Bahan Telaah Skripsi
Bahan Telaah Skripsi
Bahan Telaah Skripsi
) UNTUK
MEMPERTAHANKAN VIABILITAS SELAMA PENYIMPANAN
SKRIPSI
Disusun Oleh :
CADY NURCAHYADI PAKUKU UNO
1300854211001
Oleh:
CADY NURCAHYADI PAKUKU UNO
1300854211001
SKRIPSI
Dosen Pembimbing II
TIM PENGUJI
Ir. Nasamsir, MP
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan semesta alam
yang menciptakanku dengan sempurna serta telah memberikanku ilmu
pengetahuan serta cinta, kasih sayang, kesehatan, dan kekuatan sehingga saya
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam selalu ku
limpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
1. Bapak dan Ibu tercinta, penyemangat terbesar dalam hidupku yang tak
pernah jemu mendo’akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan
dan kesabaran mengantarku hingga kini. Tak lupa permohonan maaf
yang sebesar-besarnya, sedalam-dalamnya atas segala tingkah laku
yang tak selayaknya diperlihatkan yang membuat hati dan perasaan
Ibu dan Bapak terluka.
2. Saudariku, terima kasih atas motivasi yang tela diberikan serta do’a
yang selalu mengiringiku, maafkan kakakmu yang masih kurang
dalam hal memperhatikanmu.
3. Teruntuk Civitas Akademika Fakultas Pertanian Universitas
Batanghari, terima kasih atas segala bantuan selama ini dari awal
hingga akhir masa pendidikan di kampus.
4. Teruntuk rekan Agroteknologi, Agribisnis, dan Perikanan 2013, terima
kasih telah membantu serta memberikan semangat dalam menyusun
Skripsi ini.
5. Pak Agus, selaku pemilik kebun kakao yang telah memberikan
bantuan untuk menggunakan buah kakaonya dalam penelitian.
6. Para Sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian hingga ujian.
Penulis menyadari skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik.
INTISARI
CADY. Teknik Pengemasan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Untuk
Mempertahankan Viabilitas Selama Penyimpanan Dibimbing oleh Bapak Ir.
Nasamsir, MP dan Ibu Yulistiati Nengsih, SP., MP.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik pengemasan yang
tepat dalam mempertahankan viabilitas benih kakao (Theobroma cacao. L)
selama penyimpanan. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri satu faktor dengan perlakuan pengemasan kardus
berbagai ventilasi yang diberi cocopeat yaitu sebagai berikut: P0 pengemasan
kardus tanpa ventilasi, P1 pengemasan kardus dengan ventilasi 2%, P2
pengemasan kardus dengan ventilasi 4%, P3 pengemasan kardus dengan ventilasi
6%, dan P4 pengemasan kardus dengan ventilasi 8%. Setiap perlakuan diulang
sebanyak 3 kali sehingga terdapat 15 lot percobaan dan masing-masing lot berisi
40 butir benih kakao.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kakao yang dikemas dengan
menggunakan kardus berbagai ventilasi yang berbeda memberikan pengaruh yang
nyata terhadap persentase daya kecambah dalam penyimpanan, persentase daya
kecambah setelah penyimpanan, benih berjamur dan kecepatan berkecambah
setelah penyimpanan.
Perlakuan dengan pengemasan kardus tanpa ventilasi ternyata
menunjukkan hasil yang paling rendah pada parameter daya kecambah benih
dalam penyimpanan dan banyaknya jamur pada saat benih disimpan, dan ternyata
cocopeat yang tidak dapat digunakan sebagai media tanam untuk penyimpanan
benih kakao.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
diselesaikan dengan baik dengan judul Skripsi Teknik Pengemasan Benih Kakao
Nasamsir, MP. sebagai Pembimbing I dan kepada Ibu Yulistiati Nengsih, SP.,
dan saran yang telah diberikan selama penulis melaksanakan penyusunan Skripsi
ini. Semoga Skripsi ini dapat membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
INTISARI .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.3 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
1.4 Hipotesis .............................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6
2.1 Klarifikasi Tanaman Kakao ................................................................. 6
2.2 Syarat Tumbuh..................................................................................... 7
2.2.1 Iklim ........................................................................................... 7
2.2.2 Tanah .......................................................................................... 8
2.3 Benih Kakao ........................................................................................ 9
2.4 Kadar Air Benih ................................................................................... 10
2.5 Perkecambahan Benih ......................................................................... 10
2.6 Penyimpanan Benih ............................................................................. 11
2.7 Viabilitas Benih ................................................................................... 13
2.8 Kemasan .............................................................................................. 13
2.9 Cocopeat .............................................................................................. 14
III. METODE PENELITIAN........................................................................ 16
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................... 16
3.2 Bahan dan Alat .................................................................................... 16
3.3 Rancangan Percobaan .......................................................................... 16
3.4 Pelaksanaan Percobaan ........................................................................ 17
3.4.1 Persiapan Benih .......................................................................... 17
3.4.2 Persiapan Media Simpan ............................................................ 18
3.4.3 Persiapan Penyimpanan Benih ................................................... 18
3.4.4 Persiapan Perkecambahan .......................................................... 19
3.5 Parameter yang diamati ....................................................................... 19
3.5.1 Kadar Air Benih Awal dan Akhir .............................................. 19
3.5.2 Persentase Kadar Air .................................................................. 19
3.5.3 Persentase Daya Berkecambah dalam Penyimpanan ................. 20
3.5.4 Persentase Daya Berkecambah Setelah Penyimpanan ............... 20
3.5.5 Kecepatan Tumbuh Setelah Penyimpanan ................................. 20
3.5.6 Persentase Benih Berjamur dalam Penyimpanan ....................... 21
3.5.7 Identifikasi Jamur ....................................................................... 21
3.5.8 Pengamatan Sekunder ................................................................ 21
3.6 Analisis Data........................................................................................ 21
iii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 22
4.1 Suhu dan Kelembaban Ruang .............................................................. 22
4.2 Persentase Kadar Air Benih ................................................................. 22
4.3 Daya Kecambah Dalam Penyimpanan ................................................ 23
4.4 Daya Berkecambah Setelah Penyimpanan .......................................... 24
4.5 Kecepatan Tumbuh Setelah Penyimpanan .......................................... 26
4.6 Benih Berjamur Dalam Penyimpanan ................................................. 27
4.7 Identifikasi Jamur ................................................................................ 29
LAMPIRAN ....................................................................................................... 36
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
I. PENDAHULUAN
dilakukan sejak awal tahun 1980-an. Keadaan iklim dan kondisi alam yang sesuai
Pengusahaan tanaman kakao dilakukan oleh perkebunan besar negara dan swasta
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan untuk perkebunan
Utara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Pada tahun 2016 luas perkebunan
kakao yang dikelola oleh rakyat sebesar 1.659.598 hektar, sedangkan luas
perkebunan besar negara dan swasta masing-masing sebesar 15.101 hektar dan
Tabel 1. Jumlah luas, produksi, dan petani di Provinsi Jambi tahun 2015-2017
kakao, namun pada tahun 2017 terjadi penurunan. Jumlah petani yang
1
mengusahakan tanaman kakao juga meningkat setiap tahun walaupun tidak
signifikan. Kondisi ini menandakan bahwa minat petani masih tinggi untuk
Benih rekalsitran adalah benih yang cepat rusak (viabilitas menurun) apabila
diturunkan kadar airnya (12-31%) dan tidak tahan disimpan pada suhu dan
kelembaban rendah (Roberts 1973). Kadar air pada benih rekalsitran cukup tinggi,
Kakao tidak memiliki masa istirahat, daya simpan tertinggi hanya 20 hari
bila biji tetap dalam pod. Pada kondisi ini proses perkecambahan dihambat oleh
daging buah (pulp) akan tetapi cara ini membutuhkan volume yang besar, (80%
bagian dari buah kakao adalah pod) dan rentan terhadap serangan hama dan
penyakit. Apabila dikeluarkan dari pod, dalam waktu 3-4 hari benih akan segera
hasil tanamannya sendiri dengan identitas genetik yang tidak jelas. Pengadaan
benih dari jenis unggul dianggap membutuhkan dana yang cukup besar karena
harus memesan dari tempat lain yang sangat jauh. Selain itu, harus menerima
resiko penurunan viabilitas benih atau penurunan mutu fisiologis benih setelah
disimpan pada kondisi optimum (Bewley dan Black, 1994). Salah satu cara untuk
2
dikuasainya teknologi penanganan benih secara tepat, yaitu teknik penanganan
benih pada semua tahap kegiatan penanganan mulai dari benih dipanen sampai
dengan penyimpanan benih (Suita 2013; Yuniarti, Syamsuwida, dan Baeni 2013).
berkaitan dengan kondisi benih. Benih kakao termasuk benih yang tidak memiliki
Berkaitan dengan hal itu berbagai usaha untuk mencegah perkecambahan dalam
selama penyimpanan terhadap daya tumbuh benih, hasilnya benih kakao yang
disimpan di dalam kantong plastik yang diberi lubang aerasi, daya tumbuhnya
Penyimpanan benih yang baik untuk saat ini masih mengandalkan abu
sekam sebagai media simpan. Penurunan mutu benih dapat diperlambat melalui
utama adalah daya simpan benih (Yuniarti, Syamsuwida, dan Aminah 2013).
Media simpan yang digunakan pada umunya adalah abu sekam dan serbuk sabut
kelapa. Salah satu yang dapat digunakan dalam penyimpanan benih adalah serbuk
sabut kelapa (cocopeat). Serbuk sabut kelapa yang memiliki kemampuan untuk
menyerap air 6 sampai 8 kali bobot keringnya. Serbuk sabut kelapa di dalamnya
terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa
3
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), dan Fospor (P)
gymnorrhiza tanaman bakau pada ruang AC dengan media sabut kelapa mampu
dibutuhkan media yang dapat menahan kadar air agar keadaan benih dapat
bertahan lebih lama. Manfaatnya, jika dibawa ke area yang susah mendapatkan
jalur transportasi diharapkan benih tersebut dapat tumbuh dengan baik. Salah satu
solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kotak kardus dan
didalamnya diberi cocopeat. Dalam hasil penelitian Yuniarti dan Djaman (2015),
wadah pengemasan yang terbaik untuk benih bakau adalah kotak kardus yang di
yang fungsional, murah, dan dapat didaur ulang. Selain tahan guncangan,
memungkinkan kondisi benih tetap aman. Pengemasan juga dapat berguna untuk
kelembaban.
benih kakao secara maksimal selama disimpan, diperlukan aerasi yang baik di
sekitar benih. Menyimpan benih kakao dalam tempat yang tertutup rapat tanpa
4
Menurut hasil penelitian Supriati (2013) Cabai merah yang dikemas
warna merah dengan baik hingga penyimpanan hari ke-10. Sehingga dengan
hidup benih.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
penyimpanan.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
1.4 Hipotesis
penyimpanan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Cheesman (1974) dalam Wood dan Lass (1985) kakao dibagi tiga
kelompok besar, yaitu criollo, forastero dan trinitario. Salah satu sifat criollo
adalah pertumbuhannya kurang kuat, daya hasilnya lebih rendah dari forastero,
relatif gampang terserang hama dan penyakit. Permukaan kulit criollo kasar,
berbenjol-benjol, dan alur-alurnya jelas. Kulit ini tebal tapi lunak sehingga mudah
dipecah. Kadar lemak dalam biji lebih rendah daripada forastero tetapi ukuran
bijinya besar, bulat, dan memberikan citarasa khas yang baik. Lama fermentasi
bijinnya lebih singkat daripada tipe forastero. Dalam tata niaga kakao criollo
termasuk kelompok kakao mulia (fine flavoured), sementara itu kakao forastero
hibrida criollo dengan forastero. Sifat morfologi dan fisiologinya sangat beragam,
demikian juga daya dan mutu hasilnya. Dalam tata niaga, kelompok trinitario
dapat masuk ke dalam kakao mulia dan lindak, bergantung pada mutu bijinya.
6
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1 Iklim
baik dengan fungsi utama menahan sebagian sinar matahari dan angin kencang.
dan tetesan air hujan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
umur tanaman. Intensitas cahaya matahari bagi tanaman kakao yang berumur
antara 12-18 bulan sekitar 30-60% dari sinar penuh, sedangkan untuk tanaman
Kebutuhan curah hujan sekitar 1100-3000 mm per tahun. Tanaman ini tidak
dan kerusakan daun. Suhu yang ideal bagi pertanaman kakao, untuk suhu
maksimum berkisar antara 30-32oC dan suhu minimum berkisar antara 18-21oC.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan daun adalah kelembaban
nisbi. Tanaman kakao yang tumbuh pada areal yang mempunyai kelembaban
nisbi antara 50-60% mempunyai daun yang lebat dan berukuran besar,
7
nisbi yang tinggi, daun cenderung keriting dan menyempit pada ujung daun. Di
samping itu pula dengan kelembaban nisbi yang tinggi, dapat menimbulkan
2.2.2. Tanah
Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang bila musim hujan
drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Hal ini dapat
terpenuhi bila tanah memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50 %,
fraksi debu sekitar 10-20% dan fraksi lempung sekitar 30-40%. Jadi tekstur tanah
yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat
Kakao memerlukan pH tanah yang netral atau berkisar 5,6-6,8 agar dapat
tumbuh dengan baik. Sifat ini khusus berlaku untuk tanah atas (top soil),
sedangkan tanah bawah (subsoil) keasaman tanah sebaiknya netral, agak asam
atau agak basa. Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik
tinggi, yaitu diatas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki
struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorpsi) hara, dan daya
simpan lengas tanah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Tanaman kakao menghendaki tanah yang mudah diterobos oleh air tanah
dan tanah harus dapat menyimpan air tanah terutama pada musim kemarau. Aerasi
dan drainase yang baik sehingga tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao
adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Wood and Lass, 1987).
tanah yang diperlukan adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40%
fraksi liat, 50% pasir dan 10-20% debu. Tanah yang banyak mengandung humus
8
dan bahan organik dengan pH antara 6,0-7,0, kedalaman air + 3 meter dan
Pada umur 143-170 hari buah telah mencapai ukuran maksimal dan mulai
masak yang ditandai dengan perubahan warna kulit buah yang semula berwarna
hijau muda dan hijau akan berubah menjadi kuning sedang buah yang berwarna
merah atau merah muda berubah menjadi jingga. Lamanya pemasakan buah
penanganan yang khusus. Benih rekalsitran sangat rentan terhadap suhu dan
pengeringan ekstrim. Benih rekalsitran dapat berasal dari buah kering dan buah
dikenakan di bawah sinar matahari langsung. Di sisi lain kalau benih tidak
(Utomo, 2006).
dengan menggunakan benih yang berasal dari sembarang biji tidak dibenarkan.
Benih diambil dari tanaman kakao yang sudah berproduksi, baik dari pertanaman
kakao klonal maupun kakao hibrida. Biji kakao yang baik untuk benih adalah
9
berukuran besar, bernas (tidak kosong), bebas dari hama penyakit dan biji tidak
mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan
cukup kering penting untuk segera dipanen atau benihnya masih berkadar air
tinggi yang juga harus segera dipanen (Justice dan Bass, 1990).
Kondisi benih rekalsitran bergantung pada kondisi akhir kadar air benih
setelah penyimpanan, makin tingginya kadar air benih setelah disimpan akan
semakin tinggi pula viabilitas benih tersebut (Hereri, 1993). Tanaman kakao
memerlukan kadar air tertentu untuk dapat disimpan lama dan tetap mempunyai
menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara
demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga.
ketidakcocokan suhu perkecambahan, kadar air biji yang tidak memadai, umur
10
fisiologis biji belum cukup, kemunduran viabilitas biji atau biji dalam keadaan
benih, permeabilitas kulit benih dan air yang terdapat di sekitar benih baik dalam
betuk cairan maupun dalam bentuk uap (Sadjad, 1983), hal ini sesuai yang
yang berasal dari materi-materi koloid yang dikandung terutama protein dan pati.
Untuk mendapatkan benih yang baik, sebelum disimpan biji harus benar-
benar masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Buah matang
dicirikan oleh perubahan warna kulit dan buah yang lepas dari kulit bagian dalam.
viabilitas awal tersebut, yang tidak dapat dihentikan lajunya (Sutopo, 1985).
beberapa biji dapat hidup lama bila terendam dalam air (misalnya juncus sp.
terbenam selama tujuh tahun atau lebih). Berbagai biji lokal seperti biji kapri dan
kedelai, tetap mapu tumbuh lebih lama bila kandungan airnya diturunkan dan biji
disimpan pada suhu rendah. Penyimpanan dalam botol pada suhu sedang sampai
tinggi biasanya menyebabkan biji kehilangan air, dan sel akan pecah bila biji
diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan
bahan yang baik bagi pertumbuhan patogen (Salisbury and Ross, 1995) .
11
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling
mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan
cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air
tinggi yang juga harus segera dipanen. Benih berkadar air 54% disimpan pada
suhu 30°C selama 45 jam kehilangan daya kecambah sebanyak 20%. Tetapi benih
berkadar air 44% akan tahan pada suhu 45°C selama 36 jam tanpa kehilangan
viabilitasnya. Benih berkadar air 22% dan 11% tidak menunjukkan kehilangan
viabilitas pada suhu 50°C selama 45 jam (Justice dan Bass, 1994).
kantong plastik yang diberi lubang aerasi. Dengan cara seperti ini, ternyata masih
ditentukan oleh kadar air benih, jenis benih, tingkat kematangannya serta
yang melakukan respirasi), dimana respirasi ini menghasilkan panas dan air dalam
benih maka makin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung dengan cepat
12
Penurunan kadar air benih kakao setelah penyimpanan dua minggu belum
penyimpanan benih empat minggu viabilitas maupun vigor benih telah mengalami
penurunan. Oleh karena itu benih kakao apabila tidak disimpan dengan baik
dengan perlakuan khusus dapat cepat berkecambah selama 3-4 hari serta dalam
(Prawoto, 2008).
Sadjad, (1994) mengatakan Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang
benih adalah muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih
menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang
pertumbuhan kecambah.
2.8. Kemasan
kemasan yang bisa digunakan, seperti kardus, plastik, dan styrofoam. Kardus atau
paperboard adalah istilah umum dalam industri kertas untuk lembaran yang
13
terbuat dari serat kayu murni atau kertas daur ulang. Berat material kertas diukur
kurang dari 0,010 inci disebut kertas; sementara semua yang lebih tebal dari
0,010 inci disebut kardus. Umumnya kardus dibuat dalam ukuran ketebalan
plastik tersebut bisa kaku atau fleksibel, bening, putih atau berwarna, transparan
dan dapat dicetak kedalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
2.9. Cocopeat
penguraian sabut kelapa. Proses pengolahan serbuk kelapa terdiri atas penguraian
kondisi cuaca. Sabut kelapa banyak mengandung unsur hara, dengan K dan Cl
merupakan unsur dominan. Sifat fisik sabut kelapa antara lain memiliki porositas
95% dan densitas kamba atau bulk density± 0,25 gram/ml (Manzeen dan Van
Holm, 1993).
Salah satu kekurangan dari cocopeat adalah banyak mengandung zat tanin.
14
tanaman. Untuk menghilangkan zat tanin yang berlebihan maka dapat dilakukan
dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih. Proses perendaman yang
kurang sempurna dapat menyebabkan zat tanin belum hilang seluruhnya, sehingga
maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama
beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air
rendaman dan diganti dengan air bersih yang baru, hal ini dilakukan beberapa kali
15
III. METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kakao lindak yang
telah masak fisiologis yang diambil dari perkebunan rakyat Desa Betung Kumpeh
media cocopeat, pasir, plastik bening 2 kg, abu gosok, bak perkecambahan (tray),
air, fungisida Dithane M-45, aquadest, kapur barus, wajan, dan kompor gas.
kamera mini, pelobang kertas, pipa diameter 2,5 cm dan peralatan alat tulis.
Perlakuan kemasan yang dicobakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
16
Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 lot percobaan yang
mana masing-masing lot berisi 40 butir benih kakao dengan total benih kakao 600
butir. Lot benih kakao tersebut disimpan dalam ruang penyimpanan, disusun
Yij = µ + Fi + ∑ ij
Keterangan :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum
Fi = Pengaruh perlakuan ventilasi ke-i
∑ ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Buah kakao yang diambil adalah buah kakao yang telah masak fisiologis
dari pohon yang berumur lebih dari 6 tahun. Buah masak yang diambil 2/3 bagian,
setelah buah dibelah menggunakan pemukul kayu maka calon benih diambil dan
segera dilepaskan dari pulpnya dengan bantuan abu gosok. Pelepasan pulp
Setelah pulp lepas, benih direndam sebentar untuk melihat benih yang
baik. Benih yang diambil adalah benih yang tenggelam di air, sedangkan benih
yang melayang tidak digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya benih ditiris dan
disortir, hal ini untuk mendapatkan benih yang seragam, dan beberapa benih
17
Sebelum dilakukan pengemasan, benih terlebih dahulu direndam dengan
larutan Dithane M-45 2 gram/liter selama 15 menit setelah itu benih dikering
anginkan.
Media simpan yang akan digunakan adalah serbuk sabut kelapa (cocopeat)
yang diletakan di kardus. Cocopeat kemudian direndam selama satu jam, lalu
diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air rendaman dan diganti
dengan air bersih yang baru, hal ini dilakukan beberapa kali sampai tidak
80°C sekitar dua jam. Setelah itu cocopeat ditakar 200 gram untuk masing-masing
kelembabannya.
lubang berukuran diameter 2,5 cm. Setelah itu cocopeat yang sudah disterilkan
dimasukan kedalam kardus lalu disimpan 40 butir benih diatas cocopeat tersebut
dilaksanakan setiap hari. Kemudian untuk mengantisipasi dari hama semut maka
18
3.4.4. Persiapan Perkecambahan
pasir disangrai menggunakan kompor gas selama 1 jam untuk sterilisasi dan
didinginkan, kemudian pasir diletakan di dalam bak tray agar benih dapat
semprot dengan fungisida. Benih yang dikecambahkan adalah semua benih yang
Kadar air benih diukur sebelum dan setelah benih disimpan dengan
KA = 100%
Keterangan :
KA= Kadar air benih
M1= berat cawan + tutup kosong
M2= berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan
M3= berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan
Persentase kadar air diukur setelah mengetahui hasil dari kadar air awal
Keterangan:
B1 = Kadar air benih awal
B₂ = Kadar air benih akhir
19
3.5.3. Persentase Daya Berkecambah dalam Penyimpanan
(1993) dengan cara menghitung benih yang berkecambah setiap tiga hari sampai
Parameter ini dihitung setelah benih disimpan selama 12 hari dan setelah
%Perkecambahan = x 100
setelah penyimpanan, jumlah kecambah normal yang tumbuh setiap hari mulai
berikut :
"#
= (% )=!
$
Keterangan :
N : Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
t : waktu pengamatan ke-i
tn : waktu akhir pengamatan
1etmal : 1 hari
20
3.5.6. Persentase Benih Berjamur dalam Penyimpanan
penyimpanan mulai hari ke-1 sampai hari ke-12, dan benih yang berjamur
CX22Led, jenis jamur yang diketahui dari mikroskop disesuaikan dengan gambar
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut ini :
bila dilihat suhu ruangan dan kelembaban ruangan maka penyimpanan benih
Hasil pengukuran kadar air menunjukkan benih kakao yang dikemas dengan
Tabel 3. Rata-rata Kadar Air Benih Setelah Disimpan Selama 12 Hari Pada
Kardus dengan berbagai ventilasi
diantara perlakuan lain diduga karena tidak adanya pertukaran O2 dan CO2
menyebabkan proses respirasi dapat ditahan dengan maksimal. Efek dari tidak
22
adanya pertukaran udara mengakibatkan suhu didalam kardus menjadi tidak
teratur sehingga membuat benih berkecambah dan juga disebabkan karena etilen
Pada perlakuan P1, P2, P3, dan P4 menujukkan bahwa kadar air tetap
tinggi diduga karena suhu diluar kardus berventilasi terlalu rendah sehingga
mengakibatkan terjadinya penekanan kadar air pada benih dan dapat berakibat
benih terhambat.
Tabel 4
23
persentase benih berkecambah yang paling besar sedangkan perlakuan P1, P2, P3
ditahan dan menunjukkan nilai tinggi (54,17), hal ini disebabkan tidak adanya
bahan yang dapat membatasi ketersediaan air dan O2 pada benih serta didukung
pula dengan keadaan kadar air awal yang tinggi. Air yang terdapat disekitar benih
diserap oleh benih sehingga aktifitas dari enzim amylase menjadi aktif dalam
mencerna pati dan lemak yang terdapat pada cadangan makanan guna
aksis untuk tumbuh. Syamsu et al., (2003) dalam Suryato (2013) menyebutkan
bahwa ada dua faktor yang memengaruhi daya berkecambah benih selama
cocopeat yang menyerap air, pada awalnya diharapkan cocopeat dapat menjaga
suhu didalam kardus namun malah sebaliknya, dengan adanya air yang tersimpan
kecambah setelah disimpan 14 hari. Hasil uji lanjut DNMRT 5% dapat dilihat
pada Tabel 5.
24
Tabel 5. Rata-rata Persentase Daya Kecambah Setelah penyimpanan selama 14
Hari. Data ditransformasikan menggunakan rumus =SQRT(data asli+0,5)
Perlakuan Data Asli Data Trasnformasi Notasi
P0 8,33 2,16 a
P2 16,48 4,11 ab
P1 19,40 4,42 ab
P3 24,36 4,98 b
P4 28,68 5,39 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT 5%
dan P1, namun menujukkan beda nyata dengan perlakuan P3 dan P4. Perlakuan
P2, P1, P3 dan P4 juga memberikan perbedaan yang tidak nyata antara
menggunakan kardus tanpa ventilasi setelah penyimpanan. Hal ini diduga kardus
CO2 sehingga laju respirasi berlangsung minimal dan benih terhindar dari
respirasi aerobic. Hasil percobaan oleh Toruan (1985) dalam Lodong O, Tambing
dan Adrianton (2015), bahwa penyimpanan benih kakao dalam kondisi anaerobik
memperlihatkan laju penurunan daya berkecambah benih lebih cepat dari pada
kondisi aerobik.
25
meningkat yang diduga oleh faktor eksternal, peningkatan suhu sekitar benih,
karena banyaknya jumlah benih yang telah berkecambah dan berjamur saat
setelah disimpan 14 hari. Uji lanjut DNMRT 5% dapat dilihat pada Tabel 6.
berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3, dan P4. Perlakuan P1 berbeda tidak
nyata dengan perlakuan P2 dan P3, tetapi berbeda nyata dengan P4. Perlakuan P1,
P2, P3, dan P4 memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata sesamanya.
dikemas dengan kardus tidak berventilasi 0,07 % sedangkan benih kakao yang
26
ini terdapat penurunan kecepatan berkecambah setelah benih disimpan 12 hari.
Hal ini karena cadangan makanan sudah mulai berkurang dan aktifitas enzim
kardus berbagai ventilasi berbeda nyata terhadap persentase benih berjamur dalam
penyimpanan selama 12 hari uji lanjut DNMRT taraf 5% terlihat pada Tabel 7.
perlakuan lainnya, tetapi antara perlakuan P4, P1, P3, dan P2 menunjukkan
sebagai tempat utama terjadinya kontaminasi dan Ventilasi yang kurang sesuai
27
penyimpanan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan
kelembaban tinggi dalam kardus tidak berventilasi. Dalam percobaan ini setiap
benih berjamur dikeluarkan dari lot, akan tetapi dalam pengeluaran benih yang
kardus. Dan juga kodisi kardus tanpa sterilisasi ditambah dengan kondisi didalam
Selain perlakuan P0 atau yang memiliki ventilasi baik 2%, 4%, 6% dan
8% ternyata benih dapat diserang jamur juga tetapi jumlahnya dapat ditekan hal
ini disebabkan oleh adanya pertukaran O2 dan CO2 dalam kardus yang
menyebabkan sirkulasi udara sekitar benih tidak menjadi lembab dan tidak
28
4.7 Identifikasi Jamur
Pengamatan secara Makroskopis pada benih yang terserang jamur
menunjukkan adanya individu benih yang di kelilingi oleh hipa-hipa jamur yang
berwarna putih, yang lama kelamaan menjadi hitam. Bagian benih yang banyak
adalah jenis Aspergilus. Spp (Hartawan dan Hayata, 2006) seperti pada gambar 1
dan 2.
29
tersebut tergolong jenis jamur yang menyerang benih kakao dalam penyimpanan
Menurut Kusuma (2004) dalam Pujianti (2018) bahwa tepung terigu yang
menjadi bahan pangan mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi, yang
mikroorganisme, dari pendapat tersebut diketahui bahwa jamur juga dapat tumbuh
jika benih mempunyai kadar gula yang tinggi karena pada awalnya benih kakao di
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
penyimpanan.
5.2 Saran
Untuk dapat mengetahui pengaruh pengemasan kardus dengan berbagai
benih, dan untuk media simpan cocopeat tidak dianjurkan dipakai karena tidak
dapat menekan kadar air sehingga berpengaruh terhadap kondisi benih kakao
31
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, L.O and McDonald, M.B. 2001. Principles of Seed Science and
Technology. Kluwer Academic Publishers, London.
32
Klimchuk, M.R. dan Krasovec, S.A., (2006). Desain Kemasan Perencanaan
Merek Produk yang berhasil Mulai dari konsep sampai Penjualan. New
York: Erlangga.
Kusmana, C., F.M. Kalingga dan D. Syamsuwida. 2011. Pengaruh media simpan,
ruang simpan dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih Rhizophora
stylosa Griff. Jurnal Silvilkultur Tropika, 3(1):82-87
Lodong, O., Tambing Y,. dan Adrianton. 2015. Peranan Kemasan Dan Media
Simpan Terhadap Ketahanan Viabilitas dan Vigo Benih Nangka
(Artocarpus heterophyllus Lamk) Kultivar Tulo-5 Selama Penyimpanan.
e-J. Agrotekbis 3(3): 303-315, Juni 2015.
Manzeen dan Van Holm, 1993 dalam Sekar Insani Sumunaringtyas, (2000). Studi
Netralisasi Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) Sebagai Media
Tanam. Fakultas Teknologi Pertanian, Institute Pertanian Bogor.
Mukkun, L. Dan Henuk, J, B.D. 2017. Mikotoksin Pada Bahan Pangan. Kupang
Poedjiwidodo, M. S., 1996. Sambung Samping Kakao. Trubus Agriwidya, Jawa
Tengah
Pramono, E. 2009. Perkecambahan Benih, Bahan Kuliah Dasar Dasar Teknologi
Benih. Lampung: Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Pujiati, W. 2018. Identifikasi Jamur Aspergillus sp Pada Tepung Terigu Yang
Dijual Secara Terbuka (Studi di Pasar Legi Jombang). Karya Tulis Ilmiah
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004, Paduan Lengkap Budidaya
Kakao, 13, Jakarta, Agromedia Pustaka.
Pursglove, J. W., 1997. Tropical Crops Dicotyledones. John Willey and son Inc.
New York.
Rahadjo, 1985. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Daya Hidup Benih Coklat.
BPP. Jember
Rahardjo, P. 2012. Pengaruh Pemberian Sekam Padi Sebagai Bahan Desikan Pada
Penyimpanan Biji TerhadapDaya Tumbuh Dan Pertumbuhan Bibit Kakao.
Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia. Jember.
Rahardjo. P dapn Winarsih, 1993. Penguruh Kalsium Hipoklorit Terhadap Daya
Tumbuh Benih Kakao. Pelita Perkebunan. Vol. 9. No: 1. Yogyakarta.
Rahmawati, 2001. Pengaruh Subtat Simpan Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih
Kakao. Skripsi Universitas Jambi
Roberts EH. 1973. Predicting the srorage life of seed. Seed Science and
Technology 1:499-541
33
Sadjad, 1983. Parameter Pengujian Vigor Benih Dari Komperatif Simulatif.
Gasindo. Jakarta.
Syamsu, W., Yubiarti N., Kurniaty R., dan Abidin, Z. (2003). Teknik penanganan
benih orthodok. (buku 1). Bogor: Badan Penelitian dan pengembangan
Kehutanan; Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan.
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum: Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 150-154.
Toruan, N. 1985. Pengaruh Kondisi Penyimpanan terhadap Kandungan Metabolik
dan Viabilitas Benih Coklat. Penyimpanan dalam berbagai tingkatan
kelembaban nisbi udara. BPP, Bogor. Menara Perkebunan 54 (3): 68-75
Usmawati N. 2014. Uji Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao. L) Pada
Berbagai Media Simpan dan Lama Penyimpanan. Skripsi Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Utomo B., 2006. Karya Ilmiah: Ekologi Benih. USU Repository 2006
Wood, G.A.R. dan R.A. Lass. 1985. Cocoa. 4th Edition. Longman, New York.
34
Yuniarti N dan Djaman D.F. 2015. Teknik pengemasan yang tepat untuk
mempertahankan viabilitas benih bakau (Rhizophora apiculata) selama
penyimpanan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon Vol.1 No.6: 1438-1441
Yuniarti N, Syamsuwida D, Aminah A. 2013. Dampak Perubahan Fisiologi dan
Biokimia Benih Eboni (Dyospiros celebica. Bakh.). Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman Vol.10 No.2: 65-71.
Yuniarti N, Syamsuwida D, Baeni E. 2013. Mempertahankan Mutu Benih
Tanaman Hutan Melalui Metoda Penyimpanan Yang Tepat. Gelar
Teknologi Perbenihan. Kerjasama Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
Tanaman Hutan dengan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Bandung.
12 Agustus 2013.
35
Lampiran 1. Denah Percobaan
Keterangan:
1, 2, 3 : Ulangan
1 Lot : 40 butir
36
Lampiran 2. Perhitungan luas ventilasi pada bahan pengemas.
Kemasan Kardus
= 2((27x16)+(27x15)+(16x15))
Ventilasi 2%
= 2% x 2154 cm2
= 43.08 cm2
Ventilasi 4%
= 4% x 2154 cm2
= 86.16 cm2
37
Ventilasi 6%
= 6% x 2154 cm2
= 129.24 cm2
Ventilasi 8%
= 8% x 2154 cm2
= 172.32 cm2
38
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Persentase Benih Berjamur Dalam Penyimpanan
Selama 12 Hari.
Ulangan
Kode Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 37.50 37.50 45.00 120.00 40.00
P1 27.50 25.00 15.00 67.50 22.50
P2 20.00 25.00 25.00 70.00 23.33
P3 22.50 22.50 22.50 67.50 22.50
P4 22.50 22.50 20.00 65.00 21.67
Grand Total 390.00
Rerata Umum 26.00
FK = Tij2 : rxt
= 3902 : 3x5
= 10.140
JKT = T(Yij2) - FK
= 885.00
JKP = (TA2 : r) - FK
= 739.167
= 885.00 – 739.167
= 145.833
Anova
SK DB JK KT Fhit Ftab 5%
Perlakuan 4 739.167 187.792 12.671 .001
Error 10 145.833 14.583
Total 14 885.00
39
KK = √KTG : y x 100%
= √14.583 : 26 x 100%
= 14.69%
Hasil Uji DNMRT Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Benih Berjamur Dalam
Sy = √(KTG : r)
= √(14.583 : 3)
= 2.20
Subset α = 0.05
Kode Perlakuan Notasi
1 2
P4 21.6667 a
P1 22.5000 a
P3 22.5000 a
P2 23.3333 a
P0 40.0000 b
40
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Persentase Daya Kecambah Benih Dalam
Ulangan
Kode Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 57.00 60.00 55.00 172.00 57.33
P1 10.00 17.50 5.00 32.50 10.83
P2 2.50 10.00 7.50 20.00 6.67
P3 7.50 7.50 2.50 17.50 5.83
P4 2.50 7.50 7.50 17.50 5.83
Grand Total 259.50
Rerata Umum 17.298
Transformasi
Ulangan
Kode Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 49.00 50.75 47.85 147.33 49.11
P1 18.43 24.72 12.92 56.07 18.69
P2 9.09 18.43 15.89 43.41 14.47
P3 15.89 15.89 9.09 40.87 13.62
P4 9.09 15.89 15.89 40.87 13.62
Grand Total 328.55
Rerata Umum 21.90
FK = Tij2 : rxt
= 328.552 : 3x5
= 7196.340
JKT = T(Yij2) - FK
= 3011.758
JKP = (TA2 : r) - FK
= 2828.698
41
JKE = JKT - JKP
= 3011.758 – 2828.698
= 183.060
Anova
SK DB JK KT Fhit Ftab 5%
Perlakuan 4 2828.698 707.175 38.631 .000
Error 10 183.060 18.306
Total 14 3011.758
KK = √KTG : y x 100%
= 19.54%
Hasil Uji DNMRT Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Kecambah Benih Dalam
Sy = √(KTG : r)
= √(18.306 : 3)
= 2.47
Subset α = 0.05
Kode Perlakuan Notasi
1 2
P3 13.6233 a
P4 13.6233 a
P2 14.4700 a
P1 18.6900 a
P0 49.1100 b
42
Lampiran 5. Hasil Pengamatan Persentase Daya Kecambah Benih Setelah
Ulangan
Kode Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 0 0 25.00 25.00 8.33
P1 24.00 21.70 12.50 58.20 19.40
P2 19.35 13.88 16.20 49.43 16.48
P3 21.40 25.00 26.67 73.07 24.36
P4 33.33 28.57 24.14 86.04 28.68
Grand Total 291.74
Rerata Umum 19.45
Transformasi:
Ulangan
Kode Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 0.71 0.71 5.05 6.47 2.16
P1 4.95 4.71 3.61 13.27 4.42
P2 4.46 3.79 4.09 12.34 4.11
P3 4.68 5.05 5.21 14.94 4.98
P4 5.82 5.39 4.96 16.17 5.39
Grand Total 63.19
Rerata Umum 4.21
FK = Tij2 : rxt
= 63.192 : 3x5
= 266.198
JKT = T(Yij2) - FK
= 33.090
JKP = (TA2 : r) - FK
= 18.769
43
JKE = JKT - JKP
= 33.090 – 18.769
= 14.321
Anova
SK DB JK KT Fhit Ftab 5%
Perlakuan 4 18.769 4.692 3.276 .058
Error 10 14.321 1.432
Total 14 33.090
KK = √KTG : y x 100%
= 28.42%
Hasil Uji DNMRT Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Kecambah Benih Setelah
Sy = √(KTG : r)
= √(1.432 : 3)
= 0.69
Subset α = 0.05
Kode Perlakuan Notasi
1 2
P0 2.1567 a
P2 4.1133 4.1133 ab
P1 4.4233 4.4233 ab
P3 4.9800 b
P4 5.3900 b
44
Lampiran 6. Hasil Pengamatan Persentase Kecepatan Berkecambah Setelah
Ulangan
Kode Perlakuan Total Rerata
1 2 3
P0 0 0 0.20 0.20 0.07
P1 1.57 1.37 0.61 3.55 1.18
P2 1.51 1.22 1.48 4.21 1.40
P3 1.74 1.70 2.09 5.53 1.84
P4 2.70 1.79 1.62 6.11 2.04
Grand Total 19.60
Rerata Umum 1.306
FK = Tij2 : rxt
= 19.602 : 3x5
= 25.61067
JKT = T(Yij2) - FK
= 02 + 02 + . . . + 1.622 - FK
= 8.506
JKP = (TA2 : r) - FK
= 7.149
= 8.506 – 7.149
= 1.357
Anova
SK DB JK KT Fhit Ftab 5%
Perlakuan 4 7.149 1.787 13.170 .001
Error 10 1.357 0.136
Total 14 8.506
45
KK = √KTG : y x 100%
= 28.24%
Sy = √(KTG : r)
= √(0.136 : 3)
= 0.21
46
RIWAYAT HIDUP
SD Negeri Pandak 2, dan SD Negeri 3 Beji pada tahun 2004 karena kondisi
Bina Teknologi Purwokerto. Setelah lulus dari sekolah penulis sempat berhenti
untuk melanjutkan pendidikan dan pada tahun 2013 mendaftarkan diri dan