Contoh MAKALAH
Contoh MAKALAH
Contoh MAKALAH
KELAS A
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta hidayah inayah Nya seehingga makalah yang berjudul “Aliran filsafat
progresivisme dan rekontruksionisme” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini kami ucapkan terimakasih kepada Dr. Abdul Khobir, M.Ag
selaku dosen pengembang pada mata kuliah Teknologi Pendidikan yang telah membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang
turut berkontribusi dan membatu dalam memproses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
sistematika maupun isinya oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini kedepannya penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua aamiin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan dan aliran yang berbeda beda.
Ada kalanya pandangan pandangan tersebut saling menguatkan dan ada juga yang saling
berlawanan.ini tidak lain disebabkan oleh pendekatan yang dipakai juga berbeda beda
walaupun untuk objek dan masalah yang sama.
Filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu Philoshopia, Philo artinya cinta dan Sophia
artinya kebijaksanaan. Pada hakikatnya filsafat mengajarkan kita untuk mencintai
kebijaksanaan, atau mencari kebijaksanaan dan mencintai kebenaran.
Filsafat adalah ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tentang segala kejadian atau
fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia dan mencari serta menyelidiki kebenaran
yang sesungguhnya.
Ada beberapa aliran filsafat Pendidikan diantaranya Progresifisme dan
Rekontruksionisme.
Aliran progresifisme beranggapan bahwa setiap kemajuan kemajuan yang telah kita
capai tidak lain adalah karena kemampuan kita dalam mengembangkan berbagai pengetahuan
berdasarkan proses berfikir secara logis dan sistematis.
Aliran rekontruksionisme berusaha mencari kesepakatan umum atau kesepakatan
semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia menjadi
suatu tatanan baru bagi seluruh lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aliran Progresifisme dan Rekontruksionisme?
2. Siapa saja tokoh aliran Progresifisme dan Rekontruksionisme?
3. Bagaimana pandangan aliran Progresifisme dan Rekontruksionisme?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ornstein, A.C. and Levine, D.U.Foundation of education, 10th edition, Houghton Mifflin company,2008. Hal
158-198
5
minatnya daripada mata Pelajarannya sendiri, maka muncullah “ Child centered
curriculum” dan “ Child centered school”. Menurut beliau progresifisme ini
mempersiapkan anak untuk masa sekarang bukan masa depan yang belum jelas.
2. William james 1842-1910
Beliau adalah seorang psycologist dan seorang filsuf amerika yang terkenal dan
juga pendiri aliran pragmatisme. Beliau berpandangan bahwa fungsi organ pikiran itu
dipelajari sebagai mata Pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Artinya ilmu
yang kita pelajari dari alam itu kita pikirkan melalui otak, jadi fungsi otak itu sendiri
untuk dipelajari.
3. Hans Vaihinger
Beliau berpanfdangan bahwa kata “tahu” hanya mempunyai arti praktis.
Kesesuaian pada objeknya tidak mungkin dibuktikan. Karena satu satunya ukuran bagi
berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian atau peristiwa di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata, namun jika manusia tau akan kebenarannya
maka pengertian itu akan berguna.2
Prinsip-prinsip dasar progresivisme secara singkat dirangkum oleh Kneller, seperti
yang dikutip Abd Rachman Assegaf, sebagai berikut:
1) Pendidikan itu seharusnya “kehidupan” itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
2) Belajar harus dikaitkan secara langsung dengan minat anak.
3) Belajar melalui pemecahan masalah (problem solving) harus didahulukan daripada
pengulangan mata pelajaran secara ketat.
4) Peranan pendidik bukan untuk menunjukkan, tapi membimbing
5) Sekolah mesti meningkatkan upaya kerja sama, bukan bersaing.
6) Hanya perlakukan yang demokrastislah−sesungguhnya dapat meningkatkan−peranan
ide dan personalitas anak leluasa dikemukakan, dan itu diperlukan bagi kondisi
pertumbuhan anak yang benar.3
Beranjak dari uraian di atas, pemikiran edukatif Dewey berupa progresivisme itu
menghendaki agar pendidikan diselenggarakan secara integral dengan melibatkan seluruh
komponen pendidikan, inklusif peserta didik, agar mampu menghadapi perkembangan dan
perubahan zaman. Namun demikian, apa yang dilakukan oleh progresivisme masih
dipandang belum cukup jauh dalam melakukan perubahan sosial. Progresivisme mengakui
bahwa pendidikan hendaknya mengikuti perkembangan dan perubahan zaman dan
2
Ibid
3
Abd Rachman Assegaf, Op.Cit., h. 204
6
masyarakat, namun progresivisme belum sampai pada tatanan masyarakat baru yang dibentuk
oleh pendidikan. Aliran yang menghendaki agar pendidikan mampu membangun atau
merekonstruksi masyarakat (social reconstruction) merupakan perkembangan lanjutan dari
progresivisme yang dinamakan dengan rekonstruksionisme. Kurikulum pendidikan menurut
progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan
pembelajaran yang diminati oleh setiap peserta didik. Sedangkan pendidik dalam
melaksanakan tugasnya dalam pelaksanaan pendidikan berpusat pada peserta didik dan
mempunyai peran sebagai fasilitator, motivator dan konselor. Pendidik perlu mempunyai
pemahaman yang baik tentang karakteristik peserta didik, dan tehnik-tehnik memimpin
perkembangan peserta didik, serta kecintaan kepada peserta didik, agar dapat melaksanakan
peranan-peranan yang baik. Lembaga pendidikan menurut progresivisme harus berfungsi
sebagai laboratorium pembaharuan pendidikan, serta melakukan kerja sama dengan keluarga.
Orang-orang progresivisme berpandangan bahwa kehidupan berkembang kearah
positif dan bahwa umat manusia – muda maupun tua – pada dasarnya baik dan dapat
dipercaya untuk bertindak dalam minat-minat terbaik mereka sendiri.Oleh karena itu, para
pendidik (ahli pendidikan) progresivis membebaskan para peserta didik menentukan
pengalaman belajar mereka. Guru dalam kelas berfungsi sebagai fasilitator untuk membantu
para peserta didik mempelajari hal-hal yang dianggap penting bagi mereka alih-alih
menjejalkan kebenaran-kebenaran yang diyakini guru. Para peserta didik mengalami
kehidupan keseharian sebanyak mungkin dengan bekerja secara kooperatif dalam kelompok
dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka anggap penting, bukan yang dianggap
penting oleh pendidik.4
Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Aliran Progresivisme
Adapun pandangan filsafat Pendidikan Islam terhadap aliran progresivisme adalah
sebagai berikut:
1) Filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa manusia atau peserta didik
mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan manusia memiliki potensi
akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, peserta didik mempunyai bekal
untuk menghadapi dan memecahkan problematikanya. Kualitas Pendidikan tidak
dapat ditentukan semata-mata dari standarisasi suatu nilai kebaikan, kebenaran
ataupun keindahan yang bersifat perennial, tetapi ditentukan oleh sejauh mana suatu
pendidikan itu mampu untuk terus menerus merekonstruksi berbagai pengalaman.
4
ibid
7
Seiring dengan pandangan di atas, filsafat pendidikan Islam mengakui bahwa peserta
didik memang memiliki potensi akal yang dapat dikembangkan dan mengakui pula
individu atau peserta didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis.
Namun pendidikan Islam tidak hanya mengakui potensi akal dan kecerdasan saja,
tetapi mengakui bahwa anak (peserta didik) mempunyai banyak potensi yang menurut
Hasan Langgulung, potensi manusia itu sebanyak sifat-sifat Tuhan seperti yang
terkandung di dalamasmaul husna. Dan diantara sekian banyak potensi tersebut yang
sangat perlu dikembangkan adalah potensi beragama.
2) Menurut progresivisme pendidikan tidak lain adalah proses perkembangan, sehingga
seorang pendidik mesti selalu siap untuk senantiasa memodifikasi berbagai metode
dan strategi dalam mengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai
perubahan yang menjadi kecendrungandalam suatu masyarakat.Sikap progresivisme
memandang segala sesuatu berasaskan fleksiblitas, dinamika dan sifatsifat yang
sejenis, tercermin dalam pandangan mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang
edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur. Yang
bersifat luwes dapat direvisi dan dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Filsafat pendidikan Islam mengakui hal yang sama sebagaimana yang diinginkan oleh
filsafat progresivisme, yaitu bahwa masyarakat itu bersifat dinamis sesuai dengan
perkembangan ilmu, oleh sebab itu manusia diharuskan terbuka dalam menghadapi
permasalahan serta mau menerima kritikan demi kesempurnaan. Untuk mendapatkan
suatu perubahan manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-
sifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat dengan dogma
tertentu), corious(ingin mengetahui dan menyelidiki), toleran dan open mind (punya
hati terbuka. Akan tetapi dalam aliran progresivisme nilai-nilai yang dijadikan ukuran
bukan nilai yang absolut seperti nilai-nilai kewahyuan syarat dalam pendidikan Islam,
melainkan nilai yang relative, yaitu nilai-nilai baik dan buruk dikaitkan dengan
pertimbangan kultur masyarakat yang sudah barang tentu kebenaran bergantung pada
tempat dan waktu, dan tentu nilai tersebut bersifat relatif, sedangkan dalam
pendidikan Islam nilai tersebut bersifat mutlak.
3) Progresivisme terutama menurut pemikiran John Dewey (salah seorang pelopor
progresivisme) tidak mengakui atau menghilangkan nilai-nilai absolut seperti yang di
dapat dalam agama −progresivisme hanya mengakui−nilai-nilai cultural− relativisme
menjadi dasar pegangan dalam proses kependidikan. Sedangkan dalam pendidikan
Islam proses pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai absolut yang dapat
8
membimbing pikiran, kecerdasan dan kemampuan dasar untuk berkembang dan
tumbuh. Dengan nilai absolut itulah pendidikan akan berlangsung secara tetap dan
konstan ke arah tujuan akhir yang tidak berubah-ubah.5
B. PENGERTIAN ALIRAN REKONSTRUKSIONISME
Pengertian Rekonstruksionisme yang sering kali diartikan sebagai rekonstruksi sosial
merupakan perkembangan dari gerakan filsafat pendidikan progresivisme. Istilah
Rekonstruksionisme berasal dari kata Rekonstruksi yang tersusun atas dua kata: “Re” yang
berarti kembali dan “konstruk” yang berarti menyusun. Bila kedua kata tersebut digabung
maka dapat dimaknai menjadi penyusunan Kembali.6 Adapun imbuhan ‘-isme’ yang
disisipkan dalam istilah di atas akan mengubah makna tersebut kepada penegasan bahwa ia
merupakan suatu paham atau aliran tertentu.
Lahirnya aliran rekonstruksionisme ini berawal dari krisis kebudayaan modern, sama
halnya dengan aliran perenialisme.7 kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,
kebingungan, dan kesimpangsiuran. Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini
tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai
visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan
kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni
dengan kembali ke alam kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap
paling ideal.
Rekonstrusionisme sebagai salah satu aliran dalam filsafat pendidikan pertama kali
diprakarsai oleh John Dewey pada tahun 1920 melalui karyanya yang berjudul
“Reconstruction in Philosophy”. Kemudian aliran ini berlanjut dengan munculnya tokoh-
tokoh lain seperti Caroline Pratt, George Counts, Harold Rugg, John Hendrik dan
Muhammad Iqbal sebagai wakil dari tokoh intelektual muslim.
George Counts dan Harold Rugg sebagai tokoh penggerak aliran rekonstrusionisme
yang dipelopori John Dewey bermaksud ingin membangun masyarakat baru yang dipandang
pantas dan adil. Dalam karya klasik milik George Counts yang berjudul “Dare the Schools
Build a New Social Order” yang terbit pada tahun 1932 sebagaimana yang dikutip Arthur K.
5
Pendidikan islam dari sudut filsafat Pendidikan progresivisme dan rekontruksionisme.
Htpps:wordpress.com/2011 diakses September 2023
6
Partanto, Pius A dan M. Dahlan al-Barry. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.
7
Jalaluddin. 2010. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
9
Ellis, ia berkeinginan menjadikan lembaga pendidikan sebagai wahana rekonstruksi
Masyarakat.8
George Counts dan Harold Rugg sebagai tokoh penggerak aliran rekonstrusionisme
yang dipelopori John Dewey bermaksud ingin membangun masyarakat baru yang dipandang
pantas dan adil. Dalam karya klasik milik George Counts yang berjudul “Dare the Schools
Build a New Social Order” yang terbit pada tahun 1932 sebagaimana yang dikutip Arthur K.
Ellis, ia berkeinginan menjadikan lembaga pendidikan sebagai wahana rekonstruksi
masyarakat.9
Hal yang sama dikemukakan oleh John Hendrik, bahwa rekonstrusionisme merupakan
reformasi sosial yang menghendaki budaya modern para pendidik. Rekonstrusionisme
memandang kurikulum sebagai problem sentral dimana pendidikan harus menjawab
pertanyaan beranikah sekolah membangun suatu orde sosial yang baru. Sehingga tujuan
utama dan tertinggi hanya dapat diraih melalui kerjasama antar bangsa tanpa membeda-
bedakan warna kulit, nasionalitas, dan kepercayaan supaya peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran di tatanan sosial masyarakat akan terwujud.
Umumnya rekonstruksionisme menganggap bahwa progresivisme belum cukup jauh
berusaha memperbaiki masyarakat. Mereka percaya progresivisme hanya memerhatikan
problema masyarakat pada saat itu saja, padahal yang diperlukan pada abad kemajuan
teknologi yang pesat ini adalah rekonstruksi masyarakat dan penciptaan tatanan dunia baru
secara menyeluruh. Rekonstruksionisme timbul sebagai akibat dari pengamatan tokoh-tokoh
pendidik terhadap masyarakat Amerika khususnya, dan masyarakat Barat umumnya, yang
menjelang tahun tiga puluhan menjadi kurang menentu. Keadaan masyarakat tidak sepadan
dengan harapan ideal seperti timbulnya kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan. Untuk
mengembalikan kepada keadaan semula hendaknya pendidikan dapat berperan sebagai
instrumen rekonstruksi masyarakat.
Rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perennialisme dalam hal mengatasi krisis
kehidupan modern. Hanya saja jalan yang ditempuhnya berbeda dengan apa yang dipakai
oleh perennialisme; tetapi sesuai dengan istilah yang dikandungnya, yaitu berusaha membina
suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi
dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionisme berusaha mencari
kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan
manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui Lembaga dan
8
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah.
Bandung: Rosda.
9
Ellis, A. K. (2014). Exemplars of curriculum theory. Routledge.
10
prosependidikan, rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru. Pandangan Aliran
Rekonstruksionisme Terhadap Pendidikan Rekonstruksionisme menaruh perhatian terhadap
pendidikan dalam kaitannya dengan masyarakat. Artinya, bahwa tujuan pendidikan,
kurikulum, metode, peranan pendidik dan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan itu
hendaknya searah dengan situasi dan kebutuhan masyarakat. Peserta didik dalam sekolah
yang bercorak rekonstruksionisme itu diarahkan supaya mampu beradaptasi dan berinteraksi
dengan masyarakat di mana ia tinggal. Jadi, orientasi pendidikannya adalah masyarakat.
Menurut Dewey, seperti yang dikutip Abd Rachman Assegaf, menyatakan bahwa : pertama,
rekonstruksionisme menjelaskan akhir (akibat atau hasil) dan proses. Artinya, pendidikan
dalam rekonstruksionisme tidak identik dengan ketidakpastian arah atau tujuan dan tanpa
melalui proses. Meskipun rekonstruksionisme mengangga bahwa pengalaman itu mengalami
perkembangan dan perubahan, tidak berarti pendidikan yang diselenggarakan kehilangan arah
dan tujuan. Kedua, pengalaman dan kegiatan yang secara kontinu berkembang dan berubah
tersebut merupakan bagian dari pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan yang diselenggarakan harus senantiasa berkembang dan
berubah,sejajar dengan tuntunan yang dihadapi oleh pendidikan pada saat itu (di sini
rekonstruksionisme berjangkauan lebih jauh dari progresivisme). Ketiga, konstruksi
pengalaman itu bisa terjadi baik pada individu maupun kolektif, Konsekuensinya, pendidikan
mesti memerhatikan kedua aspek tersebut. Kaitannya dengan pendidikan, rekonstruksionisme
menghendaki tujuan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik mengenai
problematika sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh manusia secar global, dan untuk
membina mereka, membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan dasar agar bisa
menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.
Kurikulum dan metode pendidikan bermuatan materi sosial, politik, dan ekonomi
yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Termasuk juga masalah-masalah pribadi yang
dihadapi oleh peserta didiknya. Kurikulumnya menggunakan disiplin ilmu-ilmu sosial dan
metode ilmiah. Kurikulum berisi mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhankebutuhan
masyarakamasa depan. Kurikulum banyak barisi masalah-masalah sosial, ekonomi, politik
yang dihadapi umat manusia, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para
peserta didik itu sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah
untuk aksi kolektif. Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabangcabang ilmu sosial
dan proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah. Peranan pendidik
sama dengan pandangan progresivisme.
11
Pendidik harus menjadikan peserta didiknya siap menghadapi persoalan-persoalan
dalam masyarakat, membantu mereka mengidentifikasi permasalahan, lalu meyakinkan
bahwa mereka sanggup menghadapi semua itu. Apabila ternyata mereka tidak sanggup, maka
tugas pendidik adalah membimbing mereka secara tepat. Pendidik harus tampil dalam
membantu peserta didik menghadapi persoalan dan perubahan. Pendidik harus memberi
semangat terhadap munculnya pemikiran yang berbeda sebagai sarana untuk membentuk
alternatif penyelesaian masalah. Karenanya, kepala sekolah sebagai agen utama bagi
perubahan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Seorang pendidik harus menjadi direktur
proyek dan pemimpin penelitian. Peserta didik hendaknya dipandang sebagai bunga yang
sedang mekar. Hal ini mengandung arti bahwa peserta didik adalah generasi muda yang
sedang tumbuh menjadi manusia pembangunan masyarakat masa depan, dan perlu berlatih
keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangin masyarakat
masa depan. Metode pendidikan adalah analisis krisis terhadap kerusakan-kerusakan
masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. 10
Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan dan
penyusunan program aksi perbaikan masyarakat. Rekonstruksionisme memiliki dua
perspektif, masa kini yang banyak mengandung progresivisme dan masa depan yang bersifat
futuristik. Itulah sebabnya futurisme dalam pendidikan sering dianggap sebagai
perkembangan dan bagian tak terpisahkan dari rekonstruksionisme.
Tokoh tokoh aliran Rekontruksionisme
1. George counts (1889-1974)
Beliau mengembangkan pendekatan baru terhadap Pendidikan. Pokok pemikirannya adalah
mengajak para pendidik untuk membuang mentalitas. Budak, agar berhati hati dalam
mengumpulkan kekuatan dan berjuang membentuk sebuah tatanan social baru yang
didasarkan pada system ekonomi kolektif dan juga prinsip demokratis.
2. Carolin pratt (1889- 1954)
Beliau mengungkapkan idenya dari friedrich Froebel tentang sesuatu yang bisa memberikan
anak anak kesempatan untuk mewakili dunia mereka.
3. Paulo Freire (1921-1997)
Ide idenya tentang Pendidikan dan menganalisis masalah Pendidikan yang berkaitan dengan
politik pemerintahan yang menjadikan Masyarakat sebagai kaum tertindas. Tujuan
Pendidikan tersebut adalah penyadaran, bukan Teknik untuk menyalurkan atau untuk
10
ibid
12
pelatihan keterampilan, melainkan merupakan proses dialogis yang mengantarkan seseorang
secara Bersama dalam memecahkan masalah eksistensi mereka. 11
11
ibid
12
Wangsa, T., & Gandhi, H. W. (2017). Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
13
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah. Bandung: Rosda.
14
13
Islam bahwa menyelesaian masalah-masalah krisis kehidupan manusia adalah kembali
kepada ajaran Islam secara holistic, terutama yang sudah tertuang dalam al-Qur’an dan hadis.
sumber-sumber pemikiran pendidikan Islam dalam konteks ini tidak hanya kitab Allah dan
Sunnah, tetapi juga perkataan sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan kebiasaan sosial,
serta pemikir-pemikir Islam. Oleh karenanya kendatipun Allah secara tekstual telah
menurunkan wahyu dan berfungsi sebagai sarana petunjuk bagi manusia, namun dalam
kenyataannya isi dari wahyu tersebut perlu dijabarkan secara detail yang melibatkan akal
untuk menafsirkan problem-problem kehidupan secara mendalam, utamanya saat mengupas
permasalahan dalam pendidikan.
14
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran progresifisme aadalah salah satu aliran filsafat yang sangat menginginkan
kemajuan secara cepat untuk membuat suatu perubahan sedangkan Rekontruksionisme
adaklah salah satu aliran filsafat yang bertujuan merombak Kembali susunan yang
lama yang bisa dikatakan sudah lampau dan merubahnya ketatanan hidup yang baru
yang bersifat modern. Tokoh progresifisme diantaranya Jhon dewey, William James,
dan Hans Vaihinger dan tokoh Rekontruksionisme adalah George counts, carolin pratt,
Paulo Freire. Aliran progresifisme beranggapan bahwa setiap kemajuan yang telah kita
capai tidak lain adalah karena kemampuan kita dalam mengembangkan berbagai
pengetahuan berdasarkan proses berfikir secara logis dan sistematis. Aliran
Rekontruksionisme berusaha mencari kesepakatan umum untuk kesepakatan semua
orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia menjadi
suatu tatanan baru bagi seluruh lingkungannya.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan pembaca dapat menyampaikan
kritik dan juga saran terhadap hasil penulisan kami.
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan islam dari sudut filsafat Pendidikan progresivisme dan rekontruksionisme.
Ornstein, A.C. and Levine, D.U.Foundation of education, 10th edition, Houghton Mifflin