LAPORAN KASUS DR Vonny (Hemoroid) PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

HEMORRHOID

Disusun Oleh :

dr. Muhammad Azharan Alwi

Pembimbing :

dr. Vonny E Pandara

INTERNSHIP

RUMAH SAKIT UMUM TIPE D JAGAKARSA

PERIODE 04 MARET 2019 - 04 JULI 2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME atas berkat rahmat dan hidayahNya saya dapat
menyelesaikan makalah presentasi kasus ini yang berjudul Hemorrhoid berikut ini.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih mengucapkan terima


kasih kepada dr. Vonny E Pandara selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini
serta seluruh pihak yang telah membantu, termasuk rekan- rekan intership jagakarsa
yang telah memberi banyak masukan untuk makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari dalam pembuatan makalah presentasi kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah presentasi kasus ini sangat kami harapkan.

Demikian semoga makalah presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita, terutama dalam
bidang ilmu bedah.

Penulis

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Hemoroid Interna

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas

Program Dokter Internsip

Rumah Sakit Umum Jagakarsa

Disusun Oleh

dr. Muhammad Azharan Alwi

Jakarta, Mei 2020

Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr. Vonny E. Pandara)

2
BAB I
ILUSTRASI KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. Y
Umur : 47 th
No RM : 000100406
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Sudah menikah
Alamat : Ciganjur
Agama : Islam

II. Anamnesis

Keluhan Utama:
Benjolan pada dubur sejak 4 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan pada dubur sejak 4 bulan SMRS. Benjolan tersebut pada awalnya
masih dapat masuk kembali dengan sendirinya. Namun sejak 1 bulan terakhir
pasien mengeluhkan bahwa benjolan tersebut harus dimasukkan kembali
menggunakan jari pasien. Pasien sebelumnya sudah dibawa ke Puskesmas
Jagakarsa dan sudah diberikan obat namun pasien tidak mengingat obatnya dan
keluhan belum membaik sehingga pasien dirujuk ke RSUD. Pasien juga merasakan
adanya nyeri ketika BAB, vas 5-6. Pasien mengaku jarang konsumsi sayur dan
buah.
Selama 2 minggu terakhir saat BAB, pasien mengeluhkan adanya darah yang
menetes setelah BAB. Darah warna merah segar, tidak bercampur dengan kotoran.
Keluhan lemah, letih, lesu, dan lunglai tidak dirasakan oleh pasien. Tidak ada
keluhan BAK, demam, dan nyeri pada perut. Keluhan berat badan turun drastis,
nafsu makan berkurang dan lemas setelah BAB disangkal.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi, tidak pernah ditransfusi, tidak pernah
dirawat ataupun operasi sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah
tinggi ataupun diabetes.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluhan serupa pada keluarga, riwayat penyakit keganasan pada
keluarga disangkal.

Riwayat Sosial

Pasien bekerja penjual makanan di pasar. Makan sering tidak teratur. Jarang
makan sayur dan buah-buahan dan jarang berolahraga. Saat bekerja pasien sering
mengangkat barang-barang yang berat. Pasien sering menahan BAB karena alasan
pekerjaan.

Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : BB: 54 kg, TB: 162 cm, IMT: 20,61

• Tanda Vital
Tekanan Darah : 119/73 mmHg
Frekuensi Nadi : 83 x/menit, regular, isi cukup
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC

Status generalis

• Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
• Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
• Hidung

4
Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-/-), deviasi septum (-/-),
edema concha (-/-), concha hiperemis (-/-)
• Telinga
Preaurikuler hiperemis (-/-), abses (-/-), massa (-/-).
Aurikuler normotia
retroaurikuler hiperemis (-/-), abses (-/-), massa (-/-)
Liang telinga lapang, serumen (-/-)
• Tenggorokan dan rongga mulut
Bucal mukosa sianosis (-)
Tonsil T1/T1
Dinding posterior faring tidak hiperemis
• Leher
• Tidak ada pembesaran KGB
• Tidak ada bendungan vena leher
• Thoraks
a. Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris statis dan dinamis, pelebaran sela
iga (-), otot bantu nafas (-), retraksi M. Intercostal (-), tipe
pernafasan torakoabdominal, frekuensi napas 20 x/menit
Palpasi : Fremitus vocal normal, massa (-/-), ekspansi dada simetris,
pelebaran sela iga (-/-)
Perkusi : Sonor kedua paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)

b. Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat


Palpasi : Pulsasi iktus cordis tidak teraba
Perkusi :

- Batas jantung kanan pada ICS 4 linea parasternalis dextra


- Batas jantung kiri pada ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop (-)

5
• Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
• Ekstremitas : CRT < 2 detik, akral hangat, edema (-),
deformitas (-)

Status lokalis
Regio anus. Inspeksi : tampak benjolan ireguler berbatas tegas, konsistensi kenyal,
mudah digerakkan, berlendir dan becampur darah. Palpasi : nyeri saat ditekan

III. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium darah
HEMATOLOGI

Hemoglobin 12,8 g/dl 13,2 – 17,3 g/dl


Hematokrit 40 % 33 – 45%
Leukosit 9.500 /ul 5.000 – 10.000/ul
Trombosit 278.000 /ul 150.000 – 440.000/ul

6
b. Radiologi

Gambar 2.1 X-Ray Thoraks


Kesan : tidak tampak kelainan radiologi pada jantung dan paru.

IV. Diagnosis
1. Hemoroid interna grade III

V. Diagnosis Banding
Prolaps Rekti
Karsinoma Rekti

VI. Rencana Diagnostik


Pemeriksaan Darah Lengkap

VII. Tatalaksana
a. Medikamentosa
1. Asam traneksamat 3x500 mg
2. Asam mefenamat 3 x 500 mg
3. Ardium tablet 3x1000 mg
4. Pencahar : Dulcolax 3x1000mg
5. Antibiotik : Cefixime 2x200mg

7
b. Non Medikamentosa
1. Diet Tinggi Serat
2. Konsumsi air sebanyak 6-8 gelas
3. Edukasi agar tidak menahan BAB
4. Mobilisasi miring kanan kiri
VIII. Anjuran
1. Rujuk Ke spesialis bedah untuk pertimbangan operatif

IX. Prognosis

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Rektum dan Anus

Gambar 1.1 Anatomi rektum dan kanalis analis.1


Rektum merupakan bagian pelvis saluran pencernaan dan berlanjut di
proksimal dengan colon sigmoid. Bagian terminal rektum merupakan ampula recti.
Ampula menerima dan menahan massa fekal yang menumpuk sampai dikeluarkan
selama defekasi.2
Kanalis analis merupakan bagian terminal usus besar dan seluruh saluran
penceraan. Kanal dengan panjang 2,5-3,5 cm bermula dimana ampula recti
menyempit dan berakhir pada anus. Kanalis analis dikelilingi oleh m. sphincter ani
internus dan eksternus. Kanal selalu kolaps kecuali selama pasase feses. Kedua
sfingter harus relaks sebelum defekasi dapat terjadi.

Gambar 1.2 Vaskularisasi Rektum dan kanalis analis2

9
Terdapat batasan garis ireguler yang disebut linea pectinata atau linea
dentata yang menunjukan taut bagian superior canalis analis dan bagian inferior.
Kanalis bagian superior linea pectinata memiliki suplai arteri inervasi dan drainase
yang berbeda dengan bagian inferior. Perbedaan tersebut karena asal embriologis
yang berbeda. Superior atau viseral berasal dari hindgut embrionik. Bagian inferior
atau somatik berasal dari proktodeum embrionik.2
Arteri rectalis superior memperdarahi kanalis analis superior linea pectinata.
Arteri rectalis inferior memperdarahi inferior kanalis serta otot-otot di sekitarnya
dan kulit perianal. Disuperior linea pectinata, pleksus rectalis interna terutama
bermuara dalam vena rectalis superior dan sistem porta. Diinferior linea pectinata,
pleksus rectalis interna bermuara kedalam vena rectalis inferior ke sistem vena
cava. Vena rectalis media membentuk anastomosis dengan vena rectalis superior
dan inferior mendrainase muscularis ampula eksterna.2
Suplai saraf kekanalis analis superior linea pectinata merupakan inervasi
viseral dari pleksus hipogastricus inferior. Akibat inervasi ini kanalis analis superior
linea pectinata hanya sensitif terhadap refleks peregangan. Suplai saraf kanalis
analis inferior linea pectinata adalah inervasi somatik yang berasal dari nervus
analis inferior cabang nervus pudendus. Oleh karena itu, bagian analis kanalis ini
sensitif terhadap nyeri, sentuhan dan temperatur.2

2.2 Hemoroid

2.2.1 Pengertian
Hemoroid ialah penebalan bantalan jaringan submukosa (anal
cushion) yang terdiri dari venula, arteriol dan jaringan otot polos yang
terletak dikanalis anal.3 Submukosa vaskular sangat menebal pada posisi
lateral kiri, anterolateral kanan dan posterolateral kanan yang membentuk
bantalan anal. Hemoroid adalah anatomi normal dari anorektal, penanganan
hanya bila terdapat gejala yang mengganggu.2

10
2.2.2 Faktor risiko
Mengejan terlalu kuat, peningkatan tekanan intraabdomen,
kehamilan, hipertensi porta, keturunan, usia, feses yang keras dapat
meningkatkan tekanan pada vena dipleksus hemoroid dan menyebabkan
prolapsnya hemoroid yang kemudian menimbulkan gejala.4

2.2.3 Epidemiologi

Prevalensi hemoroid didunia diestimasikan sebesar 4.4% pada


populasi general. Di Amerika Serikat 1-3 dari 10 juta penduduk
mengeluhkan gejala hemoroid. Tidak diketahui secara pasti epidemiologi
berdasarkan jenis kelamin. Namun laki-laki lebih sering mengalami gejala
hemoroid. Hemoroid eksterna lebih sering terjadi pada dewasa muda
daripada dewasa tua. Prevalensi hemoroid meningkat seiring bertambahnya
usia, dimulai pada usia dekade ketiga dengan puncak pada usia 45-65
tahun.4

Gambar 1.3 Hemoroid Eksterna dan Interna.4

2.2.4 Klasifikasi

2.2.4.1 Hemoroid eksterna


Terletak didistal linea pectinata dan diselubungi oleh
anoderm. Terjadi akibat trombosis dalam vena pleksus rectalis
eksterna. Karena anoderm kaya akan inervasi trombosis pada
hemoroid eksterna dapat menimbulkan nyeri hebat. Resolusi dari
hemoroid eksterna dapat membentuk skin tag. Skin tag ialah

11
jaringan fibrotik yang dilapisi kulit anus. Hemoroid eksterna dan
skin tag sering sulit dibedakan dan dapat menyebabkan iritasi bila
membesar.2,3

2.2.4.2 Hemoroid Interna


Terletak diproksimal linea pectinata dan diselubungi mukosa
anorektal. Berisi vena dari pleksus rektalis internal yang
berdilatasi secara normal. Hemoroid interna disebabkan oleh
rusaknya mukosa muskularis, yang dapat diprediksi pada posis
lateral kiri, anterolateral kanan, dan posterolateral kanan (posisi
bantalan anal). Bila terjadi prolaps, hemoroid akan dikompresi
oleh sfingter yang kontraksi. Sebagai akibatnya terjadi strangulasi.
Karena terdapat banyak anastomosis arteriovenosa, perdarahan
akibat hemoroid interna secara khas bewarna merah terang.
Hemoroid interna biasanya tidak nyeri dan dapat prolaps saat
defekasi.2,3

Gambar 1.4 Derajat Hemoroid Interna.

Hemoroid interna diklasifikasikan kembali menjadi3 :

a. Derajat 1 : gejala perdarahan merah segar saat defekasi tanpa


adanya prolaps. Masih berada disekitar linea pectinata.
b. Derajat 2 : prolaps bantalan anal keluar dari dubur saat defekasi
tetapi masih bisa masuk kembali secara spontan.
c. Derajat 3 : prolaps saat defekasi tetapi tidak dapat masuk secara
spontan harus didorong kembali.

12
d. Derajat 4 : telah terjadi prolaps yang tidak bisa dimasukan
kembali.

2.2.5 Patofisiologi
Peningkatan tekanan anus saat istirahat, kebiasaan duduk lama akan
menurunkan aliran balik vena sehingga vena membesar dan merusak
jaringan ikat disekitarnya dan membuat pembesaran hemoroid.
Bertambahnya usia juga dapat melemahkan sktruktur jaringan pengikat
yang membuat hemoroid prolaps.5
Hemoroid interna merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang
terletak pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat pasien
dalam posisi litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid
interna diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering
ditemukan pada anggota keluarga yang sama. Vena rectalis superior
merupakan bagian paling bergantung pada sirkulasi portal dan tidak
berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada vena yang terletak
pada superior canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa sedikit
memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah
vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi.
Selama kehamilan sering terjadi penekanan vena rectalis superior
oleh uterus gravid sehingga dapat memicu hemoroid. Hipertensi portal
akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Hemoroid interna
yang kolaps dapat menghasilkan mukus menuju perianal. Mukus tersebut
dapat menyebabkan dermatitis lokal yang disebut pruritus ani.4
Hemoroid eksterna terjadi akibat trombosis vena hemoroid eksterna.
Trombosis akut ini berhubungan dengan konstipasi, diare kronik ataupun
perubahan diet. Nyeri akibat distensi dan inervasi kulit sekitar trombus.
Nyeri dapat terjadi selama 7-14 hari. Setelah itu terjadi resolusi degnan
meninggalkan skintag. Kekambuhan ditempat yang sama sering terjadi
sekitar 40-50%.4

13
2.2.6 Manifestasi klinis
1. Perdarahan biasanya terjadi saat defekasi, warna merah segar,
menetes tidak bercampur feses dan jumlah bervariasi.
2. Prolaps terjadi bila hemoroid bertambah besar. Pada mulanya
hemoroid dapat tereduksi spontan tetapi lama kelamaan tidak bisa
dimasukan kembali.
3. Rasa tidak nyaman hingga nyeri bila hemoroid teregang akibat
terdapat trombosis luas dengan edema dan peradangan.
4. Feses dipakaian dalam karena hemoroid dapat mencegah
penutupan anus dengan sempurna.
5. Gatal muncul akibat pembersihan kulit perianal yang sulit atau
apabila ada mucus yang keluar.
6. Nekrosis pada hemoroid interna yang prolaps dan tidak dapat
direduksi kembali.

2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang


keras, yang membuat tekanan intra abdominal meningkat, riwayat sering
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi
peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.

2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi

Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah


jaringan yang muncul. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi
terutama bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps,
maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat
apabila penderita diminta mengejan.

14
b) Palpasi

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak


dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.6

c) Anoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen.6

2.2.8 Diagnosis banding

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga


terjadi pada :

1. Karsinoma kolorektal
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa

Pemeriksaan sigmoidoskopi dapat dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi


perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps
rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna.6

2.2.9 Tata Laksana

Tatalaksana dapat dibedakan menjadi invasif dan non invasif. Selain itu
pilihan tatalaksana juga bergantung pada derajat hemoroid7
Derajat 1 : modifikasi diet, medikamentosa

15
Derajat 2 : rubber band ligation, fotokoagulasi, ligasi arteri hemoroidalis,
modifikasi diet dan medikamentosa.
Derajat 3 : hemoroidektomi, stapled hemoroidopex, rubber band ligation,
modifikasi diet dan medikamentosa.
Derajat 4 : hemoroidektomi, stapled hemoroidopex, modifikasi diet.

a. Non-Medikamentosa
Modifikasi diet dengan intake cairan dan serat yang adekuat serta merubah
kebiasaan BAB menjadi penanganan awal kasus hemoroid. Diet tinggi serat
terbukti dapat mengurangi gejala perdarahan pada penderita hemoroid.
kebiasaan BAB yang baik juga penting diedukasikan untuk mengurangi gejala
hemoroid yaitu dengan menghindari mengejan berlebihan dan membatasi
waktu untuk BAB.5
b. Medikamentosa
Antibiotik untuk mencegah infeksi. Obat pencahar dapat diberikan untuk
membantu melunakan feses sehingga tidak perlu mengejan saat BAB.
Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres
lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat
juga dapat meringankan nyeri.6
c. Minimal invasif
1. Rubber band ligation (RBL)
Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Mukosa bagian
proksimal dijepit dengan band. Ligasi ini akan menyebabkan iskemia
dan nekrosis hemoroid yang sudah prolaps. Karena ligasi dilakukan di
bagian proksimal linea pectinata rasa nyeri dapat diminimalisir. Pada

16
hemoroid grade 2 dan 3 angka keberhasilannya 93% dengan
kekambuhan dalam 2 tahun sebanyak 11%.5

Gambar 1.5 Rubber Band Ligation (RAL)

2. Sclerotherapy
Berbagai teknik dan obat skleroterapi dapat digunakan untuk
hemoroid interna derajat 1-3. Skleroterapi yang sering digunakan ialah
fenol 5% dalam minyak almond dan sodium tetradecyl sulfate. Cara
kerjanya dengan membuat fibrosis pada submukosa jaringan hemoroid.
Injeksi dilakukan kedalam submukosa hingga apeks dari hemoroid (0,5-
2,0 ml 1% sodium tetradecyl sulfate atau 1-3 ml fenol 5% yang
dilarutkan dalam minyak.3,5

Gambar 1.6 Sclerotherapy

3. Infrared Photocoagulation
Menggunakan gelombang infrared untuk membuat nekrosis protein
pada hemoroid. Biasanya dilakukan untuk hemoroid derajat 1 dan 2.
Karena kekambuhannya tinggi bila dilakukan pada hemoroid derajat 3
dan 4.3,5

17
Gambar 1.7 Infrared Photocoagulation

4. Exicision of Trombosed Eksternal Hemorrhoid


Trombosis akut hemoroid eksterna dapat menimbulkan nyeri hebat
dan massa yang teraba diperianal dalam waktu 24-72 jam pertama.
Trmobosis dapat ditangani dengan eksisi elips menggunakan anestesi
lokal. Setelah 72 jam, gumpalan clot atau darah beku mulai diserap dan
nyeri berangsur membaik.3,5

Gambar 1.8 Exicision of Trombosed Eksternal Hemorrhoid

18
d. Operatif
1. Hemoroidektomi tertutup

Gambar 1.9 Hemoroidektomi Tertutup


Teknik Parks atau Ferguson ini melibatkan reseksi hemoroid dan
penutupan luka dengan jahitan. Tindakan ini dapat dilakukan dalam
anesteri regional ataupun umum. Kanalis analis diperiksa dengan
anoskopi. Bantalan hemoroid dan mukosanya dieksisi secara elips mulai
dari distal sampai anal verge dan meluas keproksimal anorectal ring.
Apeks dari pleksus hemoroid kemudian diligasi dan hemoroid dieksisi.
Luka ditutup dengan benang yang menyerap. Perlu perhatian khusus
agar tidak terjadi reseksi pada sfingter ani agar tidak terjadi stenosis
anus.5
2. Hemoroidektomi terbuka
Disebut juga teknik Miligan dan Morgan, menggunakan teknik
serupa akan tetapi luka eksisi dibiarkan terbuka sembuh secara spontan.5
3. Stapled hemoroidopexy
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse
Hemorrhoids (PPH). Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran
di depan dan pendorong di belakangnya. Teknik PPH ini mengurangi
prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi

19
anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan
sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Dengan teknik ini dilakukan eksisi sirkumferensial mukosa dan
submukosa kanalis analis serta reanastomosis dengan alat stapling
sirkular.5
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan
alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa
dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari
stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan
dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi
jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih
masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada
ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke
jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis
dengan sendirinya.6,7
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis,
tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal
karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung
cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap
di rumah sakit semakin singkat. 7,8

Gambar 1.10 Stapled Hemoroidopexy

20
4. Doppler-guided hemorrhoidal artery ligation
Teknik ini juga dinamakan Hemorrhoidal Artery Ligation atau
HAL. Mendeteksi pembuluh darah dengan menggunakan anoskopi dan
doppler kemudian dilakukan ligasi pada arteri tersebut dengan
penjahitan.5

Gambar 1.11 Doppler-guided hemorrhoidal artery ligation

e. Komplikasi hemoroidektomi
Nyeri post operatif membutuhkan analgetik umumnya oral narkotik.
NSAID, pelemas otot, analgetik topikal juga dapat digunakan. Retensi urin
merupakan komplikasi yang umumnya terjadi namun dapat diminimalisir
dengan mengurangi cairan perioperatif dan analgetik adekuat. Nyeri juga
bisa menyebabkan impaksi fekal. Hal ini bisa ditangani dengan memberikan
enema atau laksatif post operatif. Perdarahan dapat terjadi akibat ligasi yang
tidak adekuat dan dapat terjadi dalam 7-10 hari pertama setelah operasi. Bila
terdapat demam, nyeri hebat dan retensi urin menandakan telah terjadinya
infeksi sekitar anus dan perlu dilakukan drainase abses atau debridement
jaringan nekorotik.7

21
BAB III
ANALISIS MASALAH

Tn. Y, 47 tahun mengeluh adanya benjolan dan nyeri pada anus sejak 4
bulan yang lalu. Sejak 1 bulan terakhir benjolan dapat masuk ketika didorong
dengan tangan. 2 minggu terakhir mengeluh adanya darah menetes warna merah
segar setelah BAB, tidak bercampur tinja. Pasien juga jarang mengkonsumsi sayur
buah dan pekerjaan pasien sering mengangkat beban berat serta sering menahan
BAB.
Benjolan yang di berada di anus harus dilihat dan diperiksa, hal ini
diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis lain yang memiliki manifestasi benjolan
di anus. Untuk menyingkirkan benjolan di anus adalah sebuah hemoroid dan bukan
sebuah karsinoma kolorektum kita harus menambahkan anamnesis. Pada pasien ini
tidak ada keluhan perubahan pola defekasi, darah yang keluar tidak disertai dengan
lendir yang berbau dan pasien mampu menahan rasa ingin buang air besarnya.
Keluhan sistemik yang menandakan masa tersebut adalah sebuah keganasan seperti
mual, muntah, demam ataupun penurunan berat badan disangkal pasien.
Pasien mengatakan adanya darah setelah pasien buang air besar yang keluar
dari anusnya.Perdarahan saluran cerna pada awalnya harus kita bedakan dari mana
asal perdarahannya, apakah dari saluran cerna bagian atas atau bagian bawah.
Anamnesis selanjutnya, menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar
(hematoksezia) atau merah kehitaman (melena), pasien mengatakan warna darah
merah segar. Berarti yang terpikirkan keadaan patologis apa saja yang
menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah, dapat dipikirkan berupa
tumor kolon, polip kolon, hemoroid dan fisura ani. Dilanjutkan dengan pertanyaan,
apakah darah yang keluar bercampur dengan feses atau tidak. Bila tidak, berarti
berasal dari hemoroid atau fisura anus. Kemudian kita lakukan pemeriksaan fisik
untuk membedakan keduanya, pada inspeksi tidak ditemukanya fisurra pada ani.
Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah, jarang minum air putih, sering
menahan BAB, mengangkat beban berat dan buang air besarnya keras.

22
Diagnosis pasien ini adalah hemoroid interna grade III, atas dasar pasien
mengeluh saat ini benjolan pada anus yang keluar saat buang air besar dapat masuk
kembali kealam anus jika didorong dengan tangan pasien.
Pada pemeriksaan fisik Regio anus. Inspeksi : tampak benjolan ireguler berbatas
tegas, konsistensi kenyal, mudah digerakkan, berlendir, becampur darah. Palpasi :
nyeri saat ditekan
Tata laksana pada pasien ini awalnya dengan merubah gaya hidup. Pasien
disarankan untuk banyak makan buah dan sayur untuk menambah serat sehingga
buang air besar lebih mudah tanpa terlalu keras mengedan. Selain itu disarankan
pula banyak minum air putih dan tidak terlalu lama berada di jamban. Tata laksana
selanjutnya adalah terapi sementara dengan pemberian obat-obatan yaitu asam
traneksamat untuk menghentikan perdarahannya, Asam mefenamat untuk
mengurangi nyeri, ardium tablet yang didalamnya mengandung diosmin dan
hesperidin untuk menormalkan tekanan darah pada vena di pleksus hemoroidalis.
Diberikan juga obat pencahar yaitu dulcolax agar melancarkan BAB nya atau
mencegah terjadinya konstipasi, serta antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.
Pada kasus ini pasien seharusnya diberikan salep lidocain atau antihemoroid supp
namun karena ketersediaan obat terbatas sehingga pasien diberikan resep luar untuk
obat tersebut.
Tatalaksana definitif yang dilakukan pada pasien ini adalah rujuk ke spesialis
bedah agar dilakukan operatif salah satunya hemoroidektomi. Hal ini dipilih karena
hemoroid grade III tidak bisa ditatalaksana dengan modifikasi diet saja namun juga
perlu dilakukan tindakan invasif. Keuntungan dilakukan operatif yaitu
mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal
discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat. sehingga
rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 6th Ed. Elsevier. 2014


2. Moore KL, Dalley AF. Anatomi Berorientasi Klinis. Ed 5 jilid 1. Jakarta : Erlangga
2013
3. Brunicardi FC et al. Schwartz’s Principles of Surgery. 11th Ed. New York : Mc Graw
Hill. 2019
4. Thornton SC. Hemorrhoids Treatment & Management. Jul 2019.
emedicine.medscape.com
5. Davis BR, et al. The American Society of Colon and Rectal Surgeons Clinical Practice
Guidelines For The Management of Hemorrhoids. Dis Colon Rectum 2018; 61 : 284-
292
6. Nelson H,et al. Sabiston Textbook of Surgery. 19th Ed. Philadelphia : Elsevier. 2012
7. Henry MM, Thompson JN. Hemoroid dalam Clinical Surgery. Ed 3. Philadelphia :
Elsevier. 2012
8. Brown JH. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H, Ronardy,
Melfiawati, Jakarta : EGC, 2001

24

Anda mungkin juga menyukai