Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi
matang secara seksual atau remaja (6-12 tahun). Permulaan dan menjelang
berakhinya fase anak akhir ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi
memasuki kelas sekolah dasar. Bagi sebagian anak, hal ini merupakan
perubahan yang cukup besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas
terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Sementara itu, untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan baru dari kelas satu,
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980) hal. 146.
2
Ibid., hal. 146.
1
2
sekitar usia 11 hingga 12 tahun terjadi perubahan fisik yang menonjol dan
berakhirnya peiode ini, anak mempersiapkan diri , baik secara fisik maupun
psikis untuk memasuki masa remaja. Perubahan fisik yang terjadi menjelang
Chruch dan Stone, menyepakati bahwa akhir masa kanak-kanak disebut usia
Selain itu menurut Hurlock, ahli psikologi juga menamakan akhir masa
3
Ibid., hal. 147.
4
Ibid., hal. 148.
3
penerapan pola asuh anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown
dalam jurnal yang ditulis oleh Dian Novita & Muman Hendra Budiman5 yang
kehadiran anak. Orang tua mempunyai berbagai macam tanggung jawab yang
Penerapan pola asuh keluarga menurut Stewart dan Koch yang dikutip
oleh Dian Novita & Muman Hendra Budiman dibagi menjadi tiga model
yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Setiap pola asuh
5
Dian Novita & Muman Hendra Budiman , Pengaruh Pola Pengasuhan Orangtua Dan
Proses Pembelajaran Di Sekolah Terhadap Tingkat Kreativitas Anak Prasekolah (4-5 Tahun),
(Universitas Terbuka, Jurnal Pendidikan, Volume 16, nomor 2, September 2015), hal. 102.
4
memberikan dampak yang berbeda pada setiap individu. Menurut Yusuf &
Nurihsan6, pola pengasuhan orang tua yang penuh kasih sayang dan
keluarga yang kurang harmonis dan minimnya perhatian kepada anak dapat
mengasuh anaknya secara maksimal. Selain mengasuh anak, orang tua juga
orang tua merasa cemas dengan pekembangan anaknya, maka beberapa orang
bagi sebagian orang tua yang disibukkan dengan kegiatan lain di luar
mengasuh anak. Selain itu beberapa orang tua merasa khawatir dalam
6
Syamsu Yusuf & Ahmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2011), hal. 20.
5
yang tepat dalam menghadapi arus perubahan global dan hal tersebut dapat
tersebut antara lain: (1) keinginan anak memiliki akhlak yang baik (2)
perasaan tidak mampu dalam mendidik anak di rumah (3) anggota keluarga
atau alumni pesantren (5) biaya pendidikan yang relatif terjangkau (6) adanya
beberapa hal yang cukup menarik. Pasalnya terdapat perbedaan yang cukup
7
Meita Arsita, dkk, Rasionalitas Pilihan Orang Tua Terhadap Pesantren Sebagai Lembaga
Pendidikan Remaja Awal, hal. 1. Diunduh dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php.sosant/article/view pada hari Selasa, 04 April 2017, 09.00
WIB. Alasan orang tua memasukkan anak ke pesantren.
8
Meidiana Pritaningrum & Wiwin Hendriani, Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di
Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama, (Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga, Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol.02 No. 03,
Desember 2013) hal. 135.
6
sehingga masih bisa pulang ke rumah dan berinteraksi dengan orang tuanya.
Jadi orang tua tetap memiliki peran aktif terhadap perkembangan dan proses
pendikikan anak setiap harinya. Sementara itu, ciri yang paling menonjol di
pesantren interaksi anak dengan orang tua sangat terbatas. Anak hanya
diperbolehkan berinteraksi dengan orang tua pada jam atau hari-hari tertentu
dan jadwal kepulangan juga telah ditentukan oleh pengurus asrama. Dengan
demikian peran orang tua menjadi sedikit bila dibandingkan dengan orang tua
orang tua merupakan lembaga sosialisasi pertama dan utama yang seharusnya
mendidik anak-anaknya.
aspek lembaga pesantren itu sendiri, yaitu rumah kediaman pengasuh (kyai
9
Meita Arsita dkk, ibid., hal. 4
10
Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia, (Darul „ilmi, Vol.
02, No. 02, 2013), hal. 167.
7
atau ajegan), masjid, madrasah, dan asrama siswa atau santri. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi santri ialah orang yang
pondok pesantren.
Santri memiliki latar belakang yang sangat beragam berupa daerah asal, suku,
budaya, bahasa, ekonomi, status sosial, rentang usia, dan lain sebagainya.
pesantren.
11
Pritaningrum & Hendriani, Penyesuaian Diri Remaja..., hal. 136.
8
sebelumnya. Hal ini membuat santri harus mampu menyesuaikan diri agar
santri. Hal ini menjadi kunci utama keberhasilan santri dalam menyelesaikan
memodifikasi tujuan agar cocok dengan kemampuan mereka. Jadi anak yang
tata tertib pondok pesantren tanpa di dampingi orang tua. Selain itu santri
pondok pesantren mulai dari Kyai, pengurus pondok, Ustadz dan Ustadzah,
12
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1978) hal. 257.
9
pulang, tidak nyaman, dan ingin bertemu orang tua. Sedangkan peraturan
mutlak untuk santri baru yaitu dilarang bertemu orang tua selama 40 hari.
Jadi tidak boleh dijenguk.13 Tujuan larangan ialah agar cepat merasa nyaman
ada dua karakteristik penyesuaian diri santri. Santri yang berasal dari keluarga
yang utuh dan harmonis cenderung lebih cepat menyesuaikan diri dengan
baik. Sedangkan santri yang berasal dari keluarga broken home biasanya lebih
sulit untuk diatur. Menurut informan, permasalahan santri yang berasal dari
keluarga broken home berupa rewel, menangis, minta pulang (home sick), dan
merasa tidak betah tinggal pondok pesantren. S juga mengungkapkan ada dua
Giri, yaitu murni dalam rangka tholabul ‘ilmi dan sebagai tempat „penitipan‟
bagi orang tua yang tidak mampu mengasuh anaknya secara intensif.
bahwa15 penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang
13
Wawancara dengan S sebagai Ibu Kamar pada 15 Desember 2016.
14
Wawancara dengan S sebagai Ibu Kamar pada 15 Desember 2016.
15
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik),( Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2008), hal. 195.
10
kebutuhan.16 Tujuan dari proses penyesuaian diri yang dilakukan santri ialah
dirinya.
ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari
sendiri, self esteem yang rendah, dan emosi yang tidak stabil. Hal tersebut
tersebut.
hal tersebut kerap kali menimbulkan rasa frustasi, stress, dan kecemasan
16
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya,
2014, hal. 191.
17
Fatimah, Psikologi Perkembangan..., hal. 207.
11
kematangan diri, faktor lingkungan, dan faktor budaya dan agama 18. Bentuk-
bentuk penyesuaian diri menurut Fatimah ada dua yaitu penyesuaian diri yang
Ani Susanti & Erlina Listyanti Widuri dengan judul “Penyesuaian Diri Anak
Taman Kanak-Kanak” pada tahun 2013. Fokus penelitian Susanti dan Widuri
pada anak Taman Kanak-kanak dan dinamika penyesuaian diri pada anak
18
Ibid., hal. 199.
19
Ibid., hal. 195.
12
menangis, dan penarikan pada awal masuk sekolah. Adanya kerjasama guru
penyesuaian diri pada anak yang awalnya memiliki penyesuaian diri yang
langsung antara orang tua atau keluarga dengan subyek penelitian. Di sini
Oleh sebab itu dibutuhkan penelitian mengenai penyesuaian diri anak yang
B. Fokus Penelitian
Sunan Giri?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Pesantren”.
14
2. Secara Praktis
kebijakan Lembaga.
E. Penegasan Istilah
Santri Pondok Pesantren TK-SD Sunan Giri Ngunut” istilah yang dianggap
penting ialah penyesuaian diri dan santri dalam konteks penelitian ini.
merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dengan
bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang
20
Ibid., hlm: 194.
21
Enung Fatimah, ibid, hal. 195.
15
bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai
Sedangkan definisi santri dalam konteks penelitian ini adalah anak yang
tinggal di asrama dengan tujuan mendalami agama Islam dalam rentang usia 5-
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab
satu mencakup konteks penelitian yang mengungkapkan latar belakang dan sisi
menarik dari penelitian ini, selain itu dalam bab satu terdiri dari fokus
Pada bab kedua yakni kajian pustaka terdiri dari deskripsi teori,
penelitian terdahulu, serta paradigma dalam penelitian ini. Bab kedua ini
Bab keempat memuat hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab
empat berisi deskripsi data, temuan penelitian, dan analisis data. Bab kelima
16
berisi pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab keenam