Peran Pendidikan Dalam Membangun Masyarakat Sosial Berdasarkan Pancasila
Peran Pendidikan Dalam Membangun Masyarakat Sosial Berdasarkan Pancasila
Peran Pendidikan Dalam Membangun Masyarakat Sosial Berdasarkan Pancasila
Abstrak
Artikel ini membahas peran pendidikan dalam membentuk dan memperkuat nilai-nilai
Pancasila dalam masyarakat sosial. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung
lima sila yang menjadi landasan moral, sosial, dan politik bagi seluruh warga negara.
Pendidikan memainkan peran krusial dalam menanamkan dan menginternalisasi nilai-nilai
Pancasila kepada generasi muda, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan positif
dalam masyarakat. Artikel ini menyoroti pentingnya integrasi nilai-nilai Pancasila dalam
kurikulum pendidikan, peran guru sebagai fasilitator pembelajaran nilai-nilai Pancasila, serta
upaya pengembangan karakter dan sikap sosial berdasarkan Pancasila di lingkungan sekolah.
Penelitian dan implementasi program pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter
Pancasila juga menjadi fokus diskusi dalam artikel ini. Dengan demikian, pendidikan dapat
menjadi instrumen efektif dalam membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila.
Kata Kunci: Pancasila, Pendidikan, Masyarakat Sosial, Karakter, Nilai-nilai
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia yang terdiri dari lima
sila, sila pertama berbunyi (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kedua berbunyi (2)
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sila ketiga berbunyi (3) Persatuan Indonesia, sila
keempat berbunyi (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan sila kelima berbunyi (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Pancasila lahir dari usaha dan pengorbanan tokoh-tokoh pendiri Indonesia
yang bertujuan untuk membentuk negara yang memiliki kedaulatan, persatuan, dan keadilan.
Selain itu, Pancasila mencerminkan prinsip-prinsip moral, sosial, dan politik yang dihargai
oleh semua warga Indonesia, tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, atau kelas.
Namun, dalam era globalisasi dan modernisasi saat ini, Pancasila menghadapi berbagai
1
tantangan dan bahaya, baik di dalam maupun di luar negeri. Ini meliputi penyebaran
radikalisme, intoleransi, korupsi, kemiskinan, disparitas, dan degradasi lingkungan yang
meluas. Oleh karena itu, sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah serius dan
sistematis untuk melindungi dan mempertahankan keberadaan Pancasila sebagai batu fondasi
prinsip dan keyakinan bangsa. Salah satu pendekatan yang paling strategis dan berdampak
adalah pendidikan. Pendidikan mencerminkan proses memperoleh pengetahuan dan membina
potensi manusia untuk memperkaya keberadaan bangsa. Ini juga merupakan hak asasi
manusia yang harus dijaga oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan pendidikan, kaum muda
bisa mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta nilai yang dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan di masa depan.. Selain itu, pendidikan dapat berperan sebagai platform
untuk menanamkan dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila pada generasi muda,
memberdayakan mereka untuk memacu transformasi positif dalam masyarakat.
Nilai-nilai Pancasila tersebut harus dijadikan sebagai pedoman hidup bagi setiap
warga negara Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang sosial.
Kehidupan sosial adalah kehidupan yang berhubungan dengan interaksi, komunikasi, dan
kerja sama antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Kehidupan sosial yang baik
adalah kehidupan yang harmonis, toleran, solidaritas, dan saling menghormati antara
sesama anggota masyarakat.
Untuk menciptakan kehidupan sosial yang baik, diperlukan peran pendidikan yang
strategis dan efektif. Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia secara
optimal melalui pembelajaran yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan tidak hanya
berlangsung di lembaga formal seperti sekolah atau perguruan tinggi, tetapi juga di
lembaga nonformal seperti keluarga, lingkungan, media, dan organisasi kemasyarakatan.
3
Pendidikan memegang peran krusial dalam membentuk kepribadian, sikap, dan
tindakan individu yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila. Selain itu, pendidikan
juga berperan dalam mengajarkan kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab sosial
kepada individu sebagai bagian dari masyarakat dan negara. Dengan demikian,
pendidikan memiliki potensi untuk membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila.
Berikut ini adalah beberapa contoh peran pendidikan dalam membentuk masyarakat
sosial berdasarkan Pancasila:
1. Pendidikan dapat mengajarkan nilai ketuhanan kepada individu, sehingga individu
dapat menghormati dan menghargai keberagaman agama dan keyakinan yang ada di
masyarakat. Pendidikan juga dapat mengajarkan individu untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya dan tidak mengganggu ibadah orang lain.
2. Pendidikan dapat mengajarkan nilai kemanusiaan kepada individu, sehingga individu
dapat menghargai dan melindungi hak asasi manusia, menghormati martabat dan
harkat setiap manusia, serta tidak melakukan diskriminasi, kekerasan, atau
pelanggaran hak orang lain. Pendidikan juga dapat mengajarkan seseorang diminta
untuk bersikap adil dan beradab ketika berinteraksi dengan orang lain..
3. Pendidikan dapat mengajarkan nilai persatuan kepada individu, sehingga individu
dapat memiliki rasa nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air yang tinggi.
Pendidikan juga dapat mengajarkan individu untuk menghormati dan menjaga
keutuhan, kedaulatan, dan kepentingan nasional Indonesia. Pendidikan juga dapat
mengajarkan individu untuk menghargai dan melestarikan keanekaragaman budaya,
bahasa, dan adat istiadat yang ada di Indonesia.
4. Pendidikan dapat mengajarkan nilai kerakyatan kepada individu, sehingga individu
dapat memiliki kesadaran dan partisipasi politik yang aktif dan kritis. Pendidikan juga
dapat mengajarkan individu untuk menghormati dan mematuhi hukum dan konstitusi
yang berlaku di Indonesia. Pendidikan juga dapat mengajarkan individu untuk
bersikap demokratis, terbuka, dan transparan dalam berbagai urusan publik.
Pendidikan juga dapat mengajarkan individu untuk mengedepankan musyawarah dan
mufakat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.
5. Pendidikan dapat mengajarkan nilai keadilan kepada individu, sehingga individu
dapat memiliki rasa keadilan sosial yang tinggi. Pendidikan juga dapat mengajarkan
individu untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Pendidikan juga dapat mengajarkan individu untuk tidak melakukan korupsi,
4
kolusi, atau nepotisme yang merugikan kepentingan umum. Pendidikan juga dapat
mengajarkan individu untuk peduli dan berbagi dengan sesama yang membutuhkan, terutama
yang kurang mampu.
2. Integrasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kurikulum Pendidikan
a. Peran guru sebagai agen perubahan dalam mendidik generasi muda berdasarkan
Pancasila.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik generasi muda
berdasarkan Pancasila, karena guru adalah orang yang paling dekat dan berpengaruh
dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter siswa. Guru sebagai agen
perubahan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk:
• Menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai Pancasila kepada siswa
secara komprehensif, sistematis, dan kontekstual.
• Menjadi teladan dan panutan bagi siswa dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas.
• Mendorong dan memfasilitasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan Pancasila, seperti upacara bendera, lomba karya
tulis, diskusi, seminar, studi banding, dan lain-lain.
• Mengembangkan budaya sekolah yang kondusif, demokratis, dan berkeadilan,
yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
• Melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran
Pancasila, serta melakukan perbaikan dan peningkatan secara berkelanjutan.
b. Strategi dan metode pembelajaran untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan
nilai-nilai Pancasila.
Strategi dan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperkuat
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila antara lain adalah:
• Menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu menghubungkan materi Pancasila
dengan situasi dan permasalahan yang aktual dan relevan dengan kehidupan
siswa, sehingga siswa dapat merasakan manfaat dan urgensi Pancasila.
• Memanfaatkan beragam media dan sumber belajar yang menarik, kreatif, dan
beragam, seperti buku, video, internet, permainan, musik, poster, dan sebagainya,
yang mampu meningkatkan minat, motivasi, dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran mengenai Pancasila.
• Menggunakan metode yang aktif, interaktif, dan kolaboratif, seperti diskusi, tanya
jawab, brainstorming, role play, simulasi, proyek, dan lain-lain, yang dapat
5
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan kreatif siswa dalam
memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila.
• Menggunakan metode yang reflektif, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merefleksikan dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran Pancasila,
dan menarik manfaat serta pelajaran yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Karakter dan Sikap Sosial Berdasarkan Pancasila di Lingkungan Sekolah.
Pengembangan karakter dan sikap sosial berdasarkan Pancasila di lingkungan
sekolah adalah upaya untuk membentuk pribadi siswa yang memiliki nilai-nilai
moral, etika, dan kewarganegaraan yang sesuai dengan Pancasila, serta memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat.
Pengembangan karakter dan sikap sosial berdasarkan Pancasila di lingkungan sekolah
dapat dilakukan melalui:
• Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum, kegiatan pembelajaran, dan
evaluasi, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
• Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam manajemen sekolah, yang mencakup aspek
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian kinerja sekolah, serta aspek
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran, dan kemitraan.
• Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan ekstrakurikuler, yang mencakup
aspek pengembangan minat, bakat, dan potensi siswa, serta aspek pengembangan
keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kewirausahaan siswa.
• Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan intrakurikuler, yang mencakup
aspek pengembangan sikap dan perilaku siswa, serta aspek pengembangan
kepedulian dan partisipasi siswa terhadap lingkungan, masyarakat, dan bangsa.
3. Inisiatif dan Program di Sekolah Untuk Mengembangkan Karakter dan Sikap
Sosial Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila.
a. Kegiatan ekstrakurikuler, program mentoring, atau kegiatan sosial untuk memperkuat
pemahaman dan praktik nilai-nilai Pancasila di antara siswa
Kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada kegiatan yang dilakukan di luar jam
kelas biasa dengan tujuan memupuk minat, bakat, potensi, dan keterampilan siswa
dalam bidang-bidang tertentu. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat menjadi sarana
untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila di antara siswa, karena melalui kegiatan ini
siswa dapat belajar untuk bersikap religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
berintegritas. Beberapa contoh kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan
6
karakter Pancasila antara lain adalah:
• Pramuka, yaitu kegiatan yang mengajarkan siswa untuk mencintai alam, berjiwa
patriotik, berdisiplin, berani, dan bertanggung jawab. Pramuka juga mengajarkan
siswa untuk menghormati dan menghargai perbedaan, serta bekerja sama dalam
tim
• Palang Merah Remaja (PMR), yaitu kegiatan yang mengajarkan siswa untuk
peduli terhadap sesama, khususnya yang membutuhkan bantuan kesehatan. PMR
juga mengajarkan siswa untuk berani, tanggap, dan sigap dalam menghadapi
situasi darurat.
• Paskibra, yaitu kegiatan yang mengajarkan siswa untuk menghormati dan menjaga
simbol-simbol negara, khususnya bendera merah putih. Paskibra juga
mengajarkan siswa untuk berdisiplin, berani, dan berjiwa kepemimpinan.
• Rohis, yaitu kegiatan yang mengajarkan siswa untuk meningkatkan kualitas
ibadah dan akhlak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Rohis juga
mengajarkan siswa untuk toleran dan menghargai keragaman agama dan
keyakinan yang ada di masyarakat.
berbagi ilmu dan pengalaman dengan sesama. Beberapa contoh program mentoring
yang dapat menumbuhkan karakter Pancasila antara lain adalah:
• Mentoring akademik, program ini memberikan arahan belajar kepada siswa yang
menghadapi kesulitan atau memiliki pemahaman yang kurang dalam materi
pelajaran tertentu. Mentoring akademik dapat dilakukan oleh guru, kakak kelas,
atau teman sebaya yang lebih menguasai materi tersebut. Mentoring akademik
dapat meningkatkan prestasi, rasa percaya diri, dan motivasi belajar siswa.
• Mentoring sosial, yaitu program yang memberikan bimbingan sosial kepada siswa
yang mengalami masalah atau konflik dengan lingkungan sekitarnya, seperti
keluarga, teman, atau masyarakat. Mentoring sosial dapat dilakukan oleh guru,
konselor, atau orang dewasa yang dipercaya oleh siswa. Mentoring sosial dapat
membantu siswa untuk menyelesaikan masalah, mengatasi stres, dan
7
mengembangkan keterampilan social.
• Mentoring karir, yaitu program yang memberikan bimbingan karir kepada siswa
yang ingin mengetahui dan merencanakan masa depannya, baik dalam hal
pendidikan lanjutan, pekerjaan, atau usaha. Mentoring karir dapat dilakukan oleh
guru, alumni, atau profesional yang berpengalaman di bidang tertentu. Mentoring
karir dapat membantu siswa untuk menemukan minat, bakat, dan potensi diri,
serta mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Kegiatan sosial adalah kegiatan yang melibatkan partisipasi dan kontribusi siswa
dalam membantu, melayani, atau memberdayakan masyarakat yang membutuhkan.
Kegiatan sosial juga dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila di
antara siswa, karena melalui kegiatan ini siswa dapat belajar untuk peduli, berempati,
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, masyarakat, dan bangsa. Beberapa
contoh kegiatan sosial yang dapat menumbuhkan karakter Pancasila antara lain
adalah:
• Pengabdian masyarakat, yaitu kegiatan yang memberikan pelayanan atau bantuan
kepada masyarakat yang kurang mampu, seperti memberikan bantuan sembako,
pakaian, atau obat-obatan, mengajar anak-anak jalanan, membersihkan
lingkungan, atau membantu pembangunan fasilitas umum.
• Aksi sosial, yaitu kegiatan yang memberikan respons atau dukungan kepada
masyarakat yang terkena bencana alam, seperti banjir, gempa, atau tanah longsor,
dengan cara menggalang dana, mengirimkan logistik, atau menjadi relawan.
• Kewirausahaan sosial, yaitu kegiatan yang mengembangkan usaha atau bisnis
yang berorientasi pada kesejahteraan sosial, seperti membuat produk kerajinan,
makanan, atau minuman dari bahan-bahan lokal, daur ulang, atau organik, yang
dapat meningkatkan pendapatan dan kemandirian masyarakat.
b. Penelitian dan Implementasi Program Pendidikan untuk Pembentukan Karakter
Pancasila
Penelitian dan implementasi program pendidikan untuk pembentukan karakter
Pancasila adalah upaya untuk mengembangkan, menguji, dan menerapkan program
pendidikan yang efektif dan inovatif untuk membentuk karakter Pancasila pada siswa.
Penelitian dan implementasi program pendidikan untuk pembentukan karakter
Pancasila dapat dilakukan oleh guru, peneliti, atau praktisi pendidikan yang tertarik
dan peduli dengan isu pendidikan karakter. Beberapa contoh penelitian dan
8
implementasi program pendidikan untuk pembentukan karakter Pancasila antara lain
adalah:
• Studi mengenai evaluasi penerapan pendidikan moral Pancasila dalam proses
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di lembaga
pendidikan berbasis pesantren. Fokus penelitian ini adalah untuk menguraikan
praktik penerapan pendidikan moral dalam pengajaran PPKn, nilai-nilai karakter
yang ditekankan, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan
pendidikan moral dalam pembelajaran PPKn di kelas V/A SDN.
• Studi tentang implementasi inisiatif Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
dalam Kurikulum Merdeka sebagai langkah untuk memperkuat karakter
kewarganegaraan siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pelaksanaan proyek P5 dalam Kurikulum Merdeka yang fokus pada peningkatan
kompetensi dan karakter peserta didik melalui pembelajaran proyek yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam konteks kehidupan sehari-hari.
9
• Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam manajemen sekolah, yang mencakup aspek
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian kinerja sekolah, serta aspek
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran, dan kemitraan. Misalnya,
sekolah dapat menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam pengambilan
keputusan, peningkatan kualitas layanan, pemberdayaan stakeholder, dan
pengembangan jejaring kerjasama.
• Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan ekstrakurikuler, yang mencakup
aspek pengembangan minat, bakat, dan potensi siswa, serta aspek pengembangan
keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kewirausahaan siswa. Misalnya, sekolah
dapat menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, seperti pramuka, palang merah remaja, paskibra, rohis, dan lain-lain.
• Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan intrakurikuler, yang mencakup
aspek pengembangan sikap dan perilaku siswa, serta aspek pengembangan
kepedulian dan partisipasi siswa terhadap lingkungan, masyarakat, dan bangsa.
Misalnya, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan intrakurikuler yang sesuai
5. Studi Kasus dan Contoh Program Pendidikan Karakter di Sekolah yang Berhasil.
Program pendidikan karakter bertujuan melatih serta mengasah nilai-nilai moral,
etika, dan sikap positif pada peserta didik. Dengan demikian, diharapkan program ini
mampu membimbing peserta didik menuju kesadaran yang lebih tinggi, memupuk iman
dan takwa, mendorong kebajikan, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Landasan
filosofis yang mendasari program pendidikan karakter di Indonesia sangatlah kuat dan
khas, dengan Pancasila sebagai pilar utama yang menjadi dasar negara dan landasan
ideologis bangsa.
Meskipun demikian, implementasi program pendidikan karakter sering kali
dihadapkan pada beragam rintangan yang harus diatasi oleh seluruh stakeholders
pendidikan. Tantangan-tantangan tersebut meliputi:
• Kurangnya kesadaran dan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, lembaga
pendidikan, guru, orang tua, maupun masyarakat, untuk mendukung dan mengawasi
program pendidikan karakter. Banyak pihak yang masih menganggap pendidikan
karakter sebagai hal yang kurang penting, tidak mendesak, atau tidak relevan dengan
11
kebutuhan zaman.
• Kurangnya konsistensi dan sinkronisasi dalam penyusunan dan implementasi
kurikulum, kebijakan, dan program pendidikan karakter. Banyak perbedaan dan
ketidaksesuaian antara kurikulum nasional, kurikulum lokal, dan kurikulum sekolah
dalam menetapkan tujuan, materi, metode, dan evaluasi pendidikan karakter. Banyak
juga kebijakan dan program pendidikan karakter yang tidak berkesinambungan, tidak
terintegrasi, atau tidak termonitor.
• Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
anggaran, dan kemitraan yang mendukung program pendidikan karakter. Banyak guru
yang belum memiliki kompetensi, motivasi, dan profesionalisme dalam mengajar
nilai-nilai karakter. Banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas, peralatan, dan
lingkungan yang kondusif untuk pendidikan karakter. Banyak pula lembaga
pendidikan yang belum memiliki anggaran dan kemitraan yang memadai untuk
melaksanakan program pendidikan karakter.
• Kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara lembaga pendidikan, keluarga, dan
masyarakat dalam mengembangkan pendidikan karakter. Banyak lembaga pendidikan
yang tidak melibatkan atau memberdayakan orang tua dan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan karakter. Banyak juga
orang tua dan masyarakat yang tidak peduli atau tidak mendukung program
pendidikan karakter yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
• Kurangnya pengawasan dan evaluasi yang objektif, akuntabel, dan transparan
terhadap program pendidikan karakter. Banyak lembaga pendidikan yang tidak
memiliki mekanisme dan instrumen yang jelas dan standar untuk mengukur dan
menilai proses dan hasil program pendidikan karakter. Banyak juga lembaga
pendidikan yang tidak menyampaikan atau mempublikasikan laporan dan temuan
program pendidikan karakter kepada pihak-pihak terkait.
KESIMPULAN
Pendidikan berdasarkan Pancasila adalah pendidikan yang mengacu pada
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah Ketuhanan yang Maha
Esa sebagai sila pertama, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab sebagai sila kedua,
Persatuan Indonesia sebagai sila ketiga, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan sila keempat, dan Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia sila kelima. Pendidikan berdasarkan Pancasila
12
bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman, berakhlak, berilmu,
berkarya, dan berbakti kepada Tuhan, bangsa, dan negara. Pendidikan berdasarkan
Pancasila juga bermaksud untuk membentuk masyarakat sosial yang berlandaskan
nilai-nilai tersebut, yaitu masyarakat yang rukun, toleran, gotong royong, demokratis,
dan adil. Implikasi pentingnya pendidikan berdasarkan Pancasila adalah untuk
menjaga dan memperkuat identitas, keutuhan, dan kemajuan bangsa Indonesia di
tengah tantangan globalisasi dan perubahan zaman.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bagaimana Tugas Generasi Muda Terhadap Pancasila Sebagai Dasar Negara. (n.d.). Diakses
tanggal 18 Februari 2024, dari https://gooddoctor.id/pendidikan/bagaimana-tugas-
generasi-muda-terhadap-pancasila-sebagai-dasar-negarac
Guru Sebagai Agen Perubahan, Mampu Bergerak, Tergerak dan Menggerakkan. (n.d.).
Diakses tanggal 25 Februari 2024, dari
https://www.kompasiana.com/gita12345/64df5d4e4addee2d074caff2/guru-sebagai-
agen-perubahan-mampu-bergerak-tergerak-dan-menggerakkan
Jelaskan Pancasila sebagai Sistem Filsafat: Filosofi Dasar Negara. (n.d.). Diakses tanggal 18
Februari 2024, dari https://eporter.id/jelaskan-pancasila-sebagai-sistem-filsafat-
filosofi-dasar-negara
Ketahui Makna, Fungsi, Serta Filosofi Pancasila Sebagai Dasar Negara. (n.d.). Diakses
tanggal 26 Februari 2024, dari
https://www.liputan6.com/citizen6/read/4905054/ketahui-makna-fungsi-serta-filosofi-
pancasila-sebagai-dasar-negara-indonesia
Metode Pembelajaran yang Cocok untuk Materi Pancasila: Menyelami Nilai. (n.d.). Diakses
tanggal 26 Februari 2024, dari https://perpusteknik.com/metode-pembelajaran-yang-
cocok-untuk-materi-pancasila
14
Peran Guru dalam Menanamkan Nilai Pancasila pada Siswa. (n.d.). Diakses tanggal 26
Februari 2024, dari https://tirto.id/peran-guru-dalam-menanamkan-nilai-pancasila-
gSmq
Peran Pendidikan Pancasila dalam Membangun Kesadaran Kepedulian Sosial. (n.d.). Diakses
tanggal 26 Februari 2024, dari
https://www.kompasiana.com/wildanhafizh6617/65731de812d50f77f0734cc4/peran-
pendidikan-pancasila-dalam-membangun-kesadaran-kepedulian-sosial-masyarakat
Peranan Pendidikan Pancasila Bagi Masyarakat dalam Pembentukan Karakter dan Moral.
(n.d.). Diakses tanggal 26 Februari 2024, dari
https://www.neliti.com/publications/319950/peranan-pendidikan-pancasila-bagi-
masyarakat-dalam-pembentukan-karakter-dan-mora
Upaya Peningkatan Pemahaman Nilai Pancasila bagi Siswa. (n.d.). Diakses tanggal 21
Februari 2024, dari
https://www.kompasiana.com/nurannisa19/6167bbc306310e122c65def2/upaya-
peningkatan-pemahaman-nilai-pancasila-bagi-siswa
15