TAUHID
TAUHID
TAUHID
Pelajaran ke-1
Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan tidaklah Aku ciptakan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat:56)
Oleh karena itu Allah Subhanahuwata‟ala mengutus para Rasul kepada setiap umat,
tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada Tauhid.
Allah Subhanahuwata‟ala berfimran (yang artinya): “Dan sungguh telah Kami utus
kepada setiap umat seorang Rasul yang berkata kepada kamunya, sembahlah Allah
dan jauhilah taghut.” (QS An Nahal:36), makna Taghut adalah segala sesembahan
selain Allah subhanuwata‟ala, oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami
tauhid yang merupakan inti ajaran islam maka sebenarnya dia tidak memahami
agamanya meskipun telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.
Pelajaran Ke-2
Orang yang mengingikan kebahagiaan di surga maka dia harus memiliki modal yang
satu ini yaitu “Tauhid”. Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bertauhid.
Orang yang bertauhid pasti akan masuk surga meskipun mungkin sebelumnya dia
diadzab terlebih dahulu di dalam neraka karena dosa-dosa yang pernah dia lakukan
di dunia.
Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya) “Barang siapa yang
bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja. Tidak ada
sekutu baginya dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hambanya dan Rasulnya dan
bahwasanya Isa adalah Hamba Allah dan Rasulnya, dan kalimatnya yang dia tiupkan
kepada Maryam dan roh darinya dan dia bersaksi bahwa surga benar adanya dan
Di dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya)
“maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang
mengatakan laa ilaaha illAllah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah) yang dia mengharap dan kalimat tersebut wajah Allah (HR Bukhori dan
Muslim).” Oleh karena itu tidak heran jika prioritas dakwah para Rasul dan orang
yang mengikuti mereka adalah tauhid.
Pelajaran Ke-3
BAHAYA KESYIRIKAN.
Tauhid adalah amalan yang paling Allah cintai sebaliknya syirik yaitu
menyekutukan Allah di dalam beribadah adalah amalan yang sangat Allah murkai.
Pernahkah Anda kehilangan file data berharga hasil kerja keras Anda selama
berhari-hari atau berbulan-bulan atau bertahun-tahun? Bagaimana perasaan Anda
saat itu? Sedih bukan ?.
Terkadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file tersebut
kembali.
Syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amal seseorang, Allah
Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan sungguh telah diwahyukan
kepadamu wahai Muhammad dan orang-orang sebelummu bahwa apabila kamu
berbuat syirik, maka sungguh akan batal amalanmu dan jadilah kamu termasuk
orang-orang yang merugi, maka sembahlah Allah saja dan jadilah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur.” (QS Az-zumar: 65-66)
Dalam ayat ini disebutkan seorang Nabipun akan batal amalannya apabila ia berbuat
syirik, oleh karena itu jagalah amalan yang sudah Anda tabung bertahun-tahun.
Jangan biarkan amalan Anda begitu saja. Karena kejahilan Anda terhadap tauhid.
Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa, bisa menghancurkan amalan
sebesar gunung dan belum tentu ada waktu lagi untuk menabung kembali.
Pelajaran Ke-5
Orang yang berbuat syirik dan meninggal dunia tanpa bertobat kepada Allah, maka
dosa syiriknya tidak akan diampuni, namun apabila dia bertobat sebelum meninggal
maka Allah akan mengampuni dosanya bagaimanapun besar dosa tersebut. Taubat
nasuha adalah taubat yang terpenuhi di dalamnya 3 syarat:
- Menyesal
Para sahabat Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam tidak semuanya lahir dalam keadaan
islam bahkan banyak diantara mereka yang masuk islam ketika sudah besar dan
sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan. Supaya tidak terjerumus kembali ke
dalam kesyirikan, seseorang harus mempelajari Tauhid dan memahaminya dengan
baik, serta mengetahui jenis-jenis kesyirikan sehingga bisa menjauhinya.(QS Az
Zumar:65-66).
Pelajaran Ke-6
Tauhid secara bahasa adalah “mengesakan” adapun secara istilah maka tauhid
adalah mengesakan Allah di dalam beribadah. Seseorang tidak dinamakan bertauhid,
sehingga meninggalkan peribadatan kepada selain Allah Subhanahuwata‟ala, seperti
berdoa kepada selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, menyembelih untuk selain
Allah, dll. Apabila seseorang beribadah kepada Allah dan menyerahkan sebagian
ibadah kepada selain Allah siapapun dia baik kepada seorang Nabi, malaikat atau
selainnya maka inilah yang dinamakan dengan syirik yaitu menyekutukan Allah di
dalam beribadah.
Allah berfiriman (yang artinya): “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada
bapaknya dan kaumnya, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian
sembah kecuali zat yang telah menciptakanku…. (QS Az-Zukhruf:26-27)
Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya); “Barang siapa yang
mengatakan Laa ilaha ilAllah dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain
Allah, maka haram harta dan darahnya yaitu tidak boleh diganggu dan
perhitungannya atas Allah (HR Muslim)
Oleh karena itu rukun kalimat tauhid Laa ilaha ilAllah ada 2 yaitu:
1. Nafi/pengingkaran yaitu pada kalimat Laa ilaha yang artinya tidak ada tuhan yang
berhak disembah. Ini adalah kalimat pengingkaran yakkni mengingkari tuhan-tuhan
selain Allah Subhanahuwata‟ala.
Pelajaran Ke-7
Apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab saja maka hal itu
termasuk syirik kecil, karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab,
padahal yang berhak menentukan sesuatu sebagai sebab atau tidak adalah zat yang
menciptakannya yaitu Allah.
Perlu diketahui bahwa dosa syirik kecil tidak bisa disepelekan, karena dosa syirik
kecil tetap lebih besar dari pada dosa-dosa besar seperti, dosa zina, dosa membunuh
dll. Kemudian apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya
memberikan manfaat dan memberikan mudharat, maka hal itu termasuk syirik besar
yang mengeluarkan seseorang dari Islam.
Note: Ka‟bah diberikan barokah oleh Allah Subhanahuwata‟ala dan cara mendapat
barokahnya adalah dengan melakukan ibadah disana.
Malam Lailatur Qadar adalah malam yang berbarokah, cara mendapatkan barokah
dan kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut. Seorang
ulama berbarokah dengan ilmunya dan dakwahnya, cara mendapatkan berkahnya
dan kebaikannya adalah dengan menimba ilmu darinya. Disana ada barokah yang
sifatnya Zatiah yaitu zatnya yang berbarokah dimana barokah yang seperti ini bisa
berpindah. Barokah jenis ini hanya Allah Subhanahuwata‟ala berikan kepada para
Nabi dan Rasul oleh karena itu dahulu para sahabat Nabi selalu bertabarukh dengan
bekas air wudhu beliau, rambut beliau, keringat beliau dll. Sepeninggal Beliau
Shallallahu „Alaihi Wasallam, mereka tidak melakukannya terhadap Abu Bakar dan
Umar dan para sahabat mulia yang lain. Hal itu menunjukkan bahwa ini adalah
kekhususan para Nabi dan Rasul, meminta barokah hanya kepada Allah
Subhanahuwata‟ala dengan cara yang disyariatkan. Adapun meminta barokah dari
Allah Subhanahuwata‟ala dengan sebab yang tidak disyariatkan seperi mengusap
dinding-dinding masjid tertentu dll, maka ini termasuk syirik kecil.
Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam. Di dalamnya ada
pengagungan terhadap Allah Subhanahuwata‟ala Rabb semesta alam. Diantara wujud
cinta kepada Allah Subhanahuwata‟ala adalah dengan mengorbankan sebagian harta
kita utnuknya, seperti ibadah Qurban di hari Raya Idul Afha, Itaqiqah dan bagi
sebagian jama‟ah haji. Allah Subhanahuwata‟ala memerintahkan kita menyerahkan
ibadah yang mulia ini hanya untuknya semata, sebagaimana Firman Allah
Subhanahuwata‟ala (yang artinya): “maka shalatlah dan menyembelihlah untuk
Tuhanmu” (QS Al-Kautsar:2).
Barang siapa yang menyerahkan ibadah menyebelih ini untuk selain Allah dalam
rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allah baik kepada Nabi,
wali, jin atau selainnya, maka dia telah terjatuh di dalam syirik besar yang
mengeluarkan seseorang dari Islam, membatalkah amalan, dan terkena ancaman
laknat dari Allah Subhanahuwata‟ala. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
„Alaihi Wasallam (yang artinya): “Allah melaknat seseorang yang menyembelih untuk
selain Allah.” (HR Muslim)
Makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat-Nya. Oleh karenanya janganlah sekali-
kali kita sebagai seorang muslim berkorban dan menyembelih untuk selain Allah
sedikitpun. Meskipun dengan seekor lalat dengan harapan mendapatkan manfaat dan
terhindar dari mudharat. Sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa manfaat
dan mudhorat di tangan Allah Subhanahuwata‟ala semata dan hanya kepadanyalah
seorang muslim bertawakal.
Pelajaran Ke-10
Juga sabda Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam (yang artinya): “Barang siapa yang
bernadzar untuk mentaati Allah maka hendaknya menaatinya dan barang siapa yang
bernadzar untuk memaksiati Allah maka janganlah dia memaksiatinya (HR Al
Bukhari).
Pelajaran Ke-11
Ar-Ruqyah/Jampi-jampi
Ar-Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh.
Bacaan ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikannya.
Diriwayatkan dari Auf bin Malik ra. Beliau berkata,”kami dahulu meruqyah di zaman
zahiliyah, maka kami bertanya kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam “ya
Rasulullah apa pendapatmu tentang ruqyah-ruqyah ini”. Rasulullah Shallallahu
„Alaihi Wasallam bersabda, “Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian,
sesungguhnya ruqyah tidak mengapa selama tidak ada kesyirikan.” (HR Muslim)
Ruqyah yang tidak ada kesyirikan adalah seperti ruqyah dari ayat-ayat Al-Qur‟an,
dari do‟a-do‟a yang diajarkan Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam dan ini lebih utama
atau dengan do‟a-do‟a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya, baik dengan
Bahasa Arab maupun dengan selain Bahasa Arab. Kemudian hendaknya orang yang
meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya ruqyah hanyalah sebab
Seorang muslim mengambil sebab dan bertawakal kepada zat yang menciptakan
sebab tersebut yaitu Allah Subhanahuwata‟ala.
Pelajaran Ke-12
Berkata An-Nu‟man ibnu Basyrin Ra. “aku mendengar Nabi Shallallahu „Alaihi
Wasallam bersabda (yang artinya): “doa adalah ibadah”, kemudian Beliau Shallallahu
„Alaihi Wasallam membaca ayat (yang artinya): “Dan Rabb kalian telah berkata”
berdoalah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan kalian. Sesungguhnya
orang-orang yang sombong dari beribadah kepadaKu, mereka akan masuk ke dalam
neraka jahannam dalam keadaan terhina (QS. Ghafir ayat 60). Dan diriwayatkan oleh
Abu Daud, Tirmizi dan Ibu Majah dan dishahihkan oleh Syekh Bani).
Dan makna “Beribadah Kepadaku” pada ayat ini adalah “Berdoa Kepadaku”
Apabila Doa adalah ibadah yang merupakan hak Allah Subhanahuwata‟ala semata,
maka berdoa kepada selain Allah dengan merendahkan diri dihadapannya,
mengharap, dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap dan takut
kepada Allah adalah termasuk syirik besar.Termasuk jenis doa adalah Istighosah
yaitu meminta dilepaskan dari kesusahan, isti‟azah (meminta perlindungan) dan
4. Makhluk tersebut diyakini hanya sebagai sebab sehingga tidak boleh bertawakal
kepada sebab tersebut, akan tetapi bertawakal kepada Allah Subhanahuwata‟ala yang
menciptakan sebab tersebut.
Orang yang beristighosah, beristi‟azah, dan isti‟anah kepada orang yang sudah mati /
kepada orang yang masih hidup, akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak
mendengar ucapan kita atau meminta kepada makhluk perkara yang tidak mungkin
bisa melakukannya kecuali Allah, maka ini termasuk syirik besar.
Pelajaran Ke-13
Syafaat
Syafaat adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun akhirat.
Allah Subhanahuwata‟ala dalam ushulnya telah mengabarkan kepada kita tentang
adanya syafaat pada hari kiamat, diantara bentuknya adalah bahwasanya Allah
Subhanahuwata‟ala mengampuni seorang muslim dengan perantara doa orang yang
telah Allah izinkan untuk memberikan syafaat. Syafaat akhirat harus kita imani dan
kita berusaha untuk meraihnya. Adapun modal ulama untuk mendapatkan syafaat
akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan.
Merekalah orang-orang yang Allah ridhoi karena ketauhidan yang mereka miliki.
Syafaat di akhirat berbeda dengan syafaat di dunia, karena seseorang pada hari
kiamat tidak bisa memberi syafaat bagi orang lain, kecuali setelah diizinkan oleh
Allah Subhanahuwata‟ala sampai meskipun dia adalah seorang Nabi atau seorang
malaikat sekalipun.
Sebagaimana Firman Allah (yang artinya): “Tidak ada yang bisa memberikan syafaat
disisinya kecuali dengan izin-Nya.” (QS Al Baqrah:255).
Oleh karena itu permintaan syafaat hanya ditujukan kepada Allah zat yang
memilikinya seperti seseorang mengatakan di dalam doa nya “ ya Allah aku meminta
syafaat Nabimu”. Inilah cara meminta syafaat yang diperbolehkan bukan dengan
meminta langsung kepada Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam seperti
mengatakan: “ya Rasulullah berikan aku syafaatmu atau dengan cara menyerahkan
sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafaatnya. Cara seperti ini
adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dulu.
Katakanlah apakah kalian akan mengabarkan kepada Allah sesuatu yang Allah tidak
ketahui baik di langit maupun di bumi. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa
yang mereka sekutukan.
Pelajaran Ke-14
Orang sholeh adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allah
Subhanahuwata‟ala baik dalam hal Aqidah, Ibadah maupun Muamalah. Mereka
memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allah aza wajalla. Sebagai seorang muslim
kita diperintahkan untuk mencintai mereka di dalam kebaikan, berteman dan
bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan. Membaca perjalanan hidup
mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati. Menghormati mereka
adalah diperintahkan selama masih dalam batas-batas yang diizinkan agama. Namun
berlebih-lebihan terhadap orang seperti mendudukkan mereka diatas kedudukannya
sebagai manusia atau menyifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali
Mencintai Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam melebihi cinta kita kepada kedua
orang tua, anak dan semua manusia adalah sebuah kewajiban agama sebagaimana
yang disebutkan dalam sebuah Hadts yang diriwayatkan Al Bukhori dan juga Muslim
(yang artinya): “Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dia
cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia. Namun Beliau
Shallallahu „Alaihi Wasallam melarang kita berlebih-lebihan terhadap Beliau
Shallallahu „Alaihi Wasallam dengan mendudukkan Beliau diatas kedudukan Beliau
yang sebenarnya sebagai seorang Hamba Allah dan seorang Rasulnya.
Beliau adalah seorang Hamba, maka tidak boleh disembah dan Beliau adalah seorang
Rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi.
Pelajaran Ke-15
Sihir
Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis adalah hukuman mati bila dia tidak
bertobat, sebagaimana telah dicontohkan oleh sahabat Nabi Shallallahu „Alaihi
Wasallam.
Adapun yang berhak melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah yang sah
bukan individu. Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan bahkan
sebagian ulama menghukumi pelakunya keluar dari Islam, demikian pula meminta
supaya disihirkan juga perbuatan yang haram, karena Rasulullah Shallallahu „Alaihi
Wasallam mengabarkan bahwa bukan termasuk pengikut Beliau, orang-orang yang
menyihir dan yang minta disihirkan sebagaimana dalam sebuah riwayat yang
diriwayatkan oleh Al Bazar dalam musafnya dan dishahihkan oleh Syekh Al Bani
Rahimahullah.
Seorang muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir
diantaranya adalah dengan menjaga zikir-zikir yang disyariatkan seperti zikir pagi
dan petang, zikir-zikir setelah sholat 5 waktu, zikir akan tidur, mau makan, masuk
rumah, keluar rumah, masuk kamar kecil, keluar dari kamar kecil, dll. Selain itu
juga membersihkan diri dan rumah dari perkara-perkara makhluk yang membuat
ridho syetan seperti jimat-jimat, musik, gambar bernyawa.
Apabila Qadarullah kalau terkena sihir, maka hendaknya bersabar, merendahkan diri
kepada Allah Subhanahuwata‟ala, memohon darinya kesembuhan dan berpegang
dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan serta jangan sekali-sekali berusaha
menghilangkan sihir dengan meminta bantuan jin baik secara langsung, maupun
lewat dukun, paranormal dan yang semisal dengan mereka.
Pelajaran Ke-16
Perdukunan
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia, seperti mengetahui barang yang hilang dan
Dengan cara ini dukun memakan harta manusia. Ketahuilah bahwa perdukunan
dengan namanya yang bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan di dalam
agama Islam. Ilmu ghaib yang mereka akui pada hakekatnya adalah kabar dari jin
yang mereka mintai bantuan. Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk
menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan jin dan juga syetan . Kita
sudah mengetahui bersama, bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia
dan menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan keturunannya tidak
akan membantu sang dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allah
Subhanahuwata‟ala. Oleh karena itu para ulama menghukumi dukun sebagai orang
yang kafir dengan sebab ini. Adapun harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini
adalah harta yang haram. Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar, maka
sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam di dalam hadits
yang shahih.
Bahwa para jin bekerjasama untuk mencari kabar dari langit apabila mendengar
sesuatu maka jin yang diatas akan mengabarkan pada jin yang dibawahnya dan
seterusnya. Sehingga sampai ke telinga dukun. Terkadang jin itu terkena lemparan
bintang sbelum menyampaikan kabar yang ia dengar dan terkadang sempat
menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang. Kabar sedikir yang
sampai ini akan ditambah tambah oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang
banyak.
Apa yang benar terjadi sesuai yang ia kabarkan akan dijadikan alat mencari
kebenaran dan kepercayaan dari manusia. Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke
dukun dengan maksud meminta bantuan kepada dukun tersebut bagaimanapun
susahnya keadaan dia.
Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang
mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang ia ucapkan maka dia
telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu „Alaihi
Wasallam.” (HR Abu Daud at tirmidzi dan Ibnu Maha dan dishahihkan oleh Syelh Al
Bani Rahimahullah).
Pelajaran Ke-17
Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar
kejadian tertentu seperti melihat tabrakan atau orang yang berkelahi atau yang
semisalnya, kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan
hajatnya seperti bepergian, berdagang dll. Tathayyur termasuk syirik kecil apabila
perasaan tersebut diikuti.
Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang
thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, maka dia telah berbuat
syirik.” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh syekh Al Bani Rahimahullah).
Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir sebagaimana hal ini
dinafikan dan diingkari oleh Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam. Beliau bersabda
(yang artinya): “Dan tidak ada thiyarah.” (HR al Bukhori dan Muslim). Maksudnya
thiyarah ini adalah sebuah perasaan yang yang tidak akan berpengaruh terhadap
takdir Allah, oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syetan
ini dan hendaknya dia memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di
permukaan bumi berupa kebaikan dan keburukan adalah dengan takdir Allah
Subhanahuwata‟ala semata.
Seorang mukmin hendaknya yakin bahwa tidak ada yang mendatangkan kebaikan
kecuali Allah Subhanahuwata‟ala dan tidak melindungi keburukan kecuali Allah
Subhanahuwata‟ala. Hanya bertawakal kepada Allah semata dan berbaik sangka
hanya kepada Allah. Apabila datang rasa was-was tersebut, maka hendaknya segera
dihilangkan dengan tawakal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya. Apa yang
terjadi setelah itu yaitu adalah takdir Allah Subhanahuwata‟ala.
3. Sebagai petunjuk manusia seperti mengetahui arah utara atau selatan, mengetahui
arah daerah, arah kiblat, atau mengetahui kapan datangnya musin menanam, musim
hujan dll.
Hendaknya kita semua takut kepada Allah dan jangan sekali-kali mencoba membaca
kolom tersebut, serta jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup
segala pintu yang bisa merusak aqidah kita dan keluarga kita, karena aqidah
merupakan modal kita memasuki surga Allah Subhanahuwata‟ala dengan selamat.
Pelajaran Ke-19
Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang
bersumpah dengan selain nama Allah, maka sungguh dia telah berbuat syirik”. (HR
Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yag tidak mengeluarkan
seseorang dari Islam, namun bisa sampai kepada syirik besar, apabila dia
mengucapkan sumpah dengan makhluk disertai pengagungan seperti kalau dia
mengagungkan Allah seperti sumpah yang dilakukan oralng-orang musyrik dengan
mengatakan demi wisnu atau demi dewa fulan atau demi lata dll.
Pelajaran Ke-20
Riya
Riya adalah seseorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari
Allah Subhanahuwata‟ala tetapi ingin dilihat oleh manusia dan dipuji. Riya
hukumnya haram dan termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak mengeluarkan
seseorang dari Islam. Riya adalah diantara sebab tidak diterimanya amal ibadah
seseorang bagaimanapun besar amalan tersebut.
Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk
diampuni oleh Subhanahuwata‟ala artinya dia harus diazab supaya bersih dari dosa
riya tersbut. Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allah, yang
kalau Allah menghendaki maka diampuni langsung dan kalau Allah menghendaki,
maka akan diazab terlebih dahulu. Mereka berdalil dengan keumuman ayat
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain
bagi siapa yang dikehendaki”. (QS Annisa:48)
Pelajaran Ke-21
Mencinta kepada Allah merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan
ibadah ini mengharuskan seorang muslim merendahkan dirinya dihadapan Allah,
mengagungkan Allah dan akhirnya akan membawa seseorang melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi apa yang Allah larang. Inilah cinta yang merupakan ibadah.
Barang siapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allah, maka dia telah
berbuat syirik yang besar.
Allah berfirman (yang artinya): “Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu Allah, Mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman maka cinta
mereka kepada Allah jauh lebih besar (QS al-Baqarah:165)
Adapun cinta yang merupakan tabiat manusia seperti cinta keluarga, harta,
pekerjaan dan lain-lain. Maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita
kepada Allah. Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi
cintanya kepada Allah, maka dia telah melakukan dosa besar.
Ketika terjadi pertentangan antara 2 kecintaan, akan tampak siapa yang cintanya
benar dan siapa cintanya hanya sebatas ucapan saja. Dan diantara cara memupuk
rasa cinta kita kepada Allah adalah dengan mentadaburi atau memperhatikan ayat-
ayat Al-Qur‟an dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta.
Demikian pula dengan cara mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allah berikan.
Pelajaran Ke-22
Diantara keyakinan seorang muslim bahwa manfaat dan mudharat ada di tangan
Allah Subhanahuwata‟ala. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak
bertawakal kecuali hanya kepada Allah. Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah
takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri dihadapan Allah,
mengagungkannya dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan
melaksanakan perintah-Nya. Bukan takut yang berlebihan, yang membawa kepada
keputusasaan terhadap rahmat Allah dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang
tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah, takut seperti ini adalah
ibadah, tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada
selain Allah. Barang siapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah
terjerumus ke dalam syirik besar, yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam.
Misalnya orang yang takut mudhorot wali fulan, yang sudah meninggal, kemudian
takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan
kemudian mengagungkannya. Hendaknya seorang muslim meneladani Nabi Ibrahim
Shallallahu „Alaihi wasaslam, ketika beliau berkata, (yang artinya) : “ Dan aku tidak
takut dengan sesembahan kalian. Mereka tidak memudharati ku kecuali apabila
Rabbku menghendaki.” (QS Al-An‟am
Diantara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluk yang diharamkan adalah
berlindung kepada Allah Subhanahuwata‟ala dari bisikan syetan dan mengingat
sabda Nabi Shallallahu „Alaihi wasallam. “Ketauhilah bahwa seandainya umat
semuanya berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu niscaya mereka tidak bisa
memberikan manfaat, kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis dan seandainya
mereka berkumpul untuk memberi mudharat kepada mu niscaya tidak bisa memberi
mudharat kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis.” (HR At-Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Syekh Al Bani Rahimahullah)
Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia seperti takut kepada panasnya
api, binatang buas dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan
juga bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar
larangan Allah Subhanahuwata‟ala. Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun
tidak terlepas darinya.
Pelajaran Ke-23
Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah Subhanahuwata‟ala dan
juga agamanya yaitu ilmu yang membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allah
Subhanahuwata‟ala. Para ulama adalah pewaris para Nabi dan kedudukan mereka di
dalam agama Islam adalah sangat tinggi.
Ulil Amri disini mencakup ulama dan juga umat atau pemerintah, menghormati para
ulama bukan berarti menaati mereka di dalam segala hal sampai kepada
kemaksiatan. Ulama seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka terkadang salah dan
terkadang benar. Kalau benar mereka mendapatkan 2 pahala dan kalau salah mereka
mendapatkan satu pahala. Apabila telah jelas kebenaran bagi seorang muslim dan
jelas bahwasanya seorang ulama menyelisihi kebenaran tersbut dalam sebuah
Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tidak ada ketaatan
dalam kemaksiatan kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan hanya di dalam
kebenaran.” (HR Al Bukhori dan Muslim)
Pelajaran Ke-24
Termasuk keyaikan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap muslim bahwa
kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah Subhanahuwata‟ala
Allah berfirman (yang artinya): “Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan, maka
asalnya adalah dari Allah Subhanahuwata‟ala (QS An-Nahl:153)
Adalah termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari
Allah Subhanahuwata‟ala kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada
selain Allah. Misalnya seperti kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka, kalau
tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri, kalau bukan karna dokter niscaya
saya tidak sembuh, dan lain sebagainya. Ini semua adalah contoh bentuk
menyandarkan kenikmatan kepada sebab.
Pelajaran Ke-25
Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan tidaklah pantas bagi laki-
laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang
urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh,
dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS Al-Ahzab:36).