LP Hipertensi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Hipertensi

Oleh

HESTAMI

SRP22319044

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK 2022
Hipertensi

A. Definisi

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal
yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan
darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah
sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang
dewasa di atas 18 tahun) (Adi, 2009).
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah dibagian dalam
arteri saat darah di pompa ke seluruh sistem perederan darah. Tekanan darah tidak
pernah konstan, tekanan darah dapat berubah dratis dalam hitungan detik,
menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Benson, dkk, 2010).
Menurut Sustrani, dkk (2005) hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisiyang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi
lapar, yang mengakibatkan janutng harus bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan tersebut . apabila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap akan
menimbulkan gejala yang disebut sebagai penyakit darah tinggi. Hipertensi mencakup
tekanan darah 140/90 mm Hg (milimeter Hydragyrum atau milimeter air raksa) dan di
atasnya (Sustrani, Syamsir & Hadibroto, 2005).

B. Etiologi

Menurut Benson, dkk, (2012) berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan


menjadi dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang
tidak jelas penyebabnya, hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja
jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90%kasus
hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor,
terdiri dari faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain yaitu, seperti renal arteri stenosis,
hyperldosteronism,hyperthyroidism, pheochromocytoma, gangguan hormon
dan penyakit sistemik lainnya. Prevalensinya hanya sekitar 5-10% dari
seluruh penderita hipertensi.

C. Klasifikasi

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau


esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit
jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi
ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu
yang berbeda (Indrayani, 2013).
Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation and the Treatment of High Blood Pressure.

Klarifikasi Hipertensi Menurut JNC-7


Tekanan darah Tekanan darah
Klarifikasi
sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 Dan <80
Pra Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi grade I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi grade II 160 Atau 100
Sumber: Chobanian et al (2003).
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of
Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO dan ISH
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub-group:pernbatasan 140-149 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 > 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
Sub-group: perbatasan 140-149 < 90
Sumber: Suparsto (2010)
D. Patogenesis

Patogenesis penyakit hipertensi sangat komplek dengan interaksi dari


berbagai variabel. Ditambah pula adanya predisposisi genetik. Mekanisme lain yang
dikemukakan mencakup perubahan-perubahan berikut :
a. Ekskresi natrium dan air oleh ginjal
b. Kepekaan baroresptor
c. Respon Vaskuler
d. Sekresi renim
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan penignkatan hipertensi esensial
antara lain (Gray, Dawkins, Morgan, & Simpson, (2005)) :
a. Curah jantung dan tahanan perifier
Keseimbangan curah jantung dan tahan perifer sangat berpengaruh terhadapa
kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan
kosentrasi intraseluler. Peningkatan kosentrasi otot halus semakin lama akan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin dimediasi oleh
angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible.
b. Sistem renin- angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzym (ACE). ACE memegang
peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang di produksi hati, yang oleh hormon renim (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
(oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berptonesi besar meningkatkan
tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor.
c. Sistem saraf otonom
Sirkulasi sistem saraf sompatik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi
arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalan
mempertahankan tekanan darah. Hipertensi terjadi karena interaksi antara sistem
saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama-sama dengan faktor lain
termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.
d. Disfungsi endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu
molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak
terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan
antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.
e. Subtansi vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam
mempertahankan tekenan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan
vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat
meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem
renin-angiotensin lokal. Arteril natriuretic peptide merupakan hormon yang
diproduksi din atrium jantung dalam merespon penignkatan volume darah. Hal ini
dapat meningkatkan eksresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat
meningkatkan retensi cairan dan hiperetensi.
f. Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidak normalan dari dinding
pembuluh darah (disfunbgsi endotelium atau kerusakan sel endotelium),
ketidaknormalan faktor hemostasis, platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi
dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan
semakin parah dan merusak oragan target. Beberapa keadaan dapat dicegah
dengan pemberian obat anti-hipertensi.
g. Disfungsi diastolik
Hipertropi ventrikel kiri menyababkan ventrikel tidak dapat beristirahat ketika
terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input
ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri
melebihi normal, dan penurunan tekanan ventrikel atrium kiri melebihi normal,
dan penurunan tekanan ventrikel.
E. Gejala Klinis

Perjalanan penyakit hipertensi snagat perlahan. Penderita hipertensi


mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyulubungi perkembangan penyakit sampai terjadi keruskan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik , misalnya sakit
kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah eoistaksis, mudah
marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang (Depkes RI. 2006). Faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi.
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui
dengan jelas. Secara umum, faktor resiko terjadinya hipertensi yang
teridentifikasi antara lain :

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi


1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Riwayat hipertensi pada keluarga (keturunan)
4) Ras (etnis)
Faktor resiko yang dapat di modifikasi
1) Obesitas.
2) Perliaku merokok
3) Stres
4) Konsumsi alkohol
5) Menurut Pckering, (1999). Asupan terbagi menjadi 3 sebagai berikut :
a) Asupan natrium
b) Asupan kalium
c) Asupan magnesium

F. Tata laksana

a. Terapi non farmakologis


Pengendalian faktor resiko hanya terbatas pada faktor resiko yang dapat
dirubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut : mengatasi obesitas, mengurangi
asupan garam dalam tubuh, ciptakan keadaan rileks, berhenti merokok dan
mengurangi konsumsi alkohol. Penatalakasaan non farmakologis (diet) sering
sebagai pelengkap penatalaksaan farmakologis, selain pemberian obat-obat anti
hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Menurut Yogiantoro,
2014).
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka
kesikatan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal
mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan
hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang, dosis sekali
sehari dan dittrasi. Obat berikutnya mungkin ditambahkan selama beberapa bulan
pertama terapi. Pemillihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada
keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat antihipertensi (Depkes RI
2006). Jenis – jenis obat antihipertensi antara lain : Diuretik, penghambat
simpatis, beta blocker, vasodilator, penghambat enzim konversi angiotensin,
antagonis klasium, penghambat reseptor anginotensin II.

konsep keperawatan
pada kasus ini pengkajian yang dilakukan meliputi :
1. Pengkajian umum
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
e. Makanan / cairan
f. Neurosensory
g. Nyeri / ketidak nyamanan
h. Pernafasan
i. Keamanan
j. Pembelajaran / penyuluhan
Daftar Pustaka

 Yogiantoro M, (2014). Pendekatan Klinis Hipertensi: Buku Ajar Ilmu Penyakit\


Dalam, Edisi Keenam Jilid II, Interna Publishing, Jakarta.
 Depkes RI, (2006) Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan,
Jakarta.
 Benson, Herbert dkk, (2012). Menurunkan Tekanan Darah, Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai