Makalah Abk KLP 1
Makalah Abk KLP 1
Makalah Abk KLP 1
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nyalah tugas makalah ini
dapat kami selesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa shalawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Keluarganya,
sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, untuk memperdalam pemahaman dalam membuat makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Untuk itu saya mengucapkan terimah kasih, Khususnya Ibu Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, atas bimbingannya. Bagi kami sebagai
penyusun dari makalah ini merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Kelompok 2
ii
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................................
……………….…iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………..
……………………………………….........1
.
B. RumusanMasalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulis....................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………...….12
B. Saran……………………………………………..……………………………12
DAFTAR PUSTAKA………………………………...………………………..
…….13
ii
iii
BAB I
PENDAHULU
AN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah istilah yang digunakan untuk merujuk
kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan atau perkembangan
yang berbeda atau lebih kompleks dibandingkan dengan anak-anak pada
umumnya.
Anak berkebutuhan khusus (sebelumnya dikenal sebagai anak luar
biasa) adalah anak yang memerlukan pendidikan dan pelayanan khusus agar
dapat mencapai potensi dirinya sebagai manusia seutuhnya. Kata luar biasa
merupakan julukan atau label dalam ranah pendidikan bagi orang yang memiliki
kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak
wajar seperti orang normal pada umumnya.
Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
“ Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Learning disabilities
terkadang tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya anak yang
mengalamikesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang underachiever ,
pemalas,atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami perasaan frustrasi, marah,
depresi,cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, dalam Suryani 2010).
Sekitar 51% siswa di kelas pendidikan luar biasa didiagnosa
denganketidakmampuan belajar (LDs, learning disabilities). Konselor professional
sekolah dapat membantu siswa sukses secara akademis dan mengatasi masalah-
masalah pribadi dan sosial akibat ketidakmampuan mereka.
Ketidakmampuan belajar (LDs, learning disabilities), adalah gangguan menarik
dan membingungkan. Ini menjadi perhatian pendidik, orang tua, peneliti,konselor
sekolah, dan siswa sendiri (Coplin& Morgan, 1988; Kirk, Gallagher,&Anastasiow,
2000). Aspek menarik LD adalah bahwa LD ini memiliki satu spesifik penyebab,
terdiri dari beberapa jenis, dan siswa dengan jenis LD yang sama memiliki
kekurangan berbeda. Ketidakmampuan belajar ini membingungkan karena siswa
4
2
ini mungkin memiliki kecerdasan normal atau berbakat, tetapi mereka tidak selalu
berhasil di sekolah-sekolah. Para peneliti telah mempelajari LD sejak 1800-an, dan
istilah Ketidak mampuan belajar pertama kalidiusulkan oleh orang tua dan Samuel
Kirk pada tahun 1963 menggambarkankondisi gangguan ini (Kirk et al., 2000).
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Learning Disibilities ?
2. Bagaimana Karakteristik Learning Disibilities?
3. Strategi konseling apa yang dapat di gunakan dalam mengatasi Learning
Disibilities?
4.
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
4. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Pelayanan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
5
2
BAB II
PEMBAHASAN
6
2
berdasarkan gangguan sosial dan emosional ini disebut “Tuna Laras”, yaitu anak
7
2
yang mengalami gangguan dalammemberikanresponkronisyang jelas tidak dapat
diterima secara sosial oleh lingkungan atau cara-cara personal yang kurang
memuaskan, tetapi masih dapat dididik agar bertingkah laku yang diterima oleh
kelompok sosial. Anak tuna laras yang mengalami hambatan atau gangguan
emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan yaitu: senang-sedih, lambat cepat
marah, dan rileks-tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat
tersinggung atau marah, rasa tertekan, dan merasa cemas.
4
mencakup juga mereka yang mampu melihat, tapi sangat terbatas,
dan kurang dapat di manfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari
terutama dalam belajar."
Tunarungu, yakni mereka yang pendengarannya tidak
berfungsi sebagaimana umumnya sehingga membutuhkan pelayanan
pendidikan luar biasa. Ada dua hal yang menjadi ciri khas hambatan anak
tuna rungu, yaitu pertama, sulit dalam menerima segala macam
rangsang bunyi atau peristiwa bunyi yang ada di sekitarnya. Kedua,
kesulitan dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang ada
disekitarnya.
Tunawicara, adalah hambatan dalam berkomunikasi verbal yang
efektif, sedemikian rupa sehingga pemahaman akan bahasa yang
diungkapkan berkurang.
Tunadaksa, seseorang yang menderita cacat akibat polio myelitis
akibat kecelakaan, keturunan, cacat sejak lahir, kelayuan otot-otot, akibat
peradangan otak, dan kelainan motorik yang disebabkan oleh kerusakan
pada pusat syaraf.
5
adanya ciri-ciri yang khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya. Anak
indigo pada
6
umumnya tidak mudah diatur oleh kekuasaan tidak mudah berkompromi
dan bersifat emosional, memiliki tubuh rentan sangat berbakat atau
berkemampuan akademis sangat baik.ia mempunyai kemampuan lebih dari pada
anak lainnya. Anak-anak indigo sering memperlihatkan sifat orang dewasa,
sangat cerdas dan memiliki indra keenam yang sangat tajam, dan anak indigo
pada umumnya tidak suka diperlakukan seperti anak-anak, tidak jarang mereka
member nasihat kepada oran tuanya.
6
Tunanetra, untuk anak yang memiliki sedikit atau tidak sama
sekali penglihatan, ia harus mempelajari lingkungan sekitarnya dengan cara
menyentuh, mendengar, dan merasakannya. Anak tunanetra membutuhkan
waktu yangcukuplamauntuk menguasai dunia persseps
7
7
Kurang koordinasi
8
8
Gangguan perhatian
Impulsive
Gangguan memori dan berfikir
Kesulitan pada akademik khusus membaca, menghitung.
Gangguan bicara dan mendengar
Hasil electroencephalogram (EEG) tidak teratur serta tanda neurologis yang
tidak jelas
9
9
Model Pelayanan Pendidikan Inklusif ini ada beberapa hal yang
harus diperhatikan:
Ide dasar
Pendidikan inklusif pada dasarnya memiliki model pelayanan dalam
pendidikan inklusif, namun dalam pelaksanaanya diserahkan kepada sekolah
masing-masing dalam menjalankan pendidikan inklusif. Pemahaman yang masih
belum bisa menyeluruh dan melihat permasalahan yang ada di sekolah masing-
masing, akhirnya ada tiga model layanare??
Pertama yaitu model kelas terapi (Omisi). Model ini menyertakan
peserta didik berkebutuhan khusus dalam kurikulum umum untuk mata
pelajaran tertentu ditiadakan total, karena tidak memungkinkan bagi ABK
untuk dapat berfikir setara dengan anak rata-rata.
Kedua yaitu model kelas pendampingan (supstitusi). Model
kelas pendampingan ini mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus
dalam bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti dengan yang
kurang lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK dengan melihat
situasi dan kondisinya.
Ketiga yaitu model kelas inklusif (duplikasi dan modifikasi). Model kelas
ini menyertakan peserta didik dalam kurikulum peserta didik di kelas reguler.
Tidak banyak perubahan pada kurikulum di kelas inklusif ini, karena semua
di sesuaikan dengan kondisi peserta didiknya. Mampu dalam
pembelajaran peserta didik akan menggunakan kurikulum duplikasi, tapi jika
ada sebagian pembelajaran tidak mampu maka akan di buatkan kurikulum
modifikasi.
Model lain misalnya dikemukakan oleh Brent Hardin dan Marie Hardin,
Brent dan Maria mengemukakan model pendidikan inklusif yang mereka sebut
inklusif terbalik (reverse inclusive). Dalam model ini, peserta didik normal
dimasukkan ke dalam kelas yang berisi peserta didik berkebutuhan khusus.
Model ini berkebalikan dengan model yang pada umumnya memasukkan peserta
didik berkebutuhan khusus ke dalam kelas yang berisi peserta didik normal.
9
Rancangan model layana
Filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam praktiknya anak
berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Menurut Haris Abdul 2006 Anak
berkebutuhan khusus dapat berpindah dari satu bentuk layanan ke
bentuk layanan yang lain, seperti:"
Kelas terapi (Omisi), ABK belajar di kelas terapi dalam
penanganan khusus. Peserta didik ditangani dengan kurikulum total
membuat sendiri. Karena secara kemampuan ABK belum mampu di
masukkan dalam kelas reguler baik secara sosialisasi dan akademik,
ABK belum ada pengakuan di kelas reguler akan tetapi berada di kelas
terapi dengan peanganan sesuai dengan kebutuhan dari hambatannya.
Kelas pendampingan (Substitusi), ABK belajar dengan anak normal
di kelas reguler dalam kelompok khusus yang disesuaikan dengan jenis
ketunaannya. Namun pada waktu tertentu ABK di tarik ke ruang pusat
sumber dan GPK menjelaskan ulang dari materi reguler yang belum ABK
faham.
Kelas inklusif (duplikasi dan modifikasi), ABK Tidakbanyak
perubahan pada kurikulum di kelas inklusif ini, karena semua di
sesuaikan dengan kondisi peserta didiknya. Mampu dalam pembelajaran
peserta didik akan menggunakan kurikulum duplikasi, tapi jika ada
sebagian pembelajaran tidak mampu maka akan di buatkan kurikulum
modifikasi.
10
memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat disalurkan ke
sekolah
11
khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit). Model kurikulum PPI yaitu
kurikulum yang dipersiapkan guru program, PPI yang dikembangkan bersama
tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru pendidikan khusus, kepala
sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait. Kurikulum PPI
atau dalam bahasa Inggris Individualized Education Program (IEP)
merupakan karakteristik paling kentara dari pendidikan inklusif. Konsep
pendidikan inklusif yang berprinsip adanya persamaan mensyaratkan adanya
penyesuaian model pembelajaran yang tanggap terhadap perbedaan
individu. Maka PPI atau IEP menjadi hal yang perlu mendapat penekanan
lebih. Thomas M. Stephens menyatakan bahwa IEP merupakan pengelolaan
yang melayani kebutuhan unik peserta didik dan merupakan layanan yang
disediakan dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan serta
bagaimana efektivitas program tersebut akan ditentukan,"
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah istilah yang digunakan untuk merujuk
kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan atau perkembangan
yang berbeda atau lebih kompleks dibandingkan dengan anak-anak pada
umumnya. Sebutan anak berkebutuhan khusus tidak selalu merujuk pada kecacatan
yang dialami, namun merujuk pada layanan khusus yang dibutuhkan karena
mengalami suatu hambatan atau kemampuan diatas rata- rata.
Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain. Layanan untuk anak berkebutuhan khusus tidak dapat
disamakan antara satu dengan yang lain, akan tetapi perlu diberikan sesuai dengan
karakteristik kebutuhan dan kemampuan mereka. Untuk mendapatkan layanan yang
sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan
kemampuannya, perlu dilakukan identifikasi dan asesmen terhadap anak
berkebutuhan khusus. Berbagai bentuk layanan perlu diberikan untuk menunjang
kebutuhan mereka, tidak hanya pada bidang pendidikan namun layanan non
akademik juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
menjadi lebih baik
dan mandiri.
B. Saran
Kami menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang
jauh dari kata sempurna. Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah tersebut
dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasaan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
13