MINI CEX Hernia Inguinalis - Donny Hiskia Turnip 2265050012
MINI CEX Hernia Inguinalis - Donny Hiskia Turnip 2265050012
MINI CEX Hernia Inguinalis - Donny Hiskia Turnip 2265050012
HERNIA INGUINALIS
Disusun oleh:
Donny Hiskia Turnip
2265050012
Pembimbing:
dr. E. Surya Andi Pohan, Sp.B-KBD
Identitas Pasien
Nama : Tn. C K I
Usia : 49 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Jakarta Utara
Keluhan utama : Benjolan pada lipat paha kanan yang hilang timbul
Keluhan tambahan :-
Pasien datang ke Poli Bedah RS Pelabuhan Jakarta dengan keluhan benjolan yang
hilang timbul pada lipatan paha sebelah kanan. Benjolan dirasakan sejak 2 tahun yang lalu
dan tidak nyeri. Pasien mengatakan benjolan akan keluar ketika pasien berdiri dan benjolan
akan masuk kembali kedalam ketika pasien dalam posisi duduk atau tidur. Pasien juga
mengatakan benjolan muncul secara tiba tiba dan dirasa tidak bertambah besar maupun tidak
bertambah kecil. Pasien merasa tidak nyaman saat benjolan timbul. Riwayat benjolan pada
lipatan paha disangkal oleh pasien dan belum pernah operasi sebelumnya. Pasien tidak
meiliki riwayat batuk lama(-), sering menggangkat beban berat (-)rasa mual (-), muntah (-),
demam (-), BAB dan BAK dalam batas normal, Flatus (+).
Kardiovaskuler Disangkal
Hematologi Disangkal
Lainnya -
Kardiovaskuler Disangkal
Hematologi Disangkal
Lainnya -
II.5 Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
Status Generalis
A. Kepala
Bentuk : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, Cekung -/-
Mulut : Mukosa bibir kering -/-
Gigi : Gigi lubang (-), Karies (-)
THT : (Telinga) Liang telinga lapang, korpus alienum (-/-), serumen (-/-),
Hiperemis (-/-).
(Hidung) Septum deviasi (-), sekret (-/-) benda asing (-/-), pernapasan cuping
hidung (-).
(Tenggorokan) T1-T1, arkus faring simetris, hiperemis (-), detritus (-)
Leher : KGB tidak membesar
B. Jantung
C. Paru
D. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak mendatar, distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) 5x/menit
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-) pada regio epigastrium dan hipocondria dextra
Hepar tidak teraba membesar
Murphy sign (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-) pada regio epigastrium dan hipocondria dextra
E. Ektremitas
Superior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-
Inferior : Akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-
Pemeriksaan Tambahan
Tes Valsava
Finger Test
Thumb Test
Ziemann’s Test
Status Lokalis :
Regio Inguinal Dextra
I : Tampak benjolan massa berukuran ± 5 cm x 3 cm, berwarna sama seperti kulit sekitar
P : Teraba massa berukuran ± 5 cm x 3 cm, lunak, nyeri tekan (-), suhu sama seperti
disekitarnya, dapat digerakan dan dimasukkan kedalam perut, teraba annulus ingunalis
eksterna dan saat tes valsava teraba tekanan pada ujung jari.
A : Terdengar bising usus pada benjolan
II.7 Diagnosis
a. Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Medialis Reponibel Dextra
b. Diagnosis Banding
Hidrokel
Limfadenopati inguinal
Testis ektopik
Tumor atau Keganasan
II.8 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
II. 9 Tatalaksana
Rencana Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah
USG (Ultrasonography)
Non Medikamentosa
Observasi KU
Konsul Spesialis Bedah untuk Pro Herniotomi dan Hernioplasti
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Definisi 4
Kata hernia berarti penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Hernia inguinalis adalah kondisi protrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi
yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak
atau omentum.
Kanalis inguinalis pria terdapat duktus deferens, tiga arteri yaitu: arteri spermatika
interna, arteri diferential dan arteri spermatika eksterna, lalu plexus vena pampiniformis, juga
terdapat tiga nervus yaitu: cabang genital dari nervus genitofemoral, nervus ilioinguinalis dan
serabut simpatis dari plexus hipogastrik dan tiga lapisan fasia yaitu: fasia spermatika eksterna
yang merupakan lanjutan dari fasia innominate, lapisan kremaster berlanjut dengan serabut-
serabut muskulus oblikus internus, dan fasia otot lalu fasia spermatika interna yang
merupakan perluasan dari fasia transversal.
Ligamentum lakunare terletak paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk
dari serabut tendon oblikus eksternus yang berasal dari daerah sias. Ligamentum ini
membentuk sudut <45º sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini
membentuk pinggir medial kanalis femoralis.
Ligamentum pektinea (Cooper), ligamentum ini tebal dan kuat yang terbentuk dari
ligamentum lakunare dan aponeurosis muskulus obliqus internus, transversus abdominis dan
muskulus pektineus. Ligamentum ini terfiksir ke periosteum dari ramus superior pubis dan ke
bagian lateral periosteum tulang ilium.
Konjoin tendon merupakan gabungan serabut-serabut bagian bawah aponeurosis
oblikus internus dengan aponeurosis transversus abdominis yang berinsersi pada tuberkulum
pubikum dan ramus superior tulang pubis.
Ligamentum Henle, terletak di bagian lateral, vertikal dari sarung rektus, berinsersi
pada tulang pubis bergabung bergabung dengan aponeurosis transversus abdominis dan fasia
transversalis. Ligamentum Hasselbach sebenarnya bukan merupakan ligamentum, tetapi
penebalan dari fasia transversalis pada sisi medial cincin interna yang letaknya inferior.
Refleksi ligamentum inguinale (Colles), ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis
yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke linea alba.
Traktus iliopubika merupakan perluasan dari arkus iliopektinea ke ramus superior
pubis, membentuk bagian dalam lapisan muskulo aponeurotik bersama muskulus
transversusu abdominis dan fasia transversalis. Traktus ini berjalan di bagian medial, ke arah
pinggIr inferior cincin dalam dan menyilang pembuluh darah femoral dan membentuk
pinggir anterior selubung femoralis.
Fasia transversalis tipis dan melekat serta menutupi muskulus transversus abdominis.
Segitiga Hasselbach, merupakan dasar dari segitiga yang dibentuk oleh pekten pubis dan
ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh:
a. Supero-lateral: pembuluh darah epigastrika inferior
b. Medial: bagian lateral rektus abdominis
c. Inferior: ligamentum inguinale
b. Menurut sifatnya4 :
1. Hernia reponibel. Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar
ketika berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau
obstruksi usus.
2. Hernia Ireponibel. Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali
ke dalam rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia Inkarserata atau Strangulata. Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkaserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan pasase, sedangkan
hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai
gangguan vaskularisasi.
Gambar 2.5. Klasifikasi Hernia Menurut Sifat. (1) Kulit dan jaringan subkutan (2) Lapisan otot (3) Jaringan
praperitoneal (4) Kantong hernia dengan usus. (A) Hernia reponibel tanpa inkaserasi dan strangulasi, (B) Hernia
ireponibel, (C) Hernia inkaserata dengan ileus obstruksi usus, (D) Hernia strangulata.
4. Hernia richter. Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding
usus. Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi sampai terjadi perforasi usus.
Gambar 2.6. Gambaran hernia Richter. (A) Hernia Richter tanpa ileus obstruksi, (B) Hernia Richter dengan
ileus obstruksi.
b. Pekerjaan. Pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terjadinya hernia inguinalis ialah
pekerjaan fisik yang dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat meningkatan tekanan
intraabdominal dan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis.
Aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
memberikan predisposisi besar terjadinya hernia inguinalis pada pria. Dan apabila terjadi
pengejanan pada aktivitas fisik maka proses pernapasan terhenti sementara menyebabkan
diafragma berkontraksi sehingga meningkatkan kedalaman rongga torak, pada saat
bersamaan juga diafragma dan otot-otot dinding perut dapat meningkatkan tekanan
intraabdomen sehingga terjadi dorongan isi perut dinding abdomen ke kanalis inguinalis.
Pekerjaan dikategorikan atas kerja fisik dan kerja mental. Kerja fisik adalah kerja yang
memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya, contohnya buruh, supir
antar kota, atlet dan supir. Kerja mental adalah kerja yang memerlukan energi lebih sedikit
dan cukup sulit mengukur kelelahannya, contohnya pegawai kantor dan guru.
c. Batuk Kronis. Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis,
peningkatan tekanan intratoraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan secara eksplosif untuk
mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk
mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya sehingga terjadi peningkatan
intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang bertujuan mempertahankan volume
paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi kontraksi otot ekspirasi
karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal yang meninggi,
intraabdomen pun ikut tinggi. Apabila batuk berlangsung kronis maka terjadilah
peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat menyebabkan terbuka kembali kanalis
inguinalis dan menimbulkan defek pada kanalis inguinalis sehingga timbulnya hernia
inguinalis.
d. Obesitas. Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh. Pada orang yang obesitas
terjadi kelemahan pada dinding abdomen yang disebabkan dorongan dari lemak pada
jaringan adiposa di dinding rongga perut sehingga menimbulkan kelemahan jaringan
rongga dinding perut dan terjadi defek pada kanalis inguinalis. Pada obesitas faktor risiko
lebih besar apabila sering terjadi peningkatan intraabdomen, misalnya: mengejan, batuk
kronis, dan kerja fisik. mak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi
dengan jumlah simpanan
1.7. Etiologi 5
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada perempuan. Berbagai faktor penyebab
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar. Pada orang sehat ada
tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis
yang berjalan miring, adanya struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat sehingga
menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan
intraabdomen lalu m. oblikus internus dan m. tranversus berkontraksi, serabut otot yang
paling bawah membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon yang
melengkung meliputi spermatic cord yang berkontraksi mendekati ligamentum inguinale
sehingga melindungi fasia transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin
interna dan berfungsi menahan tekanan intraabdomen.
Kontraksi m.transversus abdominis menarik dan meregang crura anulus internus,
iliopubic tract, dan fasia transversalis menebal sehingga cincin menutup seperti spincter
(Shutter Mechanism). Pada saat yang sama m. oblikus eksternus berkontraksi sehingga
aponeurosisnya yang membentuk dinding anterior kanalis inguinalis menjadi teregang dan
menekan cincin interna pada dinding posterior yang lemah. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.
1.8. Patofisiologi
Hernia inguinal dapat terjadi secara kongenital maupun didapat. Kanalis inguinalis
adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari kehamilan, terjadinya desensus
testikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke
daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel.
Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka terjadi patent processus
vaginalis (PPV), sehingga akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.6,7
Hernia pada orang dewasa biasanya terjadi karena lanjut usia, karena pada umur yang
tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan
jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup,
namun karena daerah ini merupakan lokus minoris resistansi, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barang-barang berat dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan
tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan
kongenital.6
1.10. Diagnosis 7
Umumnya pasien datang pada keadaan darurat bedah, yaitu dimana sudah mengalami
inkarserata dan strangulate isi kantung hernia. Pasien dengan gejala hernia, tampak kesakitan,
perubahan kebiasaan berkemih, nyeri saat berkemih, nyeri pada area inguinal terutama pada
sore atau malam hari atau setelah aktivitas berkepanjangan. Karakteristik nyeri umumnya
yang terjadi adalah nyeri tajam. Pertanyaan harus diarahkan untuk mengkarakterisasi apakah
hernia dapat direduksi sebelumnya, serta durasi dan waktu gejala.
Pada pemeriksaan fisik, idealnya pasien harus diperiksa dalam posisi berdiri untuk
meningkatkan tekanan intra-abdominal. Pada inspeksi, mengidentifikasi tonjolan yang tidak
normal sepanjang selangkangan atau di dalam skrotum. Jika tonjolan yang jelas tidak
terdeteksi, maka lakukan palpasi. Palpasi dilakukan dengan memajukan jari telunjuk melalui
skrotum menuju cincin inguinalis eksternal. Hal ini memungkinkan kanal inguinalis untuk
dieksplorasi. Pasien kemudian diminta untuk melakukan manuver Valsava untuk
menonjolkan isi hernia. Manuver ini akan mengungkapkan tonjolan abnormal dan
memungkinkan dokter untuk menentukan apakah hernia dapat direduksi atau tidak.
Pemeriksaan sisi kontralateral memberi dokter kesempatan untuk membandingkan
kehadirannya dan luasnya herniasi antar sisi.
1.12. Tatalaksana
Prinsip pengobatan operative pada hernia inguinalis adalah Sebelum tindakan operasi
pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus memperbaiki faktor yang memperburuk hernia
(batuk kronis, obstruksi prostat, tumor kolon, ascites). Tujuan dari semua perbaikan hernia
adalah untuk menghilangkan kantong peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk
menutupi defek pada fasia di dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati jaringan asli
menggunakan jahitan permanen. Jenis-jenis operasi pada hernia inguinalis adalah4 :
a. Herniotomi. Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali
isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong hernia.
Herniotomi dilakukan pada anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah proses kongenital
dimana prossesus vaginalis tidak menutup.
b. Herniorafi. Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah plastik
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis. Herniorafi
dilakukan pada orang dewasa karena adanya kelemahan otot atau fasia dinding belakang
abdomen.
c. Hernioplasti. Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Penelitian menunjukkan bahwa hernia inguinalis dengan sedikit atau tanpa gejala
dapat menunda operasi dengan aman (watchful waiting). Namun, pasien yang menunda
operasi harus memperhatikan gejala dan menemui dokter secara teratur. Sekitar 70 % pasien
yang menunda operasi dapat mengalami gejala baru atau perburukan gejala. Umumnya,
pasien membutuhkan pembedahan dalam waktu 5 tahun.9
1.13. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia, isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel. Hal ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal. Di sini tidak
timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan
hernia obturatoria, maka lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya
berada dalam rongga peritoneum seperti huruf “W”. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga
terjadi edema organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya edema yang menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri
atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.5
1.14. Prognosis
Sekitar 25% pria berisiko seumur hidup terkena hernia inguinalis, hal ini dikaitkan
dengan beberapa faktor yang dominan diturunkan, seperti indeks massa tubuh yang rendah,
konstipasi kronis, sindrom Ehlers-Danlos, dan prostatektomi merupakan faktor risiko
tambahan, serta pekerjaan tertentu juga mempengaruhi pembentukan hernia inguinalis.
Tingkat kekambuhan setelah perbaikan hernia inguinalis adalah 3-8%. Faktor terkait pasien
yang meningkatkan risiko kekambuhan hernia inguinalis adalah obesitas dan merokok.3
BAB 3
KESIMPULAN
1. Burcharth J. The epidemiology and risk factors for recurrence after inguinal hernia
surgery. Dan Med J. 2014;61(5).
2. Miller HJ. Inguinal Hernia Mastering the Anatomy. Surg Clin N Am [Internet].
2018;98:607–12. Available from:
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/56778533/inguina_hernia_mastery_the_anatomy
-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1635603314&Signature=FCoaxDJO3iBVIwtDtLJvU6LnJeadCxT5HrWRJ83
MC6Oeb~MxGAeiV7N8b8~WSSaeXfCclm1XnxqSpNVYu9KSUCa2GtrjUHDd4a0
DjVvemkL5AWGZlqvt5ALja
3. Jensen KK, Henriksen NA, Jorgensen LN. Inguinal Hernia Epidemiology. In:
Textbook of Hernia [Internet]. 2017. Available from:
https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-43045-4_4#citeas
4. Amrizal. Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka. Syifa’MEDIKA. 2015;6(1).
5. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC`; 2011.
6. Liwang F, Yuswar PW, Wijaya E, Sanjaya NP. Kapita Selekta Kedokteran. 5th ed.
Jakarta: FK UI; 2020.
7. Brunicardi FC. Schwartz’s Principles of Surgery. 10th ed. Andersen DK, Billiar TR,
Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, Pollock RE, editors. New York: Mc Graw Hill;
2015. 1495 p.
8. Hammoud M, Gerken J. Inguinal Hernia [Internet]. StatPearls. 2021 [cited 2021 Oct
31]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513332/
9. National Institute of Diabetes Digestive and Kidney Diseases. Inguinal Hernia
[Internet]. NIDDK. 2019 [cited 2021 Oct 29]. Available from:
https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/inguinal-hernia