Ekspektasi Kinerja Konselor Dikaitkan Dengan Jenjang Pendidikan
Ekspektasi Kinerja Konselor Dikaitkan Dengan Jenjang Pendidikan
Ekspektasi Kinerja Konselor Dikaitkan Dengan Jenjang Pendidikan
MAKALAH
Disusun oleh :
BOJONEGORO
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari ba
ntuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa dan juga saran sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sem
purna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan b
ahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makala
h ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB 1.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB 2.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Ekspektasi Kinerja Konselor..............................................................................6
2.2 Konselor Pada Lingkup Pendidikan...................................................................7
2.3 Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan dengan jenjang pendidikan.................9
2.4 Ekspektasi Kinerja Konselor Tidak Sama Dengan Guru................................12
BAB 3.....................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
KESIMPULAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada pengertian ekspektasi di atas terdapat kata “kinerja”. Oleh karena itu,
kinerja menurut, John Whitmore (1997 :104) merupakan “pelaksanaan fungsi-fun
gsi yang dituntut dari seseorang, suatu perbuatan, suatu prestasi, dan Faustino Car
dosa Gomes dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, (2005: 9) mengemukakan d
efinisi kinerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering di
hubungkan dengan produktivitas. Ekspektasi kinerja konselor dalam Departemen
Pendidikan Nasional 2008 (Departemen Pendidikan Nasional “Penataan Pendidik
an Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam jalur Pend
idikan Formal” halaman 33), Ekspektasi kinerja lulusan program pendidikan profe
ssional termasuk lulusan Program Pendidikan Konselor Pra-Jabatan, lazim diejaw
antahkan dalam bingkai profesionalisasi.
Dengan kata lain, profesionalisasi suatu bidang layanan ahli termasuk laya
nan ahli di bidang bimbingan dan konseling menandakannya adanya ;
1.) Pengakuan dari masyarakat dan pemerintah bahwa kegiatannya merupakan lay
anan unik.
7
2.) Didasarkan atas keahlian yang perlu dipelajari secara sistematis dan sungguh
– sungguh serta memakan waktu yang cukup panjang, sehingga
4.) Untuk melindungi kemaslahatan pemakai layanan, otoritas publik dan organis
asi profesi, dengan dibantu oleh masyarakat khususnya pemakai layanan, waj
ib menjaga agar hanya pengampu layanan ahli yang kompeten dengan menge
depankan kemaslahatan pemakai layanan, yang diizinkan menyelenggarakan
layanan ahli kepada masyarakat.
Pada hal ini berarti bahwa, secara konseptual terapan layanan ahli termasu
k layanan ahli bimbingan dan konseling itu merupakan pengejawantahan seni yan
g berpijak pada landasan akademik yang kokoh (Gage, 1078). Penggunaan kerang
ka pikir seni yang berbasis penguasaan akademik yang kokoh atau seni yang berb
asis saintifik ini penting digaris bawahi karena dalam penyelenggaraan layanan ah
li disetiap bidang pertolongan atau pemfasilitasan (the helping professions). Seora
ng pengampu layanan ahli, tidak terkecuali konselor, selalu berfikir dan bertindak
dalam bingkai filosofik yang khas dibangunnya sendiri dengan mengintegrasikan
apa yang diketahui dari hasil penelitian dan pendapat ahli dalam kawasan keahlian
nya itu dengan apa yang dikehendaki oleh dirinya yang bisa sejalan akan tetapi ju
ga bisa tidak sejalan dengan dikehendaki oleh masyarakat (pilihan nilai).
kepada program pelatihan bagi konselor, khususnya sejak tahun–tahun awal disah
kannya National Defence Education Act 1958 – 1960, jumlah maupun ukuran pro
gram pelatihan konselor tumbuh sangat cepat. Ditahun (1964:372 ) lembaga pendi
dikan tinggi mendukung program – program penyiapan konselor lewat 706 fakulta
s mereka. Clawson dkk., (2004, hlm. 38-39 ) diedisi ke -11 buku mereka, Counsel
or Preparation, mengidentifikasikan kalau diawal abad XXI ini 484 departemen ak
ademik menawarkan pelatihan konselor dengan 1.611 fakultas.
Berikut ini digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kiner
ja konselor di tiap jenjang pendidikan.
b. Jenjang Sekolah Dasar (SD) Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar-pun
juga tidak ditemukan posisi struktural untuk konselor. Namun demikian
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia sekolah dasar,
kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada meskipun tentu saja
berbeda dari ekspektasi kinerja konselor di jenjang sekolah menengah dan
jenjang perguruan tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan
serta secara produktif di jenjang sekolah dasar, bukan dengan mempo
sisikan diri sebagai fasilitator pengembangan diri peserta didik yang tidak jela
s posisinya, melainkan dengan memposisikan diri sebagai Konselor Kunjung ya
ng membantu guru sekolah dasar mengatasi perilaku menganggu (disruptiv
e behavior), antara lain dengan pendekatan directive behavioral consultatio
n.
c. Jenjang Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Secara hukum, posisi konsel
or (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan konseling) di tingkat sekola
h menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum b
imbingan dan konseling. Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di se
kolah menengah mendapat peran dan posisi/ tempat yang jelas. Peran kons
elor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-suport
perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik,
melalui pengembangan program bimbingan dan konseling pembantuan kepa
da peserta didik dalam individual student planning, pemberian pelayanan re
sponsive, dan pengembangan system support. Pada jenjang ini, konselor menjala
nkan semua fungsi bimbingan dan konseling. Setiap sekolah menengah idealnya
diangkat konselor dengan perbandingan 1 : 100.
11
Ekspektasi kinerja konselor yang tidak sama dengan kinerja guru, yang ke
duanya merupakan pendidik yang diperjelas dengan pengertian pendidik berdasar
kan dalam Pasal 1 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 ta
12
hun 2003, yang menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang ber
kualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, inst
ruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpa
rtisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Terkait dengan penjelasan diatas m
aka, SK Mendikbud No. 25/O/1995 yang merujuk kepada SK Menpan No. 84/199
3 menegaskan adanya empat jenis guru, yaitu:
A. Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewen
ang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar seluruh mata p
elajaran di kelas tertentu di TK, SD, SDLB dan SLB tingkat dasar, kecuali
mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan serta agama.
B. Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar pada satu
mata pelajaran tertentu di sekolah.
C. Guru praktik adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewen
ang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar pada kegiatan prakt
ek di sekolah kejuruan atau balai latihan pendidikan teknik.
Sebutan guru pembimbing ini diganti dengan “guru bimbingan dan konseli
ng atau konselor” yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 200
8 Tentang Guru, dan diperkuat dengan Permendiknas No. 27 Tahun 2008 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
13
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Ekspektasi kinerja konselor tidak sama dengan kinerja guru, walaupun ked
uanya merupakan pendidik yang terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Perbedaan yang paling krusial ada
lah dimana Konselor tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks lay
anan bimbingan dan koseling yang memandirikan, sedangkan Guru menggunakan
materi pembelajaran sebagai konteks layanan Pembelajaran yang mendidik. Ekspe
ktasi kinerja konselor juga dibedakan atas jenjang pendidikan yang dilayani pada
pendidikan formal, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekola
h Menengah, sampai pada Perguruan Tinggi yang masing-masing memiliki kebutu
hannya tersendiri.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sianturi, R., Luthfillah, N., Zakiyyah, H., & Wulandari, R. (2022). Status
Profesi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Journal of
Education Research, 3(2), 42-47.