HERAWAHYUNI - J1A119334 - TUGAS DASKEP-dikonversi-dikompresi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TUGAS DASAR KESEHATAN REPRODUKSI

HERAWAHYUNI

NIM : J1A119334

Kelas : Kesling

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

2021
➢ Macam-macam/jenis dan penyebab dari penyakit menular seksual (PMS) yang
disebabkan organisme bakteri, virus dan parasit adalah :
1. Gonore (GO)

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria
gonorrhoeae. Masa tunas penyakit gonore pada pria, yakni 2-5 hari, yang berarti 2-5 hari
sebelumnya terjadi kontak seksual dengan “tersangka”. Sedangkan, pada wanita sulit ditentukan
oleh karena pada umumnya tidak menimbulkan keluhan atau gejala.

Gejala gonore pada pria, di antaranya yaitu:

• Rasa gatal dan panas pada saat kencing


• Keluar Cairan atau nanah (kental berwarna kuning kehijauan) secara spontan dari saluran
kencing
• Ujung penis tampak merah, bengkak, dan menonjol keluar

Gejala gonore pada wanita, di antaranya yaitu:

• Sebagian besar tidak menimbulkan keluhan atau keluar cairan keputihan berwarna kuning
kehijauan dan kental
• Kadang-kadang disertai rasa nyeri saat kencing

Komplikasi gonore yang sering terjadi pada pria adalah infeksi pada testis atau buah
zakar, saluran sperma, sehingga bisa menimbukan penyempitan dan berakhir kemandulan.
Sedangkan, komplikasi gonore pada wanita bisa terjadi penjalaran infeksi ke rahim dan saluran
telur, sehingga dapat menyebabkan kemandulan pula. Apabila mengenai ibu hamil, dapat
menularkan ke bayi saat melahirkan, sehingga menyebabkan infeksi pada mata yang dapat
menyebabkan kebutaan.

2. Infeksi genital nonspesifik atau urethritis nonspesifik

Infeksi genital nonspesifik adalah infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab
yang tidak spesifik. Namun, paling banyak infeksi ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis dan Ureaplasma ureallyticum. Istilah infeksi genital nonspesifik lebih sering dipakai
untuk wanita, sedangkan untuk pria dipakai istilah urethritis nonspesifik (UNS). Masa tunas
penyakit infeksi genital nonspesifik biasanya lebih lama dibanding dengan gonore, yakni 1-3
minggu atau lebih.

Gejala penyakit menular seksual urethritis nonspesifik pada pria, di antaranya yakni:

• Mirip gonore, tetapi lebih ringan


• Keluarnya cairan dari saluran kencing yang bersifat encer, terutama pada pagi hari (morning
drop), kadang-kadang disertai rasa sakit saat kencing dan bila infeksi berlanjut akan keluar
cairan bercampur darah

Gejala infeksi genital nonspesifik pada wanita, di antaranya yakni:

• Sebagian besar tidak menimbulkan keluhan, kadang-kadang ada keluhan keputihan (cairan
encer putih kekuningan)
• Nyeri pada daerah rongga panggul
• Perdarahan setelah berhubungan seksual

Belum Ada Pengobatan Sempurna, tapi Vaksin Mahal Komplikasi infeksi genital
nonspesifik pada pria dapat berupa, infeksi saluran air mania atau kemandulan, sakit buang air
kecil. Sedangkan komplikasi infeksi genital nonspesifik pada wanita, bisa berupa infeksi saluran
telur atau kemandulan, radang saluran kencing, ketuban pecah dini atau bayi prematur
(kehamilan)

3. Sifilis (raja singa)

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum dan bersifat kronis. Sifilis atau sering juga disebut penyakit raja singa dapat menyerang
semua organ tubuh dan bisa menyerupai banyak penyakit. Masa tunas penyakit sifilis berkisar
antara 10-90 hari. Gejala sifilis dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya.

Stadium I (sifilis primer)

• Timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk


• Ditandai dengan adanya benjolan kecil merah biasanya 1 buah, kemudian menjadi luka atau
koreng yang tidak disertai rasa nyeri
• Pada stadiym ini, biasanya disertai pembengkakan kelenjar getah bening regional (sesuai
dengan lokasi fisilis primernya)
• Luka atau koreng tersebut akan hilang secara spontan meski tanpa pengobatan dalam waktu
3-10 minggu, tetapi penyakitkan akan berlanjut ke stadium II

Stadium II (sifilis sekunder)

• Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa berlangsung sampai 9 bulan
• Kelainan dimulai dengan adanya gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit kepala,
nyeri sendi
• Pada stadium ini juga muncul gejala menyerupai penyakit kulit lain, berupa bercak merah,
benjolan kecil-kecil di seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut, dan juga dapat disertai
pembesaran kelenjar getah bening yang bersifat menyeluruh

Stadium laten dini

• Apabila sifilis sekunder tak diobati, setelah beberapa minggu atau bulan gejala-gejala akan
hilang seakan-akan sembuh spontan. Namun, infeksi masih berlangsung terus dan masuk ke
stadium laten lanjut Stadium laten lanjut Setelah 1 tahun, sifilis masuk ke stadium laten
lanjut yang dapat berlangsung bertahun-tahun

Stadium III (sifilis tersier)

• Pada umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah infeksi


• Ditandai dengan 2 macam kelainan, yakni berupa kelainan yang bersifat destruktif pada
kulit, selaput lendir, tulang sendi, serta adanya radang yang terjadi secara perlahan-lahan
pada jantung, sistem pembuluh darah dan saraf

Komplikasi sifilis dapat terjadi pada proses kehamilan atau terjadi sifilis kongenital. Kondisi ini
dapat mengakibatkan abortus, kematian janin atau lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa, dan
keterbelakangan mental.

4. Ulkus mole atau chancroid


Ulkus mole adalah infeksi genital akut, setempat yang disebabkan oleh bakteri
Haemophylus ducreyi. Masa tunas ulkus mole berkisar antara 2-35 hari, dengan waktu rata-rata
mencapai 7 hari.

Gejala ulkus mole, di antaranya yakni:

• Tidak didahului dengan gejala prodromal sebelum timbulnya luka atau ulkus
• Luka biasanya lebih dari 1 buah, nyeri (terutama bila terkena pakaian atau urine), dengan
tanda radang yang jelas, benjolan di lipatan paha (sakit atau mudah sekali pecah),
meninggalkan ulkus (luka cekung yang dalam) dan terjadi kematian jaringan di sekitarnya

Komplikasi ulkus mole dapat berupa abses kelenjar lipat paha hingga fistula uretra.

5. Granuloma inguinale atau donovanosis

Donovanosis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri


Calymmatobacterium granulomatis. Saat ini penyakit ini hampir tidak pernah ditemukan lagi di
Indonesia. Dahulu, donovanosis banyak ditemukan di daerah Papua.

Gejala donovanosis di antaranya yakni:

• Kelainan dimulai dengan benjolan tunggal atau banyak, merah, lembek, kadang-kadang
mirip bisul, sangat gatal
• Kelainan ini dengan cepat pecag menjadi luka dengan tepi yang meninggi, berbau amis dan
mudah berdarah

Komplikasi donovanosis dapat berupa timbul pembengkakan genital, sumbatan uretra,


vagina atau lubang anus akibat terjadinya jaringan ikat atau fibrosis pada pembuluh getah
bening.

6. Limfogranuloma venerum (LGV) atau Bubo

Limfogranuloma venerum adalah infeksi menular seksual yang mengenai sistem saluran
pembuluh limfe dan kelenjar limfe, yang disebabkan oleh bakteri Chlamudia trachomatis L1,
Chlamudia trachomatis L2, dan Chlamudia trachomatis L3.
Penyakit ini dilapirkan saat ini sudah jarang ditemukan di Indonesia. Jika terjadi, gejala
Limfogranuloma venerum dapat dikenali, berupa:

• Biasanya dimulai dengan bintik atau lentingan kecil yang dalam waktu singkat kemudian
menjadi erosi atau luka yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita karena tidak nyeri
dan dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat
• Dalam waktu antara 1-4 minggu setelah luka tersebut sembuh, akan muncul pembengkakan
kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri, keras, berbentuk seperti sosis

Komplikasi penyakit Limfogranuloma venerum pada stadium lanjut, pada pria dapat
menyebabkan pembengkakan penis dan skrotum. Sementara pada wanita, menyebabkan
pembengkakan bibir kemaluan.

7. Vaginosis bakterial

Vaginosis bakterial adalah gejala klinis akibat pergantian Lactobacillus spp yang
merupakan flora normal vagina, dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi. Keluhan
vaginosis bacterial, yakni dapat tanpa gejala keputihan atau dengan sedikit keputihan yang
mempunyai bau amis seperti ikan, terutama setelah berhubungan seksual.

8. Herpes genitalis

Herpes genitalis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Herpes simplex
virus (HSV), terutama HSV tipe-2 yang sering bersifat berulang.

Gejala penyakit herpes genitalis, di antaranya yakni:

• Rasa seperti terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum timbulnya lesi
• Kadang-kadang disertai gejala umum, misalnya lemas, demam, dan nyeri otot
• Timbul gelembung-gelembung yang berkelompok dan mudah pecah
• Gejala pada lesi awal dapat lebih berat dan lama
• Pada bentuk ulang (rekurens), biasanya didahului oleh faktor pencetus, misalnya stres psikis,
trauma, koitus yang berlebihan, makanan yang merangsang, alkohol, obat-obatan dan
beberapa hal yang sulit diketahui
Komplikasi herpes genital dapat berupa kanker leher rahim, kehamilan lahir muda
(prematur), kelainan kongenital, dan kematian.

9. Kondiloma akuminata

Kondiloma akuminata atau jengger ayam atau kutil kelamin adalah penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh virus Human Papilloma virus (HPV).

Gejala jengger ayam di antaranya yakni:

• Pada daerah yang sering terkena trauma saat berhubungan seksual, tumbuh bintil-bintil yang
runcing seperti kutil, dapat membesar, sehingga menyerupai jengger ayam
• Pada wanita, sering bersamaan dengan gejala keputihan, sedangkan pria, terutama dijumpai
pada yang tidak disunat atau dengan imunitas terganggu

Komplikasi kutil kelamin dapat berupa, kanker leher rahim atau kanker kulit di sekitar
kulit kelamin.

10. HIV

HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui cairan tubuh dan
menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV di awal penyebarannya tidak akan menujukkan gejala,
karena virus akan “tidur” sementara waktu. Namun pada gilirannya, yakni ketika sistem imun
melemah, HIV dapat berkembang menjadi AIDS yang sangat mematikan.

11. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit


Trichomonas vaginalis.

Gejala trikomoniasis di antaranya, yakni:

Sering tanpa gejala, jika ada biasanya berupa duh tubuh vagina (keputihan) yang banyak dan
berbau, warna kuning hijau, kadang-kadang berbusa

Kadang-kadang duh tubuh vagina yang banyak menimbulkan keluhan gatal dan perih pada vulva
dan kulit di sekitarnya dan nyeri buang air kecil
Pada laki-laki, jarang memberikan keluhan, bila ada gejalanya berupa urethritis ringan

Keluhan lain, dapat berupa dyspareunia, perdarahan pascakoitus, dan perdarahan intermenstrual

12. Kandidosis vaginalis

Kandidosis vaginalis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh hamur Candida
(paling sering spesies albican), apatogen tetapi dapat menjadi patogen.

Infeksi ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau muncul karena kondisi tertentu,
seperti stres, kelelahan, IUD yang lama pada pasangan usia subur. Masa tunas sukar diketahui
oleh karena penyakit ini mempunyai faktor pemicu, seperti kehamilan, diabetes, iritasi setempat,
pemakaian obat-obatan (golongan imunosupresif, antibiotika, kontrasepsi hormonal).

Gejala kandidosis vaginalis di antaranya yakni:

• Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit maupun di dalam liang kemaluan wanita
• Pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan
berwarna putih seperti susu, bergumpal, tidak berbau atau berbau asam, disertai rasa gatal
panas dan kemerahan di area kelamin

➢ Konsep kesehatan reproduksi usia lanjut termasuk menopause dan andropause (jenis-
jenisnya, perubahan fisik, gangguan-gangguan yang terjadi)

1. Andropause

Memasuki usia 40 tahun ke atas, sebagian wanita sudah mulai memasuki usia
menopause, yang ditandai dengan berhentinya siklus haid atau selesainya masa subur. Selain itu,
menopause pada wanita juga ditandai oleh berbagai gejala lainnya seperti perubahan psikis dan
suasana hati, energi berkurang, perubahan pada kulit, vagina kering, serta pengeroposan tulang.

Pada pria, andropause akan menampakkan gejala setelah usia 50 tahun. Meski begitu,
tidak semua pria akan mengalami gejala andropause. Banyak faktor sosial atau kebiasaan yang
membuat seorang pria memiliki risiko mengalami andropause dini. Ada sebuah penelitian yang
mencoba mencari tahu berapa persentase andropause. Penelitian berupa skrining tersebut
dilakukan di Singapura, antara tahun 2007-2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
26,4 persen pria mengalami gejala-gejala andropause.

Istilah menopause pada pria umumnya digunakan untuk menggambarkan penurunan


kadar hormon testosteron yang berkaitan dengan penuaan. Perlu diketahui, testosteron pada pria
mulai muncul pada usia remaja, berperan dalam perkembangan karakter fisik pria. Mulai dari
rambut wajah, suara yang dalam, kekuatan otot, hasrat seksual yang kuat, serta perilaku
kompetitif.

Testosteron diproduksi oleh testis. Seiring dengan usia yang menua, kadar testosteron dalam
tubuh akan menurun secara alami. Tingkat testosteron secara bertahap akan menurun seiring
pertambahan usia pria. Menurun sekitar 1 persen setahun saat pria masuk usia 30.

Meski begitu, beberapa kondisi medis juga dapat memicu terjadinya andropause dini pada pria.
Misalnya kanker testis atau operasi pengangkatan testis (kebiri). Pasien dengan kanker
prostat yang mendapatkan terapi anti testosteron juga akan mengalami penurunan kadar
testosteron, sehingga mengakibatkan andropause.

Tanda-tanda andropause

Mirip dengan yang dialami wanita, andropause juga dapat menyebabkan berbagai gejala fisik
dan psikis, meliputi:

• Hilangnya konsentrasi
• Mudah lelah
• Perubahan perilaku dan perubahan mood
• Depresi
• Hasrat seksual yang rendah
• Disfungsi ereksi alias impotensi
• Gejala lain seperti penurunan massa otot, gangguan memori, serta insomnia

Untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut diakibatkan oleh andropause, biasanya dokter
akan melakukan pemeriksaan kadar hormon testosteron dalam darah.

Cara menangani andropause


Penanganan andropause dilakukan oleh androlog atau urolog. Terapi yang dilakukan
berupa penggantian hormon testosteron (TRT). Pemberian hormon bisa diberikan dalam tiga
bentuk, yaitu:

1. Gel testosteron: biasanya diberikan pada pundak atau lengan bagian atas setiap pagi setelah
mandi. Jauhi gel ini dari jangkauan anak-anak dan wanita karena dapat memberikan dampak
negatif seperti tumbuhnya rambut baru atau perubahan perilaku anak yang lebih agresif.
2. Pil testosteron: yang penggunaannya harus sesuai dengan resep dokter dan dengan
pemantauan ketat mengenai potensi efek samping yang mungkin terjadi.
3. Testosteron suntik: diberikan setiap tiga bulan oleh dokter. Kelebihannya adalah
pemberiannya dilakukan setiap tiga bulan, tidak seperti gel atau pil yang harus digunakan
setiap hari. Namun, sebagian pria kurang nyaman jika harus mendapatkan suntik rutin setiap
tiga bulan.

Selain itu, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat juga bisa mengoptimalkan upaya
terapi sekaligus mengurangi gejala.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

• Terapkan pola makan bergizi seimbang


• Rutin berolahraga
• Istirahat cukup
• Mampu mengelola stres dengan baik

2. Menopause

Sebenarnya, penggunaan istilah menopause bagi pria hanya dilakukan untuk


mempermudah penggambaran, dan bukan merupakan suatu diagnosis pasti. Sama seperti wanita
dengan masa menopause-nya, pria juga mengalami adanya penurunan produksi hormon seks,
atau testosteron dalam hal ini. Meski begitu, tanda yang muncul saat seorang pria memasuki
masa “menopause”, berbeda dari wanita. Seiring bertambahnya usia, pria dan wanita sama-sama
akan mengalami penurunan produksi hormon seks di tubuh. Namun, proses yang dilalui pria dan
wanita sangatlah berbeda. Secara medis, tidak ada istilah menopause pada pria. Sehingga, gejala-
gejala yang muncul, disebut dengan istilah lain, seperti andropause, androgen decline in the
aging male (ADAM), serta hipogonadisme dengan onset lambat. Memasuki usia menopause,
wanita akan kehilangan kemampuannya untuk bereproduksi. Namun tidak demikian halnya pada
pria. Selain itu, berikut ini beberapa hal yang membedakan antara menopause pada pria dan
wanita.

Produksi hormon seks pada pria, terutama testosteron, menurun secara bertahap, yang
dimulai sejak usia 30 tahun. Sementara itu pada wanita, produksi hormon estrogen akan turun
secara drastis begitu memasuki usia 40 tahun.

Meski produksi testosteron menurun, produksi sperma tidak akan berhenti. Sebaliknya,
memasuki usia menopause, produksi sel telur pada wanita akan benar-benar terhenti. Semua
wanita pasti menopause, pria tidak. Memasuki usia tertentu, wanita pasti akan mengalami
menopuse. Namun, hanya sekitar 2% pria yang mengalami gejala-gejala seperti menopause, saat
mulai memasuki usia tua.

Tanda-tanda “menopause” pada pria yaitu Saat seorang pria mengalami penurunan
produksi testosteron, ada banyak gejala yang akan muncul, baik secara fisik, mental, maupun
seksual. Berikut ini tanda-tanda menopause pada pria, yang perlu dikenali.

➢ Disfungsi ereksi
➢ Gairah seksual menjadi berkurang
➢ Infertilitas atau gangguan kesuburan
➢ Lemak tubuh semakin menumpuk
➢ Kepadatan tulang berkurang
➢ Lemas, tubuh terasa tidak berenergi
➢ Dada atau payudara membesar (ginekomastia)
➢ Massa otot berkurang Sering merasa sedih, bahkan depresi
➢ Berkurangnya motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari
➢ Sulit berkonsentrasi
➢ Turunnya kepercayaan diri
➢ Insomnia
Selain tanda-tanda di atas, pria juga mungkin akan mengalami kerontokan rambut-rambut
di badan, berkurangnya ukuran testis, dada menjadi bengkak, dan sering merasa kepanasan tiba-
tiba. Kenapa tidak semua pria mengalami menopause? Saat pria memasuki usia 30 tahun, secara
perlahan, produksi testosteron akan mulai menurun. Namun, gejala menopause yang muncul
pada pria, sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh hormon. Pasalnya, tidak semua pria
mengalami menopause. Meski demikian, penurunan produksi hormon testosteron terjadi pada
semua pria.

Menopause pada pria sebenarnya adalah kondisi yang kompleks. Kondisi ini, juga erat
kaitannya dengan riwayat penyakit lain seperti penyakit jantung, obesitas, diabetes tipe 2, dan
tekanan darah tinggi. Pada pria yang mengalaminya, gejala yang muncul pun bisa berbeda-beda.
Hal di atas menggambarkan bahwa hormon bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi
menopause pada pria. Faktor risiko lain, seperti di bawah ini, juga dipercaya dapat meningkatkan
kemungkinan pria mengalami menopause.

➢ Kurang olahraga
➢ Kebiasaan merokok
➢ Sering minum alkohol
➢ Stres
➢ Gangguan kecemasan
➢ Kurang tidur

Anda mungkin juga menyukai