Kontribusi Filsafat Ilmuterhadap Pendidikan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329518649

Kontribusi Filsafat Ilmu terhadap Pendidikan

Article · December 2018

CITATIONS READS

0 16,349

1 author:

Erika Prastiwi
IAIN MADURA
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Erika Prastiwi on 09 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KONTRIBUSI FILASAT ILMU TERHADAP PENDIDIKAN

NAMA : ERIKA PRASTIWI RAMADIANA

NIM : 20170702052017

PRODI : IQT B

EMEIL :

I. ABSTRAKSI

“Laula al-Ilmu lakaana an-Naasu kal Bahaaim” andai saja tidak ada ilmu dalam
kehidupan ini, maka kehidupan manusia layaknya binatang. Berawal dari sebuah mencari
jawaban yang lebih baik, menanyakan apa dan mengapa , filsafat merupakan sebuah
kajian mendasar mengenai semua fenomena dalam kehidupan. Dalam dunia pendidikan,
filsafat berkontribusi dalam kegiatan mengkaji proses bagaimana manusia mendapatkan
pengetahuan, bagaimana manusia menggunakan pengetahuan. Filsafat atau berfikir
mensyaratkan adanya pengetahuan karena berfikir dan pengetahuan merupakan dua hal
yang menjadi ciri keutamaan manusia. Apa yang diketahui seseorang dari hasil proses
berfikir menjadilah sebuah pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi yang telah
dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki, yang lantas melekat di
benak seseorang. Pengetahuan memliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai
hasil pengenalan atas suatu pola. Oleh karena itu, usaha pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan yang disebut pendidikan, yaitu salah satu cara untuk mengubah
pola masyarakat tradisional ke pola pemikiran yang lebih modern.

II. PENDAHULUAN

Filsafat ilmu sangat penting peranannya terhadap penalaran manusia untuk membangun
ilmu. Sebab filsafat ilmu akan menyelidiki, menggali, dan menulusuri sedalam,sejauh dan
seluas mungkin semua tentang hakikat ilmu. Dalam hal ini kita bisa mendapatkan
gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan akar dari semua ilmu dan pengetahuan.
Beberapa pandangan mengenai filsafat ilmu diantaranya filsafat ilmu adalah perbandingan
atau pengembangan pendapat-pendapat masa lampau terhadap pendapat masa sekarang
yang didukung dengan bukti-bukti ilmiah. Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan bukti
ilmiah. Banyak orang menganggapnya sebagian suatu hal yang sulit untuk diterima
keberadaanya. Maka asumsi yang muncul cenderung menganggap bahwa dia mulai
memasuki daerah yang menyesatkan, padahal kenyataannya tidak demikian. Justru dengan
filasafat-lah orang akan menemukan hakikat dari segala sesuatu dengan penuh perhatian
dan minat, atau berfikir tengtang segala sesuatu dengan disadarinya. Filsafat ilmu dapat
dimaknai sebagian suatu disiplin, konsep dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta
diklasifikasi. Filsafat ilmu adalah perumusan pandangan tentang ilmu berdasarkan
penelitian secara ilmiah. kemudian dari sini kita punya sebuah pokok bahasan tentang
sejauh mana filsafat ilmu mempunyai kontribusi pada pendidikan.

III. PEMBAHASAN KONTRIBUSI FILASAT ILMU TERHADAP PENDIDIKAN

A. Filsafat

Tidak dapat kita pungkiri bahwa bersifat sebagai manifiestasi kegiatan intelektual
yang telah meletakan dasar-dasar pradimatik bagi tradisi keilmuan dalam kehidupan
masyarakat ilmiah ala barat,yang sebenarnya filsafat itu sendiri dari timur.filsafat dari
semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan yang sangat pesat,
terutama sejalan denga pesatnya perkembangan ilmu yang ditompang penuh oleh
posositivme-empirik melalui penelahan dan pengukuran kuantitaif sebagai amdalan
utamanya.berbagai penemuan teori dan penggalian ilmu berlangsung secara
mengesankan. Pada periode ini bebagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya
mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dapat berubah
menjadi suatu kenyataan. Bagaiman pada waktu itu orang dibuat tercengang dan
tergagum, ketika Neil Amstrong bener-bener menjadi manusia pertama yang behasil
menginjakn kaki di bulan.begitu juga manusia berhasil mengembangkan teori
rekayasa genetika dengan melakukan percobaan cloning atau mengembangkan.

1. Pengertian filsafat

Ketika filsafat dikatakan sebuah disiplin ilmu, disebut sebagai akar dari sebuah
ilmu pengetahuan itu sendiri, disini diambil pertanyaan balik pada filsafat itu
sendiri, sejauh mana kotribusi yang diberikan oleh filsafat ilmu kepada ilmu
pengetahuan.

Filsafat adalah pengetahuan mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir


yang didapat melalui penalaran atau akal budi.ia mencari dan menjelaskan hakikat
dari sesuatu.berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan asal usul dari segala-
galanya untuk mencari orientasi dasar kehidupan manusia.orang yang berfilsafat
dapat diupamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tergadah ke
bintang-bintang,ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan
alam,karakteristiknya berfikir filsafat yang pertama adalah menyeluruh,yang
kedua mendasar. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/rasio belaka,adapun
ilmuan para filsuf mempunyai definisi-definisi tersendiri,diantaranya:

a. Menurut harun nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika)
dengan bebas (tak terikat dogma atau agama) dan dengan sedalamdalamnya
sehingga sampai dasar-dasar persolan

b. Menurut plato(427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala ada.


c. Aristoles (348-322 SM) yang merupakan murid plato menyatakan filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda.

d. Al-farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud (al-
ilm bilmaujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat
adalah mengetahui tuhan,bahwa ia esa dan tidak bergerak,bahwa ia menjadi
sebab yang aktif bagi semua yang ada,bahwa ia mengatur alam ini dengan
kemurahan, kebijaksanaan dan keadilannya,seorang filosof atauh al hakim
adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan
sendirinya, wujud selain allah, yaitu makhluk adalah wujud yang tidak
sempurna.

2. Obyek filsafat

a. Obyek materia filsafat

Ialah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat,segala sesuatu yang


dimasalahkan oleh atau dalam filsafat.tiga persoalan (1) hakikat tuhan (2)
hakikat alam (3) hakikat manusia

b. Obyek forma filsafat

ialah usaha mencari keterangan secara radikal(sedalam-dalamnya sampai


keakarnya)tentang obyek materi filsafat

3. Pembagian ilmu filsafat

Adapun pembagiyan ilmu filsafat itu sendiri didasarkan tiga pesoalan utama,yaitu
persoalan tentang keberadaan,persoalan tentang pengetahuan,persoalan tentang
nilai-nilai,maka cabang filsafat sebagai berikut:

 Persoalan keberedaan(being) atau eksitensi (eksistence) persoalan atau


eksitensi bersangkutan dengan cabang filsafat,yaitu metafisika.

 Persoalan pengetahuan (knowlegde) atau kebenaran (truth) pengetahuan


ditinjau dari segi isinya berkaitan dengan filsafat,yaituepistimologi.adapun
kebenaran ditinjau dari segi bentuknya berkaitan dengan cabang filsafat yaitu
logika.

 Persoalan nilai-nilai (vaule) nilai-nilai dibedakan menjadi dua, nilai kebaikan


tingkah laku dan nilai keindahan.nilai kebaikan laku bersangkutan dengan
cabang filsafat, yaitu etika.nilai keindahan bersangkutan dengan cabang
filsafat,yaitu estetika.

4. Filsafat ilmu

Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan


mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun
aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :

 Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek
tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)

 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa


ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut
kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita
dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S.
Suriasumantri, 1982)

a. Fungsi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi
filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara
keseluruhan, yakni :

 Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.


 Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
 Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
 Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan
 Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk
memberikan landasan filosofikdalam memahami berbagi konsep dan teori
sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua
fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan
relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni
berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

b. Substansi Filsafat Ilmu


Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam
empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan,
(2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.

1). Fakta atau kenyataan

Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari


sudut pandang filosofis yang melandasinya.

 Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada


korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
 Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai
pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori
korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan
fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian
antara fenomena dengan sistem nilai.
 Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi
antara empirik dengan skema rasional, dan
 Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada
koherensi antara empiri dengan obyektif.
 Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang
berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta
obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau
bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis
manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif
dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta
obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan
teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah
tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan
kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.

2). Kebenaran (truth)


Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun
secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi,
korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara,
Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu :
kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif,
kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir
menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun;
2001)

a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara
sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi
dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai.
Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran
transendental.
b. Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikirtentang terbuktinya sesuatu
itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya
kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang
diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya
spesifik

c. Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual
dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang
teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran
tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam
tindakan.

d. Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan
memiliki kegunaan praktis.

e. Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks,
yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif.
Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam
logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan
formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi
benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar
materialnya.

f. Kebenaran struktural paradigmatik


Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan
perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis
regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai
pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya
keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan
mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.

3). Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan
datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan
sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut
biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan
benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya.
Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk
mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif,
ataupun reflektif.

4. Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX
adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik
menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel
menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada
Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada
skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa
kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.

Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara


rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba
menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme
metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional
universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan
menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden.
(Ismaun,200:9)

Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan


kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan
menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika
terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.

B. Pendidikan

Menurut John Dewey “Pendidikan sinergis dengan pertumbuhan dan tidak memiliki
akhir selain dirinya sendiri, Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses
pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti
membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan
adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam
perkembangan seseorang melalui pendidikan. Proses pendidikan harus
berkesinambungan. Proses disini bisa mencakup dua pengertian, yang pertama yaitu
proses yang ditinjau dari apek materi dalam pendidikan, dan yang kedua adalah proses
agar pendidikan tersebut bisa berjalan dengan baik, yang biasa dikenal dengan istilah
kegiatan belajar mengajar (KBM). Pengertian proses yang pertama kemudian bisa
juga diartikan sebagai proses pendidikan secara internal, sedangkan yang kedua bisa
dikatakan proses pendidikan yang bersifat eksternal.
Proses Pendidikan internal dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor fisik
dan nonfisik. Faktor internal fisik mencakup ciri-ciri pribadi seperti umur,
pendengaran, dan penglihatan. Faktor internal nonfisik termasuk tingkat aspirasi,
bakat, dll.
Faktor eksternal fisik berupa lingkungan seperti sarana dan prasarana belajar seperti
keadaan ruangan, perlengkapan belajar, dll. Faktor eksternal nonfisik mencagkup,
dorongan dari keluarga dan teman.

IV. KONTRIBUSI FILASAT ILMU TERHADAP PENDIDIKAN

Dalam dunia pendidikan, filsafat berkontribusi dalam seluruh kegiatan mengkaji proses
belajar mengajar secara lebih mendalam, kritis, dan cermat baik dari aspek ontologi,
epitemologi dan aksiologi. Aspek ontologis berbicara mengenai hakekat dan realitas
pengetahuan; aspek epismologi berbicara mengenai bagaimana manusia mendapatkan
pengetahuan, dan aspek aksiologi berbicara tentng bagaimana manusia menggunakan
ilmu pengetahuan. Filsafat Ilmu mencoba memperoleh jawaban tepat, dengan terus
menanyakan jawaban-jawaban atas setiap masalah yang perlu dipecahkan dalam proses
pendidikan.
Oleh karena itu, Filsafat ilmu masuk dalam dunia pendidikan berupa kajian terhadap
objek-objek utama yang menjadi kajian dunia pendidikan antara lain adalah :
- Belajar, pengajaran dan pelatihan
- Metode belajar, pengajaran dan pelatihan
- Perilaku guru dan siswa
- Media pengajaran dan belajar

V. PENUTUP

Filsafat ilmu memberi spirit bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan dan
memberikan arahan dan langkah yang konkrit pada setiap proses pendidikan , baik pada
tatanan ontologis, epistimologis, maupun aksiologis.
Kedudukan dan fungsi filsafat ilmu bagi dunia pendidikan memberikan wawasan yang
lebih luas untuk lebih kreatif. Kontribusi filsafat ilmu bersinergi dengan IPTEK untuk
saling mengisi dan melengkapi.

DAFTAR REFERENSI

1. https://www.researchgate.net/publication/294720963_KONTRIBUSI_FILSAFAT_ILMU_DALA
M_STUDI_ILMU_AGAMA_ISLAM_TELAAH_PENDEKATAN_FENOMENOLOGI/fulltext/56e05bc
a08ae9b93f79c2ea5/294720963_KONTRIBUSI_FILSAFAT_ILMU_DALAM_STUDI_ILMU_AGA
MA_ISLAM_TELAAH_PENDEKATAN_FENOMENOLOGI.pdf
2. https://www.academia.edu/8511445/ISLAMISASI_ILMU_PENGETAHUAN-benar
3. https://www.academia.edu/7362564/PERAN_DAN_FUNGSI_FILSAFAT_ILMU_DALAM_PERKE
MBANGAN_ILMU_PENGETAHUAN_BERLANDASKAN_NILAI_KE-
ISLAMAN_DAN_KONTRIBUSINYA_DALAM_KRISIS_MASYARAKAT_MODERN?auto=download
4. https://www.academia.edu/8163528/Integrasi_Ilmu_dan_Agama
5. https://id.search.yahoo.com/yhs/search;_ylt=Awrx5krcZgdcxvMA3xb3RQx.;_ylu=X3oDMTEz
ZzNnZms4BGNvbG8Dc2czBHBvcwMxBHZ0aWQDBHNlYwNwYWdpbmF0aW9u?p=Kontribusi+
filsafat+dalam+kehidupan&type=q3279_a2ecd49b-367d-4f20-b8b1-
f35df28b2c39q&hspart=ima&hsimp=yhs-002&fr=yhs-ima-
002&b=11&pz=10&bct=0&pstart=2
6. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/filsafat-ilmu/

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai