Penyakit
Menular Seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah Sexually Transmitted Diseases (STD)
mulai berubah menjadi Infeksi menular seksual (IMS) agar dapat menjangkau penderitaan
asimptomatik. Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan
seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan
sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga kelainan
ditimbulkan tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra
genital. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS adalah
1. Perempuan
a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian
tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat
kelamin.
b) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau
atau berlendir.
c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan
e) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan tidak
berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi ( infeksi
yang telah berpindah kebagian dalam sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan
ovarium )
2. Laki laki
a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus , mulut atau bagian
tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat
kelamin
b) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari pembukaan kepala
c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah
urination.
d) Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar.
pengalaman seseorang tentang sesuatu. Secara etimologis, kata pengetahuan berasal dari
kata dasar ‘tahu’ yang artinya mengerti, mengingat, dan memahami tentang suatu obyek.
Proses mencari ‘tahu’ pada umumnya dilakukan manusia dengan panca indera yang
unsur utama dalam mendapatkan pengetahuan yaitu subjek yang mengetahui (S) dan
sesuatu yang diketahui atau obyek pengetahuan (O). Keduanya secara fenomenologis
tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, pengetahuan dapat dikatakan sebagai hasil tahu
manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami obyek yang ia hadapi.
perilaku tertentu, sikap lebih suatu proses kesadaran yang sifatnya individual. Sikap yang
positif akan memicu sesorang untuk melakukan tindakan. menjelaskan bahwa sikap
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Adapun tingkatan sikap yaitu
1) Menerima (receiving)
Bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban bila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan
3) Menghargai (valuing)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak menular (Posbindu PTM) dan Penyakit Menular
1) Defenisi Posbindu
deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan
terhadap PTM karena sebagian besar faktor risiko PTM pada awalnya tidak memberikan
masyarakat terhadap faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta
masyarakat dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak lanjut dini,
sehingga dampak yang fatal dari PTM dapat dihindari. Sasaran kegiatan Posbindu PTM
adalah kelompok masyarakat yang sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia =15
tahun. Kegiatan Posbindu PTM dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggal dalam
lingkup desa/kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti sekolah dan perguruan
tinggi, tempat kerja, tempat ibadah, pasar, tempat kos, terminal dan lain sebagainya
Pelaksana kegiatan Posbindu PTM adalah kader kesehatan yang sudah terbentuk atau
kegiatan Posbindu PTM yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk
tersebut berada.
2) Klasifikasi Posbindu
a) Posbindu PTM Dasar Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor
risiko yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau
formulir untuk mengidentifikasi riwayat PTM dalam keluarga dan yang telah diderita
sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa
b) Posbindu PTM Utama Posbindu PTM Utama meliputi kegiatan Posbindu PTM Dasar
Arus Puncak Ekspirasi (APE), konseling dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asa asetat
dalam darah dan tes amfetamin urin bagi pengemudi, yang dilakukan oleh tenaga
laboratorium medik/lainnya).
Kemitraan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM perlu diadakan mulai
untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat. Selain itu kemitraan
dengan pos kesehatan Desa/ Kelurahan, industri, dan klinik swasta perlu dijalin guna
misalnya fasilitas olah raga atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat serta ruang
Adapun tujuan dari penyelenggaraan Posbindu PTM yaitu untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran
Posbindu PTM yaitu, kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM atau
orang dewasa yang berumur 15 tahun keatas.Pada orang sehat agar faktor risiko tetap
terjaga dalam kondisi normal. Pada orang dengan faktor risiko adalah mengembalikan
kondisi berisiko ke kondisi normal. Pada orang dengan penyandang PTM adalah
komplikasi PTM.
a. Membudayakan gaya hidup sehat dengan berperilaku cek kondisi kesehatan anda
secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik, diet yang sehat dengan
kalori seimbang, istirahat yang cukup,kelola stres dalam lingkungan yang kondusif di
rutinitas kehidupannya.
b. Mawas diri yaitu faktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala secara
c. Metodologis & bermakna secara klinis yakni kegiatan dapat dipertanggung jawabkan
secara medis dan dilaksanakan oleh kader khusus dan bertanggung jawab yang telah
e. Murah karena dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dengan biaya yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit
yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering disebut juga penyakit
infeksi, karena penyakit inididerita melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan
melalui berbagai macam media, seperti udara, jarum suntik, tranfusi darah, tempat makan atau
minum, dan lain sebagainya. Penyakit menular erat kaitan dengan epidemiologi. Epidemiologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi yang berarti “pada”, Demos yang berarti “penduduk”, dan
Logos yang berarti “penduduk”. Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat. Penyakit menular dapat dicegah dengan cara: membiasakan diri
untuk mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun, terutama setelah buang air kecil dan
besar, membuang sampah, sebelum masak, dan sebelum makan, memasak makanan atau
minuman hingga matang sebelum dikonsumsi, menggunakan masker ketika sedang berada di
luar rumah atau ketika sedang sakit, tidak berbagi peralatan kebersihan pribadi, seperti sikat gigi,
pisau cukur, handuk, dan alat makan, dengan orang lain, melengkapi imunisasi sesuai jadwal
yang direkomendasikan dokter atau ketika hendak bepergian ke daerah dengan penyakit
endemik, melakukan hubungan seks aman, yaitu menggunakan kondom ketika berhubungan
intim dan tidak berganti pasangan seksual, menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah
epidemiologi tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai
pada upaya pencegahan dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya diagnosis nya
mudah, rantai penularan nya jelas, banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari
penyebabnya sedangkan penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada
rantai penularan, diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal Dan juga
menjaga daya tahan tubuh, karena apabila sistem kekebalan tubuh rendah, terutama saat sakit,
virus lebih mudah menyerang tubuh, entah itu virus flu maupun Penyakit menular seksual.
B. Saran
pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes RI. 2012. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010: Jakarta.
Dinkes Jateng. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang.
Fatmawati. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Menular Seksual terhadap
Perubahan Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA N 8Surakarta. [Skripsi]. FIK UMS.
Hidup Sehat dengan Perilaku Gaya Hidup Sehat Mahasiswa di PSIK UNDIP Semarang. Jurnal
Kesehatan Vol 1 STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Mubarak, I.Q dan Chayatin. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahajeng, E. 2012. Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia. Jurnal Informasi
Kesehatan vol 2. Direktorat PPTM, P2PL Kementrian
Kesehatan RI.
Ravik, K. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknis Analisis Data dalam Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Alfabeta.
Rosanti, C. 2012. Gambaran Perilaku Berisiko sebagai Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
(Studi pada Remaja di 4 Sekolah Menengah Tingkat Atas
Kota Semarang). UNDIP: Semarang. Samsudrajat, A. 2012. Promosi dan Pencegahan Penyakit
Tidak Menular. Karya Ilmiah Stikes Kapuas Raya Sintang.
Sarwono S,W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Upaya Pencegahan Penyakit Pes di Desa Jrakah Boyolali. [Skripsi]. FIK UMS.
Wawan, A dan Dewi. M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/.