TAUHID

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

-----TAUHID-----

Pelajaran ke-1

Mengapa Kita Wajib Belajar Tauhid

Tauhid artinya adalah mengesakan ibadah kepada Allah aza wajala.


Tauhid merupakan inti dari ajaran islam.

Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun


perempuan, karena Allah Subhanahuwata‟ala menciptakan manusia dan jin adalah
hanya untuk bertauhid yaitu mengesakan ibadah kepada Allah aza wajalla.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan tidaklah Aku ciptakan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat:56)

Oleh karena itu Allah Subhanahuwata‟ala mengutus para Rasul kepada setiap umat,
tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada Tauhid.

Allah Subhanahuwata‟ala berfimran (yang artinya): “Dan sungguh telah Kami utus
kepada setiap umat seorang Rasul yang berkata kepada kamunya, sembahlah Allah
dan jauhilah taghut.” (QS An Nahal:36), makna Taghut adalah segala sesembahan
selain Allah subhanuwata‟ala, oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami
tauhid yang merupakan inti ajaran islam maka sebenarnya dia tidak memahami
agamanya meskipun telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.

Pelajaran Ke-2

Tauhid syarat mutlak masuk surga.

Orang yang mengingikan kebahagiaan di surga maka dia harus memiliki modal yang
satu ini yaitu “Tauhid”. Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bertauhid.
Orang yang bertauhid pasti akan masuk surga meskipun mungkin sebelumnya dia
diadzab terlebih dahulu di dalam neraka karena dosa-dosa yang pernah dia lakukan
di dunia.

Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya) “Barang siapa yang
bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja. Tidak ada
sekutu baginya dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hambanya dan Rasulnya dan
bahwasanya Isa adalah Hamba Allah dan Rasulnya, dan kalimatnya yang dia tiupkan
kepada Maryam dan roh darinya dan dia bersaksi bahwa surga benar adanya dan

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga
bagaimanapun amalan yang telah dia amalkan (HR. Bukhari dan Muslim).

Di dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya)
“maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang
mengatakan laa ilaaha illAllah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah) yang dia mengharap dan kalimat tersebut wajah Allah (HR Bukhori dan
Muslim).” Oleh karena itu tidak heran jika prioritas dakwah para Rasul dan orang
yang mengikuti mereka adalah tauhid.

Pelajaran Ke-3

BAHAYA KESYIRIKAN.

Tauhid adalah amalan yang paling Allah cintai sebaliknya syirik yaitu
menyekutukan Allah di dalam beribadah adalah amalan yang sangat Allah murkai.

Allah subhanahuwata„ala memang Maha Pengampun akan tetapi apabila seseorang


meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allah, maka Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik tersebut, akibatnya dia kekal di dalam neraka selama-
lamanya, tidak ada harapan baginya untuk masuk ke dalam surga Allah aza wajalla
dan sungguh ini adalah kerugian yang tidak ada kerugian yang lebih besar daripada
kerugian tersebut.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (artinya) “Sesungguhnya Allah tidak


mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang
dikehendaki-Nya (QS An-Nisa ayat 48)

Allah Subhanahuwata‟ala juga berfirman (artinya) “Sesungguhnya barang siapa yang


menyekutukan Allah, maka Allah mengharamkan baginya surga dan tempat
kembalinya adalah neraka dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang dzolim (QS.
Al-Maidah ayat 72). Oleh karena itu hati-hatilah terhadap dosa yang satu ini.
Terkadang seseorang terjerumus kedalamnya, sedangkan dia tidak menyadarinya
Bentengilah diri dengan perisai ilmu agama. Belajarlah dan berdoalah kepada Allah
dengan sejujur-jujurnya. Semoga Allah Subhanahuwata‟ala melindungi kita dan
keluarga kita dari perbuatan syirik.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Pelajaran Ke-4

Syirik membatalkan Amal

Pernahkah Anda kehilangan file data berharga hasil kerja keras Anda selama
berhari-hari atau berbulan-bulan atau bertahun-tahun? Bagaimana perasaan Anda
saat itu? Sedih bukan ?.

Terkadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file tersebut
kembali.

Syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amal seseorang, Allah
Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan sungguh telah diwahyukan
kepadamu wahai Muhammad dan orang-orang sebelummu bahwa apabila kamu
berbuat syirik, maka sungguh akan batal amalanmu dan jadilah kamu termasuk
orang-orang yang merugi, maka sembahlah Allah saja dan jadilah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur.” (QS Az-zumar: 65-66)

Dalam ayat ini disebutkan seorang Nabipun akan batal amalannya apabila ia berbuat
syirik, oleh karena itu jagalah amalan yang sudah Anda tabung bertahun-tahun.
Jangan biarkan amalan Anda begitu saja. Karena kejahilan Anda terhadap tauhid.
Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa, bisa menghancurkan amalan
sebesar gunung dan belum tentu ada waktu lagi untuk menabung kembali.

Pelajaran Ke-5

Taubat dari Kesyirikan.

Orang yang berbuat syirik dan meninggal dunia tanpa bertobat kepada Allah, maka
dosa syiriknya tidak akan diampuni, namun apabila dia bertobat sebelum meninggal
maka Allah akan mengampuni dosanya bagaimanapun besar dosa tersebut. Taubat
nasuha adalah taubat yang terpenuhi di dalamnya 3 syarat:

- Menyesal

- Meninggalkan perbuatan tersebut

- Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi

Allah subhanahu wata‟ala berfirman (yang artinya) Katakanlah, “Hai hamba-hamba


Ku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (yaitu dengan berbuat dosa)
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


dosa semuanya. Sesungguhnya Dia yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS
Az-Zumar ayat 53).

Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya); “Sesungguhnya


Allah menerima taubat seorang hamba selama roh belum sampai ke tenggorokan (HR
At Tirmidzi dan Ibnu Umar dan dihasankan oleh Syekh Al Bani)

Para sahabat Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam tidak semuanya lahir dalam keadaan
islam bahkan banyak diantara mereka yang masuk islam ketika sudah besar dan
sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan. Supaya tidak terjerumus kembali ke
dalam kesyirikan, seseorang harus mempelajari Tauhid dan memahaminya dengan
baik, serta mengetahui jenis-jenis kesyirikan sehingga bisa menjauhinya.(QS Az
Zumar:65-66).

Pelajaran Ke-6

Apa itu Tauhid

Tauhid secara bahasa adalah “mengesakan” adapun secara istilah maka tauhid
adalah mengesakan Allah di dalam beribadah. Seseorang tidak dinamakan bertauhid,
sehingga meninggalkan peribadatan kepada selain Allah Subhanahuwata‟ala, seperti
berdoa kepada selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, menyembelih untuk selain
Allah, dll. Apabila seseorang beribadah kepada Allah dan menyerahkan sebagian
ibadah kepada selain Allah siapapun dia baik kepada seorang Nabi, malaikat atau
selainnya maka inilah yang dinamakan dengan syirik yaitu menyekutukan Allah di
dalam beribadah.

Allah berfiriman (yang artinya): “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada
bapaknya dan kaumnya, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian
sembah kecuali zat yang telah menciptakanku…. (QS Az-Zukhruf:26-27)

Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya); “Barang siapa yang
mengatakan Laa ilaha ilAllah dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain
Allah, maka haram harta dan darahnya yaitu tidak boleh diganggu dan
perhitungannya atas Allah (HR Muslim)

Oleh karena itu rukun kalimat tauhid Laa ilaha ilAllah ada 2 yaitu:

1. Nafi/pengingkaran yaitu pada kalimat Laa ilaha yang artinya tidak ada tuhan yang
berhak disembah. Ini adalah kalimat pengingkaran yakkni mengingkari tuhan-tuhan
selain Allah Subhanahuwata‟ala.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


2. Ikbat yaitu penetapan pada kalimat ilAllah adalah yang artinya kecuali Allah ini
adalah kalimat penetapan yakni menetapkan Allah Subhanahuwata‟ala sebagai satu-
satunya sesembahan.

Pelajaran Ke-7

Termasuk syirik memakai jimat.

Allah Subhanahuwata‟ala adalah zat yang memberikan manfaat dan mudharat


kalau Allah menghendaki untuk memberikan manfaat pada seseorang, maka tidak
akan ada yang bisa mencegahnya, demikian pula sebaliknya ketika Allah
menghendaki untuk menimpakan musibah kepada seseorang maka tidak ada yang
bisa menolaknya. Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang muslim untuk
hanya bergantung kepada Allah Subhanahuwata‟ala semata dan merasa cukup
dengan Allah di dalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindari mudharat
dalam mencari rezeki, mencari keselamatan, kesembuhan dari penyakit dll, serta
tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan seperti, jimat,
wafak, susuk dan berbagai jenisnya.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam mengingatkan (yang artinya): “Barang siapa


yang menggantungkan tamimah (yaitu jumat dan yang semisalnya) maka sungguh
dia telah berbuat syirik (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Syekh Albani).

Apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab saja maka hal itu
termasuk syirik kecil, karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab,
padahal yang berhak menentukan sesuatu sebagai sebab atau tidak adalah zat yang
menciptakannya yaitu Allah.

Perlu diketahui bahwa dosa syirik kecil tidak bisa disepelekan, karena dosa syirik
kecil tetap lebih besar dari pada dosa-dosa besar seperti, dosa zina, dosa membunuh
dll. Kemudian apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya
memberikan manfaat dan memberikan mudharat, maka hal itu termasuk syirik besar
yang mengeluarkan seseorang dari Islam.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Pelajaran Ke-8

Bertabaruk atau Mencari Barokah

Barokah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya. Allah Subhanahuwata‟ala


adalah zat yang berbarokah artinya zat yang banyak kebaikannya.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dialah Allah yang banyak


barokahnya Rabb semesta alam (QS Al-A‟raf:54)

Allah jugalah yang memberikan keberkahan kebaikan kepada sebagian makhluknya,


sehingga makhluk tersebut menjadi makhluk yang berbarokah dan banyak
kebaikannya.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya rumah (ibadah)


pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah)
yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. (QS Ali Imran:96).

Note: Ka‟bah diberikan barokah oleh Allah Subhanahuwata‟ala dan cara mendapat
barokahnya adalah dengan melakukan ibadah disana.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya kami telah


menurunkannya yaitu Al-Qur‟an pada malam yang berbarokah, sesungguhnya kami
memberi peringatan (QS Ad-Dukhan:3)

Malam Lailatur Qadar adalah malam yang berbarokah, cara mendapatkan barokah
dan kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut. Seorang
ulama berbarokah dengan ilmunya dan dakwahnya, cara mendapatkan berkahnya
dan kebaikannya adalah dengan menimba ilmu darinya. Disana ada barokah yang
sifatnya Zatiah yaitu zatnya yang berbarokah dimana barokah yang seperti ini bisa
berpindah. Barokah jenis ini hanya Allah Subhanahuwata‟ala berikan kepada para
Nabi dan Rasul oleh karena itu dahulu para sahabat Nabi selalu bertabarukh dengan
bekas air wudhu beliau, rambut beliau, keringat beliau dll. Sepeninggal Beliau
Shallallahu „Alaihi Wasallam, mereka tidak melakukannya terhadap Abu Bakar dan
Umar dan para sahabat mulia yang lain. Hal itu menunjukkan bahwa ini adalah
kekhususan para Nabi dan Rasul, meminta barokah hanya kepada Allah
Subhanahuwata‟ala dengan cara yang disyariatkan. Adapun meminta barokah dari
Allah Subhanahuwata‟ala dengan sebab yang tidak disyariatkan seperi mengusap
dinding-dinding masjid tertentu dll, maka ini termasuk syirik kecil.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Pelajaran Ke-9

Menyembelih untuk Selain Allah termasuk Syirik Besar.

Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam. Di dalamnya ada
pengagungan terhadap Allah Subhanahuwata‟ala Rabb semesta alam. Diantara wujud
cinta kepada Allah Subhanahuwata‟ala adalah dengan mengorbankan sebagian harta
kita utnuknya, seperti ibadah Qurban di hari Raya Idul Afha, Itaqiqah dan bagi
sebagian jama‟ah haji. Allah Subhanahuwata‟ala memerintahkan kita menyerahkan
ibadah yang mulia ini hanya untuknya semata, sebagaimana Firman Allah
Subhanahuwata‟ala (yang artinya): “maka shalatlah dan menyembelihlah untuk
Tuhanmu” (QS Al-Kautsar:2).

Barang siapa yang menyerahkan ibadah menyebelih ini untuk selain Allah dalam
rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allah baik kepada Nabi,
wali, jin atau selainnya, maka dia telah terjatuh di dalam syirik besar yang
mengeluarkan seseorang dari Islam, membatalkah amalan, dan terkena ancaman
laknat dari Allah Subhanahuwata‟ala. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
„Alaihi Wasallam (yang artinya): “Allah melaknat seseorang yang menyembelih untuk
selain Allah.” (HR Muslim)

Makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat-Nya. Oleh karenanya janganlah sekali-
kali kita sebagai seorang muslim berkorban dan menyembelih untuk selain Allah
sedikitpun. Meskipun dengan seekor lalat dengan harapan mendapatkan manfaat dan
terhindar dari mudharat. Sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa manfaat
dan mudhorat di tangan Allah Subhanahuwata‟ala semata dan hanya kepadanyalah
seorang muslim bertawakal.

Pelajaran Ke-10

Termasuk Syirik Bernadzar untuk selain Allah.

Bernadzar untuk Allah Subhanahuwata‟ala adalah seseorang mengatakan wajib bagi


saya melakukan ibadah ini dan itu untuk Allah Subhanahuwata‟ala atau dengan
mengatakan misalnya saya bernadzar untuk Allah bila terlaksana hajat saya.

Bernadzar adalah ibadah dan sebuah bentuk pengagungan karenanya bernadzar


tidak diperkenankan, kecuali untuk Allah Subhanahuwata‟ala semata, seperti orang
yang bernadzar utnuk berpuasa 1 hari bila lulus ujian atau bernadzar untuk Allah
akan mengadakan umroh bila sembuh dari penyakitnya.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan apa yang kalian infakkan
atau yang kalian nadzarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya dan tidak ada
penolong bagi orang-orang yang dzalim (QS Al-Baqarah:270).

Di dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa Allah Subhanahuwata‟ala mengetahui


nadzar para hambanya dan akan membalas dengan balasan yang baik. Ini
menunjukkan bahwa nadzar adalah ibadah yang seorang muslim akan diberikan
pahala atas nadzar tersebut.

Menunaikan nadzar, apabila dalam ketaatan hukumya wajib. Berdasarkan Firman


Allah (yang artinya): “Dan supaya mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka
(QS Al Hajj:29)

Juga sabda Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam (yang artinya): “Barang siapa yang
bernadzar untuk mentaati Allah maka hendaknya menaatinya dan barang siapa yang
bernadzar untuk memaksiati Allah maka janganlah dia memaksiatinya (HR Al
Bukhari).

Bernadzar untuk selain Allah Subhanahuwata‟ala termasuk syirik besar yang


mengeluarkan seseorang dari islam seperti seseorang bernadzar apabila sembuh dari
penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan atau berpuasa untuk Syekh
Fulan.

Pelajaran Ke-11

Ar-Ruqyah/Jampi-jampi

Ar-Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh.
Bacaan ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikannya.

Diriwayatkan dari Auf bin Malik ra. Beliau berkata,”kami dahulu meruqyah di zaman
zahiliyah, maka kami bertanya kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam “ya
Rasulullah apa pendapatmu tentang ruqyah-ruqyah ini”. Rasulullah Shallallahu
„Alaihi Wasallam bersabda, “Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian,
sesungguhnya ruqyah tidak mengapa selama tidak ada kesyirikan.” (HR Muslim)

Ruqyah yang tidak ada kesyirikan adalah seperti ruqyah dari ayat-ayat Al-Qur‟an,
dari do‟a-do‟a yang diajarkan Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam dan ini lebih utama
atau dengan do‟a-do‟a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya, baik dengan
Bahasa Arab maupun dengan selain Bahasa Arab. Kemudian hendaknya orang yang
meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya ruqyah hanyalah sebab

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


semata, tidak berpengaruh dengan sendirinya, dan tidak boleh seseorang bertawakal
kepada sebab tersebut.

Seorang muslim mengambil sebab dan bertawakal kepada zat yang menciptakan
sebab tersebut yaitu Allah Subhanahuwata‟ala.

Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang


mengandung permohonan kepada selain Allah Subhanahuwata‟ala baik kepada jin,
wali, atau selainnya. Biasanya disebutkan disitu nama-nama mereka. Tidak jarang
jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qur‟an atau dengan nama-
nama Allah Subhanahuwata‟ala atau dengan kalimat yang berasal dari Bahasa Arab
dengan tujuan untuk mengelabui orang-orang yang jahil dan tidak tahu. Ruqyah
yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu „Alaihi
Wasallam di dalam sabda Beliau (yang artinya): “Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-
jimat dan pelet adalah syirik” (HR Abu Daud dan Ibnu Maja dan di shahihkan oleh
Syekh Al-Bani).

Pelajaran Ke-12

Berdoa kepada selain Allah adalah Syirik Besar

Berdoa kepada Allah adalah seseorang menghadap Allah Subhanahuwata‟ala dengan


maksud supaya Allah mewujudkan keinginanya baik dengan meminta atau dengan
merendahkan diri, mengharap, dan takut kepada Allah Subhanahuwata‟ala. Berdoa
dengan makna diatas adalah ibadah.

Berkata An-Nu‟man ibnu Basyrin Ra. “aku mendengar Nabi Shallallahu „Alaihi
Wasallam bersabda (yang artinya): “doa adalah ibadah”, kemudian Beliau Shallallahu
„Alaihi Wasallam membaca ayat (yang artinya): “Dan Rabb kalian telah berkata”
berdoalah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan kalian. Sesungguhnya
orang-orang yang sombong dari beribadah kepadaKu, mereka akan masuk ke dalam
neraka jahannam dalam keadaan terhina (QS. Ghafir ayat 60). Dan diriwayatkan oleh
Abu Daud, Tirmizi dan Ibu Majah dan dishahihkan oleh Syekh Bani).

Dan makna “Beribadah Kepadaku” pada ayat ini adalah “Berdoa Kepadaku”

Apabila Doa adalah ibadah yang merupakan hak Allah Subhanahuwata‟ala semata,
maka berdoa kepada selain Allah dengan merendahkan diri dihadapannya,
mengharap, dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap dan takut
kepada Allah adalah termasuk syirik besar.Termasuk jenis doa adalah Istighosah
yaitu meminta dilepaskan dari kesusahan, isti‟azah (meminta perlindungan) dan

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


isti‟anah (meminta pertolongan) apabila didalamnya ada merendah diri, pengharapan
dan takut, maka ini adalah ibadah yang hanya boleh diserahkan kepada Allah
Subhanahuwata‟ala semata. Namun perlu diketahui bahwasanya boleh seseorang ber
istighosah, beristi‟azah dan beristi‟anah kepada makhluk dengan 4 syarat berikut:

1. Makhluk tersebut masih hidup

2. Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita

3. Dia mampu sebagai makhluk untuk melakukannya

4. Makhluk tersebut diyakini hanya sebagai sebab sehingga tidak boleh bertawakal
kepada sebab tersebut, akan tetapi bertawakal kepada Allah Subhanahuwata‟ala yang
menciptakan sebab tersebut.

Orang yang beristighosah, beristi‟azah, dan isti‟anah kepada orang yang sudah mati /
kepada orang yang masih hidup, akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak
mendengar ucapan kita atau meminta kepada makhluk perkara yang tidak mungkin
bisa melakukannya kecuali Allah, maka ini termasuk syirik besar.

Pelajaran Ke-13

Syafaat

Syafaat adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun akhirat.
Allah Subhanahuwata‟ala dalam ushulnya telah mengabarkan kepada kita tentang
adanya syafaat pada hari kiamat, diantara bentuknya adalah bahwasanya Allah
Subhanahuwata‟ala mengampuni seorang muslim dengan perantara doa orang yang
telah Allah izinkan untuk memberikan syafaat. Syafaat akhirat harus kita imani dan
kita berusaha untuk meraihnya. Adapun modal ulama untuk mendapatkan syafaat
akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasssalam bersabda ketika beliau mengabarkan


tentang bahwasanya beliau memiliki syafaat pada hari kiamat, syafaat itu akan
didapatkan Isnya Allah oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak
menyekutukan Allah sedikitpun. (HR Muslim).

Merekalah orang-orang yang Allah ridhoi karena ketauhidan yang mereka miliki.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan mereka yaitu para Nabi,
para malaikat dan juga yang lain tidak memberikan syafaat kecuali bagi orang-orang
yang Allah ridhoi.” (QS Al Anbiya:28)

Syafaat di akhirat berbeda dengan syafaat di dunia, karena seseorang pada hari
kiamat tidak bisa memberi syafaat bagi orang lain, kecuali setelah diizinkan oleh
Allah Subhanahuwata‟ala sampai meskipun dia adalah seorang Nabi atau seorang
malaikat sekalipun.

Sebagaimana Firman Allah (yang artinya): “Tidak ada yang bisa memberikan syafaat
disisinya kecuali dengan izin-Nya.” (QS Al Baqrah:255).

Oleh karena itu permintaan syafaat hanya ditujukan kepada Allah zat yang
memilikinya seperti seseorang mengatakan di dalam doa nya “ ya Allah aku meminta
syafaat Nabimu”. Inilah cara meminta syafaat yang diperbolehkan bukan dengan
meminta langsung kepada Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam seperti
mengatakan: “ya Rasulullah berikan aku syafaatmu atau dengan cara menyerahkan
sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafaatnya. Cara seperti ini
adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dulu.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan mereka menyembah kepada


selain Allah sesuatu yang tidak memudhorati mereka dan tidak pula memberikan
manfaat dan mereka berkata, mereka adalah pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah

Katakanlah apakah kalian akan mengabarkan kepada Allah sesuatu yang Allah tidak
ketahui baik di langit maupun di bumi. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa
yang mereka sekutukan.

Pelajaran Ke-14

Berlebihan Terhadap Orang Sholeh adalah Pintu Kesyirikan

Orang sholeh adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allah
Subhanahuwata‟ala baik dalam hal Aqidah, Ibadah maupun Muamalah. Mereka
memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allah aza wajalla. Sebagai seorang muslim
kita diperintahkan untuk mencintai mereka di dalam kebaikan, berteman dan
bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan. Membaca perjalanan hidup
mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati. Menghormati mereka
adalah diperintahkan selama masih dalam batas-batas yang diizinkan agama. Namun
berlebih-lebihan terhadap orang seperti mendudukkan mereka diatas kedudukannya
sebagai manusia atau menyifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


untuk Allah Subhanahuwata‟ala, maka ini hukumnya haram dan tidak diperbolehkan
menurut agama, karena hal ini dapat menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan
penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allah Subhanahuwata‟ala.

Mencintai Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam melebihi cinta kita kepada kedua
orang tua, anak dan semua manusia adalah sebuah kewajiban agama sebagaimana
yang disebutkan dalam sebuah Hadts yang diriwayatkan Al Bukhori dan juga Muslim
(yang artinya): “Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dia
cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia. Namun Beliau
Shallallahu „Alaihi Wasallam melarang kita berlebih-lebihan terhadap Beliau
Shallallahu „Alaihi Wasallam dengan mendudukkan Beliau diatas kedudukan Beliau
yang sebenarnya sebagai seorang Hamba Allah dan seorang Rasulnya.

Beliau Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya): “Janganlah kalian


berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan
terhadap Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka katakanlah
Hamba Allah dan Rasulnya.” (HR Al Bukhori).

Beliau adalah seorang Hamba, maka tidak boleh disembah dan Beliau adalah seorang
Rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi.

Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia saja yaitu Rasulullah


Shallallahu „Alaihi Wasallam tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain.

Diantara bentuk ghuluw berlebih-lebihan terhadap orang-orang sholeh adalah


meyakini bahwa mereka mengetahui ilmu ghaib atau membangun di atas kuburan
mereka, beribadah kepada Allah Subhanahuwata‟ala disamping kuburan mereka dll.
Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.

Pelajaran Ke-15

Sihir

Sihir bermacam-macam jenisnya. Sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir


yang terjadi dengan meminta pertolongan kepada syetan, padahal syetan tidak akan
menolong seseorang kecuali setelah orang tersebut melakukan perkara yang dia
Ridhoi yaitu Kufur kepada Allah Subhanahuwata‟ala dengan menyerahkan sebagian
ibadah kepada syetan tersebut atau dengan menghina Al-Qur‟an atau dengan
mencela agama dan sebagainya.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan bukankah Sulaimanlah
yang kafir akan tetapi syetan-syetanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada
manusia.” (QS Al-Baqarah:102)

Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda: “Jauhilah 7 perkara yang


membinasakan. Para sahabat bertanya: ya Rasulullah apakah 7 perkara tersebut,
maka Beliau Shallallahu „Alaihi Wasallam menyebutkan 7 perkara yang pertama
adalah syirik kepada Allah, yang kedua sihir. (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis adalah hukuman mati bila dia tidak
bertobat, sebagaimana telah dicontohkan oleh sahabat Nabi Shallallahu „Alaihi
Wasallam.

Adapun yang berhak melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah yang sah
bukan individu. Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan bahkan
sebagian ulama menghukumi pelakunya keluar dari Islam, demikian pula meminta
supaya disihirkan juga perbuatan yang haram, karena Rasulullah Shallallahu „Alaihi
Wasallam mengabarkan bahwa bukan termasuk pengikut Beliau, orang-orang yang
menyihir dan yang minta disihirkan sebagaimana dalam sebuah riwayat yang
diriwayatkan oleh Al Bazar dalam musafnya dan dishahihkan oleh Syekh Al Bani
Rahimahullah.

Seorang muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir
diantaranya adalah dengan menjaga zikir-zikir yang disyariatkan seperti zikir pagi
dan petang, zikir-zikir setelah sholat 5 waktu, zikir akan tidur, mau makan, masuk
rumah, keluar rumah, masuk kamar kecil, keluar dari kamar kecil, dll. Selain itu
juga membersihkan diri dan rumah dari perkara-perkara makhluk yang membuat
ridho syetan seperti jimat-jimat, musik, gambar bernyawa.

Apabila Qadarullah kalau terkena sihir, maka hendaknya bersabar, merendahkan diri
kepada Allah Subhanahuwata‟ala, memohon darinya kesembuhan dan berpegang
dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan serta jangan sekali-sekali berusaha
menghilangkan sihir dengan meminta bantuan jin baik secara langsung, maupun
lewat dukun, paranormal dan yang semisal dengan mereka.

Pelajaran Ke-16

Perdukunan

Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia, seperti mengetahui barang yang hilang dan

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


pencurinya, mengetahui ramalan, dll. Dia mengetahui hal tersebut dengan cara-cara
tertentu seperti dengan melihat bintang menggaris di tanah, melihat air di mangkok,
dll.

Dengan cara ini dukun memakan harta manusia. Ketahuilah bahwa perdukunan
dengan namanya yang bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan di dalam
agama Islam. Ilmu ghaib yang mereka akui pada hakekatnya adalah kabar dari jin
yang mereka mintai bantuan. Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk
menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan jin dan juga syetan . Kita
sudah mengetahui bersama, bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia
dan menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan keturunannya tidak
akan membantu sang dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allah
Subhanahuwata‟ala. Oleh karena itu para ulama menghukumi dukun sebagai orang
yang kafir dengan sebab ini. Adapun harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini
adalah harta yang haram. Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar, maka
sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam di dalam hadits
yang shahih.

Bahwa para jin bekerjasama untuk mencari kabar dari langit apabila mendengar
sesuatu maka jin yang diatas akan mengabarkan pada jin yang dibawahnya dan
seterusnya. Sehingga sampai ke telinga dukun. Terkadang jin itu terkena lemparan
bintang sbelum menyampaikan kabar yang ia dengar dan terkadang sempat
menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang. Kabar sedikir yang
sampai ini akan ditambah tambah oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang
banyak.

Apa yang benar terjadi sesuai yang ia kabarkan akan dijadikan alat mencari
kebenaran dan kepercayaan dari manusia. Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke
dukun dengan maksud meminta bantuan kepada dukun tersebut bagaimanapun
susahnya keadaan dia.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang
mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang ia ucapkan maka dia
telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu „Alaihi
Wasallam.” (HR Abu Daud at tirmidzi dan Ibnu Maha dan dishahihkan oleh Syelh Al
Bani Rahimahullah).

Di dalam hadits lain Beliau Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam mengatakan


(artinya): “Barang siapa mendatangi dukun kemudian bertanya kepadanya tentang
sesuatu, maka tidak diterima darinya sholat selama 40 hari.” (HR Muslim).

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai
mengeluarkan seseorang dari Islam, namun kedua Hadits diatas cukup menunjukkan
besarnya dosa orang yang mendatangi dukun.

Pelajaran Ke-17

Tathayyur (merasa sial dengan sesuatu) adalah syirik kecil.

Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar
kejadian tertentu seperti melihat tabrakan atau orang yang berkelahi atau yang
semisalnya, kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan
hajatnya seperti bepergian, berdagang dll. Tathayyur termasuk syirik kecil apabila
perasaan tersebut diikuti.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang
thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, maka dia telah berbuat
syirik.” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh syekh Al Bani Rahimahullah).

Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir sebagaimana hal ini
dinafikan dan diingkari oleh Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam. Beliau bersabda
(yang artinya): “Dan tidak ada thiyarah.” (HR al Bukhori dan Muslim). Maksudnya
thiyarah ini adalah sebuah perasaan yang yang tidak akan berpengaruh terhadap
takdir Allah, oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syetan
ini dan hendaknya dia memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di
permukaan bumi berupa kebaikan dan keburukan adalah dengan takdir Allah
Subhanahuwata‟ala semata.

Seorang mukmin hendaknya yakin bahwa tidak ada yang mendatangkan kebaikan
kecuali Allah Subhanahuwata‟ala dan tidak melindungi keburukan kecuali Allah
Subhanahuwata‟ala. Hanya bertawakal kepada Allah semata dan berbaik sangka
hanya kepada Allah. Apabila datang rasa was-was tersebut, maka hendaknya segera
dihilangkan dengan tawakal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya. Apa yang
terjadi setelah itu yaitu adalah takdir Allah Subhanahuwata‟ala.

Adapun Tathafa‟un maka diperbolehkan. Tathafa‟un artinya berbaik sangka kepada


Allah Subhanahuwata‟ala karena melihat atau mendengar sesuatu. Nabi Shallallahu
„Alaihi Wasallam sering bertafa‟un seperti ketika terjadi perjanjian Udaibiyas. Utusan
Quraish saat itu bernama Suhen pengecualian dari sahal artinya mudah, maka beliau
berbaik sangka kepada Allah, maka perjanjian ini akan membawa kemudahan. Maka
benarlah persangkaan Beliau. Allah Subhanahuwata‟alasetelah itu yaitu setelah
perjanjian udaibiyas membuka pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Pelajaran Ke-18

Meramal Nasib dengan Bintang

Bintang adalah makhluk yang menunjukkan kekaisaran Allah, penciptanya.


Allah telah mengabarkan di dalam Al-Qur‟an bahwa bintang ini memiliki 3 Faedah
sebagai berikut:

1. Sebagai perhiasan langit

2. Sebagai pelempar setan

3. Sebagai petunjuk manusia seperti mengetahui arah utara atau selatan, mengetahui
arah daerah, arah kiblat, atau mengetahui kapan datangnya musin menanam, musim
hujan dll.

Allaj Subhanahuwata‟ala tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain.


Seorang Salaf kota dari sadusi rahimahullah. Seorang ulama yang meninggal kurang
lebih 110 Hijriah, Beliau menjelaskan bahwa barang siapa yang meyakini bintang
memiliki faedah yang lain selain 3 hal yang diatas maka dia telah bersalah berbicara
tanpa ilmu. Ucapan ini dikeluarkan oleh Imam Al Bukhori di dalam shahih.
Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau
berkumpul dan berpisahnya beberapa bitang berpengaruh kepada keberuntungan
seseorang di masa yang akan datang, baik dalam masalah rezeki, jodoh dll.
Sebagaimana kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah, membaca
dan mempercayai hal seperti itu adalah perbuatan haram dan termasuk dosa besar.
Sebagian ulama mengatakan hukumnya sama seperti orang yang mendatangi dukun
dan bertanya kepadanya, ancamannya tidak diterima sholatnya selam 40 hari.

Hendaknya kita semua takut kepada Allah dan jangan sekali-kali mencoba membaca
kolom tersebut, serta jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup
segala pintu yang bisa merusak aqidah kita dan keluarga kita, karena aqidah
merupakan modal kita memasuki surga Allah Subhanahuwata‟ala dengan selamat.

Pelajaran Ke-19

Bersumpah dengan Selain Nama Allah

Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang


diagungkan baik oleh yang bicara maupun yang diajak bicara. Kalau Bahasa Arab
maka menggunakan huruf “waw” atau “ba” atau “ta”. Adapun Bahasa Indonesia maka

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


menggunakan kata “demi”. Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah
semata misalnya dengan mengatakan demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi.
Demi zat yang jiwaku berada di tangannya, dll. Adapun makhluk bagaimanapun
agungnya di mata manusia, maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya,
misalnya dengan mengatakan demi Rasulullah, demi Ka‟bah, demi Jibril, demi Langit
dan Bumi, demi Bintang dll. Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap
makhluk yang terhalang.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barang siapa yang
bersumpah dengan selain nama Allah, maka sungguh dia telah berbuat syirik”. (HR
Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yag tidak mengeluarkan
seseorang dari Islam, namun bisa sampai kepada syirik besar, apabila dia
mengucapkan sumpah dengan makhluk disertai pengagungan seperti kalau dia
mengagungkan Allah seperti sumpah yang dilakukan oralng-orang musyrik dengan
mengatakan demi wisnu atau demi dewa fulan atau demi lata dll.

Pelajaran Ke-20

Riya

Riya adalah seseorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari
Allah Subhanahuwata‟ala tetapi ingin dilihat oleh manusia dan dipuji. Riya
hukumnya haram dan termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak mengeluarkan
seseorang dari Islam. Riya adalah diantara sebab tidak diterimanya amal ibadah
seseorang bagaimanapun besar amalan tersebut.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Allah berfirman


“Aku adalah zat yang paling tidak butuh dengan syirik, Barang siapa yang
mengamalkan sebuah amalan dan menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam
amalan tersebut, maka aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya. (HR
Muslim)

Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk
diampuni oleh Subhanahuwata‟ala artinya dia harus diazab supaya bersih dari dosa
riya tersbut. Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allah, yang
kalau Allah menghendaki maka diampuni langsung dan kalau Allah menghendaki,
maka akan diazab terlebih dahulu. Mereka berdalil dengan keumuman ayat
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain
bagi siapa yang dikehendaki”. (QS Annisa:48)

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Tahukah kita siapa orang yang pertama kali akan dinyalakan api neraka dengan
mereka. Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam,
tetapi mereka justru adalan orang-orang yang beramal sholeh. Mereka adalah orang
yang mengajarkan Al Qur‟an supaya dikatakan sebagai seorang Qori yaitu seorang
yang suka membaca Al-Qur;an atau seorang yang mahir membaca Al-Qur‟an dan juga
orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan dan berjihad supaya dikatakan
pemberani. Mereka beramal bukan karena Allah. Sebagaimana hal ini dikabarkan
oleh Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam di dalam hadits yang shahih yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Oleh karena itu Ikhlas lah di dalam beramal dan Ikhlas
adalah barang yang sangat berharga, Para salaf kitapun merasakan ataupun
merasakan beratnya memperbaiki hati mereka. Hanya kepada Allah kita meminta ke
ikhlasan di dalam beramal dan menjauhkan kita dari riya, sumah dan ujub dan
berbagai penyakit hati dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita
kecuali kalau memang ada maslahat yang lebih kuat.

Pelajaran Ke-21

Cinta Kepada Allah

Mencinta kepada Allah merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan
ibadah ini mengharuskan seorang muslim merendahkan dirinya dihadapan Allah,
mengagungkan Allah dan akhirnya akan membawa seseorang melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi apa yang Allah larang. Inilah cinta yang merupakan ibadah.
Barang siapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allah, maka dia telah
berbuat syirik yang besar.

Allah berfirman (yang artinya): “Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu Allah, Mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman maka cinta
mereka kepada Allah jauh lebih besar (QS al-Baqarah:165)

Adapun cinta yang merupakan tabiat manusia seperti cinta keluarga, harta,
pekerjaan dan lain-lain. Maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita
kepada Allah. Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi
cintanya kepada Allah, maka dia telah melakukan dosa besar.

Allah berfriman (yang artinya): “Katakanlah jika Bapak-bapak kalian, anak-anak


kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, kaum kerabat kalian, harta
kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khwatirkan kerugiannya
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai itu semua lebih kalian cintai

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


daripada Allah dan Rasul-Nya dan juga berjihad di jalan Allah, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusannya dan Allah tidak akan memberikan
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah:24)

Ketika terjadi pertentangan antara 2 kecintaan, akan tampak siapa yang cintanya
benar dan siapa cintanya hanya sebatas ucapan saja. Dan diantara cara memupuk
rasa cinta kita kepada Allah adalah dengan mentadaburi atau memperhatikan ayat-
ayat Al-Qur‟an dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta.
Demikian pula dengan cara mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allah berikan.

Pelajaran Ke-22

Takut Kepada Allah

Diantara keyakinan seorang muslim bahwa manfaat dan mudharat ada di tangan
Allah Subhanahuwata‟ala. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak
bertawakal kecuali hanya kepada Allah. Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah
takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri dihadapan Allah,
mengagungkannya dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan
melaksanakan perintah-Nya. Bukan takut yang berlebihan, yang membawa kepada
keputusasaan terhadap rahmat Allah dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang
tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah, takut seperti ini adalah
ibadah, tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada
selain Allah. Barang siapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah
terjerumus ke dalam syirik besar, yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam.
Misalnya orang yang takut mudhorot wali fulan, yang sudah meninggal, kemudian
takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan
kemudian mengagungkannya. Hendaknya seorang muslim meneladani Nabi Ibrahim
Shallallahu „Alaihi wasaslam, ketika beliau berkata, (yang artinya) : “ Dan aku tidak
takut dengan sesembahan kalian. Mereka tidak memudharati ku kecuali apabila
Rabbku menghendaki.” (QS Al-An‟am

Diantara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluk


melebihi takutnya kepada Allah, sehingga takut tersbut membuat dia meninggalkan
jihad yang wajib atasnya, karena takut kepada orang kafir atau tidak melarang
kemungkaran, karena takut celaan manusia padahal dia mampu.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya mereka itu tidak


lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. AIi Imran:175)

Diantara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluk yang diharamkan adalah
berlindung kepada Allah Subhanahuwata‟ala dari bisikan syetan dan mengingat
sabda Nabi Shallallahu „Alaihi wasallam. “Ketauhilah bahwa seandainya umat
semuanya berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu niscaya mereka tidak bisa
memberikan manfaat, kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis dan seandainya
mereka berkumpul untuk memberi mudharat kepada mu niscaya tidak bisa memberi
mudharat kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis.” (HR At-Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Syekh Al Bani Rahimahullah)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia seperti takut kepada panasnya
api, binatang buas dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan
juga bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar
larangan Allah Subhanahuwata‟ala. Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun
tidak terlepas darinya.

Pelajaran Ke-23

Taat Ulama di dalam Kebenaran

Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah Subhanahuwata‟ala dan
juga agamanya yaitu ilmu yang membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allah
Subhanahuwata‟ala. Para ulama adalah pewaris para Nabi dan kedudukan mereka di
dalam agama Islam adalah sangat tinggi.

Allah Subhanahuwata‟ala telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan


kita untuk taat pada mereka, selama mereka menyeru dan mengajak kepada
kebenaran dan juga kebaikan.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah


kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri kalian.” (QS Annisa:59)

Ulil Amri disini mencakup ulama dan juga umat atau pemerintah, menghormati para
ulama bukan berarti menaati mereka di dalam segala hal sampai kepada
kemaksiatan. Ulama seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka terkadang salah dan
terkadang benar. Kalau benar mereka mendapatkan 2 pahala dan kalau salah mereka
mendapatkan satu pahala. Apabila telah jelas kebenaran bagi seorang muslim dan
jelas bahwasanya seorang ulama menyelisihi kebenaran tersbut dalam sebuah

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


permasalahan, maka tidak boleh seseorang menaati ulama tersebut dan kemudian
dia meninggalkan kebenaran.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Tidak ada ketaatan
dalam kemaksiatan kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan hanya di dalam
kebenaran.” (HR Al Bukhori dan Muslim)

Apabila seseorang menaati ulama dalam kemaksiatan kepada Allah


Subhanahuwata‟ala, maka dia telah menjadikan ulama tersebut sebagai pembuat
syariat dan bukan penyampai syariat. Ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang
Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam Firman nya (yang
artinya): “ Mereka yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadikan ulama dan ahli
ibadah mereka sebagai sesembahan selain Allah.” (QS At-Taubah:31)

Ketika menjelaskan ayat ini Rasulullah Shallallahu „Alaihi wasallam bersabda:


“Ketauhilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama, akan tetapi mereka
apabila menghalalkan apa yang Allah haramkan, maka merekapun ikut
menghalalkan dan apabila ulama dan ahli ibadah tersebut mengharamkan apa yang
Allah halalkan, maka mereka pun ikut mengharamkan (Hadits riwayat At-Tirmidzi
dari Adi bin Hatim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah).

Pelajaran Ke-24

Menyandarkan Nikmat Kepada Allah Subhanahuwata’ala

Termasuk keyaikan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap muslim bahwa
kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah Subhanahuwata‟ala

Allah berfirman (yang artinya): “Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan, maka
asalnya adalah dari Allah Subhanahuwata‟ala (QS An-Nahl:153)

Adalah termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari
Allah Subhanahuwata‟ala kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada
selain Allah. Misalnya seperti kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka, kalau
tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri, kalau bukan karna dokter niscaya
saya tidak sembuh, dan lain sebagainya. Ini semua adalah contoh bentuk
menyandarkan kenikmatan kepada sebab.

Allah berfirman : “Mereka mengenal nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya.”


(Qs An-Nahl:83)

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI


Seharusnya kenikmatan tersebut disandarkan kepada Allah Subhanahuwata‟ala, zat
yang menciptakan sebab yang seharusnya dikatakan adalah kalau bukan karna
Allah, niscaya kita sudah celaka atau kalau bukan karna Allah, niscaya uang kita
sudah hilang atau kalau bukan karna Allah niscaya saya tidak akan sembuh, dan
lain sebagainya. Yang demikian karna Allah lah yang memberikan nikmat,
keselamatan, nikmat keamanan, nikmat kesembuhan dan sebagainya, sedangkan
makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita. Kalau
Allah Subhanahuwata‟ala menghendaki niscaya Allah tidak akan menggerakkan
makhluk tersebut untuk menolong kita. Ini semua bukan berarti seorang muslim
tidak boleh berterima kasih kepada orang lain. Seorang muslim diperintahlan untuk
mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada seseorang yang berbuat baik
kepadanya karena mereka telaah menjadi sebab kenikmatan tersebut, bahkan
diperintahkan pula untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan
doa yang baik namun ujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allah
Subhanahuwata‟ala semata.

Pelajaran Ke-25

Ridha Dengan Allah

Allah Subhanahuwata‟ala sebagai pencipta manusia sangat menyayangi ciptaannya.


Dialah Arrahman Arrahim. Diantara bentuk kasih sayang Allah adalah menurunkan
syariat supaya manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar dari kesusahan di
dunia maupun akhirat. Dialah yang maha mengetahui dan maha bijaksana.
Hukumnya penuh dengan keadilan, hikmah, dan juga kebaikan meskipun kadang
samar atas sebagian manusia. Oleh karena itu menjadi keharusan bagi seorang
muslim dan juga muslimah untuk tidho dengan hukum Allah dan yakin bahwasanya
kebaikan semua di dalam hukum Allah, di dalam segala bidang kehidupan, Akidah,
Akhlak, Adab, Muamalah, Ekonomi, Kenegaraan, dll.

“Mengesakan Allah Subhanahuwata‟ala di dalam hukum-hukumnya adalah termasuk


konsekuensi Tauhid”.

Allah Subhanahuwata‟ala berfirman (yang artinya): “Dan tidaklah pantas bagi laki-
laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang
urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh,
dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS Al-Ahzab:36).

CATATAN TENTANG SILSILAH ILMIAH BELAJAR TAUHID. HSI

Anda mungkin juga menyukai