Anak Berkebutuhan Khusus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas


dalam Mata Kuliah Dasar-Dasar PIAUD
Dosen Pengampu Suraningsih, M.Pd

Oleh:
Fitri Wulansari NIM 13023003

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


PRODI PIAUD
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan berkah Ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Anak Berkebutuhan Khusus” tanpa ada suatu halangan.
Shalawat serta salam selalu tercurahkah kepada Nabi Agung Muhammad
saw, yang telah dinanti nantikan syafa’atnya di Yaumul Akhir.
Dalam penyusunan makalah ini banyak bantuan yang penulis terima. Oleh
karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu memberi doa dan restu
2. Dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar PIAUD
3. Semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Allah SWT.
Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran masih penulis harapkan untuk perbaikan
selanjutnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pati, 3 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................1
KATA PENGANTAR .................................................................................2
DAFTAR ISI ...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................5
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................5
D. Manfaat Penulisan .........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................6
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ........................................6
B. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus .............................................7
C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ..............................8
BAB III PENUTUP ......................................................................................12
A. Kesimpulan ....................................................................................12
B. Saran ..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problem dalam
belajar, hanya saja problem tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan
perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang
bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya cukup berat sehingga
perlu mendapatkan perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa
atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs),
memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika
mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak-anak sebaya lainnya dalam
sistem pendidikan reguler ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan
perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang
optimal.

Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang


dipersiapkan oleh guru di sekolah, ditujukan agar peserta didik mampu
berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara
khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan
pada kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi ini terdiri dari empat ranah
yang perlu diukur meliputi kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi
sehari-hari dan kompetensi akademik.

Sehingga diperlukan pemahaman yang baik dan benar mengenai Anak


Berkebutuhan Khusus (ABK) dan pendidikan kebutuhan khusus. Oleh karena
itu, kelompok kami menguraikan konsep anak kebutuhan khusus dan
pendidikan kebutuhan khusus dalam makalah ini. Dan pada gilirannya

4
diharapkan para pembaca memiliki sifat yang positif dan pendirian bahwa
setiap anak itu beragam, dan keragaman itu sebuah kenyataan yang harus
diterima dan di akomodasi melalui pembelajaran di sekolah.

Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis ingin membahas tentang
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui pendekatan institusional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana konsep anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana faktor penyebab anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian anak berkebutuhan khusus.
2. Menjelaskan konsep anak berkebutuhan khusus.
3. Menjelaskan faktor penyebab anak berkebutuhan khusus.

D. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan pemahaman atau wawasan terkait dengan anak
berkebutuhan khusus.
2. Meningkatkan pemahaman pembaca tentang metode anak berkebutuhan
khusus.
3. Meningkatkan pemahaman pembaca tentang faktor penyebab anak
berkebutuhan khusus.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus anak yang memiliki keterbatasan fisik,
intelektual, emosi, dan sosial. Anak-anak ini dalam perkembangannya
mengalami hambatan sehingga tidak sama dengan perkembangan anak
sebayanya. Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan khusus membutuhkan
suatu penanganan yang khusus. Anak yang mempunyai keter batasan fisik
belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial. Namun,
apabila seorang anak mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial,
biasanya mempunyai keterbatasan fisik. Tidak mudah untuk mengetahui
bahwa seorang anak dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus,
sehingga diperlukan derajat dan frekuensi penyimpangan dari suatu norma.
Seorang anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang berbeda dari norma
sedemikian signifikan dan sedemikian sering sehingga merusak keberhasilan
mereka dalam aktivitas sosial, pribadi atau pendidikan.

Santrock, (2009) menyebut anak berkebutuhan khusus dengan istilah


special needs yaitu seseorang atau anak yang memiliki keterbatasan dalam
fungsi kognitif, fisik maupun emosi yang menghalangi kemampuan anak
tersebut untuk berkembang, baik yang terklasifikasi dalam kesulitan belajar,
ADHD, retardasi mental, gangguan fisik, sensoris, gangguan bicara dan
bahasa, autisme maupun gangguan emosi dan perilaku.

Mangunsong, (2009) mendefinisikan anak berkebutuhan khusus


yaitu anak yang menyimpang dari rata-rata anak yang normal dalam hal ciri-
ciri mental, kemampuan-kemampuan sensoris, fisik dan neuromuskuler,
perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun
kombinasi dua atau lebih dari hal-hal di atas, sejauh mereka memerlukan

6
modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau layanan terkait, yang
ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitas secara maksimal.
Namun demikian, definisi ini merupakan definisi yang sama dan
memunculkan beberapa istilah penting yang membutuhkan perhatian seperti
apa yang dimaksud siswa pada umumnya.

Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat


diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami
gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana
anak-anak pada umumnya.

B. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus


Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategori menjadi
dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara
(temporer) dan anak berkebutuhan khusus menetap (permanen).

a) Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara (Temporer)


Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara temporer adalah
anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan
disebabkan oleh faktor eksternal. Misalnya anak yang mengalami
gangguan emosi karena trauma akibat pelecehan seksual sehingga anak
ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat
sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat
boleh jadi akan menjadi permanen. Anak seperti ini memerlukan layanan
pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan
hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah
khusus. Di sekolah bisa banyak sekali anak-anak yang mempunyai
kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan oleh karena itu mereka
memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut pendidikan
kebutuhan khusus.

7
b) Anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (Permanen)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-
anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan
yang bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu
seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan
perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak motorik,
gangguan interaksi atau komunikasi, gangguan sosial, emosi dan tingkah
laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen
sama artinya anak yang menyandang kecacatan.

Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan


atau kata lain anak menyandang kecacatan, tetapi anak berkebutuhan
khusus mencakup spektrum yang luas, yaitu melalui anak berkebutuhan
khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen (penyandang
cacat). Oleh karena itu, apabila menyebut anak berkebutuhan khusus
selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak menyandang cacat. Jadi
anak menyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak
berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, konsekuensi logisnya adalah
lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas,
berbeda dengan lingkungan garapan pendidikan luar biasa yang hanya
menyangkut anak menyandang cacat.

C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus


Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode
kehidupan anak, yaitu:
1. Sebelum kelahiran
Sebab yang terjadi sebelum proses kelahiran, dalam hal ini berarti
ketika anak dalam kandungan, terkadang tidak disadari oleh ibu hamil.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Gangguan Genetika: Kelainan kromosom, transformasi.

8
Kelainan kromosom kerap diungkap dokter sebagai penyebab
keguguran bayi meninggal sesaat setelah dilahirkan, maupun bayi
yang dilahirkan sindrom down. Kelainan kromosom ini umumnya
terjadi saat pembuahan, yaitu saat sperma ayah bertemu sel telur ibu.
Hal ini hanya dapat diketahui oleh ahli saja tidak kasat mata
sehingga ibu hamil tidak dapat memprediksinya. Untuk mengetahui
bahwa prosesnya transformasi kromosom berjalan normal
membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk uji laboratorium.
b) Infeksi Kehamilan: Infeksi saat kehamilan mengakibatkan cacat pada
janin. Penyebabnya adalah parasit golongan protozoa yang terdapat
pada bintang seperti kucing, anjing, burung dan tikus. Gejala umum
seperti mengalami gejala berupa demam, flu dan pembengkakan
kelenjar getah bening. Faktor ini bisa terjadi dikarenakan makanan
atau penyakit. Infeksi kehamilan dapat diketahui jika si ibu rutin
memeriksakan kehamilannya sehingga jika ada indikasi infeksi
kehamilan dapat segera diketahui. Bisa juga infeksi terjadi karena
adanya penyakit tertentu dalam kandungan si ibu hamil.
c) Usia Ibu Hamil (high risk group): Ada beberapa yang menyebabkan
ibu berisiko hamil, antara lain: riwayat dan persalinan yang
sebelumnya kurang baik, tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm,
ibu hamil yang kurus atau berat badannya kurang, tekanan darah
yang tinggi atau dan sakit kepala yang hebat dan adanya bengkak
pada tungkai, kelainan letak janin atau bentuk panggul tidak normal
riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi, asma dll.
d) Keracunan Saat Hamil: Keracunan kehamilan sering disebut
Preeclampsia (pre-e-klam-si-a) atau toxemia adalah suatu gangguan
yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia
kandungan di atas 20 minggu. Gejala-gejala yang umum adalah
tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh
dan tingginya jumlah protein di urin. Cara mengatasi adalah dengan
cara melahirkan untuk melindungi bayi dan ibunya.

9
2. Selama Proses Kehamilan
Setiap ibu mengharap mengalami proses kelahiran yang normal
dan lancar. Berikut akan dibahas beberapa proses kehamilan yang dapat
menyebabkan anak berkebutuhan khusus, antara lain:
a) Proses kelahiran lama (Anoxia) : Prematur, kekurangan oksigen.
Tanda-tanda bayi lahir prematur sama seperti bayi lahir normal.
Hanya saja proses kelahirannya lebih awal dari seharusnya. Proses
melahirkan yang lama dapat mengakibatkan bayi kekurangan
oksigen. Penyebab bayi lahir prematur terbagi dalam dua hal, dari
sang ibu dan bayi itu sendiri. Sebab yang dari ibu antara lain : pernah
mengalami keguguran atau pernah melahirkan bayi prematur pada
riwayat kehamilan sebelumnya.
b) Kelahiran dengan Alat Bantu (vacum): Vacum suatu persalinan
buatan dengan cara menghisap bayi agar keluar lebih cepat. Vacum
ini dikhawatirkan membuat kepala bayi terjepit sehingga akan terjadi
kecelakaan otak gangguan pada otak.
c) Kehamilan Terlalu Lama : > 40 Minggu , kehamilan yang terlalu
lama dikhawatirkan membuat keadaan bayi di dalam rahim
mengalami kelainan dan keracunan air ketuban. Karenanya jika usia
kandungan sudah melewati masa melahirkan dianjurkan pada ibu
hamil untuk segera melahirkan dengan cara yang memungkinkan
sesuai kondisi ibu dan bayi.

3. Setelah Kelahiran
Setelah proses kehamilan pun tidak otomatis bayi aman dari
kelainan yang mengakibatkan nanti anak menjadi berkebutuhan
khusus.
Berikut beberapa hal yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus
antara lain:

10
a) Penyakit Infeksi Bakteri (TBC) : virus Penyakit TBC adalah suatu
penyakit Infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikobakterium
tuberkulosa yang menyerang paru-paru. Setelah proses kelahiran,
bayi dikhawatirkan terserang bakteri atau virus yang menyebabkan
penyakit tertentu dan menyebabkan kelainan pada anak secara fisik
maupun mental.
b) Kekurangan Zat Makanan (Gizi atau Nutrisi ) : Gizi merupakan
unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dapat dibayarkan jika
bayi mengalami kekurangan gizi, kelainan apa saja yang dapat
dialaminya di masa kehidupannya mendatang. Kelainan yang akan
dialami anak mencakup kelainan fisik, mental, bahkan perilaku.
Karenanya gizi harus dipenuhi setelah anak lahir, baik dari asi atau
nutrisi makanannya.
c) Kecelakaan : Pada bayi, umumnya kecelakaan terjadi karena
terjatuh, tergores benda tajam, tersedak, tercekik, atau tanpa
sengaja menelan obat-obatan dan bahan kimia yang diletakkan
disembarang tempat. Kecelakaan seperti ini disebabkan kelalaian
orang dewasa di sekitarnya.
d) Keracunan : Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak
adalah menelan obat berlebihan (overdosis) karena orang tua
menaruh obat sembarangan. Potensi keracunan lainnya menelan
cairan kosmetik ibunya. Untuk menghindarinya letak semua
barang-barang yang menimbulkan potensi keracunan seperti
bahan-bahan pembersih, pewangi pakaian, pupuk, lainnya ditempat
tinggi dan tidak mudah dijangkau.

11
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami
keterbatasan dan keluarbiasaan baik fisik, mental atau pun emosi, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan dibanding dengan anak-anak yang lainnya yang sesuai
dengannya.

Memiliki anak yang berkebutuhan khusus bukan hal yang mudah


bagi orang tua manapun. Perhatian orang tua sangat penting bagi
tumbuh kembang mereka. Sehingga orang tua perlu belajar memahami
dan mendampingi, agar mereka selalu percaya diri dalam menjalani
aktivitas sehari-hari.

B. Saran
Alangkah baiknya jika seluruh pihak yang terlibat dapat merubah
cara pandang serta meningkatkan pengembangan pendidikan
kebutuhan khusus bagi anak berkebutuhan khusus.

13
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010) Pelayanan Kesehatan Anak


Sekolah Luar Biasa (SLB). Jakarta: Husada.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi individu berkebutuhan khusus jilid kesatu,
Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3).
John W. Santrock (2009). Perkembangan Anak jilid 1 edisi kesebelas. Jakarta : PT.
Erlangga.
Delphie, Bandi. 2006, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus . Bandung :
Refika Aditama.
Purwanto, Heri. Modul Pembelajaran : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: UPI.

14

Anda mungkin juga menyukai