Kak Penurunan Stunting 2023
Kak Penurunan Stunting 2023
Kak Penurunan Stunting 2023
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CANDI LAMA
JL. DR. WAHIDIN NO. 22 SEMARANG TELP.(024) 8310515 email: [email protected]
A. Pendahuluan
Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan
infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari
janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau
tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak
seumurnya. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
menunjukkan bahwa sejak 2007 - 2013, angka prevalensi stunting tetap tinggi dan
terjadi lintas kelompok pendapatan.
Data Riskesdas 2013 menemukan 37,2% atau sekitar 9 juta anak balita
mengalami stunting. Pada 2018, Riskesdas mencatat penurunan prevalensi stunting
pada balita ke 30,8%. Namun demikian, angka ini masih tergolong tinggi. Sejalan
dengan inisiatif Percepatan Pencegahan Stunting, pemerintah meluncurkan Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka 1.000
HPK. Pada tataran kebijakan, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap
pencegahan stunting. Indikator dan target pencegahan stunting telah dimasukkan
sebagai sasaran pembangunan nasional dan tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
B. Latar Belakang
Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi gizi yang terpadu,
mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan
bahwa penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas
di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang
anak, dan pencegahan stunting. Intervensi gizi spesifik menyasar penyebab stunting
yang meliputi kecukupan asupan makanan dan gizi, pemberian makan, perawatan
dan pola asuh, serta pengobatan infeksi/penyakit. Terdapat tiga kelompok intervensi
gizi spesifik1, yaitu:
1. Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi sebagai paling berdampak
pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk menjangkau semua sasaran
prioritas
2. Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan
kesehatan lain yang terkait stunting dan dilakukan setelah intervensi prioritas
terpenuhi
3. Intervensi prioritas sesuai kondisi, yaitu intervensi yang dilakukan sesuai dengan
kondisi tertentu, termasuk untuk kondisi darurat bencana (program gizi darurat)
Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi
gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergen. Konvergensi
penyampaian layanan membutuhkan keterpaduan proses perencanaan,
penganggaran, dan pemantauan program/kegiatan pemerintah secara lintas sektor
untuk memastikan tersedianya setiap layanan intervensi gizi spesifik kepada
keluarga sasaran prioritas dan intervensi gizi sensitif untuk semua kelompok
masyarakat, terutama masyarakat miskin. Dengan kata lain, konvergensi
didefinisikan sebagai sebuah pendekatan intervensi yang dilakukan secara
terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama pada target sasaran wilayah geografis dan
rumah tangga prioritas untuk mencegah stunting. Penyelenggaraan intervensi secara
konvergen dilakukan dengan menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai
sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.
C. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mencegah dan menurunkan angka stunting di wilayah kerja Puskesmas
Candi Lama
B. Tujuan Khusus
1. Melakukan pendampingan pada balita stunting
2. Melakukan pemantauan perkembangan dan pertumbuhan balita stunting
3. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang stunting
Mengatahui,
Kepala UPTD Puskesmas Candilama Pemegang Program