File5 Artikel. Pertnian
File5 Artikel. Pertnian
File5 Artikel. Pertnian
TINJAUAN PUSTAKA
bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya
pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa
diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet,
bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan
produk karet tersebut umumnya diekspor. Ekspor karet Indonesia dalam berbagai
bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
(Semangun, 2008).
A. Iklim
3. Suhu 25-30 0 C
B. Tanah
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Aphylloporales
Genus : Rigidoporus
pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang
tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan
kuning jingga, tebalnya 2,6-4,5μm, mempunyai banyak sekat. Pada waktu masih
muda berwarna jingga jernih sampai merah kecoklatan dengan zona gelap agak
tengah 2,8-5,0 μm, banyak dibentuk pada tubuh buah yang masih muda. Basidium
banyak sistidium yang berbentuk gada, berdinding tipis dan tidak berwarna
(Semangun, 2008).
rizomorf. Pada kebanyakan jamur akar rizomorf hanya menjalar pada permukaan
akar, pada jamur akar putih rizomorf dapat menjalar bebas dalam tanah, terlepas
dari atau kayu yang menjadi sumber makanannya. Setelah mencapai akar tanaman
yang sehat rizomorf lebih dahulu tumbuh secara episifitik pada permukaan akar
2008).
berkembang secara lambat dengan nilai r-nya (laju perkembangan) relatif rendah
tetapi karena penyakit ini mematikan tanaman karet, jamur tersebut menjadi
sangat penting. Tanaman karet masih muda merupakan periode kritis terhadap
penyakit jamur akar putih. Persentase tanaman terinfeksi naik mulai umur satu
tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2 tahun kemudian mulai menurun pada
Di Indonesia R. microporus sering disebut dengan jamur akar putih (JAP). Jamur
terjadi rata-rata 2,7 kilogram per pohon per tahun. Oleh karena itu para petani dan
microporus dapat tumbuh selama masih ada persediaan makanan yaitu selama
atau krem, tetapi padat dan kering) dan umumnya pada permukaan akar ditumbuhi
rizomorf jamur. Gejala yang tampak pada daun adalah daun-daun yang semula
tampak hijau segar berubah menjadi layu, berwarna kusam dan akhirnya kering.
Membusuknya akar diduga karena rusaknya struktur kimia kulit dan kayu
JAP dapat tumbuh pada suhu 100C – 350C spora dapat berkecambah dengan
baik pada suhu optimum antara 250C – 300C. JAP juga menyukai kondisi tanah
yang berpori dan lembab serta menyukai pH antara 3-9, optimum antara 7-8 yaitu
pH tanah yang netral dengan struktur tanah yang berpori (tanah liparit),
sebaliknya JAP tidak suka pada tanah yang bereaksi masam (Sinulingga dan
Eddy, 1989).
Tunggul atau sisa akar tanaman karet dan kayu hutan primer merupakan
sumber infeksi jamur akar putih yang paling penting pada pertanaman. Di antara
tunggul ini terdapat beberapa tunggul yang telah terinfeksi jamur akar putih dan
10
melalui kontak akar menular ke tunggul lain dekatnya dan menjadi sumber infeksi
tanah. R. micropous dapat tumbuh baik pada kelembapan diatas 90%, kandungan
bahan organik tinggi serta aerase yang baik. Apabila kondisi ini sesuai, patogen
dapat menjalar sejauh 30 cm dalam waktu 2 minggu (Sinulingga dan Eddy, 1989).
tindakan yang dilakukan sebelum tanaman terserang dan menjaga agar tanaman
karet tidak terkena penyakit JAP. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
pertumbuhan JAP.
batang bawah di pembibitan dan penggunaan entres yang tidak terkena JAP.
11
gulma dan vegetasi lainnya di barisan tanaman karet. Tidak menanam tanaman
yang memungkinkan menjadi inang jamur akar putih diantara tanaman karet,
seperti ubi kayu atau ubi jalar (Wibawa, B. G., I. R. Akiefnawati., L. Joshi., E.
Pengendalian pada tanaman sakit dilakukan pada saat serangan dini dan
menggali tanah pada daerah leher akar, kemudian leher akar diolesi dengan
fungisida dan ditutup kembali dengan tanah. Jenis fungisida dan alternatif
- Penyiraman: Alto 100SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
12
diatas 300 0C dalam waktu 4-7 jam. Proses pirolisis melibatkan berbagai proses
yang terjadi selama pirolisis kayu/bahan sejenisnya adalah hilangnya air dari kayu
pada suhu 120-150 0C, pirolisis hemiselulosa pada suhu 200-250 0C, pirolisis
selulosa pada suhu 280-320 0C, pirolisis lignin pada suhu 400 0C dan pada suhu
yang lebih tinggi akan terjadi reaksi kondensasi pembentukan senyawa baru dan
oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linier senyawa tar dan hydrokarbon
Menurut Maga (1998) komposisi kimia asap cair adalah sebagai berikut: air
11-92%, fenol 0,22-2,99%, asam 2,8-4,5%, karbonil 2,6-4,6% dan tar 1-17%.
Fungsi asap cair adalah sebagai bahan pengawet yang memiliki kandungan
senyawa fenol dan asam yang berperan sebagai anti bakteri dan anti oksidan
(Darmaji, 2002). Zat-zat yang ada di dalam asap cair berperan sebagai anti
mikrobial adalah senyawa fenol dan asetat, yang peranan nya semakin meningkat
lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Timbulnya dari pengelolaan kelapa
13
Kualitas dan kuantitas unsur kimia pada umumnya tergantung pada jenis
bahan pengasap yang digunakan. Bahan pengasap yang digunakan seperti kayu
yang dibakar menentukan komposisi dari asap yang dihasilkan, Kayu keras seperti
tempurung kelapa banyak terbentuk asap karena proses pembakaran nya lambat.
dalam eter. Gumanti (2006) mendapatkan data kandungan kimia dalam asap cair
yaitu fenol sebesar 5,5% methyl alkoholnya sebesar 0,37% dan total asam sebesar
7,1%. Yulistiani (1997) mendapatkan data bahwa kandungan fenol dalam asap
cair tempurung kelapa sebesar 1,28% bahwa asap cair yang bersumber dari
tempurung kelapa memiliki efek anti mikrobia yang lebih tinggi dibandingkan
sumber kayu lainnya. Hal tersebut terkait dengan pH asap cair dari tempurung
kelapa memiliki (pH 2,05) paling rendah dibandingkan sumber asap lain seperti:
14
kandungan fenol asap cair tempurung kelapa berbeda-beda, hal ini kemungkinan
besar disebabkan oleh kandungan zat-zat yang mudah terbakar yang terdapat pada
bahan baku tempurung kelapa seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, resin, protein
yang keluar dari reaktor ditampung dalam dua wadah. Wadah pertama untuk
ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan tungku pendingin yang
dilengkapi pipa berbentuk spiral. Hasil pirolisis berupa asap cair, gas-gas seperti
metan dan tempurung kelapa yang bisa dijadikan briket, bila dilanjutkan ke tahap
kerja selanjutnya bisa menjadi arang aktif. Namun, asap cair ini belum bisa
hidrokarbon polisiklis aromatik (PAH) yang ada seperti benzo (a) pirena bersifat
karsinogenik). Jadi perlu pemurnian lebih lanjut yang dinamakan tahap destilasi.
selulosa dan lignin yang terdapat pada bahan baku tersebut, pirolisis tersebut pada
umumnya menghasilkan asap cair, ter, arang, minyak nabati dan lain-lain.
Adapun pada proses pirolisis tersebut yang terjadi adalah dekomposisi senyawa-
15
struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa.
0 0 0
Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280 C dan berakhir pada 300 C-350 C
Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap,
yaitu :
2. Pirolisis hemiselulosa
furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat.
3. Pirolisis lignin
molekul tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang
diperoleh dari pirolisis struktur dasar lignin berperan penting dalam memberikan
aroma asap produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaikol,
siringol dan homolog serta derivatnya (Girard, 1992). Lignin mulai mengalami
0 0
dekomposisi pada temperatur 300-350 C dan berakhir pada 400-450 C.
16