File 3
File 3
File 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi hipertensi
Preasure VIII sebagai kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah
tinggi yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90
mmHg yang menetap. Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan pada
dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh.
Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung itu bekerja (WHO,
2013).
Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik
menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik
beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak. Penyelidik epidemiologis
Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah tekanan darah
sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Menurut
Tabel 2
Derajat Hipertensi Berdasarkan Klasifikasi hipertensi menurut WHO / ISH (2013)
3. Patofisiologi hipertensi
mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor – faktor yang telah dipelajari
secara intensif adalah asupan garam, obesitas, dan resistensi insulin, sistem renin–
angiostensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun belakangan, factor
lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Saferi,
2017).
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
4. Etiologi hipertensi
sebagai berikut :
a. Berdasarkan penyebab
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktifitas) dan
pola makan. Hipertensi jenis ini terjadi pada sekitar 90% pada semua kasus
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
b) Ciri perseorangan
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih
tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c) Kebiasaan hidup
konsumsi garam yang tinngi (lebih dari 30 gram), kegemukan atau makan
berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum obat – obatan, dan kurang
Jenis hipertensi yang lain, adalah sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2013)
1) Hipertensi pulmonal
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi
dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer
sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan
pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3
Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg
atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau
lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada
jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya
saat kehamilan,yaitu:
kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut
faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apa pun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema
pupil (edema pada diskus optikus). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
TIA) yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia)
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba – tiba, tengkuk
terasa pegal, berdebar atau detak jantung terasa cepat, dan telinga berdering
(Aspiaini, 2014).
1) Umur
dan terjadi kekakuan dan perapuhan pembuluh darah sehingga aliran darah
Indonesia tahun 2009 didapatkan hasil kelompok usia 25-34 tahun mempunyai
usia ≥75 tahun berisiko 11,53 kali (Rahajeng & Tuminah, 2009)
2) Jenis kelamin
berisiko menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan risiko sebesar 2,29 kali
untuk meningkatkan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
pria lebih berisiko menderita hipertensi dengan nilai OR= 1,4 hal ini berarti laki-
laki lebih berisiko terkena hipertensi 1,4 kali dibandingkan dengan perempuan
(Aripin, 2015).
3) Keturunan
Jeneponto tahun 2012 berdasarkan uji chi square dapatan hasil bahwa riwayat
keluarga berhubungan dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR 4,36 hal ini
berarti orang yang memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi 4,36 kali lebih
1) Obesitas
Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan
penyebab hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang dengan obesitas jauh
lebih besar, risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal (Buku
regresi logistik diperoleh nilai OR=1,664. Hal ini berarti laki-laki dewasa yang
kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak
mengatur gula darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan
rasio lingkar pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan
2) Diabetes melitus
Diabetes Militus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah
istilah penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang
(Mannan, 2012).
3) Konsumsi alkohol
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun,
diduga pengikatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta
efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar 2-
hasil berdasarkan uji chi square bahwa dari 104 responden, yang mengonsumsi
alkohol sebanyak 10% dengan OR sebesar 4,54 hal ini berarti orang yang
4) Kebiasaan merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihispa
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga
untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes RI,
2015).
Berdasarkan hasil penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas
laki-laki umur 40 tahun keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai OR
2,925. Hal ini berarti laki-laki umur 40 tahun ketas sebagai perokok berat
dengan perokok ringan/ tidak merokok untuk menderita hipertensi. Secara teoritis
beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosisi racun akan
mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal
ini bagi perokok berat akan merasakan dampak lebih cepat dibandingkan perokok
5) Konsumsi garam
cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan peningkatan
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi (esensial) terjadi
darah rata-rata rendah, sedangkan pada mayarakat asupan garam sekitar 7-8 gram
Kabupaten Badung terhadap 100 orang wanita usia lanjut didapatkan hasil pada
wanita lansia yang konsumsi garamnya tinggi sebagian besar menderita hipertensi
dengan derajat berat, yaitu sebanyak 84,2% dengan nilai OR 5,467. Artinya
wanita usia lanjut yang konsumsi garamnya tinggi 5,467 kali lebih
berisikomenderita hipertensi derajat berat dibandingkan dengan wanita lanjut usia
6) Aktivitas fisik
yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri
aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai OR= 2,33 hal
ini berarti lansia yang tidak beraktivitas fisik akan meningkatkan risiko kejadian
hipertensi sebesar 2,33 kali dibandingkan dengan lansia yang beraktivias fisik
7. Studi diagnostik
b. Kimia darah
renal.
2) Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator
5) Studi tiroid (T3 dan T4) ; menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
(Udjianti, 2010)
c. Elektrolit
(Udjianti, 2010)
d. Urine
adanya pheochromacytoma.
juga meningkat.
(Udjianti, 2010)
e. Radiologi
(BPH).
(Udjianti, 2010)
f. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pla strain, gangguan konduksi atau
dihasilkan otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Istilah ini meliputi
rentang penuh dari seluruh pergerakan tubuh manusia mulai dari olahraga yang
kompetitif dan latihan fisik sebagai hobi atau aktivitas yang dilakukan dalam
fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan minimal selama 10 menit sampai denyut nadi dan napas
meningkat lebih dari biasanya, contohnya ialah menimba air, mendaki gunung,
lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll. Sedangkan aktivitas fisik sedang
apabila melakukan kegiatan fisik sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima
hari atau lebih dengan durasi beraktivitas minimal 150 menit dalam satu minggu.
Selain kriteria di atas maka termasuk aktivitas fisik ringan (WHO, 2014).
Tabel 3
Klasifikasi menurut Department of Health
Perubahan gaya hidup kearah sedentary yaitu gaya hidup yang semakin sedikit
digantikan oleh elevator, penggunaan alat rumah tangga yang serba digital, serta
penggunaan kendaraan bermotor telah mengurangi aktifitas berjalan kaki ke
tipe 2, obesitas dan gizi lebih, penyakit kanker payudara, kanker kolon serta
keuntungan yang besar untuk menurunkan resiko penyakit jantung. Orang yang
kurang melakukan aktifitas fisik beresiko dua kali lebih besar terkena penyakit
jantung bila dibandingkan orang yang tidak aktif. Aktifitas fisik juga membantu
(CVD) seperti tekanan darah tinggi dan tinggi kolesterol. Rendahnya level
Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi pengeluaran energi total termasuk
penurunan resiko penyakit kronis dan kematian dini dapat dijelaskan dari
berbaagai hasil penelitian yang dirangkum oleh Warburton dkk. Aktifitas fisik
yang dilakukan secara rutin akan memperbaiki komposisi tubuh melalui penurun
lemak abdominal adiposit dan perbaikan terhadap kontrol berat badan. Selain itu
dan pendek. Berdasarkan Guidelines for Data Processing and Analysis of the
meliputi
b. IPAQ menanyakan tentang tiga tipe spesifik aktivitas yang dilakukan di empat
domain di atas. Tipe aktivitas spesifik yang dinilai adalah berjalan, aktivitas
c. Item-item dalam IPAQ versi pendek telah terstruktur untuk menyediakan skor
durasi (dalam menit) dan frekuensi (dalam hari) dari kegiatan tersebut (IPAQ,
2005).
aktivitas fisik di waktu luang, aktivitas domestik dan berkebun, aktivitas fisik
terkait kerja, aktivitas fisik terkait transportasi. Dalam setiap domain dibagi
a. Berjalan kaki baik di rumah ataupun tempat kerja, atau aktivitas fisik
intensitas ringan, ialah aktivitas yang membutuhkan tenaga fisik yang ringan
(IPAQ, 2005).
b. Aktivitas fisik intensitas sedang, ialah aktivitas yang memerlukan tenaga fisik
yang sedang dan membuat seseorang bernapas sedikit lebih cepat dari
c. Aktivitas fisik intensitas tinggi, ialah aktivitas yang memerlukan tenaga fisik
yang berat dan membuat seseorang bernapas lebih cepat dari biasanya.
(IPAQ, 2005)
2005)
2) 5 hari atau lebih aktivitas sedang dan/ atau jalan sekurang kurangnya 30 menit,
atau
3) 5 hari atau lebih kombinasi semua intensitas aktivitas fisik dengan sekurang-
2) 7 hari atau lebih kombinasi dari semua intensitas aktivitas fisik dengan 3000
MET-menit/minggu.
fisik yang sederhana yaitu aktivitas fisik sehari-hari. Aktivitas fisik sehari-hari
meliputi berdiri, bekerja, dan berjalan (Kemenkes, 2018a). Aktivitas fisik yang
terukur, benar, dan teratur dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit tidak
menular (PTM) dan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
menurunkan resiko serangan jantung dan stroke dimana aktivitas fisik dapat
meningkatkan aliran darah ke jantung, menjaga elastisitas arteri dan fungsi arterial
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang cukup
signifikan yang dapat dikontrol, aktivitas fisik sedang rerata tekanan darah lebih
rendah dibandingkan kelompok aktivitas fisik kategori rendah. Hal ini terjadi
karena intensitas aktivitas fisik sedang akan merangsang darah dalam tubuh
meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh, setelah itu pembuluh darah akan
tekanan darah tetap stabil, sedangkan aktivitas fisik rendah akan mengakibatkan
energi yang berlebihan, nafsu makan menjadi meningkat yang akhirnya berat
bertambah pula, sehingga beban jantung dalam memompa darah juga bertambah.
Beban jantung yang semakin besar, mengakibatkan jantung akan bekerja semakin
berat dalam memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tekanan perifer dan curah
tekanan darah terganggu dan mengalami peningkatan. Oleh karena itu aktivitas
fisik sedang lebih efektif dibandingkan aktivtas fisik rendah (Kusuma, 2016).