LAPORAN KASUS DR Vonny (Hemoroid) PDF
LAPORAN KASUS DR Vonny (Hemoroid) PDF
LAPORAN KASUS DR Vonny (Hemoroid) PDF
HEMORRHOID
Disusun Oleh :
Pembimbing :
INTERNSHIP
Segala puji bagi Tuhan YME atas berkat rahmat dan hidayahNya saya dapat
menyelesaikan makalah presentasi kasus ini yang berjudul Hemorrhoid berikut ini.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah presentasi kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah presentasi kasus ini sangat kami harapkan.
Demikian semoga makalah presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita, terutama dalam
bidang ilmu bedah.
Penulis
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Hemoroid Interna
Disusun Oleh
Pembimbing,
2
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 47 th
No RM : 000100406
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Sudah menikah
Alamat : Ciganjur
Agama : Islam
II. Anamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan pada dubur sejak 4 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan pada dubur sejak 4 bulan SMRS. Benjolan tersebut pada awalnya
masih dapat masuk kembali dengan sendirinya. Namun sejak 1 bulan terakhir
pasien mengeluhkan bahwa benjolan tersebut harus dimasukkan kembali
menggunakan jari pasien. Pasien sebelumnya sudah dibawa ke Puskesmas
Jagakarsa dan sudah diberikan obat namun pasien tidak mengingat obatnya dan
keluhan belum membaik sehingga pasien dirujuk ke RSUD. Pasien juga merasakan
adanya nyeri ketika BAB, vas 5-6. Pasien mengaku jarang konsumsi sayur dan
buah.
Selama 2 minggu terakhir saat BAB, pasien mengeluhkan adanya darah yang
menetes setelah BAB. Darah warna merah segar, tidak bercampur dengan kotoran.
Keluhan lemah, letih, lesu, dan lunglai tidak dirasakan oleh pasien. Tidak ada
keluhan BAK, demam, dan nyeri pada perut. Keluhan berat badan turun drastis,
nafsu makan berkurang dan lemas setelah BAB disangkal.
3
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi, tidak pernah ditransfusi, tidak pernah
dirawat ataupun operasi sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah
tinggi ataupun diabetes.
Tidak ada keluhan serupa pada keluarga, riwayat penyakit keganasan pada
keluarga disangkal.
Riwayat Sosial
Pasien bekerja penjual makanan di pasar. Makan sering tidak teratur. Jarang
makan sayur dan buah-buahan dan jarang berolahraga. Saat bekerja pasien sering
mengangkat barang-barang yang berat. Pasien sering menahan BAB karena alasan
pekerjaan.
Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : BB: 54 kg, TB: 162 cm, IMT: 20,61
• Tanda Vital
Tekanan Darah : 119/73 mmHg
Frekuensi Nadi : 83 x/menit, regular, isi cukup
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status generalis
• Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
• Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
• Hidung
4
Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-/-), deviasi septum (-/-),
edema concha (-/-), concha hiperemis (-/-)
• Telinga
Preaurikuler hiperemis (-/-), abses (-/-), massa (-/-).
Aurikuler normotia
retroaurikuler hiperemis (-/-), abses (-/-), massa (-/-)
Liang telinga lapang, serumen (-/-)
• Tenggorokan dan rongga mulut
Bucal mukosa sianosis (-)
Tonsil T1/T1
Dinding posterior faring tidak hiperemis
• Leher
• Tidak ada pembesaran KGB
• Tidak ada bendungan vena leher
• Thoraks
a. Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris statis dan dinamis, pelebaran sela
iga (-), otot bantu nafas (-), retraksi M. Intercostal (-), tipe
pernafasan torakoabdominal, frekuensi napas 20 x/menit
Palpasi : Fremitus vocal normal, massa (-/-), ekspansi dada simetris,
pelebaran sela iga (-/-)
Perkusi : Sonor kedua paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
b. Jantung
5
• Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
• Ekstremitas : CRT < 2 detik, akral hangat, edema (-),
deformitas (-)
Status lokalis
Regio anus. Inspeksi : tampak benjolan ireguler berbatas tegas, konsistensi kenyal,
mudah digerakkan, berlendir dan becampur darah. Palpasi : nyeri saat ditekan
6
b. Radiologi
IV. Diagnosis
1. Hemoroid interna grade III
V. Diagnosis Banding
Prolaps Rekti
Karsinoma Rekti
VII. Tatalaksana
a. Medikamentosa
1. Asam traneksamat 3x500 mg
2. Asam mefenamat 3 x 500 mg
3. Ardium tablet 3x1000 mg
4. Pencahar : Dulcolax 3x1000mg
5. Antibiotik : Cefixime 2x200mg
7
b. Non Medikamentosa
1. Diet Tinggi Serat
2. Konsumsi air sebanyak 6-8 gelas
3. Edukasi agar tidak menahan BAB
4. Mobilisasi miring kanan kiri
VIII. Anjuran
1. Rujuk Ke spesialis bedah untuk pertimbangan operatif
IX. Prognosis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Terdapat batasan garis ireguler yang disebut linea pectinata atau linea
dentata yang menunjukan taut bagian superior canalis analis dan bagian inferior.
Kanalis bagian superior linea pectinata memiliki suplai arteri inervasi dan drainase
yang berbeda dengan bagian inferior. Perbedaan tersebut karena asal embriologis
yang berbeda. Superior atau viseral berasal dari hindgut embrionik. Bagian inferior
atau somatik berasal dari proktodeum embrionik.2
Arteri rectalis superior memperdarahi kanalis analis superior linea pectinata.
Arteri rectalis inferior memperdarahi inferior kanalis serta otot-otot di sekitarnya
dan kulit perianal. Disuperior linea pectinata, pleksus rectalis interna terutama
bermuara dalam vena rectalis superior dan sistem porta. Diinferior linea pectinata,
pleksus rectalis interna bermuara kedalam vena rectalis inferior ke sistem vena
cava. Vena rectalis media membentuk anastomosis dengan vena rectalis superior
dan inferior mendrainase muscularis ampula eksterna.2
Suplai saraf kekanalis analis superior linea pectinata merupakan inervasi
viseral dari pleksus hipogastricus inferior. Akibat inervasi ini kanalis analis superior
linea pectinata hanya sensitif terhadap refleks peregangan. Suplai saraf kanalis
analis inferior linea pectinata adalah inervasi somatik yang berasal dari nervus
analis inferior cabang nervus pudendus. Oleh karena itu, bagian analis kanalis ini
sensitif terhadap nyeri, sentuhan dan temperatur.2
2.2 Hemoroid
2.2.1 Pengertian
Hemoroid ialah penebalan bantalan jaringan submukosa (anal
cushion) yang terdiri dari venula, arteriol dan jaringan otot polos yang
terletak dikanalis anal.3 Submukosa vaskular sangat menebal pada posisi
lateral kiri, anterolateral kanan dan posterolateral kanan yang membentuk
bantalan anal. Hemoroid adalah anatomi normal dari anorektal, penanganan
hanya bila terdapat gejala yang mengganggu.2
10
2.2.2 Faktor risiko
Mengejan terlalu kuat, peningkatan tekanan intraabdomen,
kehamilan, hipertensi porta, keturunan, usia, feses yang keras dapat
meningkatkan tekanan pada vena dipleksus hemoroid dan menyebabkan
prolapsnya hemoroid yang kemudian menimbulkan gejala.4
2.2.3 Epidemiologi
2.2.4 Klasifikasi
11
jaringan fibrotik yang dilapisi kulit anus. Hemoroid eksterna dan
skin tag sering sulit dibedakan dan dapat menyebabkan iritasi bila
membesar.2,3
12
d. Derajat 4 : telah terjadi prolaps yang tidak bisa dimasukan
kembali.
2.2.5 Patofisiologi
Peningkatan tekanan anus saat istirahat, kebiasaan duduk lama akan
menurunkan aliran balik vena sehingga vena membesar dan merusak
jaringan ikat disekitarnya dan membuat pembesaran hemoroid.
Bertambahnya usia juga dapat melemahkan sktruktur jaringan pengikat
yang membuat hemoroid prolaps.5
Hemoroid interna merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang
terletak pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat pasien
dalam posisi litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid
interna diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering
ditemukan pada anggota keluarga yang sama. Vena rectalis superior
merupakan bagian paling bergantung pada sirkulasi portal dan tidak
berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada vena yang terletak
pada superior canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa sedikit
memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah
vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi.
Selama kehamilan sering terjadi penekanan vena rectalis superior
oleh uterus gravid sehingga dapat memicu hemoroid. Hipertensi portal
akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Hemoroid interna
yang kolaps dapat menghasilkan mukus menuju perianal. Mukus tersebut
dapat menyebabkan dermatitis lokal yang disebut pruritus ani.4
Hemoroid eksterna terjadi akibat trombosis vena hemoroid eksterna.
Trombosis akut ini berhubungan dengan konstipasi, diare kronik ataupun
perubahan diet. Nyeri akibat distensi dan inervasi kulit sekitar trombus.
Nyeri dapat terjadi selama 7-14 hari. Setelah itu terjadi resolusi degnan
meninggalkan skintag. Kekambuhan ditempat yang sama sering terjadi
sekitar 40-50%.4
13
2.2.6 Manifestasi klinis
1. Perdarahan biasanya terjadi saat defekasi, warna merah segar,
menetes tidak bercampur feses dan jumlah bervariasi.
2. Prolaps terjadi bila hemoroid bertambah besar. Pada mulanya
hemoroid dapat tereduksi spontan tetapi lama kelamaan tidak bisa
dimasukan kembali.
3. Rasa tidak nyaman hingga nyeri bila hemoroid teregang akibat
terdapat trombosis luas dengan edema dan peradangan.
4. Feses dipakaian dalam karena hemoroid dapat mencegah
penutupan anus dengan sempurna.
5. Gatal muncul akibat pembersihan kulit perianal yang sulit atau
apabila ada mucus yang keluar.
6. Nekrosis pada hemoroid interna yang prolaps dan tidak dapat
direduksi kembali.
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
14
b) Palpasi
c) Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen.6
1. Karsinoma kolorektal
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Tatalaksana dapat dibedakan menjadi invasif dan non invasif. Selain itu
pilihan tatalaksana juga bergantung pada derajat hemoroid7
Derajat 1 : modifikasi diet, medikamentosa
15
Derajat 2 : rubber band ligation, fotokoagulasi, ligasi arteri hemoroidalis,
modifikasi diet dan medikamentosa.
Derajat 3 : hemoroidektomi, stapled hemoroidopex, rubber band ligation,
modifikasi diet dan medikamentosa.
Derajat 4 : hemoroidektomi, stapled hemoroidopex, modifikasi diet.
a. Non-Medikamentosa
Modifikasi diet dengan intake cairan dan serat yang adekuat serta merubah
kebiasaan BAB menjadi penanganan awal kasus hemoroid. Diet tinggi serat
terbukti dapat mengurangi gejala perdarahan pada penderita hemoroid.
kebiasaan BAB yang baik juga penting diedukasikan untuk mengurangi gejala
hemoroid yaitu dengan menghindari mengejan berlebihan dan membatasi
waktu untuk BAB.5
b. Medikamentosa
Antibiotik untuk mencegah infeksi. Obat pencahar dapat diberikan untuk
membantu melunakan feses sehingga tidak perlu mengejan saat BAB.
Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres
lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat
juga dapat meringankan nyeri.6
c. Minimal invasif
1. Rubber band ligation (RBL)
Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Mukosa bagian
proksimal dijepit dengan band. Ligasi ini akan menyebabkan iskemia
dan nekrosis hemoroid yang sudah prolaps. Karena ligasi dilakukan di
bagian proksimal linea pectinata rasa nyeri dapat diminimalisir. Pada
16
hemoroid grade 2 dan 3 angka keberhasilannya 93% dengan
kekambuhan dalam 2 tahun sebanyak 11%.5
2. Sclerotherapy
Berbagai teknik dan obat skleroterapi dapat digunakan untuk
hemoroid interna derajat 1-3. Skleroterapi yang sering digunakan ialah
fenol 5% dalam minyak almond dan sodium tetradecyl sulfate. Cara
kerjanya dengan membuat fibrosis pada submukosa jaringan hemoroid.
Injeksi dilakukan kedalam submukosa hingga apeks dari hemoroid (0,5-
2,0 ml 1% sodium tetradecyl sulfate atau 1-3 ml fenol 5% yang
dilarutkan dalam minyak.3,5
3. Infrared Photocoagulation
Menggunakan gelombang infrared untuk membuat nekrosis protein
pada hemoroid. Biasanya dilakukan untuk hemoroid derajat 1 dan 2.
Karena kekambuhannya tinggi bila dilakukan pada hemoroid derajat 3
dan 4.3,5
17
Gambar 1.7 Infrared Photocoagulation
18
d. Operatif
1. Hemoroidektomi tertutup
19
anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan
sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Dengan teknik ini dilakukan eksisi sirkumferensial mukosa dan
submukosa kanalis analis serta reanastomosis dengan alat stapling
sirkular.5
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan
alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa
dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari
stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan
dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi
jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih
masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada
ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke
jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis
dengan sendirinya.6,7
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis,
tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal
karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung
cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap
di rumah sakit semakin singkat. 7,8
20
4. Doppler-guided hemorrhoidal artery ligation
Teknik ini juga dinamakan Hemorrhoidal Artery Ligation atau
HAL. Mendeteksi pembuluh darah dengan menggunakan anoskopi dan
doppler kemudian dilakukan ligasi pada arteri tersebut dengan
penjahitan.5
e. Komplikasi hemoroidektomi
Nyeri post operatif membutuhkan analgetik umumnya oral narkotik.
NSAID, pelemas otot, analgetik topikal juga dapat digunakan. Retensi urin
merupakan komplikasi yang umumnya terjadi namun dapat diminimalisir
dengan mengurangi cairan perioperatif dan analgetik adekuat. Nyeri juga
bisa menyebabkan impaksi fekal. Hal ini bisa ditangani dengan memberikan
enema atau laksatif post operatif. Perdarahan dapat terjadi akibat ligasi yang
tidak adekuat dan dapat terjadi dalam 7-10 hari pertama setelah operasi. Bila
terdapat demam, nyeri hebat dan retensi urin menandakan telah terjadinya
infeksi sekitar anus dan perlu dilakukan drainase abses atau debridement
jaringan nekorotik.7
21
BAB III
ANALISIS MASALAH
Tn. Y, 47 tahun mengeluh adanya benjolan dan nyeri pada anus sejak 4
bulan yang lalu. Sejak 1 bulan terakhir benjolan dapat masuk ketika didorong
dengan tangan. 2 minggu terakhir mengeluh adanya darah menetes warna merah
segar setelah BAB, tidak bercampur tinja. Pasien juga jarang mengkonsumsi sayur
buah dan pekerjaan pasien sering mengangkat beban berat serta sering menahan
BAB.
Benjolan yang di berada di anus harus dilihat dan diperiksa, hal ini
diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis lain yang memiliki manifestasi benjolan
di anus. Untuk menyingkirkan benjolan di anus adalah sebuah hemoroid dan bukan
sebuah karsinoma kolorektum kita harus menambahkan anamnesis. Pada pasien ini
tidak ada keluhan perubahan pola defekasi, darah yang keluar tidak disertai dengan
lendir yang berbau dan pasien mampu menahan rasa ingin buang air besarnya.
Keluhan sistemik yang menandakan masa tersebut adalah sebuah keganasan seperti
mual, muntah, demam ataupun penurunan berat badan disangkal pasien.
Pasien mengatakan adanya darah setelah pasien buang air besar yang keluar
dari anusnya.Perdarahan saluran cerna pada awalnya harus kita bedakan dari mana
asal perdarahannya, apakah dari saluran cerna bagian atas atau bagian bawah.
Anamnesis selanjutnya, menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar
(hematoksezia) atau merah kehitaman (melena), pasien mengatakan warna darah
merah segar. Berarti yang terpikirkan keadaan patologis apa saja yang
menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah, dapat dipikirkan berupa
tumor kolon, polip kolon, hemoroid dan fisura ani. Dilanjutkan dengan pertanyaan,
apakah darah yang keluar bercampur dengan feses atau tidak. Bila tidak, berarti
berasal dari hemoroid atau fisura anus. Kemudian kita lakukan pemeriksaan fisik
untuk membedakan keduanya, pada inspeksi tidak ditemukanya fisurra pada ani.
Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah, jarang minum air putih, sering
menahan BAB, mengangkat beban berat dan buang air besarnya keras.
22
Diagnosis pasien ini adalah hemoroid interna grade III, atas dasar pasien
mengeluh saat ini benjolan pada anus yang keluar saat buang air besar dapat masuk
kembali kealam anus jika didorong dengan tangan pasien.
Pada pemeriksaan fisik Regio anus. Inspeksi : tampak benjolan ireguler berbatas
tegas, konsistensi kenyal, mudah digerakkan, berlendir, becampur darah. Palpasi :
nyeri saat ditekan
Tata laksana pada pasien ini awalnya dengan merubah gaya hidup. Pasien
disarankan untuk banyak makan buah dan sayur untuk menambah serat sehingga
buang air besar lebih mudah tanpa terlalu keras mengedan. Selain itu disarankan
pula banyak minum air putih dan tidak terlalu lama berada di jamban. Tata laksana
selanjutnya adalah terapi sementara dengan pemberian obat-obatan yaitu asam
traneksamat untuk menghentikan perdarahannya, Asam mefenamat untuk
mengurangi nyeri, ardium tablet yang didalamnya mengandung diosmin dan
hesperidin untuk menormalkan tekanan darah pada vena di pleksus hemoroidalis.
Diberikan juga obat pencahar yaitu dulcolax agar melancarkan BAB nya atau
mencegah terjadinya konstipasi, serta antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.
Pada kasus ini pasien seharusnya diberikan salep lidocain atau antihemoroid supp
namun karena ketersediaan obat terbatas sehingga pasien diberikan resep luar untuk
obat tersebut.
Tatalaksana definitif yang dilakukan pada pasien ini adalah rujuk ke spesialis
bedah agar dilakukan operatif salah satunya hemoroidektomi. Hal ini dipilih karena
hemoroid grade III tidak bisa ditatalaksana dengan modifikasi diet saja namun juga
perlu dilakukan tindakan invasif. Keuntungan dilakukan operatif yaitu
mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal
discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat. sehingga
rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
23
DAFTAR PUSTAKA
24