Askep KMB Tumor Renal (Ginjal)
Askep KMB Tumor Renal (Ginjal)
Askep KMB Tumor Renal (Ginjal)
TUMOR RENAL
Dosen Pengampu :
Darsini, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
JOMBANG 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Konsep
Asuhan Keperawatan Tumor Renal ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Darsini, S. Kep.,Ns.,M.Kep pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Konsep Asuhan Keperawatan Anafilaksis Syok pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
MAKALAH........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN.............................................................................................................6
2.1 ETIOLOGI..............................................................................................................6
2.2 PATOFISIOLOGI..................................................................................................7
2.3 MANIFESTASI KLINIS........................................................................................8
2.4 PATHWAY............................................................................................................10
2.6 PENATALAKSANAAN.......................................................................................11
BAB III.............................................................................................................................14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAFILAKSIS SYOK...................14
a. PENGKAJIAN.........................................................................................................14
b. INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................................16
2.3 IMPLEMENTASI.................................................................................................17
2.4 EVALUASI............................................................................................................17
BAB IV..............................................................................................................................19
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA ANAFILAKSIS SYOK......................19
3.1 PENGKAJIAN......................................................................................................19
BAB V...............................................................................................................................25
PENUTUP........................................................................................................................25
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan pendahuluan
penderita tumor renal.
2. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengumpulan data pasien.
2.1 PENGERTIAN
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal
adalah organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih
seseorang. Ini membantu untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran
darah, membuat urin, yang pindah ke kandung kemih dan keluar dari tubuh.
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal.Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas
atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan
mendesak selseldisekitarnya.
2.1 ETIOLOGI
Faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko terjadinya kanker
ginjal. Merokok merupakan faktor resiko yang paling dekat dengan timbulnya
kanker ginjal. Faktor resiko lainnya antara lain :
- Kegemukan
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
- Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun
memiliki resiko tinggi) penyinaran.
2.2 PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks
maupun daerah medulla. Tumor dari daerah korteks cenderung meluas kedarah
sekitar ginjal. Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari jaringan
parenkim yang tertekan serta jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi. Infiltrasi tumor
ke daerah luar menyebabkan tonjolan yang dapat digunakan sebagai tanda
diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT scan.
Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran 8-9
cm. Secara makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan atau orange oleh
karena mengandung banyak lemak. Permukaan tumor yang lebih kecil tampak
homogen sedang yang besar biasanya disertai kista sekunder di dalamnya dengan
daerah perdarahan dan daerah nekrosis serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah
perifer
Keluhan klinis ditentukan oleh besar dan invasi terhadap jaringan sekitar
seperti kelenjar getah bening, serta invasi ke dalam pembuluh darah terutama pada
vena renalis dan pada gilirannya memberikan keluhan dan gejala metastasis tumor
tersebut.
Tiga gejala khas dari tumor ginjal yang didapatkan 10-15% pasien pada
stadium lanjut :
1. Hematuria
Dibuktikan dengan diagnosis bukan karena batu, infeksi tuberkulosa, dan kista
2. Nyeri pinggang
Nyeri ini bisa diakibatkan oleh tekanan balik yang oaleh kompresi ureter
perluasan
tumor ke daerah perineal atau perdarahan ke dalan jaringan ginjal. Nyeri kronik
terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak melalui ureter.
3. Massa didaerah ginjal.
Gejala lain tumor menimbulkan kelainan neoplasmatik dan eritrositosis.
Hipertensi dan kelainan hati, muncul juga sindrom cushing hipoglikemia,
genekomastia, anemia, hematuria dan peningkatan laju endap darah, kelainan
tulang yang diikuti hiperkalsemia dan peningkatan hormon paratiroid.
2.4 KLASIFIKASI
1) Tumor Jinak
Tumor mulai pada sel-sel, blok-blok bangunan yang membentuk
jaringanjaringan. Jaringan-jaringan membentuk organ-organ tubuh. Secara
normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh
memerlukan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menua, mereka mati, dan sel-sel baru
mengambil tempat mereka. Adakalanya proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-
sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak
mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk suatu
massa dari jaringan yang disebut suatu pertumbuhan atau tumor.
a) Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri atas
komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan merupakan
tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor jinak ini
biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai ginjal.
Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan
yang multisentrik . Lima puluh persen dari hamartoma ginjal adalah pasien
Tuberous sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang
ditandai dengan retardasi mental, epilepsi, adenoma seseum dan terdapat
hamartoma di retina, hepar, tulang, pankreas dan ginjal. Tumor ini lebih banyak
menyerang wanita daripada pria dengan perbandingan 4 : 1.
Hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala dan kadang-kadang
didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin dengan ultrasonografi
abdomen(Basuki, .Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah : nyeri
pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala
terdapat gejala perdarahan rongga retroperitonial.
b) Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis atau
tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak
sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala klinis
yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal keras,
dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla.
Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi tubulus di
dekatnya.
c) Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna
kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang terletak
dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi didapat sekitar
20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis tidak jelas
perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis ; keduanya tersusun atas sel
besar jernih dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan
ukurannya ; tumor yang berdiameter kurang dari 30 mm ditentukan sebagai
tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat dipegang sebab karsinoma
stadium awal juga mempunyai diameter kurang dari 30 mm. Proses ganas dapat
terjadi pada adenoma korteks.
d) Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma
granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan
mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat
begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
2) Tumor Ganas (kanker)
a) Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal
dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan
pada orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur lebih dari 50
tahun. Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya alat bantu
diagnosa USG dan CT scan.
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan
perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada usia
lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda.
Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat pada 2% kasus. Tumor ini
dikenal dengan nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma
sel Ginjal atau Internist tumor. Serupa dengan sel korteks adrenal tumor ini
diberi nama hipernefroma yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar adrenal yang
embrionik.
Klasifikasi stadium Robson Kini sudah jarang dipakai, tapi literatur
yang melaporkan kasus di masa lalu sering memakai sistem klasifikasi ini.
Stadium I : tumor terlokalisasi dalam ginjal
Stadium II : tumor menginvasi lemak perirenal, tapi belum menembus fasia
Gerota
Stadium III : tumor telah menginvasi menembus fasia Gerota
IIIa : secara makroskopik tumor mengenai vena renal, vena kava (supra
dan subdiafragma serta atrium kanan)
IIIb : metastasis kelenjar limfe regional
IIIc : sekaligus terdapat invasi vena dan metastasis kelenjar limfe
Stadium IV : menginvasi organ sekitar atau metastasis jauh
IVa: menginvasi organ sekitar (kecuali kelenjar adrenal)
IVb : metastasis jauh
b) Nefroblastoma (tumor Wilms)
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak
berusia kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun.
Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anak-
anak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan.
Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan dan laki-laki sama
banyaknya. Tumor Wilms merupakan 10% dari semua keganasan pada anak.
Tumor ini mungkin ditemukan pada anak dengan kelainan aniridia, keraguan
genitalia pada anak dan sindrom Beckwith-Wiedemann (makroglosi, omfalokel,
viseromegah dan hipoglikemia neonatal). Satu persen dari tumor Wilms
ditemukan familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor
Wilms telah dilokasi pada garis p 13 kromosom 11
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau karsinoma
sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa:
anridia, hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia. The National Wilms
Tumor Study Group (NWTSG) membagi 5 stadium tumor Wilms, yaitu :
a. Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini
dapat di reseksi dengan lengkap.
b. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan
sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar
limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.
c. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum dan lain-lain. d. Stadium IV Tumor menyebar secara
hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,otak dan tulang.
e) Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis
histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu (1) karsinoma sel
transitional dan (2) karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang
terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra proksimal, pielum juga dilapisi oleh
sel-sel transitional dan mempunyai kemungkinan untuk menjadi karsinoma
transitional. Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel
pelvis renalis karena adanya batu yang menahun pada pelvis renalis. Sebagian
besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel renalis, dimana
sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional yang berasal
dari urotelium pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks
pelvis, tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya hematuria atau
obstruksi. Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai
vena renalis.
2.5 PATHWAY
Allergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks )
Reaksi antibody
SYOK ANAFILAKTIK
Komplikasinya meliputi :
1. Lemah, anemia, BB menurun, dan demam akibat efek sistemik kanker
ginjal.
2. Classical triad (gejala lambat).
2.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan
dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan
kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.Jika
secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal disebelah
kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.
1. Operasi pembedahan
Operasi adalah perawatan umum pada kanker ginjal. Umumnya operasi
akan dilakukan dengan mengangkat salah satu organ ginjal. Operasi
pengangkatan ini disebut dengan nephrectomy.
2. Arterial Embolization
Cara ini adalah terapi untuk menyusutkan tumor dnegan menyuntikkan
suatu senyawa ke dalam pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke
ginjal. Halangan ini akan mencegah tumor menjadi tumbuh lebih besar.
3. Terapi radiasi
Pengobatan ini menggunakan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker
pada ginjal.
4. Terapi biologi
Terapi ini adalah metode penyembuhan menggunakan kemampuan alami
tubuh manusia yakni sistem imunitas untuk melawan kanker. Hal ini
dilakukan dengan menambah sel imun sehingga dapat menyerang sel
kanker.
5. Kemoterapi
Cara ini adalah dengan memasukkan obat-obatan kimia ke dalam tubuh
supaya dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Hal ini umumnya
dilakukan setelah terjadi pembedahan untuk menghancurkan sisa sel kanker
yang ada. Kemoterapi tentu saja memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan sehingga cara ini seringkali dihindari oleh banyak pasien
pengidap kanker.
BAB III
a. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal MRS, no. register dan ruangan,
serta orang yang bertanggung jawab.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien biasanya mengeluh :
- Nyeri daerah pinggang
- Terdapat benjolan pada pinggang
- Kencing berwarna seperti cucian daging
- Tidak nafsu makan, mual , muntah
- Demam
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah pasien memiliki riwayat :
- DM
- Jantung
- Hipertensi
- Penyakit ginjal
- Transplantasi ginjal
- Hemodialisa
- Merokok
- Obesitas
- Penyakit Von Hippel-Lindau
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat DM atau gangguan sistem vaskuler, hemodialisa,
tumor , penyakit ginjal, kaji riwayat stress
2. Pengkajian
a. Pola Nutrisi dan Metabolik :
Peningkatan suhu tubuh saat terjadi metastatis. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual,
muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena
uremia
b. Pola Eliminasi
Terjadi gangguan eliminasi urine dikarenakan gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi
Terjadi penyerapan kembali air dan natrium sehingga terjadi peningkatan
beban sirkulasi dan menyebabkan edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Selain itu terjadi juga proteinuria, hematuria, polisitemia, anuria dan
oliguria
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2
minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal
selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan
krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi
dapat menyebabkan pembesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme
pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejangkejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui
penyebab dan penanganan penyakit ini.
d. Kognitif & Perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila
ada infeksi karena inumnitas yang menurun. e. Persepsi Diri Klien cemas
dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang
lama. Klien berharap dapat sembuh kembali seperti semula
b. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
b. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
c. Penurunan Curah Jantung
c. INTERVENSI KEPERAWATAN
2. D.0037 I.03122
L.03021
Risiko Pemantauan Elektrolit
Keseimbangan
Ketidakseimbangan Observasi :
Elektrolit
Elektrolit a. Monitor kehilangan
Ekspektasi : cairan
2.3 IMPLEMENTASI
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Intervensi unggulan yang akan dilakukan adalah
mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi yaitu dengan cara
menjaga kebersihan tubuh pasien untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh yang bisa mengakibatkan infeksi. Menurut
pandangan Islam "Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia
Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).
2.4 EVALUASI
A. Pengkajian Primer
6. Airway (A)
7. Breathing (B)
Sesak, dengan:
Frekuensi:
- Teratur : -
Kedalaman:
Batuk:
- Ronkhi : ada
- Crackles : tidak ada
3. Circulation (C)
4. Disability (D)
C. Anamnesis
Keluhan Utama :
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh sesak napas sejak ± 17 jam sebelum masuk
rumah sakit setelah disuntik obat. Sesak dirasakan timbul secara
tiba-tiba seperti sulit untuk mengambil napas dan tidak membaik
dengan perubahan posisi. Sesak awalnya terasa ringan, namun
dalam setengah jam semakin memberat. Pasien mengatakan sesak
napas muncul ± 30 menit setelah perawat memasukkan obat.
Pasien juga mengeluh bengkak di kedua mata dan bibirnya sejak ±
30 menit setelah perawat memasukkan obat. Mata dirasakan
semakin bengkak dan kemerahan. Sensasi seperti terbakar juga
dirasakan pada bibir pasien.
Pasien juga mengeluh gatal dan kemerahan pada seluruh tubuhnya
sejak ± 30 menit setelah perawat memasukkan obat terutama pada
tangan dan kakinya. Gatal tidak berkurang dengan garukan. Pasien
juga mengeluh mual setelah timbul kemerahan pada seluruh tubuh
± 40 menit setelah memasukkan obat. Mual tidak disertai dengan
muntah. Mual dirasakan terus menerus, disertai rasa tidak enak
pada tenggorokan.
G. Pemeriksaan Fisik
Kondisi Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M6
Berat Badan : 64 kg
Tinggi badan : 168 cm
IMT : 22,72 kg/m2
H. Tanda-Tanda Vital :
Tekanan Darah : 80/60 mmHg
Nadi : 140 x/menit, lemah, reguler, tidak kuat angkat
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu Aksila : 39,1 ℃
I. Pemeriksaan Umum :
1. Kepala : Normocephali
2. Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-, Reflek Pupil +/+ Isokor,
Edema Palpebra +/+
3. THT : Pembesaran tonsil (-), Hiperemis faring (-), Atrofi
lidah (-), Edema bibir (+)
4. Leher : JVP PR + 0 cmH2O, Pembesaran kelenjar getah
bening (-)
5. Thorax :
a) Inspeksi : Simetris, tidak tampak pulsasi iktus
kordis
b) Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, Vokal fremitus
N/N
c) Perkusi : Batas atas jantung setinggi ICS II Batas
bawah jantung setinggi ICS V Batas kanan
jantung pada PSL kanan Batas kiri jantung pada
MCL kiri
d) Auskultasi : Cor: S1S2 tunggal, regular, murmur
(-) Pulmo: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- , Wheezing
-/-
6. Abdomen:
1. Inspeksi : Distensi (-)
2. Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
3. Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba,
Nyeri tekan (-)
4. Perkusi : Timpani (+)
7. Ekstremitas : Hangat ++ / ++ Edema: - -/- - Eritema
generalisata berbatas tidak tegas pada seluruh
J. Pemeriksaan Penunjang :
- Darah Lengkap :
ANALISA DATA
suara gurgling
- Terdengar ronkhi
- Sputum tidak bisa
keluar
- Tampak adanya
edema di
tenggorokan
Miokard kekurangan
oksigen (energi)
Penurunan kekuatan
kontraksi otot
jantung
Penurunan curah
jantung
INTERVENSI KEPERAWATAN
WAKTU DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(Tujuan. Kriteria Hasil)
12.00 WIB Bersihan Jalan Napas Tidak Latihan Batuk Efektif (I.01006)
Efektif b.d Spasme jalan napas Observasi
d.d Sputum berlebih (D.0001) 1. Identifikasi kemampuan batuk
Tujuan : 2. Monitor adanya retensi sputum
Setelah dilakukan asuhan 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selam 3x diharapkan saluran napas
bersihan jalan napas meningkat 4. Monitor input dan output cairan
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Produksi sputum menurun 1. Atur posisi semi-fowler atau
2. Mengi menurun fowler
2. Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
3. Buang secret pada tempat
sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam selama 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
17.00 WIB Penurunan curah jantung b.d Perawatan jantung (I.02075)
Perubahan irama jantung d.d Observasi
Perubahan irama jantung 1. Identifikasi tanda/gejala primer
(D.0008) penurunan curah jantung
Tujuan : 2. Identifikasi tanda/gejala
Setelah dilakukan asuhan sekunder penurunan curah
keperawatan selama 3x jantung
diharapkan curah jantung 3. Monitor tekanan darah
meningkat dengan kriteria hasil : 4. Monitor intake dan output cairan
1. Kekuatan nadi perifer 5. Monitor saturasi oksigen
meningkat 6. Monitor aritmia
2. Ejection fraction Terapeutik
meningkat 1. Posisikan pasien sem fowler atau
3. Bradikardi menurun fowlerdengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung
3. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
4. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkan aktivitas fiisik sesuai
toleransi
2. Anjurkan aktivitas fiisik secara
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
5.1 Kesimpulan
Pasien dengan inisial PK, 24 tahun mengeluh sesak nafas setelah dinjeksikan
obat secara intravena. Sesak dirasakan timbul secara tiba-tiba seperti sulit
untuk mengambil napas dan tidak membaik dengan perubahan posisi. Sesak
awalnya terasa ringan, namun dalam setengah jam semakin memberat. Pasien
mengatakan sesak napas muncul ± 30 menit setelah perawat memasukkan
obat. Pasien juga mengeluh bengkak di kedua mata dan bibirnya sejak ± 30
menit setelah perawat memasukkan obat. Mata dirasakan semakin bengkak
dan kemerahan. Sensasi seperti terbakar juga dirasakan pada bibir pasien.
Pasien juga mengeluh gatal dan kemerahan pada seluruh tubuhnya sejak ± 30
menit setelah perawat memasukkan obat terutama pada tangan dan kakinya.
Gatal tidak berkurang dengan garukan. Pasien juga mengeluh mual setelah
timbul kemerahan pada seluruh tubuh ± 40 menit setelah memasukkan obat.
Mual tidak disertai dengan muntah. Mual dirasakan terus menerus, disertai
rasa tidak enak pada tenggorokan.
Pasien dikatakan oleh penunggunya sempat dikatakan seperti orang bingung.
Keluhan bingung tersebut terjadi sesaat setelah pasien mengeluh bengkak
pada bibir dan mual. Pasien sempat tidak mengenali penunggunya untuk
beberapa saat. Pasien juga mengeluhkan mencret sudah sebanyak dua kali
sejak tadi pagi, dengan konsistensi cair, ampas dikatakan sedikit, berwarna
kuning, volume ±200 cc. Darah segar dikatakan tidak ada. BAB berwarna
coklat juga disangkal oleh pasien. Pada pemeriksaan fisik general dan tanda
vital ditemukan edema palpebra pada pemeriksaan mata. Pada pemeriksaan
telinga,hidung dan tenggorokan, didapati edema pada bibir. Juga didapati
pada inspeksi eritema pada seluruh tubuh pasien. Nadi pasien lemah, regular
dan tidak kuat angkat. Temparatur aksilla pada saat pemeriksaan
menunjukkan pasien febris (39,1 C). Pada pemeriksaan laboratorium Darah
Lengkap yang dilakukan, ditemukan bahawa pasien mengalami Anemia
Ringan Hipokromik-Mikrositer dan Trombositopenia. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang lain, pasien didiagnosis
sebagai pasien Syok Anafilaksis (Paramartha, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Paramartha. (2017). Syok Anafilaktik Oleh Karena Obat. Ilmu Penyakit Dalam FK
Universitas Udayana/Rsup Sanglah.