KTI Utuh Sutriyati

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DIARE DENGAN FOKUS STUDI


DEFISIEN VOLUME CAIRAN PADA ANAK
DI RSK NGESTI WALUYO PARAKAN

KTI

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Tugas Akhir


Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh :
SUTRIYATI
NIM. P. 1337420516123

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DIARE DENGAN FOKUS STUDI


DEFISIEN VOLUME CAIRAN PADA ANAK
DI RSK NGESTI WALUYO PARAKAN

KTI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh :

SUTRIYATI
NIM. P. 1337420516123

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sutriyati

NIM : P. 1337420516123

Menyatakan bahwa dengan sebenarnya bahwa laporam kasus yang saya tulis adalah

benar-benar menunjukkan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan orang lain atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti laporam kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Magelang, ………………………….

Yang Membuat Pernyataan

Sutriyati
NIM. P. 1337420516123

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporam kasus oleh Sutriyati, NIM. P. 1337420516123 dengan judul Asuhan

Keperawatan Klien Diare dengan Fokus Studi Pengelolaan Defisien Volume

Cairan pada Anak di RSK Ngesti Waluyo Parakan telah diperiksa dan disetujui

untuk diuji.

Magelang, …………………………….

Pembimbing I Pembimbing II

Tulus Puji Hastuti, S.Kp., Ns, M.Kes Susi TR Talib, S.Kep., Ns., M.Kes
NIP. 19671012 199003 2 001 NIP. 19730927 199602 2 001

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Hasil laporam kasus oleh Sutriyati, NIM. P. 1337420516123 dengan judul

Asuhan Keperawatan Klien Diare dengan Fokus Studi Pengelolaan Defisien

Volume Cairan pada Anak di RSK Ngesti Waluyo Parakan ini telah dipertahankan

di depan dewan penguji pada tanggal ……………………………………..

Dewan Penguji

Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes Ketua ( ……………………. )


NIP. 19690222 198803 2 001

Susi TR Talib, S.Kep., Ns., M.Kes Anggota ( ……………………. )


NIP. 19730927 199602 2 001

Tulus Puji Hastuti, S.Kp., Ns, M.Kes Anggota ( ……………………. )


NIP. 19671012 199003 2 001

Mengetahui
Ketua Perwakilan Jurusan Keperawatan
Magelang

Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 19690222 198803 2 001

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan Hidayat

Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporam kasus yang

berjudul Asuhan Keperawatan Klien Diare dengan Fokus Studi Pengelolaan

Defisien Volume Cairan pada Anak di RSK Ngesti Waluyo Parakan. Laporam

kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mata kuliah Tugas Akhir.

Dalam penyusunan laporam kasus ini, penulis banyak menghadapi kesulitan

dan hambatan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya atas segala arahan, bantuan, bimbingan dan dorongan

serta dukungan kepada :

1. Marsum, BE, S.Pd, MHP, Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah

memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi kasus khususnya

dalam penyusunan laporam kasus.

2. Suharto, MN, Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang yang

telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi kasus khususnya

dalam penyusunan proposal laporam kasus.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes, Ketua Program Studi D III Keperawatan

Magelang Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang dan selaku penguji laporam

kasus.

4. Tulus Puji Hastuti, S.Kp., Ns, M.Kes, selaku pembimbing I laporam kasus.

5. Susi TR Talib, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing II laporam kasus

6. Rekan-rekan seperjuangan serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian laporam kasus ini.

vi
7. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi dorongan moral dan

semangat untuk terus belajar.

8. Semua pihak yang telah membantu penulisan laporam kasus ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa laporam kasus ini masih banyak kekurangan dan

kelemahannya. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan

guna perbaikan laporam kasus ini. Semoga laporam kasus ini dapat bermanfaat. Amin.

Magelang, Maret 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Diare ........................................................... 5

1. Pengertian ..................................................................... 5

2. Etiologi ......................................................................... 5

3. Klasifikasi .................................................................... 6

4. Manifestasi Klinis ........................................................ 7

5. Tanda dan Gejala .......................................................... 8


viii
6. Patofisiologi ................................................................. 8

7. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 9

8. Penatalaksanaan ............................................................ 9

9. Komplikasi ................................................................... 10

10. Pathway ........................................................................ 11

B. Tumbuh Kembang Anak ..................................................... 12

C. Pemenuhan Kebutuhan Cairan pada Diare ......................... 15

D. Asuhan Keperawatan pada Diare dengan Kekurangan Volume

Cairan ................................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .......................................................... 25

B. Subjek Penelitian ................................................................ 25

C. Fokus Studi .......................................................................... 26

D. Definisi Operasional Fokus Studi ....................................... 26

E. Pengumpulan Data .............................................................. 26

F. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 27

G. Cara Pengolahan Data ......................................................... 27

H. Penyajian Data .................................................................... 28

I. Etika Penelitian ................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 29

A. Hasil .................................................................................... 29

B. Pembahasan ......................................................................... 39

ix
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 46

B. Saran .................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway .............................................................................. 11

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penanda Keterampilan Motorik Kasar dan Motorik Halus . 12

Tabel 2.2 Penanda Keterampilan Motorik Todler .............................. 13

Tabel 2.3 Penanda Keterampilan Motorik Pra Sekolah ...................... 14

Tabel 2.4 Perkembangan Keterampilan Motorik dan Bahasa Remaja 15

Tabel 2.5 Proporsi Cairan Di Tubuh ................................................... 17

Tabel 2.6 Tingkat Dehidrasi dan Penurunan Berat Badan .................. 21

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit diare merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang

merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.

Hal ini tercermin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis

di sebabkan berbagai faktor diantaranya kesehatan lingkungan, hygiene

perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, dan walaupun banyak kasus diare

yang mengalami dehidrasi, namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan

tindakan-tindakan yang tepat (Mansjoer, 2010). Diare dapat menyerang semua

kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena

system pertahanan tubuh anak belum sempurna (Sinaga, 2018).

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai

dengan kematian. Target cakupan pelayanan penderita Diare Balita yang datang

ke sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita

(Insidens Diare Balita dikali jumlah Balita di satu wilayah kerja dalam waktu satu

tahun) (Kemenkes RI, 2018).

Penyakit diare merupakan angka kematian yang tinggi di Negara

berkembang. Kurang lebih 10 juta anak usia kurang dari 5 tahun meninggal setiap

tahunnya di dunia dan sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Hartati, 2018).

Angka kejadian diare pada balita di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 40,07%

dan di Jawa Tengah sebesar 31,41% (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan


1
2

data di Kabupaten Temanggung Tahun 2017 sebanyak 16.706 dan jumlah

kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak 13.878 kasus (83,1%) (Dinas

Kesehatan Kabupaten Temanggung, 2018). RSK (Rumah Sakit Kristen) Ngesti

Waluyo Parakan pada bulan September s/d Oktober 2018 jumlah pasien anak yang

dirawat di RSK Ngesti Waluyo sebanyak 99 anak dengan keluhan anak

mengalami diare secara terus menerus sehingga anak terlihat lemah dan lesu

karena kekurangan asupan cairan.

Diare sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih

lemah, sehingga mudah terkena bakteri penyebab diare, dan jika diare disertai

muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah

yang harus selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam

pertolongan dan mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada bayi

ataupun anak akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang anak

berat badannya lebih ringan daripada orang dewasa. Kasus kematian balita karena

dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya terjadi karena ketidakmampuan

orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono, 2010).

Cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang penting dalam

kehidupan manusia. Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang

berperan dalam memelihara tubuh dan proses homeostatis. Kebutuhan cairan dan

elektrolit memerlukan air. Tubuh anak terdiri atas sekitar 60% air yang terbesar

didalam sel maupun diluar sel. Kebutuhan cairan anak adalah 100 ml/kgBB untuk

10 kg pertama, lalu 50 ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya, selanjutnya 25 ml/kgBB

untuk setiap tambahan kg BB-nya (Tarwoto & Wartonah, 2010).


3

Air memiliki presentase yang besar dari berat badan manusia (Asmadi,

2008), dan pabila terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit maka tubuh akan

mengalami gangguan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan

dan elektrolit saling bergantung satu sama lainnya, jika salah satu terganggu maka

akan berpengaruh dengan lainnya (Daniel, 2013).

Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan

dasar manusia. Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak

mengalami kehilangan cairan dan elektrolit, maka terjadi gejala dehidrasi.

Terutama diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat

sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Solikin, 2011).

Berdasarkan data latar belakang inilah sebagai dasar penulis untuk tertarik

melakukan asuhan keperawatan klien diare dengan fokus studi pengelolaan

defisien volume cairan pada anak di RSK Ngesti Waluyo Parakan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan asuhan keperawatan klien diare dengan fokus studi

pengelolaan defisien volume cairan pada anak di RSK Ngesti Waluyo Parakan ?

C. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan klien diare

dengan fokus studi pengelolaan defisien volume cairan pada anak di RSK Ngesti

Waluyo Parakan.
4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keluarga dan Masyarakat

Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi untuk mengatasi

masalah defisien Volume Cairan pada Diare.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta

menambah wawasan dalam memahami penerapan langkah-langkah asuhan

keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan

khususnya bagi klien dengan masalah defisien Volume Cairan.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan penulis tentang intervensi keperawatan

terhadap klien yang mengalami masalah defisien volume cairan serta

meningkatkan keterampilan dan wawasan bagi penulis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Definisi

a. Diare adalah buang air besar (BAB) encer atau bahkan dapat berupa air

saja (mencret) biasanya lebih dari 3 kali dalam sehari (Ariani, 2016).

b. Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran

pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari

perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Riyadi dan

Suharsono, 2010).

c. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO)

mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air besar dengan konsistensi

lebih cair dari biasanya, dan frekuensi lebih dari 3 kali dalam satu hari atau

lebih (Mendri dan Prayogi, 2017).

2. Etiologi

Menurut Hidayat (2013) terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai

faktor, diantaranya adalah :

a. Faktor Infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang

masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam

usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah

permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari

5
6

intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam

absorbsi

cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan system

transport menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi

dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

b. Faktor Malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan

tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus

sehingga terjadilah diare.

c. Faktor Makanan

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik

dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan

penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.

d. Faktor Psikologis

Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat

mempengaruhi proses penyerapan makanan

3. Klasifikasi

Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah

a. Diare Akut

Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.

Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-

tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam

traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau
7

saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif).

Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan

akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

b. Diare Kronik

Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi

defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari

14 hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti

sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi

makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau

sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.

4. Manifestasi klinis

Anak dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami neurea,

muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare. Terjadinya

renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien

akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,

serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic

akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan

kusmaul) (Riyadi dan Suharsono, 2010).

Menurut Riyadi dan Suharsono (2010) bila terjadi renjatan

hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit). Tekanan

darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung

eksteremitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan

aritmia jantung, perfusi ginjal menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila

kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis
8

tubulas akut. Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2

golongan:

a. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja

b. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah

Kondisi dehidrasi akibat diare dapat dibedakan menjadi 3 derajat dehidrasi

yaitu:

a. Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.

b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5%.

c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10%.

d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan > 10%.

5. Tanda dan Gejala

Tanda diare (Ngastiyah, 2015):

a. Anak sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karen bercampur dengan

empedu.

d. Warna daerah sekitar anus merah atau lecet karena seringnya defekasi tinja

menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

e. Ada tanda dan gejala dehidrasi, torgor kulit jelas (elastisitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering,

penurunan berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital

g. Diuresi berkurang.
9

6. Anatomi Fisiologi Saluran Cerna

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Saluran pencernaan

a. Anatomi

1) Mulut

Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Mulut

dibatasi pada kedua pipi yang dibentuk oleh muskolus basiratorius

atapnya adalah palatum yang memisahkan dari hidung dan bagian atas

dan faring, lidah membentuk bagian terbesar dari mulut.

2) Lidah

Lidah menempati kavum oris dan melekat secara langsung pada

epiglotis dalam paring.

3) Gigi

Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa

kehidupan yang berbeda-beda. Set pertama adalah gigi primer atau

susu. Set kedua atau set permanen menggunakan gigi primer mulai

tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.


10

4) Esofagus

Esofagus merupakan tuba otot. Berukuran 8-10 cm dari kartilago

krikoid sampai bagian kardia lambung panjang berganda selama 3

tahun setelah kelahiran sesudahnya kecepatan pertumbuhan lebih

lambat hingga mencapai panjang dewasa yaitu 23-30 cm.

5) Lambung

Kapasitas lambung adalah antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat

sekitar 75 ml pada minggu kedua, pada akhir bulan pertama sekitar 10

ml dengan terjadinya perkembangan bayi, lambung berkembang

sehingga mempunyai seluruh gambaran dari lambung dewasa.

6) Usus kecil

Usus kecil dibagi lagi menjadi deudenum, jejenum, ileum. Panjangnya

saat lahir sekitar 300 sampai 350 cc meningkat sekitar 50 persen

selama tahun pertama kehidupan. Dinding usus dibagi menjadi

beberapa lapisan mukosa, sub mukosa, muskuler dan serosa

(peritoneal).

7) Usus Besar

Usus besar berjalan dari katup ileosaekal ke anus. Dibagi dalam lima

bagian : Caekum, kolon asenden, kolon transversum dan kolon

desenden serta kolon sigmoid.

8) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya


11

diperkuat oleh 3 spingter yaitu spingter ani internus, spingter levator

dan spingter ani ekstemus.

b. Fisiologi

1) Mulut

Fungsi saliva terutama adalah mekanis, membantu menelan,

membantu berbicara, dan juga mempunyai aksi antiseptik.

2) Lambung

Fungsi utama dari lambung adalah menyiapkan makanan untuk

pencernaan usus, pemecahannya penambahan makanan cairan pada

makanan ketika direduksi menjadi konsistensi setengah cair dan

meneruskannya ke duodenum.

3) Usus kecil

Mensekresikan cairan alkali yang kaya mukus, yang melindungi

absorbsi.

4) Usus besar

Fungsi dari usus besar yaitu mensekresikan mukus yang

mempermudah jalannya feces dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak

terserap.

5) Anus

Anus berfungsi untuk mengeluarkan feces.


12

7. Patofisiologi

Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya

diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat

terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan

sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya

bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan

selanjutnya timbul diare pula.


13

8. Pathway

Infeksi Malabsorbsi Makanan Psikologis

Gambar 2.2 Pathway Diare


(Vivian, 2010; Hidayat, 2013)
14

9. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada diare menurut Riyadi dan

Suharsono (2010) meliputi:

a. Pemeriksaan darah tepi lengkap

b. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat

jenis, plasma dan urine.

c. Pemeriksaan urine lengkap

d. Pemeriksaan feces lengkap dan biakan feces dari colok dubur.

e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi

sistemik.

10. Penatalaksanaan

Pada anak-anak penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari :

a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

b. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi. Secara klinis, tentukan

jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan penunjang yang terarah.

c. Terapi simtomatik

Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas

pertimbangan rasional.

d. Terapi definitif.

Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah

pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi

melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.


15

11. Komplikasi

Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat

hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan

kalium). Pengeluaran urine kurang dari 30 ml/jam selama 2 – 3 hari berturut-

turut. Kelemahan otot dan parastenia. Hipotensi dan anoreksia serta

mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq/liter (SI : 3

mmol/L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia

jantung (talukardio atrium dan ventrikel, fibrasi ventrikel dan kontraksi

ventrikel premature) yang dapat menimbulkan kematian (Riyadi dan

Suharsono, 2010).

B. Tumbuh Kembang Anak

Perumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling

berhubungan dan berkelanjutan pada masa bayi dan masa kanak-kanak.

Pertumbuhan merujuk pada peningkatan ukuran fisik. Perkembangan adalah

proses berurut, yang selama proses tersebut bayi dan anak-anak memperoleh

berbagai keterampilan dan fungsi (Kyle dan Carman, 2015).

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

Bayi menunjukkan peningkatan yang fenomenal pada keterampilan

motorik kasar dan halus mereka selama 12 bulan pertama kehidupan. Berikut

ini adalah tabel penanda keterampilan motorik kasar dan halus pada bayi

menurut Kyle dan Carman, 2015).


16

Tabel 2.1 Penanda Keterampilan Motorik Kasar dan Motorik Halus

Ketrampilan Motorik
Usia Ketrampilan Motorik Kasar
Halus
1 bulan Mengangkat dan menggerakkan kepala Genggaman tangan sebagian
ke samping dalam posisi telungkup besar mengepal
Kepala jatuh ke belakang ketika ditarik Pergerakan tangan involunter
duduk
Punggung bulat ketika sedang duduk
2 bulan Mengangkat kepala dan dada, posisi
menahan kendali kepala membaik
3 bulan Mengangkat kepala hingga 45 derajat Menahan tangan di depan
dalam posisi telungkup wajah, tangan terbuka
Kepala sedikit jatuh ke belakang ketika
dilakukan perasat tarik untuk duduk
4 bulan Mengangkat kepala dan melihat ke Memukul benda
sekeliling
Berguling dari posisi telungkup ke
posisi telentang dan kembali lagi
Kepala mendahului tubuh ketika tarik
duduk
5 bulan Berguling dari posisi telungkup ke Menggenggam mainan
posisi telentang dan kembali lagi
Duduk dengan punggung tegak lurus
ketika disangga
6 bulan Duduk tripod Melepaskan benda di tangan
untuk mengambil benda
lainnya
7 bulan Duduk sendiri dengan menggunakan Memindahkan benda dari
tangan untuk menyangga satu tangan ke tangan lainnya
8 bulan Duduk tanpa disangga Genggaman menjepit yang
kasar
9 bulan Merangkak, abdomen tidak mengenai Memukulkan benda
lantai bersamaan
10 bulan Menarik untuk berdiri meluncur Genggaman menjepit yang
halus
12 bulan Duduk dari posisi berdiri
Berjalan secara mandiri

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Todler

Masa toddler memiliki rentang dari usia 1 hingga 3 tahun. Baik

pertumbuhan fisik maupun pemerolehan keterampilan motorik baru sedikit

melambat selama usia toddler. Penyempurnaan keterampilan motorik,

dilanjutkan dengan pertumbuhan kognitif, dan kemahiran keterampilan bahasa


17

yang tepat sangat penting selama masa toddler (Kyle dan Carman, 2015).

Penanda keterampilan motorik toddler seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Penanda Keterampilan Motorik Todler

Usia Ketrampilan Motorik Kasar Ketrampilan Motorik Halus


12-15 Berjalan secara mandiri Makan sendiri dengan
bulan menggunakan jari
Menggunakan jari telunjuk untuk
menunjuk
18 bulan Memanjat tangga dengan Menguasai meraih, menggenggam,
bantuan dan melepaskan : tumpukan balok,
Menarik mainan sambil berjalan meletakkan benda dalam lubang
Membalik halaman buku
(satupersatu dengan buku papan,
banyak jika buku kertas)
Melepaskan sepatu dan kaos kaki
Menumpuk empat kubus
24 bulan Berlari Membangun menara enam atau
Menendang bola tujuh kubus
Dapat berdiri dengan hanya Tangan kanan atau kiri
menjejakkan ujung jari saja Mengimitasi gerakan serkuler dan
Membawa beberapa mainan atau bertikal
mainan besar sambil berjalan Menulis dengan tergesa-gesa dan
Memanjat ke atas dan ke bawah melukis
dari furnitur tanpa bantuan Mulai memutar tombol
Memasukkan pin bulanm ke dalam
lubang
36 bulan Memanjat dengan baik Membuka baju sendiri
Mengayuh sepeda roda tiga Menyalin lingkaran
Berlari dengan mudah Membangun menara 9 atau 10
Berjalan naik dan turun tangga kubus
dengna kaki bergantian Memegang pensil dalam posisi
Membungkuk dengan mudah menulis
tanpa terjatuh Memasang atau melepaskan
penutup, kacang, baut
Membalikkan satu halaman buku
pada satu waktu

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah

Anak-anak prasekolah, antara usia 3 sampai 6 tahun, tumbuh lebih

lambat dari tahun sebelumnya, dan anak prasekolah yang sehat bertumbuh

ramping dan tangkas, dengan postur tubuh yang tegak (Kyle dan Carman,

2015).
18

Tabel 2.3 Penanda Keterampilan Motorik Pra Sekolah

Usia Ketrampilan Motorik Kasar Ketrampilan Motorik Halus


4 tahun Melempar bola dengan ayunan Menggunakan gunting dengan baik
tangan yang tinggi Mengopi huruf capital
Menendang bola ke depan Menggambar lingkaran dan bujur
Menangkap bola yang memantul sangkar
Melompat pada satu kaki Mengopi palang atau wajik
Berdiri pada 1 kali hingga 5 Menggambar orang drngan dua
detik hingga empat bagian tubuh
Mengnangkat dan menurunkan Mengikat tali sepatu
kaki secara bergantian
Bergerak ke depan dan
kebelakang dengan gesit
5 tahun Berdiri pada satu kaki selama 10 Menulis beberapa huruf
detik atau lebih lama Menggambar orang dengan tubuh
Berayun dan memanjat dengan dan minimal enam bagian
baik Berpakaian atau melepaskan pakaian
Dapat meloncat secara berulang tanpa bantuan
menggunakan tali yang Dapat belajar mengikat tali sepatu
melingkar Menggunakan garpu, sendok, dan
Melakukan jungkir balik pisau (diawasi) dengan baik
Dapat belajar bermain sepatu Mengopi segitiga dan pla geometri
luncur dan berenang lainnya
Sebagian besar memerhatikan
kebutuhan toileting sendiri
6-12 Peningkatan koordinasi, Koordinasi dan keseimbangan tangan
tahun keseimbangan dan ritme mata meningkat, peningkatan
Kemampuan untuk emngendarai ketelitian menulis, mreproduksi kata,
sepeda roda dua, melompati tali, membangun model dan keahlian
berdansa, bermain sepatu luncur, lainnya.
berenang.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Remaja berada pada periode identitas versus kebingungan peran. selama

periode ini, remaja berupaya menentukan identitas dirinya. Kebingungan

peran sering terjadi selama periode ini, tetapi teratasi ketika remaja

menentukan indentitas yang sehat (Kyle & Carman, 2015).


19

Tabel 2.4 Perkembangan Keterampilan Motorik dan Bahasa Remaja

Usia Ketrampilan Motorik Kasar Ketrampilan Motorik Halus


Remaja awal Perkembangan daya tahan : Peningkatan kemampuan untuk
(11-14 tahun), koordinasi dapat menjadi memanipulasi objek; tulisan
menengah (14- masalah akibat pacu tumbuh tangan rapi, ketangkasan jari
16 tahun) yang tidak seimbang, remaja semakin halus dan koordinasi
akhir (17-20 menengah, kecepatan dan mata tangan yang tepat
tahun) akurasi meningkat serta
koordinasi membaik,
peningkatan daya saing

C. Pemenuhan Kebutuhan Cairan pada Diare

1. Kebutuhan Cairan

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan atau homeostatis tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit di

dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan

berbagai cairan tubuh (Haswita, 2017).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolism tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons

terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit sangat

diperlukan dalam rangka menjaga kondisi fisiologi homeostatis.2

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan

berbagai cairan yang ada didalam tubuh (Guyton, 2014).

2. Fungsi cairan dalam tubuh

Fungsi cairan dalam tubuh menurut Haswita (2017) adalah :

a. Mempertahankan panas tubuh dan temperature tubuh

b. Transportasi nutrisi ke sel

c. Transportasi hasil sisa metabolisme


20

d. Transpor hormone

e. Pelumas antar organ

f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

3. Proporsi cairan tubuh

Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air merupakan

perlarut bagi semua yang terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW)

adalah persentase dari berat air dibagi dengan berat badan total, yang

bervariasi berdasarkan kelamin, umur, dan kandungan lemak yang ada di

dalam tubuh (Guyton, 2014) Air membuat sampai sekitar 60 persen pada laki-

laki dewasa. Sedangkan untuk wanita dewasa terkandung 50 persen dari total

berat badan. Pada neonates dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar

dibandingkan orang dewasa.

Cairan tubuh dibagi menjadi dua kompartemen menurut anatomi dan

fisiologisnya, yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Dua pertiga

bagian (67%) merupakan cairan tubuh yang berada di dalam sel disebut

dengan cairan intraseluler. Sepertiganya (33%) berada diluar sel yakni cairan

ekstraseluler (Miller, 2015).

Tabel 2.5 Proporsi Cairan Di Tubuh


21

Cairan ekstraseluler dibagi menjadi 3 bagian lagi yaitu cairan interstitial yang

merupakan cairan limfatik yang menempati ruang di sel tersebut. Cairan

interstitial menempati 80 persen dari cairan ekstraseluler atau 5 persen dari

total berat badan. Cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20

persen cairan ekstraseluler atau 15 persen dari total berat badan (Guyton,

2014). Selain itu, ada juga cairan transelular yang termasuk cairan

gastrointestinal (GI), cairan empedu, urin, cairan serebrospinal, aqueous

humour, cairan sendi, cairan pleura, cairan peritoneum, dan cairan pericardial

(Longnecker, 2012).

4. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Cairan tubuh yang terbagi menjadi beberapa kompartemen cairan relatif

konstan pada keadaan yang normal. Antara satu kompartemen dengan yang

lainnya dibatasi oleh membran yang bersifat semipermeabel. Masing-masing

kompartemen mengandung elektrolit yang sangat berperan dalam

mempertahankan keseimbangan cairan pada masing-masing kompartemen

(Guyton, 2014), ada beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan

dan elektrolit yakni:

a. Keseimbangan Donan

Keseimbangan Donan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler

dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel

membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif,

bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu

partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini

tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk


22

mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan

negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi

membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan

konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan

melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut (Laksana, 2015).

b. Osmolalitas dan Osmolaritas

Osmolalitas dan Osmolaritas hampir sering dikenakan jika membahas

tentang cairan tubuh manusia. Osmolalitas digunakan untuk menampilkan

konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan

dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap

kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang

digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini

didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan.

Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada

jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga

tergantung pada perubahan suhu (Butterworth, 2013).

D. Asuhan Keperawatan pada Diare dengan Kekurangan Volume Cairan

Menurut Nursalam (2013), asuhan keperawatan pada anak diare dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu:

1. Pengkajian

a. Identitas

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, alamat,

diagnosa medis
23

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, hubungan dengan klien,

pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

c. Keluhan utama

Meliputi buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan

cair (diare tanpa dehidrasi) BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi

ringan/sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare

berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara

apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan dahulu

Penyakit yang pernah diderita

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah suhu badan

mungkin meningkat.

b) Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan

darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena

bercampur empedu

c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi

dan sifatnya makin lama makin asam.

d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala

dehidrasi mulai tampak.

f) Penurunan nafsu makan


24

Tanda dan Gejala

g) Kram abdomen

h) Nyeri abdomen

i) Menghindari makanan

j) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal

k) Diare

l) Bising usus hiperaktif

m) Kurang informasi

n) Kurang minat pada makanan

o) Membran mukosa pucat

p) Ketidakmampuan memakan makanan

q) Tonus otot menurun

r) Mengeluh gangguan sensasi rasa

s) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended

daily allowance)

t) Cepat kenyang setelah makan

u) Sariawan rongga mulut

v) Steatorea

w) Kelemahan otot pengunyah

x) Kelemahan otot untuk menelan

e. Pemeriksaan Fisik, meliputi :

1) Keadaan umum

a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)


25

c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)

2) Berat badan

Anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan

berat badan sebagai berikut :

Tabel 2.6 Tingkat Dehidrasi dan Penurunan Berat Badan

Kehilangan Berat Badan (%)


Tingkat Dehidrasi
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 mg/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

3) Kulit

4) Kepala

5) Mata

6) Mulut dan lidah

7) Abdomen kemungkinan distensi, kram, bising usus meningkat

8) Anus, adakah iritasi pada kulitnya

2. Diagnosa keperawatan

Defisien volume cairan 00027

a. Definisi : penurunan cairan Intravaskuler, Interstisial, dan atau

Intraseluler, mengacu pada dehidrasi kehilangan cairan saja tanpa

perubahan dalam natrium.

b. Batasan Karakteristik :

a) Perubahan status mental i) Kulit kering

b) Penurunan turgor kulit j) Peningkatan suhu tubuh

c) Penurunan tekanan darah k) Peningkatan frekuensi


26

d) Penurunan volume nadi nadi

e) Penurunan turgor lidah l) Peningkatan hematocrit

f) Penurunan haluaran m) Peningkatan konsentrasi

urine urine

g) Penurunan pengisian n) Peningkatan berat badan

vena tiba-tiba

h) Membran mukosa kering o) Haus

p) kelemahan

c. Faktor yang berhubungan

1) Hambatan mengakses cairan

2) Asupan cairan kurang

3) Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan

Diagnosa pada pasien diare adalah defisiensi volume cairan

berhubungan dengan keluarnya cairan aktif ditandai dengan penurunan

turgor kulit, membran mukosa, kejang.

3. Intervensi

a. Defisit volume cairan 00027

1) NOC

Keseimbangan cairan (0601)

a) Tekanan darah normal

b) Denyut nadi radial

c) Keseimbangan intake&output dalam 24 jam

d) Turgor kulit
27

e) Kelembaban membran mukosa

Hidrasi (0602)

a) Haus

b) Warna urin keruh

c) Fontanel cekung

d) Peningkatan suhu tubuh

2) NIC

Monitor Cairan (4130)

a) Monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus

b) Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin

c) Berikan cairan dengan tepat

d) Konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urin kurang dari 0,5

ml/kg/jam atau asupan cairan orang dewasa

Manajemen Elektrolit (2000)

a) Berikan diet sesuai dengan kondisi ketidakseimbangan

elektrolit pasien

b) Berikan lingkungan yang aman kepada pasien yang memiliki

masalah neurologis dan neuromuskular sebagai manifestasi dari

ketidakseimbangan elektrolit

c) Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala

ketidakseimbangan cairan dan atau elektrolit menetap atau

memburuk

Manajemen Elektrolit/Cairan (2080)

a) Pantau adanya tanda dan gejala dehidrasi


28

b) Pertahankan kepatenan akses IV

c) Tingkatkan intake cairan per oral pasien yang sesuai

d) Monitor intake dan output pasien secara akurat

e) Monitor TTV pasien

f) Monitor manifestasi dari adanya ketidakseimbangan elektrolit

g) Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit

diberikan dengan aliran konstan dan sesuai


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan kasus adalah metode

deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau

memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam,

2010). Metode yang digunakan dalam penulisan laporan kasus ini adalah dengan

menggambarkan hasil asuhan keperawatan diare pada anak dengan fokus studi

pengelolaan kekurangan volume cairan.

B. Subyek Penelitian

Subyek pada karya tulis ilmiah ini dengan cara convenience sampling

method (non-probability sampling technique) dimana subyek dipilih karena

adanya kedekatan antara sampel dengan peneliti. Subyek penelitian yang dipilih

dalam kasus karya tulis ilmiah penulis adalah klien dengan asuhan keperawatan

diare pada anak dengan fokus studi pengelolaan kekurangan volume cairan.

Kriteria inklusi dari subyek penelitian adalah :

1. Klien umur 0-6 tahun

2. Mengalami dehidrasi ringan/sedang

3. Klien di rawat di RSK Ngesti Waluyo Parakan

4. Klien dengan diare murni

Kriteria eksklusi :

1. Klien diare dengan penyakit penyerta

2. Klien dengan status APS


29
30

C. Fokus Studi

Fokus studi pada pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan asuhan

keperawatan diare pada anak dengan fokus studi pengelolaan kekurangan volume

cairan

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Definisi operasional dari asuhan keperawatan diare pada anak dengan fokus

studi pengelolaan kekurangan volume cairan adalah memberikan asuhan

keperawatan diare pada anak dengan fokus studi pengelolaan kekurangan volume

cairan, yang dilakukan dengan cara memberikan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2010). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Biofisiologis.

Pengukuran biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada

tindakan keperawatan yang berorientasi pada dimensi fisiologis (Nursalam,

2010).

2. Observasi

Beberapa jenis masalah keperawatan memerlukan suatu pengamatan atau

observasi untuk mengetahuinya. Pengukuran tersebut dapat dipergunakan

sebagai fakta yang nyata dan akurat dalam membuat suatu kesimpulan

(Nursalam, 2010). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


31

dengan cara tidak terstruktur, yaitu secara spontan mengobservasi dan

mencatat apa yang dilihat dan merencanakan tindakan asuhan keperawatan.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan langsung pada klien diare pada anak dengan fokus

studi pengelolaan kekurangan volume cairan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data yang

sudah ada. metode dokumentasi penulis digunakan untuk mencari data yang

sudah ada pada catatan rekam medis klien dengan masalah pengelolaan

kekurangan volume cairan.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah RSK Ngesti Waluyo Parakan yang akan

dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret 2019.

G. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil hasil pengkajian, observasi,

wawancara dan dokumentasi yang kemudian di jabarkan dalam bentuk narasi

sebagai hasil dari laporan asuhan keperawatan.

H. Penyajian Data

Penyajian data dalam karya tulis ilmiah ini dalam bentuk narasi hasil dari

pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan diare pada

anak pengelolaan kekurangan volume cairan.

I. Etika Penelitian

Peneliti harus memperhatikan etika dalam penelitian karena merupakan

masalah yang sangat penting mengingat penelitian ini berhubungan langsung


32

dengan manusia yang mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian, sebelum

meminta persetujuan dari responden, peneliti memberikan penjelasan tentang

penelitian yang akan dilakukan. Adapun bentuk etika penelitian yang penting

dilakukan menurut Hidayat (2014) adalah :

1. Anonimity (tanpa nama)

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan hasil penelitian ini dijamin kerahasiaannya karena semua

informasi yang telah dikumpulkan dan hanya kelompok tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Klien I

a. Biodata

Klien adalah anak bernama An. A yang berumur 5 bulan,

berjenis kelamin laki-laki dan beragama islam. Klien tinggal di Jetis

Lor, Parakan Kauman, Parakan. Klien datang ke IGD RSK Ngesti

Waluyo Parakan pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 15.30 WIB

diantar oleh kedua orang tuanya dengan diagnose medis diare dengan

dehidrasi sedang. Klien dirawat di ruang mawar RSK Ngesti Waluyo

Parakan.

Ayah Klien bernama Tn. W yang menjadi penanggung jawab

klien selama klien dirawat di RSK ngesti Waluyo Parakan. Tn. W

berusia 30 tahun, berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA

dan beragama islam.

Pekerjaan Tn. W adalah wiraswasta. Tn. W tinggal satu rumah

dengan istrinya Ny. M berusia 27 tahun, juga klien An. A. Penulis

melakukan pengkajian terhadap An. A pada tanggal 25 Februari 2019

pukul 16.00 WIB di ruang Mawar RSK Ngesti Waluyo Parakan.

33
34

b. Pengkajian

1) Keluhan Utama

Klien dibawa ke IGD RSK ngesti Waluyo Parakan pada

tanggal 25 Februari 2019 pukul 15.30 WIB dengan keluhan kurang

lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit klien buang air besar

(BAB) kurang lebih 10 kali cair, tidak ada lendir ataupun darah,

warna kekuningan, demam dan muntah 1 kali. An. A nafsu

makanannya menurun dan banyak minum atau kehausan.

Pada saat pengkajian An.A mengatakan BAB baru 1 kali

dari pagi. Saat ini BAB masih encer dengan jumlah ±100 ml setiap

diare, warna kuning, tidak berlendir dan tidak disertai darah. Ibu

mengatakan anaknya masih demam dan BAK anaknya agak pekat,

frekuensi 2 kali dari pagi dengan jumlah ±100 ml setiap BAK. Ibu

juga mengatakan anaknya masih malas makan dan malas minum.

An.A tampak lesu dan lemah. Kedua mata pasien tampak merah.

2) Riwayat kesehatan

Ibu mengatakan anak belum pernah dirawat di rumah sakit

dan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

menular maupun penyakit menurun seperti hipertensi, HIV,

diabetes mellitus. Ibu juga mengatakan anaknya tidak ada alergi

terhadap obat-obatan maupun makanan tertentu.

3) Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik An.A ditemukan mata merah dan

cekung, mukosa mulut kering, pucat, bunyi nafas bronkovesikuler


35

An.A kadang-kadang masih batuk. Bising usus normal, turgor kulit

kembali lambat, CRT lebih dari 2 detik, akral teraba hangat. An.A

mengalami penurunan berat badan. Berat badan sebelumnya 7,5 kg

tinggi badan 78 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital N: 88

x/mnt RR: 18 x/mnt S: 37,9 oC. Ubun-ubun tidak cekung, mata

cekung, mukosa bibir kering, bising usus 36 kali per menit, perkusi

abdomen hipertimpani, turgor kulit kembali dalam 2 detik, kuku

merah muda, tidak ada sianosis, CRT kurang dari 2 detik.

4) Data Penunjang

Hasil laboratorium pemeriksaan darah pada tanggal 25

Februari 2019 Hb 12,7 g/dl, leukosit 10.800 mm3, trombosit

313.000 mm3, hematokrit 38,7%. An.D mendapatkan terapi inful

RL 22 tetes per menit, paracetamol 3x1 tablet, zinc 1x10 mg dan

oralit setiap kali diare.

c. Diagnosa keperawatan

Klien dibawa ke IGD RSK ngesti Waluyo Parakan pada tanggal

25 Februari 2019 pukul 15.30 WIB dengan keluhan kurang lebih 2 hari

sebelum masuk rumah sakit klien buang air besar (BAB) kurang lebih

10 kali cair, tidak ada lendir ataupun darah, warna kekuningan, demam

dan muntah 1 kali. An. A nafsu makanannya menurun dan banyak

minum atau kehausan. Berat badan sebelumnya 7,5 kg tinggi badan 78

cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg N: 88 x/mnt

RR: 18 x/mnt S: 37,9 oC. Ubun-ubun tidak cekung, mata cekung,

mukosa bibir kering, bising usus 36 kali per menit, perkusi abdomen
36

hipertimpani, turgor kulit kembali dalam 2 detik, kuku merah muda,

tidak ada sianosis, CRT kurang dari 2 detik. Hasil laboratorium

pemeriksaan darah pada tanggal 25 Maret 2019 Hb 12,7 g/dl, leukosit

10.800 mm3, trombosit 313.000 mm3, hematokrit 38,7%. An.D

mendapatkan terapi inful RL 22 tetes per menit, paracetamol 3x1 tablet,

zinc 1x10 mg dan oralit setiap kali diare. Diagnosa keperawatan yang

muncul adalah defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif.

d. Perencanaan Keperawatan

Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan ke An. A

sesuai dengan diagnosis yang sudah ada defisien volume cairan

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dengan melakukan

pemantauan keadaan umum, pemantauan TTV, monitor cairan, dan

melakukan manajemen elektrolit cairan.

e. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 25 Februari 2019

adalah 1) Memberikan cairan oralit 700 cc/3 jam, 2) Memberitahu ibu

untuk tetap memberikan anaknya minum sesering mungkin, 4 gelas

dalam 8 jam, 3) Memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam, 4)

Memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit , 5)

Memberikan terapi zink 1x10 mg setelah BAB, 6) Memantau mata

cekung, turgor kulit kembali lambat , kelembaban mukos mulut, CRT

pada anak > 2 detik, 7) Memantau pola minum anak, hasil yang
37

didapatkan anak hanya minum ± 50 cc, 8) memantau warna urine dan

frekuensi urine anak.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019

adalah 1) Memberikan cairan oralit 600 cc/3 jam, 2) Memberitahu ibu

untuk tetap memberikan anaknya minum sesering mungkin, 4 gelas

dalam 8 jam, 3) Memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam, 4)

Memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit , 5)

Memberikan terapi zink 1x10 mg setelah BAB, 6) Memantau mata

cekung, turgor kulit kembali lambat, kelembaban mukos mulut, keadaan

anak sudah semakin baik, 7) Memantau pola minum anak, hasil yang

didapatkan anak hanya minum ± 50 cc, 8) memantau warna urine dan

frekuensi urine anak.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 27 Februari 2019

adalah 1) Memberikan cairan oralit 600 cc/3 jam, 2) Memberitahu ibu

untuk tetap memberikan anaknya minum sesering mungkin, 4 gelas

dalam 8 jam, 3) Memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam, 4)

Memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit, 5) Memberikan

terapi zink 1x10 mg setelah BAB, 6) Memantau mata cekung, turgor

kulit kembali lambat , kelembaban mukos mulut, keadaan anak baik

dengan menunjukkan BAB 1x sehari konsistensi lembek, 7) Memantau

pola minum anak, hasil yang didapatkan anak hanya minum ± 50 cc, 8)

memantau warna urine dan frekuensi urine anak.


38

f. Evaluasi

1) Tanggal 25 Februari 2019 pukul 14.00 WIB.

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah banyak minum, pasien

mengatakan oralit yang diberikan sudah dihabiskan dalam 3 jam,

ibu pasien mengatakan BAK anaknya berwarna kuning bening,

sehari sebanyak 3 kali ±100cc, O: mata An. M masih tampak

cekung, Mukosa mulut kering, infus RL diberikan 20 tts/mnt, A:

tujuan belum tercapai tercapai, keseimbangan intake dan output

dalam 24 jam masih terganggu, kelembaban membran mukosa tidak

terganggu, turgor kulit tidak terganggu, P: intervensi dilanjutkan.

2) Tanggal 26 Februari 2019 pukul 14.00 WIB

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah banyak minum, pasien

mengatakan oralit yang diberikan sudah dihabiskan dalam 3 jam,

ibu pasien mengatakan BAK anaknya bewarna kuning bening,

sebanyak 2 kali sehari ±100cc, O: mata An. M tampak sudah tidak

cekung lagi, Mukosa mulut lembab, infus RL diberikan 20 tts/mnt,

A: tujuan tercapai, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam

masih terganggu, kelembaban membran mukosa tidak terganggu,

turgor kulit tidak terganggu, P: intervensi dilanjutkan

3) Tanggal 27 Februari 2019 pukul 10.00 WIB

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah banyak minum, pasien

mengatakan oralit yang diberikan sudah dihabiskan dalam 3 jam,

ibu pasien mengatakan BAK anaknya bewarna kuning bening,

sebanyak 1 kali sehari ±100cc, O: mata An. M tampak sudah tidak


39

cekung lagi, Mukosa mulut lembab, infus RL diberikan 20 tts/mnt,

A: tujuan tercapai, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam

tidak terganggu, kelembaban membran mukosa tidak terganggu,

turgor kulit tidak terganggu, P: intervensi dihentikan

2. Klien II

a. Biodata

Klien adalah anak bernama An. M yang berumur 4 bulan,

berjenis kelamin laki-laki dan beragama islam. Klien tinggal di

Nglarangan Mangunsari Ngadirejo. Klien datang ke IGD RSK Ngesti

Waluyo Parakan pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 15.30 WIB diantar

oleh kedua orang tuanya dengan diagnose medis diare dengan dehidrasi

sedang. Klien dirawat di ruang mawar RSK Ngesti Waluyo Parakan.

Ayah Klien bernama Tn. S yang menjadi penanggung jawab

klien selama klien dirawat di RSK ngesti Waluyo Parakan. Tn. S berusia

35 tahun, berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA dan

beragama islam.

Pekerjaan Tn. S adalah wiraswasta. Tn. S tinggal satu rumah

dengan istrinya Ny. T berusia 30 tahun, juga klien An. A dan kakak dari

klien yaitu An. S umur 5 tahun. Penulis melakukan pengkajian terhadap

An. M pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 16.00 WIB di ruang Mawar

RSK Ngesti Waluyo Parakan.


40

a. Pengkajian

1) Keluhan Utama

Klien dibawa ke IGD RSK ngesti Waluyo Parakan pada

tanggal 10 Maret 2019 pukul 15.30 WIB dengan keluhan kurang

lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit klien buang air besar

(BAB) kurang lebih 8 kali cair, tidak ada lendir ataupun darah,

warna kekuningan, demam dan muntah 1 kali. An. M nafsu

makanannya menurun dan banyak minum atau kehausan.

Pada saat pengkajian An. B mengatakan BAB baru 2 kali

dari pagi. Saat ini BAB masih encer dengan jumlah ±100 ml setiap

diare, warna kuning, tidak berlendir dan tidak disertai darah. Ibu

mengatakan anaknya masih demam dan BAK anaknya agak pekat,

frekuensi 2 kali dari pagi dengan jumlah ±100 ml setiap BAK. Ibu

juga mengatakan anaknya masih malas makan dan malas minum.

An. M tampak lesu dan lemah. Kedua mata pasien tampak merah.

2) Riwayat kesehatan

Ibu mengatakan anak belum pernah dirawat di rumah sakit

dan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

menular maupun penyakit menurun seperti hipertensi, HIV,

diabetes mellitus. Ibu juga mengatakan anaknya tidak ada alergi

terhadap obat-obatan maupun makanan tertentu.

3) Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik An. M ditemukan mata merah dan

cekung, mukosa mulut kering, pucat, bunyi nafas bronkovesikuler


41

An.A kadang-kadang masih batuk. Bising usus normal, turgor kulit

kembali lambat, CRT lebih dari 2 detik, akral teraba hangat. An. M

mengalami penurunan berat badan. Berat badan sebelumnya 7 kg

tinggi badan 75 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital N: 88

x/mnt RR: 18 x/mnt S: 37,5 oC. Ubun-ubun tidak cekung, mata

cekung, mukosa bibir kering, bising usus 35 kali per menit, perkusi

abdomen hipertimpani, turgor kulit kembali dalam 2 detik, kuku

merah muda, tidak ada sianosis, CRT kurang dari 2 detik.

4) Data Penunjang

Hasil laboratorium pemeriksaan darah pada tanggal 10 Maret

2019 Hb 12 g/dl, leukosit 10.900 mm3, trombosit 320.000 mm3,

hematokrit 38,9%. An.D mendapatkan terapi inful RL 22 tetes per

menit, paracetamol 3x 1/2 tablet, zinc 1x10 mg dan oralit setiap

kali diare.

b. Diagnosa keperawatan

Klien dibawa ke IGD RSK ngesti Waluyo Parakan pada tanggal

10 Maret 2019 pukul 15.30 WIB dengan keluhan kurang lebih 3 hari

sebelum masuk rumah sakit klien buang air besar (BAB) kurang lebih 8

kali cair, tidak ada lendir ataupun darah, warna kekuningan, demam dan

muntah 1 kali. An. M nafsu makanannya menurun dan banyak minum

atau kehausan. Berat badan sebelumnya 7 kg tinggi badan 76 cm. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital N: 88 x/mnt RR: 18 x/mnt S: 37,5 oC.

Ubun-ubun tidak cekung, mata cekung, mukosa bibir kering, bising usus

38 kali per menit, perkusi abdomen hipertimpani, turgor kulit kembali


42

dalam 2 detik, kuku merah muda, tidak ada sianosis, CRT kurang dari 2

detik. Hasil laboratorium pemeriksaan darah pada tanggal 10 Maret

2019 Hb 12 g/dl, leukosit 10.900 mm3, trombosit 320.000 mm3,

hematokrit 38,9%. An. M mendapatkan terapi inful RL 22 tetes per

menit, paracetamol 3x 1/2 tablet, zinc 1x10 mg dan oralit setiap kali

diare. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah defisien volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

c. Perencanaan Keperawatan

Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan ke An. M

sesuai dengan diagnosis yang sudah ada defisien volume cairan

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dengan melakukan

pemantauan keadaan umum, pemantauan TTV, monitor cairan, dan

melakukan manajemen elektrolit cairan.

d. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2019

adalah 1) Memberikan cairan oralit 700 cc/3 jam, 2) Memberitahu ibu

untuk tetap memberikan anaknya minum sesering mungkin, 4 gelas

dalam 8 jam, 3) Memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam, 4)

Memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit , 5)

Memberikan terapi zink 1x10 mg setelah BAB, 6) Memantau mata

cekung, turgor kulit kembali lambat , kelembaban mukos mulut, CRT

pada anak > 2 detik, 7) Memantau pola minum anak, hasil yang

didapatkan anak hanya minum ± 50 cc, 8) memantau warna urine dan

frekuensi urine anak.


43

Penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2019

adalah 1) Memberikan cairan oralit 600 cc/3 jam, 2) Memberitahu ibu

untuk tetap memberikan anaknya minum sesering mungkin, 4 gelas

dalam 8 jam, 3) Memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam, 4)

Memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit , 5)

Memberikan terapi zink 1x10 mg setelah BAB, 6) Memantau mata

cekung, turgor kulit kembali lambat, kelembaban mukos mulut, keadaan

anak sudah semakin baik, 7) Memantau pola minum anak, hasil yang

didapatkan anak hanya minum ± 50 cc, 8) memantau warna urine dan

frekuensi urine anak.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2019

adalah 1) Memberikan cairan oralit 600 cc/3 jam, 2) Memberitahu ibu

untuk tetap memberikan anaknya minum sesering mungkin, 4 gelas

dalam 8 jam, 3) Memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam, 4)

Memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit, 5) Memberikan

terapi zink 1x10 mg setelah BAB, 6) Memantau mata cekung, turgor

kulit kembali lambat , kelembaban mukos mulut, keadaan anak baik

dengan menunjukkan BAB 1x sehari konsistensi lembek, 7) Memantau

pola minum anak, hasil yang didapatkan anak hanya minum ± 50 cc, 8)

memantau warna urine dan frekuensi urine anak.

e. Evaluasi

1) Tanggal 10 Maret 2019 pukul 15.00 WIB.

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah banyak minum, pasien

mengatakan oralit yang diberikan sudah dihabiskan dalam 3 jam,


44

ibu pasien mengatakan BAK anaknya berwarna kuning bening,

sehari sebanyak 3 kali ±100cc, O: mata An. M masih tampak

cekung, Mukosa mulut kering, infus RL diberikan 20 tts/mnt, A:

tujuan belum tercapai tercapai, keseimbangan intake dan output

dalam 24 jam masih terganggu, kelembaban membran mukosa tidak

terganggu, turgor kulit tidak terganggu, P: intervensi dilanjutkan.

2) Tanggal 11 Maret 2019 pukul 15.00 WIB

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah banyak minum, pasien

mengatakan oralit yang diberikan sudah dihabiskan dalam 3 jam,

ibu pasien mengatakan BAK anaknya bewarna kuning bening,

sebanyak 2 kali sehari ±100cc, O: mata An. M tampak sudah tidak

cekung lagi, Mukosa mulut lembab, infus RL diberikan 20 tts/mnt,

A: tujuan tercapai, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam

masih terganggu, kelembaban membran mukosa tidak terganggu,

turgor kulit tidak terganggu, P: intervensi dilanjutkan

3) Tanggal 12 Maret 2019 pukul 15.00 WIB

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah banyak minum, pasien

mengatakan oralit yang diberikan sudah dihabiskan dalam 3 jam,

ibu pasien mengatakan BAK anaknya bewarna kuning bening,

sebanyak 1 kali sehari ±100cc, O: mata An. M tampak sudah tidak

cekung lagi, Mukosa mulut lembab, infus RL diberikan 20 tts/mnt,

A: tujuan tercapai, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam

tidak terganggu, kelembaban membran mukosa tidak terganggu,

turgor kulit tidak terganggu, P: intervensi dihentikan


45

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Nursalam, 2011).

Berdasarkan hasil pengkajian sama dengan hasil penelitian Supriadi

(2013), tentang asuhan keperawatan pada An.F dengan gangguan

pemenuhan sistem pencernaan diare akut dehidrasi sedang diruang metai 2

RSUD Dr. Moewardi. Dimana pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan

BAB encer sudah 5 kali, konsistensi encer, warna kuning.

Riskesdas (2013), mengatakan diare merupakan gangguan buang air

besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan

konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender. Anak yang

mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut, muntah,

demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan

mengalami demam tinggi, mencret berdarah dan berlendir (Wijoyo, 2013).

Menurut Ngastiyah (2015), mengatakan anak yang mengalami diare mula-

mula akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.

BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Anus dan daerah sekitarnya

akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai

akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak

diabsorbsi oleh usus selama diare.


46

Menurut peneliti keluhan yang ditemukan pada kasus An.M dan

An.A sesuai dengan teori dan yang ada dimana pasien dengan diare datang

kerumah sakit karena BAB encer, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari,

muntah, demam tinggi, dan BAB berlendir, anus dan daerah sekitar menjadi

lecet, nafsu makan berkurang, anak menjadi gelisah, dan rewel.

Hasil pemeriksaan fisik pada An.M dan An.A ditemukan perbedaan

yaitu mata An.M merah, anus dan daerah sekitarnya tidak lecet, tidak

berwarna kemerahan. Pada An.A ditemukan kulit sekitar anus lembab dan

berwarna kemerahan. An.M dan An.A mengalami penurunan berat badan.

Menurut S. Partono dalam Nursalam (2015), anak yang mengalami

diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik. Secara klinis, pada anak yang diare

mengalami penurunan pH karena akumulasi beberapa asam non-volatil,

maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2 menyebabkan

pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul). Anak

yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor kulit

biasanya kembali sangat lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan

dan elektrolit pada jaringan tubuh anak sehingga kelembapan kulitpun

menjadi berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa

bibir kering. Menurut peneliti apa yang ada di teori sama dengan kasus.

Akan tetapi pada partisipan 1 dan 2 tidak dilakukan pemeriksaan gas darah

untuk mengetahui adanya penurunan pH.


47

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan diagnose keperawatan

defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, yaitu

penurunan cairan Intravaskuler, Interstisial, dan atau Intraseluler, mengacu

pada dehidrasi kehilangan cairan saja tanpa perubahan dalam natrium.

Diagnosa keperawatan ini menjadi prioritas utama karena hal ini jika

tidak diatasi secepatnya anak akan mengalami dehidrasi berat yang berakhir

pada syok dan bisa menyebabkan kematian karena tubuh banyak kehilangan

cairan dan elektrolit.

Menurut Suharyono dalam Nursalam (2015), Kehilangan air dan

elektrolit dapat meyebabkan dehidrasi. Kondisi ini juga dapat

mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik),

dehidrasi, hipokalemia, dan hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak

yaitu berat badan turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-

ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir kering.

3. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat

lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai

oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Kozier, 2010).

Intervensi keperawatan yang disusun sesuai diagnosa yang muncul

pada kasus berdasarkan NOC dan NIC (2015) yaitu, diagnosa utama pada

klien I dan Klien II adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif yaitu 1) monitor status hidrasi, 2) catat intake dan

output pasien, 3) monitor makanan yang dikonsumsi, 4) kolaborasi


48

pemberian cairan IV, 5) mmnitor status nutrisi, 5) timbang BB pasien, 6)

monitor tanda-tanda vital, 7) dorong pasien untuk menambah intake oral, 8)

monitor kelembaban mukosa dan turgor kulit. Tindakan yang dilakukan pada

masalah kekurangan volume cairan yaitu untuk menggantikan cairan yang

hilang, mencegah terjadinya penurunan berat badan, untuk melihat respon

pasien setelah diberikan cairan. Kriteria hasil yang hendak dicapai yaitu

tanda-tanda vital tidak terganggu, keseimbangan intake dan output cairan

dalam 24 jam tidak terganggu, berat badan stabil, turgor kulit tidak

terganggu, kelembaban membran mukosa tidak terganggu, asupan makanan

secara oral sebagian besar adekuat, asupan cairan intravena sebagian besar

adekuat.

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi

koping (Nursalam, 2011).

Tindakan asuhan keperawatan untuk mengatasi kekurangan volume

cairan dapat dilakukan sesuai dengan NANDA NIC-NOC 2015

yaitumemonitor cairan dengan monitor membran mukosa, turgor kulit dan

respon haus, monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin, berikan cairan

dengan tepat, konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urin kurang dari 0,5

ml/kg/jam atau asupan cairan orang dewasa. Tindakan selanjutnya adalah

dengan manajemen elektrolit yaitu berikan diet sesuai dengan kondisi


49

ketidakseimbangan elektrolit pasien, berikan lingkungan yang aman kepada

pasien yang memiliki masalah neurologis dan neuromuskular sebagai

manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit, dan konsultasikan dengan

dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan atau

elektrolit menetap atau memburuk. Tindakan selanjutnya melakukan

manajemen Elektrolit/Cairan dengan cara pantau adanya tanda dan gejala

dehidrasi, pertahankan kepatenan akses IV, ingkatkan intake cairan per oral

pasien yang sesuai, monitor intake dan output pasien secara akurat, monitor

TTV pasien, monitor manifestasi dari adanya ketidakseimbangan elektrolit,

dan pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit diberikan

dengan aliran konstan dan sesuai, Sehingga dengan intervensi yang diberikan

diharapkan tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai yaitu pemenuhan

kebutuhan cairan terpenuhi dan diare berkurang.

Tindakan yang telah peneliti rencanakan untuk diagnosa Tindakan

keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif yaitu, Memberikan cairan oralit 700-800cc/3 jam,

memberitahu ibu untuk tetap memberikan anaknya minum sesering

mungkin, memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam, memantau

respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit, memberikan terapi zink 1x1

sendok teh sesuai dengan order dokter, memantau mata cekung, turgor kulit,

kelembaban mukosa mulut, CRT pada anak, memantau pola minum anak,

memantau warna urine dan frekuensi urine anak.

Hasil penelitian Rusdi (2012), tentang evaluasi penggunaan obat

diare terhadap kesesuaian obat dan dosis pada pasien rawat inap di RSUD
50

Budi Asih Jakarta. Menunjukkan bahwa pengobatan diare anak paling

banyak diberikan terapi cairan pengganti (rehidasi), terdapat 97 kasus

(32,99%) pasien yang diberikan terapi cairan RL.

Menurut Ngastiyah (2015), dehidrasi sebagai prioritas utama

pengobatan. Salah satu hal yang penting dan perlu diperhatikan yaitu jenis

cairan, jumlah cairan, cara pemberian cairan, dan jadwal pemberian cairan

pada pasien yang mengalami diare.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan

yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur

perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan

dengan menggunakan format evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data

obyektif, data analisa, dan data perencanaan (Nursalam, 2011). Evaluasi

diagnosa keperawatan yang utama yaitu diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan), setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 kali 24 jam nyeri pada pasien berkurang.

Hasil evaluasi dari diagnosa kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, setelah 3 hari melakukan

asuhan keperawatan didapatkan Ibu mengatakan saat dirumah anaknya

masih diberi oralit, ibu mengatakan anaknya masih diberi zink, ibu

mengatakan BAB anaknya sudah normal ±3 kali, konsistensi lembek, jumlah

±50ml, ibu mengatakan sudah paham dengan apa yang dijelaskan, anak

tampak tenang, anak sudah bisa bermain, mata tidak cekung, turgor kulit

baik.
51

Depkes (2011), mangatakan oralit diberikan bila anak diare dan

sampai diare berhenti. Untuk anak usia kurang dari satu tahun diberikan 50

sampai 100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar sedangkan anak labih

dari 1 tahun diberikan 100 sampai 200 cc cairan oralit setiap klai buang air

besar. Menurut peneliti apa yang ditemukan pada kasus sama dengan apa

yang ada diteori. Anak yang diare banyak kehilangan air dan elektrolit.

Oralit berguna untuk membantu menggantikan cairan yang keluar bersama

BAB yang encer.

C. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak dapat dilakukan 3 x 24 jam karena

keterbatasan waktu praktek sehingga asuhan keperawatan hanya diberikan 3 x 7

jam
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien meliputi

pengkajian riwayat kesehatan, pola kesehatan fungsional, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang

2. Masalah keperawatan yang muncul yaitu defisien volume cairan

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah adalah 1) monitor status

hidrasi, 2) catat intake dan output pasien, 3) monitor makanan yang

dikonsumsi, 4) kolaborasi pemberian cairan IV, 5) mmnitor status nutrisi, 5)

timbang BB pasien, 6) monitor tanda-tanda vital, 7) dorong pasien untuk

menambah intake oral, 8) monitor kelembaban mukosa dan turgor kulit.

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah Memberikan cairan oralit 700-

800cc/3 jam, memberitahu ibu untuk tetap memberikan anaknya minum

sesering mungkin, memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam,

memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit, memberikan terapi

zink 1x1 sendok teh sesuai dengan order dokter, memantau mata cekung,

52
53

5. turgor kulit, kelembaban mukosa mulut, CRT pada anak, memantau pola

minum anak, memantau warna urine dan frekuensi urine anak.

6. Evaluasi tindakan menggunakan format evaluasi SOAP. Masalah diare

teratasi.

7. Tidak ada kesenjangan antara asuhan keperawatan yang diberikan dengan

teori-teori terkait konsep asuhan keperawatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil karya tulis ilmiah ini, maka saran yang dapat diberikan

penulis adalah sebagai berikut:

1. Rumah Sakit

Saran peneliti kepada pihak rumah sakit lebih menyediakan fasilitas dalam

melakukan tindakan keperawatan dalam ruangan khususnya fasilitas yang

sangat dibutuhkan oleh pasien diare dehidrasi sedang.

2. Ilmu Pengetahuan

Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan professional, sehingga dapat tercipta perawat-perawat yang

profesional, terampil, cekatan dan handal yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif.


DAFTAR PUSTAKA

Ariani. (2016). Diare, Pencegahan dan Pengobatannya. Yogyakarta : Nuha Medika

Cahyono, Dwi Anton Budi dan Dyah Andari. 2010. Mudah dan Hemat Hidup Sehat.

Solo : Pustaka Arafah.

Daniel. (2013). Cairan Tubuh. file.upi.edu/

Hartati. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018

(400-407)

Kemenkes RI. (2018). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare di Indonesia,

Jakarta : Kemenkes

Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika.

Kyle dan Carman. (2015). Buku Praktek Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.

Mendri, Ni Ketut & Agus Sarwo Prayogi. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak

Sakit & Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Ngastiyah. (2015). Perawatan anak sakit (2Th.ed). Jakarta : EGC.

Nursalam. (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha medika.

Riyadi, S. Suharsono, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta :

Gosyen. Publishing.

Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hidayat. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung : Alfabeta.

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

WHO. Diarrhoeal disease [Internet]. 2013. Available from:

http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sutriyanti

Tempat / Tanggal Lahir : Temanggung, 13 April 1965

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kaligawe Kidul rt 02 rw 01 Depokharjo Parakan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Campuranom Parakan Lulus tahun 1993

2. SMP N 1 Parakan Lulus tahun 1996

3. SPK Ngesti Waluyo Parakan Lulus tahun 1999

Anda mungkin juga menyukai