Makalah Teori Belajar Humanistik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI

BELAJAR HUMANISTIK

Dosen Pengampu

Disusun Oleh:
KELOMPOK II
ANDI AKMAL ( 210201501010 )
NURMAYANA ( 210201501005 )
NUR FADILA SAPUTRI ANSAR (210201501015)
LEDY FEBRIANTI NURWULAN ( 210201501012 )

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya,
sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya
dan daya penerimaanya.

Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar,
secara umum teori belajar dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran
meliputi:

(1) Teori Belajar Behavioristik,


(2) Teori Belajar Kognitif,
(3) Teori Belajar Sosial, dan
(4) Teori Belajar Humanistik.

Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di dalam makalah ini akan dibahas
salah satu dari teori-teori tersebut yaitu teori humanistik. Teori ini mempelajari
perilaku belajar peserta didik dan mengembangkan potensi yang ada di dalam
dirinya.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemahaman tentang pengertian, tokoh-


tokoh, prinsip, implikasi, dan aplikasi dari teori humanistik ini, akan dibahas lebih
lanjut di bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari teori belajar humanistik?


2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip teori belajar humanistik?
4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanistik?
5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanistik?
1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan teori


belajar humanistik.
2. Mengenal tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3. Mampu memahami apa saja prinsip di dalam teori belajar humanistik.
4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanistik dalam
proses belajar.
5. Mengetahui cara penerapan atau pengaplikasian teori belajar
humanistik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Humanistik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti
apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun
dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian
pada proses belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru.


2. Personalia informasi ini pada individu.

Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian ilmu
filsafat, kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi dalam
belajar. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses
belajar tersebut.

Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang konsep-konsep pendidikan


untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, dan mengenai proses belajar dalam
bentuk yang terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa teori ini lebih tertarik pada
pengertian belajar dalam bentuknya yang paling sempurna dari pada pemahaman
mengenai proses belajar seperti yang selama ini telah dikaji berdasarkan teori-teori
belajar.
Di dalam pelaksanaannya, teori ini terlihat juga dalam pendekatan belajar yang
dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau yang
juga tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah
asimilasi penuh makna. Materi pelajaran diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki.

Motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam proses belajar, karena
tanpa motivasi dan keinginan dari pihak pelajar, tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada.

2.2 Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah:

1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian


pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka
enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus
berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran
dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.

1. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

• suatu usaha yang positif untuk berkembang


• kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi


kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke
arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila


seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut
Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru
pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi
belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

1. Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat
dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya
pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia
dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis
di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku
pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan
konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti
memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential
Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas
belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.


Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.

1. Kolb

Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif Mustofa,
2011: 159-160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu sebagai
berikut:

2. Tahap pengalaman konkret

Pada tahap paling dini dalam proses belajarm seorang siswa hanya mampu sekedar
ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mampu memiliki kesadaraan tentang
hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu
kejadian harus terjadi seperti itu.

3. Pengalaman aktif dan reflektif

Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap suatu
kejadian dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.

4. Konsepualisasi

Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori tentang suatu
hal yang pernah diamatinya. Siswa diharapkan mampu membuat aturan-aturan
umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-
beda mempunyai aturan yang sama.

5. Eksperimentasi aktif

Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi yang
baru. Misalnya, dalam matematika, asal-usul sebuah rumus. Akan tetapi, ia juga
mampu memaknai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang belum pernah
ia temui sebelumnya. Menurut kolb, sistem belajar semacam ini terjadi secara
berkesinambungan dan berlangsung tanpa disadari siswa.

6. Honey Dan Mumford

Berdasarkan teori kolb, Honey dan Mmford dikutip dari UNI, 2008: 16 (Thobroni,
Muhammad dan Alif Mustofa, 2011: 160-161) membuat penggolongan siswa
menjadi empat macam, yaitu tipe siswa aktivis, reflektot, teoretis dan pragmatis.

1. Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan diri pada
pengalaman-pengalaman baru. Mereka cendrung berpikiran terbuka
dan mudah diajak berdialog. Namun, siswa semacam ini biasanya
kurang skeptik terhadap sesuatu. Kadang, identik dengan sifat mudah
percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal barum seperti
brainstrorming atau problem solving. Akan tetapi, mereka akan cepat
merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lam dalam
implementasi.
2. Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya. Mereka cendrung sangat
berhati-hati mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusa,
siswa tipe ini cenderung konservatif, yaiutu mereka lebih suka
menimbang-nimbang secara cermat, baik buruk suatu keputusan.
3. Tipe siswa teoretis biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan
tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya sangat subjektif.
Bagi mereka, berpikir secara rasional adalah sesuatu yang penting.
Mereka juga biasanya sangat skeptik dan tidak menyukai hal-hal yang
bersifat spekulatif.
4. Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-
aspek praktis dari segala hal. Siswa tipe ini suka berlarut-berlarut
dalam membahas aspek teoretis filosofis tertentu.
5. Hebermas

Ahli psikologis lainnya adalah hebermas yang dalam pandangannya bahwa belajar
sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama
manusia. Dengan asumsi ini, hebermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai berikut.
7. Belajar teknis (Technical Learning)

Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam


sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.

8. Belajar praktis (practical learning)

Dalam belajar praktis, siswa juga belajar juga belajar interaksi. Akan tetapi, pada
tahap ini lebih dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-orang di
sekelilingnya.

9. Belajar emansipatoris (emancipatoris learning)

Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman, kesadaran yang sebaik
mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.

2.3 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik

Dalam buku Freedom To Learn karya Carl Rogers (Soemanto, 2006:139-140), ia


menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya
ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan
murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan
dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah
proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih
mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan
mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri
mengenai proses perubahan itu.

2.4 Implikasi Teori Belajar Humanistik

1. Guru sebagai fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut
ini adalah sebagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berkualitas fasilitator.

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana


awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk
membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas,
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai,
baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolak oleh siswa.
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.

11. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk


melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai
kekuatan pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna
tadi.
12. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk
membantu mencapai tujuan mereka.
13. Guru menempatkan dirinya sebgai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok
14. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksanakan tetapi sebagi andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolak oleh siswa.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun
1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung
yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif
adalah :

1. Merespon perasaan siswa


2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk
mementapkan kebutuhan segera dari siswa.
7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi
akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai,
mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi
perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
2.5 Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
(Sumanto, 1998: 235)

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar
yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta
didik untuk belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri.
5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat,
memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan
menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan
pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan
atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya.
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
peserta didik. (Mulyati, 2005: 182)

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan. Keberhasilan


aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta
didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika
yang berlaku.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik
mampu mengembangkan potensi dirinya.
2. Tokoh-tokoh dari teori humanistik ini antara lain : Arthur Combs,
Maslow, Carl Rogers, Kolb, Honey dan Mumford, dan Hebermas.
3. Salah satu prinsip teori belajar humanistik adalah bahwa manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami. Artinya, seseorang
secara alamiah memiliki rasa ingin tahu dan keinginan yang mendalam
untuk mengeksplorasi terhadap dunianya.
4. Implikasi dari teori belajar humanistik salah satunya guru sebagai
fasilitator. Guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk
meraih prestasi akademik, dan sebagainya.
5. Penerapan atau aplikasi teori belajar humanistik ini tercermin dari
peserta didik yang berperan sebagai pelaku utama yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri, sedangkan guru sebagai
fasilitator (pendamping) dan motivator.

3.2 Saran

Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu


memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun sangat kami
hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

• https://id.wikipedia.org/wiki/Humanistik
• https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/19/toeri-belajar-
humanistik-pengertian-teori-belajar-humanistik-tokoh-teori-belajar-
humanistik-prinsip-dalam-teori-belajar-humanistik-aplikasi-teori-
belajar-humanistik-implikasi-teori-belajar-humani/
• http://www.academia.edu/8231265/MAKALAH_TEORI_PEMBELA
JARAN_HUMANISME_Diajukan_untuk_memenuhi_tugas_matakul
iah_Belajar_dan_Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai