LP 2 Anemia
LP 2 Anemia
LP 2 Anemia
Oleh:
SULISTIAWATI
42022170265
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan
Oleh :
SULISTIAWATI
42022170265
Menyetujui
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
1. Pembimbing clinik
2. Pembimbing institusi
3. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam menyelesaikan
laporan ini
Penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mohon kritik dan saran untuk peningkatan kualitas laporan ini agar lebih
baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
1. Latar Belakang..................................................................1
2. Rumusan Masalah.............................................................1
3. Tujuan...............................................................................2
4. Manfaat.............................................................................2
BAB II : Tinjuan Teori ............................................................................3
1. Kehamilan.........................................................................3
2. Anemia .............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi atau keadaan ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin
(Hb), hematokrit atau jumlah sel darah merah. Kadar Hb dan sel darah sangat bervariasi
tergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian suatu tempat, serta keadaan fisiologi
tertentu (Sudoyo, 2013). Menurut Depkes (2009) anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
<10,5 gr% pada trimester II. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena
dalam kehamilan kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan-
perubahan dalam darah dan sumsum tulang (Prawirohardho, 2014). Anemia pada
umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, pada kelompok
sosial ekonomi rendah, meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Pada kelompok
dewasa terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita
menyusui karena banyak mengalami defisiensi Fe. Menurut World Health
Organization prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi Fe sekitar 35-
75% yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Sementara
persentase wanita hamil dari keluarga miskin terus meningkat seiring bertambahnya
usia kehamilan dalam trimester I (sebanyak 8%), trimester II sebanyak 12%, dan
trimester III sebanyak 29% (Fatmah, 2014).
Secara keseluruhan, anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di
negara maju (Fatmah, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dari
tahun 2013 sampai dengan 2018 menunjukkan proporsi anemia pada ibu
hamil juga mengalami peningkatan yaitu dari 37,1% menjadi 48,9%,
dimana di Jawa Tengah memiliki angka kejadian anemia pada ibu hamil
sebesar 43,5%. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar;
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI; 2018. Data Profil
Kesehatan Jawa Tengah menunjukkan bahwa angka prevalensi penyebab
kematian ibu karena perdarahan mengalami peningkatan yaitu dari tahun
2018 sebesar 22,60% menjadi 24,5% pada tahun 2019.
1
Anemia pada ibu hamil umumnya disebabkan karena perubahan fisiologis
saat kehamilan dan diperparah dengan keadaan kurang gizi. Anemia yang
sering dijumpai pada kehamilan adalah akibat kekurangan zat besi. Hal ini
terjadi karena meningkatnya kebutuhan zat besi untuk mensuplai fetus dan
plasenta, dalam rangka pembesaran jaringan dan masa sel darah merah.
Adapun dampak anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, abortus, lamanya
waktu persalinan karena kurangnya daya dorong rahim, perdarahan, dan
infeksi (Septiyaningsih, 2019).
1. Rumusan Masalah
Apakah anemia dalam kehamilan dan bagaimanakah penatalaksanaanya ?
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui tentang anemia dalam kehamilan.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui tentang pengertian kehamilan
2) Mengetahui tentang anemia
3) Mengetahui tentang anemia dalam klehamilan dan penataksanaanya.
3. Manfaat
a. Penulis
Memperoleh tambahan pengetahuan mengenai anemia dalam
kehamilan.
b. Klien
Menambah pengetahuan ibu mengenai anemia.
c. Tenaga Kesehatan
Dapat menambah wawasan dan ilmu kepada tenaga Kesehatan
khususnya mengenai anemia dalam kehamilan sehingga dapat
dipraktekan dalam memberikan asuhan pada ibu hamil dengan anemia.
d. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi tambahan bagi mahasiswa mengenai anemia
dallam kehamilan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Kehamilan
a. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester
pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28
minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Aspiani dan
Reni Yuli, 2017).
Kehamilan dibagi dalam 3 Trimester yaitu Trimester I mulai dari konsepsi
sampai 12 minggu, Trimester II >12 minggu sampai 28 minggu, Trimester
III >28 minggu sampai 42 minggu. Selama proses kehamilan berlangsung
tidak menutup kemungkinan untuk seorang ibu akan mengalami masalah
tanda bahaya kehamilan yang dapat berpengaruh pada proses
kehamilannya maupun proses persalinannya apabila usia kehamilan sudah
memasuki aterm 37-40 minggu (Saifuddin, 2014)
b. Tanda-Tanda Kehamilan (Romauli, 2014)
3
sering terjadi pada pagi hari (Morning Sickness).Dalam batas
yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi.
Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
iii. Sering buang air kecil
Trimester I : karena kandung kencing tertekan uterus yang
mulai membesar.
Trimester II dan III : karena janin mulai masuk ke ruang
panggul dan menekan kembali kandung kencing.
iv. Pigmentasi kulit
Terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanosfor dan kulit.
Sekitar pipi : cloasma gravidarum
Dinding perut
Striae lividae, b) Striae nigra, c) Linea alba makin hitam
Sekitar payudara
Hiperpigmentasi areola mamae,
Putting susu makin menonjol,
Kelenjar Montgomery menonjol,
Pembuluh darah menifes sekitar payudara
v. Anoreksia (tidak nafsu makan)
Terjadi p a d a bulan-bulan pertama kehamilan, tapi setelah
itu nafsu makan akan timbul lagi.
vi. Payudara menjadi tegang dan membesar
Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli dan alveoli di mammae glandula
montgomerry tampak lebih jelas.
Payudara membesar dan menegang.
Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama.
vii. Obstipasi atau konstipasi
4
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormone steroid, sehingga menyebabkan kesulitan
untuk buang air besar.
viii. Epulis
Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Karena pengaruh dari ekstrogen dan progesterone terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat.
Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia
eksterna, kaki dan betis, dan payudara.
Penampakan pembuluh darah ini dapat menghitung setelah
persalinan.
ix. Mengidam
Wanita sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam.
5
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa
nyeri di sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali
membantu sirkulasi darah dalam plasenta.
Teraba ballottement
Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Sebagian
kemungkinan positif palsu.
3) Tanda-tanda Pasti
i. Terdengar Denyut Jantung Janin.
ii. Terasa pergerakan janin dalam rahim.
iii. Pemeriksaan ultrasonografi.
iv. Pemeriksaan rontgen untuk melihat kerangka
janin.
c. Gizi Ibu Hamil (Erma, 2016)
1) Status gizi
Status gizi ibu hamil adalah masa dimana seseorang wanita
memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang
diperlukan dalam keadaan tidak hamil. Diketahui bahwa janin
membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya.
Dengan demikian makanan ibu hamil harus cukup bergizi agar janin
yang dikandungnya memperoleh makanan bergizi cukup. Selain itu
status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh
selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan
menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat
menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen
dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
2) Kebutuhan Nutrisi
Wanita Hamil Harus betul-betul mendapat perhatian susunan
dietnya, terutama mengenai jumlah kalori,protein yang berguna untuk
pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan : anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri,
6
perdarahan dan sepsis puerperalis. Kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan komplikasi: obesitas, pre eklamsi, janin besar.
7
Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan
kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya.
Kenaikan berat badan rata- rata antara 6,5 sampai 16 kg (10-12 kg).
Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu turun
setelah kehamilan triwulan kedua, haruslah menjadi perhatian.
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai
berikut:
i. Asam folat
Asam folat adalah bagian dari vitamin B kompleks yang dapat
diisolasi dari daun hijau (seperti bayam), buah segar, kulit, hati,
ginjal, dan jamur. Asam folat disebut juga dengan folacin/liver
lactobacillus cosil faktor/faktor U dan faktor R atau vitamin
B11. Kebutuhan akan folic acid sampai 50-100 mg/hari pada
wanita normal dan 300-400 mg/hari pada wanita hamil
sedangkan hamil kembar lebih besar lagi. Kekurangan asam
folat menyebabkan gangguan plasenta, abortus habitualis,
solusio plasenta, dan kelainan kongenital pada janin.
Pemberian asam folat diberikan pada masa perikontrasepsi, satu
bulan sebelum konsepsi dan 1 bulan post konsepsi, karena
neural tube manusia menutup pada minggu ketiga post konsepsi.
Minimal pemberian suplemen asam folat yang dimulai 2 bulan
sebelum konsepsi dan belanjut hingga 3 bulan pertama
kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif adalah
500 mikrogram, sedangkan untuk kelompok dengan faktor
resiko adalah 4 mg/hari.
ii. Energi
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi
protein saja tetapi pada susunan gizi seimbang energi dan juga
protein.Hal ini juga efektif unutk menurunkan kejadian BBLR
dan kematian perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285
8
kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada
tubuh ibu.
Pembentukan j a r i n g a n dari janin dan tubuh ibu dibutuhkan
protein sebesar 910 gran dalam 6 bulan terakhir kehamilan
dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
iii. Zat besi (FE)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi
secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa
sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet besi
mengandung FeSO4 320 mg ( zat besi 30 mg ), minimal 90
tablet perhari.
iv. Kalsium
Untuk pembentukan dan tulang gigi bayi, kebutuhan kalsium ibu
hamil adalah sebesar 500 mg perhari.
Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok
berisiko penyakit menular seksual dan di negara dengan musim
dingin yang panjang.
v. Pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme.
Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, Magnesium,
dan minyak ikan selama hamil.
3) Penilaian Status Gizi:
Indikator untuk penilaian indexs masa tubuh adalah pada Tabel di
bawah Ini :
2.1 Tabel IMT
Nilai IMT Kategori
Kurang dari 20 Underweight/ dibawah normal
20-24,9 kg Desirable/ normal
25-29,9 Moderate obesity/ gemuk/ lebih dari normal
Over 30 Severe obesity/ sangat gemuk
2. Anemia
9
a. Pengertian Anemia
Reni Yuli 2018 : anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah
merah (eritrosit),dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb)
sehingga tidak memenuhi fungsinya sebagai mpembawa oksigen ke
seluruh jaringan. Pengertian anemia menurut (Bakta 2009) anemia secara
labolatorik adalah suatu keadaan apabila terjadinya penurunan kadar Hb
di bawah normal, kadar eritrosit dan hematokrit. Menurut (WHO 1992)
anemia adalah suatu keadaan yang ditunjukkan dengan kadar Hb lebih
rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.
Anemia didefinisikan sebagai suatu penurunan massa sel darah merah
atau total Hb secara lebih tepat untuk ibu hamil Hb normal 11 gr/dl atau
lebih (Varney, 2006).
Anemia adalah suatu penyakit kekurangan sel darah merah (WHO,
2011). Ibu hamil dikatakan mengalami anemia apabila kadar hemoglobin
ibu kurang dari 11g/dl pada trimester satu dan tiga, serta kurang dari 10,5
g/dl pada trimester kedua (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2013). Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi
kekurangan sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11
gr/dl. Pada trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl,
pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl
(Prawirohardjo, 2010)
Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu hamil
menurut WHO (2011), yaitu:
a) Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila kadar
hemoglobin ibu 10,9 g/dl sampai 10g/dl.
b) Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila
kadar hemoglobin ibu 9,9g/dl sampai 7,0g/dl.
c) Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar
hemoglobin ibu berada dibawah 7,0g/dl.
10
Gambar 2.3 Patofisiologi Anemia (Reni Yuli, 2018)
11
produksi sel darah merah yang tidak optimal, gizi buruk misalnya
gangguan penyerapan protein dan zat besi oleh usus, gangguan
pembentukan eritrosit oleh sum sum tulang belakang (Soebroto, 20090.
c. Tanda dan Gejala
Tanda ibu hamil mengalami anemia adalah pucat, glossitis, stomatitis,
eodema pada kaki karena hypoproteinemia. Gejala ibu hamil yang
mengalami anemia adalah lesu dan perasaan kelelahan atau merasa
lemah, gangguan pencernaan dan kehilangan nafsu makan (Tewary,
2011).
Reni Yuli (2018) : gejala umum anemia sebagai kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar Hb, gejala ini muncul pada setiap kasus
anemia, sindrom anemia : lemah, letih, lesu, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin dan sesak nafas. Pada kasus
anemia lainya ibu hamil tampak pucat, dilihat pada konjunctiva, mukosa
mulut, telapak tangan dan jaringan bawah kuku (Bakta, 2009).
Gejala anemia yang lain dalam buku Reni Yuli (2018) berdasarkan
sumber American Pregnancy : kelelahan, kelemahan, sukar konsentrasi,
pernafasan pendek, kulit pucat, nyeri dada, telinga berdengung, kepala
terasa ringan tangan dan kaki dingin.
d. Tipe-tipe Anemia
Menurut Waryana (2012) dapat anemia digolongkan menjadi beberapa
golongan, yaitu :
2) Anemia megaloblastik
Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik, penyebabnya adalah
karena kekurangan asam folat, namun jenis anemia ini jarang terjadi.
3) Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang dalam
12
membentuk sel-sel darah merah baru.
4) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
e. Dampak Anemia
1) Abortus
Penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2016) menyebutkan bawah
terdapat hubungan antara anemia dengan abortus. Hal ini disebabkan
oleh metabolisme ibu yang terganggu karena kekurangan kadar
hemoglobin untuk mengikat oksigen. Efek tidak langsung yang dapat
diakibatkan oleh ibu dan janin antara lain terjadinya abortus, selain itu
ibu lebih rentan terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur.
2) Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh anemia karena karena sel-
sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen sehingga kemampuan
jasmani menjadi menurun. Anemia pada wanita hamil dapat
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal dapat meningkat oleh hal
tersebut (Usman, 2017).
3) Perdarahan postpartum
Penelitian Frass (2015) dalam Rizky, dkk. (2017) yang melaporkan
bahwa terdapat hubungan antara anemia dengan risiko perdarahan
postpartum. Anemia pada kehamilan menyebabkan oksigen yang
diikat dalam darah kurang sehingga jumlah oksigen berkurang dalam
uterus dan menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan
adekuat sehingga menimbulkan perdarahan postpartum, sehingga ibu
hamil yang mengalami anemia memiliki kemungkinan terjadi
perdarahan postpartum 15,62 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil
yang tidak mengalami anemia.
4) Kala I lama
13
Ibu bersalin dengan anemia akan lebih mudah mengalami keletihan
otot uterus yang mengakibatkan his menjadi terganggu. Apabila his
yang ditimbulkan sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan
mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang
disebut inkoordinasi kontraksi otot rahim, yang akhirnya akan
mengganggu proses persalinan. His yang ditimbulkannya sifatnya
lemah, pendek, dan jarang hal ini di sebabkan oleh proses
terganggunya pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). Salah satu
senyawa terpenting dalam pembentukan ATP adalah oksigen. Energi
yang di hasilkan oleh ATP merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam terjadinya suatu kontraksi otot. Anemia dapat menyebabkan
jumlah sel darah merah berkurang sehingga oksigen yang diikat dalam
darah sedikit kemudian menghambat aliran darah menuju otot yang
sedang berkontraksi, sehingga mengakibatkan kinerja otot uterus tidak
maksimal (Ulfatul, dkk., 2014).
5) Berat badan lahir rendah (BBLR)
Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Siti (2018) menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara anemia dan kejadian berat badan lahir
rendah (BBLR). Anemia pada kehamilan akan menyebabkan
terganggunya oksigenasi maupun suplai nutrisi dari ibu terhadap janin,
akibatnya janin akan mengalami gangguan penambahan berat badan
sehingga terjadi BBLR.
f. Pencegahan Anemia dan Penatalksanaan Anemia pada Ibu Hamil
1) Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yaitu
dengan mengkombinasikan menu makanan serta konsumsi buah dan
sayuran yang mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu)
dan mengandung zat besi (sayuran berwarna hijau tua seperti bayam).
2) Batasi konsumsi kopi dan teh adalah minuman yang dapat
menghambat penyerapan zat besi sehingga tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi (Arantika dan Fatimah, 2019).
3) Perbanyak onsumsi sayuran hijau misalnya daun kelor atau
14
suplementasi ekstrak daun kelor dapat meningkatkan kadar Hb
(Ponomban S, 2013).
4) Pemberian tablet tambah darah (tablet FE) dalam Permenkes RI No.
88 tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah pada WUS dan Ibu
Hamil
5) Upaya tambahan yaitu edukasi mengenai gizi ibu hamil dengan
anemia yang terbukti dapat meningkatkan kadar Hb. Yuliyanti (2017)
6) Meningkatkan gizi penderita, sehingga pemberian asupan zat besi
diperlukan oleh ibu hamil yang mengalami anemia , perlu diberikan
kombinasi 60 mg/hari zat besi, dan 400 mg asam folat sesuai
tingkatan anemianya. Diberikan parenteral apabila penderita tidak
tahan obat besi peroral, ada gangguan absorbsi, penyakit saluran
pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara
intramuskular/intravena. Diberikan ferum desktran 100 dosis total
1000-2000 mg intravena. Sari (2012),
7) Bahwa pemberian supplement Fe, konsumsi makanan yang
mengandung zat besi seperti ubi jalar , dan konsumsi makanan yang
mengandung zat pembantu penyerapan Fe (enhancer Fe) , buah-
buahan yang mengandung vitamin C seperti jus jambu, bayam merah
dan buah bit, serta makanan tinggi vitamin B9 dan B12 seperti
kacang hijau dan rumput laut dapat meningkatkan kadar Hemoglobin
darah pada ibu hamil. Selain itu pembatasan makanan yang
mengandung zat yang dapat menghambat penyerapan (inhibitor) Fe
juga berpengaruh untuk mengoptimalkan absorbsi Fe dalam tubuh.
Eti Rimawati, dkk (2018)
8) Konsumsi Vitamin C bersamaan dengan Tablet Fe juga disarankan
untuk membantu penyerapan Tablet Fe lebih baik hal ini disampaikan
dalam artikel penelitian Setiyaningsih (2020).
15
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
AmericanSociety for Reproductive Medicine.Erma Retnaningtyas. 2016.
Kehamilan dan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil. Ponorogo : Forum
Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Trans Info Media
Depkes RI. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. Jakarta.
2009. Hal 57.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jateng Tahun
2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Erma Retnaningtyas. 2016. Kehamilan dan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil.
Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
Fatmah. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2014.
Hal 66-70
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku saku pelayanan kesehatan Ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan.
16
Hatijar, dkk. 2020 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Gowa :
Cahaya Bintang Cemerlang.
Reni Yuli, Dwi ertiana (2018) Anemia dalam Kehamilan. Jember, Jawa Timur :
Pustaka Abadi
Rizky, F., Restuti, A. N., Wijaya, R. A., dan Yulianti, A. 2017. Analisis Faktor
Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Pada Ibu Hamil Anemia Di
Puskesmas Karang Duren Kabupaten Jember Selama Tahun 2012 – 2016
ISSN : 2354-5852. Jurnal Kesehatan, 5(3): 149–153.
Sari CK. Anemia Gizi Masalah dan Pencegahannya. Jogjakarta: Kalika; 2012
17
Septiyaningsih R, Indratmoko S, Yunadi FD. Identifikasi faktor risiko kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas cilacap tengah 1 Tahun
2019. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Akademi Kebidanan
Setiyaningsih, Fera. 2020. Efek Pemberian Suplemen Vitamin C Pada Ibu Hamil
Yang Mengkonsumsi Tablet Fe Di Desa Brambang Diwek Jombang. Jurnal
Kebidanan Volume 10 No 1 Maret 2020.
Siti, N., dan Siti, A. 2018. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dan BBLR. Jurnal
Siliwangi, 4(1): 6–8.
Sulistyaningsih dan Yuliyati (2017) Pendidikan Diit Anemia Ibu Hamil dengan
Masalah Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
Indonesia Jurnal (IJMS)
Varney, Helen & Marlyn HE, David W, M. L. (2012). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4 Volume 2. EGC.
18
19