Pengaruh Pemberian Kompos Briket Dan Remah Terhadap Kadar Air, Kerapatan Isi, Kekerasan Tanah Dan Perakaran Tanaman Padi
Pengaruh Pemberian Kompos Briket Dan Remah Terhadap Kadar Air, Kerapatan Isi, Kekerasan Tanah Dan Perakaran Tanaman Padi
Pengaruh Pemberian Kompos Briket Dan Remah Terhadap Kadar Air, Kerapatan Isi, Kekerasan Tanah Dan Perakaran Tanaman Padi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia lahan rawa lebak diperkirakan mencapai 13.28 juta ha yang
terdiri atas lebak dangkal 4.167 juta ha, lebak tengahan 6.075 juta ha, dan lebak
dalam 3.038 juta ha, tersebar di Sumatra, Papua dan Kalimantan. Lahan rawa lebak
merupakan wilayah daratan yang rejim airnya dipengaruhi oleh air hujan dan
mempunyai genangannya hampir sepanjang tahun minimal selama tiga bulan dengan
tinggi genangan minimal 50 cm (Purwanto S, 2008)
Lahan Rawa Lebak biasanya memiliki permasalahan yaitu tanah yang masam
atau di sebut dengan Tanah Sulfat Masam. Tanah sulfat masam merupakan tanah
yang mengandung senyawa pirit (FeS2), banyak terdapat di daerah rawa, pasang surut
maupun lebak. Mikro organisme sangat berperan dalam pembentukan tanah tersebut.
Pada kondisi tergenang senyawa tersebut bersifat stabil, namun bila telah teroksidasi
maka akan memunculkan problem, bagi tanah, kualitas kimia perairan dan biota-biota
yang berada baik didalam tanah itu sendiri maupun yang berada di badan-badan air,
dimana hasil oksidasi tersebut tercuci ke perairan tersebut. Mensvoort dan Dent
(1998) menyebutkan bahwa senyawa pirit tersebut merupakan sumber masalah pada
tanah tersebut. Dilihat luasan, topografi dan ketersediaan air, lahan tersebut
sebenarnya mempunyai potensi untuk pengembangan pertanian terutama padi.
Menurut Irianto (2006), rata – rata produksi padi lebak di Sumatera Selatan
masih tergolong rendah yaitu sebesar 2,7 ton ha-1. Potensi lahan rawa lebak yang
sangat luas bila 10 % saja dapat dikelola dengan baik, maka dapat meningkatkan
produksi padi menjadi Indeks Pertanaman 200% sehingga dapat memproduksi padi
sebanyak 5,4 ton ha-1. Sedangkan menurut Thamrin (2010) luasan rawa lebak di
Universitas Sriwijaya
Sumatera Selatan seluas 650.000 ha dan yang baru dimanfaatkan untuk pertanian
seluas 190.000 ha.
Padi beras merah tergolong dalam family Griminae, sub family Oryzaidae,
suku/genus dan spesies Oryza sativa (Rajguru et al., 2002). Kandungan gizi beras
merah per 100 g, terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium
16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, vitamin B1 0,21 mg dan antosianin. Tanaman
padi merah adalah jenis varietas padi yang menghasilkan beras bewarna kemerahan
dan mengandung nutrisi serta rasa yang lebih dibandingkan dengan padi putih pada
umumnya. Jenis padi ini banyak diminati masyarakat akan tetapi dalam
pengembangannya, padi merah masih tertinggal dibandingkan padi putih. Kandungan
gizi yang ada di padi merah lebih tinggi dibandingkan padi putih. Padi merah ini
diketahui bermanfaat bagi kesehatan terutama bagi pengidap penyakit diabetes, selain
sebagai bahan pangan pokok (Kristamtini dan Prajitno, 2009).
Pengelolaan padi di lahan sawah lebak banyak menghadapi kendala seperti
kadar Al dan Fe yang tinggi serta pH yang rendah, kendala yang ada dapat diatasi
terlebih dahulu. Salah satu cara untuk mengatasi kendala di lahan sawah lebak yaitu
dengan pemberian pupuk kompos. Penelitian Agustamar (2000) dengan pemberian 10
kg kirinyuh segar per lubang tanam pada lahan keritis memperoleh pertumbuhan
pisang Raja sereh umur 6 bulan jauh lebih baik dari pada kontrol. Menurut
Simanjuntak (2008) dalam penelitiannya tentang ekstraksi dan fraksinas daun
tumbuhan senduduk, membuktikan bahwa dalam daun senduduk terkandung senyawa
kimia flavonoida, saponin dan tannin. Kompos dari kedua tanaman tersebut akan
memberikan pengaruh yang baik terhadap tanaman padi. Telah di lakukan penelitian
dengan menggunakan kompos briket pada tanaman padi merah, baik menanam
terapung maupun di sawah (Bernas et al.,2014 dan 2015) hasil penelitian menunjukan
bahwa pemberian 1 kompos briket untuk 1 tanaman dengan dosis 20 ton ha-1 dengan
jarak tanam 20 x 25 cm telah menghasilkan Gabah Kering Giling (GKG) 10.3 ton ha-
1 sedangkan pemberian 1 briket untuk 4 tanaman menghasilkan 6.8 ton ha-1 berat
mutlak.
Penelitian oleh (Bernas et al.,2014 dan 2015) menunjukan bahwa briket
sangat baik untuk tanaman padi tetapi pemberian 1 briket untuk 1 tanaman akan
banyak memakan waktu dan tenaga, karena itu penelitian tentang penggunaan 1
briket untuk 4 tanaman tetapi dengan jarak tanam yang lebih dekat yaitu dengan jajar
legowo 20 x 15 x 30 cm diharapkan dengan jarak tanam yang lebih dekat maka
diharapkan dapat berproduksi dengan baik dan akan lebih mudah dalam
menggunakan kompos briket. Kelebihan kompos briket disebar adalah mudah dalam
pengaplikasian namun mudah tercuci dan unsur hara N mudah menguap dari kompos
karena terkenana paparan langsung dari sinar matahari. Kompos sebagai bahan
organik akan mempengaruhi kadar air tanah, kekerasan tanah dan kerapatan isi.
Pengaruh bahan organik terhadap kadar air tanah membuat tanah akan semakin baik
dalam mengikat air. Pengaruh bahan organik terhadap kekerasan tanah adalah
membuat tanah akan semakin gembur dan akan sangat baik untuk perakaran tanaman
sedangkan pengaruh bahan organik untuk kerapatan isi tanah akan membuat volume
tanah semakin merenggang, maka perakaran dapat tumbuh dengan baik.
Universitas Sriwijaya
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh cara pemberian pupuk kompos briket dan remah
terhadap kadar air tanah, kerapatan isi, dan kekerasan tanah.
2. Untuk mengetahui pengaruh cara pemberian pupuk kompos briket dan remah
terhadap perakaran tanaman padi.
Universitas Sriwijaya
Denah pengacakan di lapangan adalah sebagai berikut :
3m
D0 K1 U1 D1 K1 U1 D0 K2 U1 D1 K2 UI
3m
D1 K1 U2 D0 K1 U2 D1 K2 U2 D0 K2 U2
D0 K2 U3 D1 K2 U3 D0 K1 U3 D1 K1 U3
Timur Barat
D1 K2 U4 D0 K1 U4 D1 K1 U4 D0 K2 U4
Keterangan :
D0= Dosis Kompos 0 ton ha-1
D1= Dosis Kompos 15 ton ha-1
K1= Kompos Briket
K2= Kompos Sebar
m = Meter
Universitas Sriwijaya
3.4.2 Kegiatan di Lapangan dan Kegiatan di Laboratorium
3.4.2.1 Pembuatan Kompos
Kompos dibuat dengan mengambil daun kirinyuh dan daun senduduk, daun
diambil sebanyak 100 kg jumlah keseluruhan daun adalah 200 kg. Kemudian daun
tersebut dipotong dengan mesin, setelah dipotong lalu masukan ke dalam bak
pengomposan, kompos tersebut ditambhakan gula sebanyak 1 kg pada setiap 100 kg,
jadi jumlah gula yang di tambahkan pada pengomposan ini sebanyak 2 kg. Setelah itu
diaduk dan dilembabkan menggunakan air secukupnya kemudian ditutup dengan
menggunakan karung goni. Suhu dan kelembaban kompos harus dijaga, pengadukan
kompos dilakukan satu minggu sekali selama 8 minggu.
3.4.2.2.Pembuatan Briket
Briket dibuat menimbang pupuk kompos dengan dosis 15 ton ha-1 untuk 4
tanaman maka yang ditimbang adalah seberat 264 g kompos briket lalu ditambahkan
dengan 10 g abu sekam. Kompos kemudian dicampur dengan tepuk kanji yang sudah
dimasak dengan air dengan dosis 1 liter air 50 g kanji kemudian diaduk sampai
berwarna putih. Campurkan 3 sendok makan tepung kanji ke kompos hingga
berbentuk bulat dan melekat, peletakan abu sekam pada kompos briket pada satu
sisinya.
Universitas Sriwijaya
3.4.2.7. Pengambilan Sampel Akar
Pengambilan Sampel akar dilakukan setelah panen menggunakan pipa paralon
15 x 15 cm pada Padi yang telah dipanen.
3.5 Pengamatan
Peubah yang diamati terdiri dari:
1. Kekerasan Tanah
2. Kadar Air pada berbagai pF
3. Kerapatan Isi
4. Perakaran Tanaman
3.7 Penulisan
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengolahan data akan
disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembuatan
laporan dalam bentuk laporan skripsi.
Universitas Sriwijaya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
dimana kompos briket diletakkan. Tujuan pengambilan sampel ini agar mengetahui
secara langsung perubahan kadar air tanah setelah diberi perlakuan kompos briket dan
remah.Kompos briket dan remah dalam penelitian ini mampu menahan air
dibandingkan dengan kontrol, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperluakn suatu
keadaan taat air yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah akan
menyerap unsur hara. Tata air dan udara yang baik ini adalah jika pori terisi air
minimum 10% dan pori terisi udara minimal 10% atau lebih. Air tanah merupakan
salah satu bagian penyusun pada tanaman. Air tanah hampir seluruhnya berada pada
udara atau atmotsfer. Tanah mempunyai kapilaritas yang berbeda-beda untuk
menyerap dan mempertahankan kelembapannya tergantung kepada struktur, tekstur,
dan kandungan bahan organic yang terdapat di dalam tanah (Kemas, 2007).
Hasil menunjukan bahwa Kompos briket tidak menunjukan pengaruh yang
tidak nyata terhadap Kadar Air pada berbagai pF namun pemberian kompos
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Universitas Sriwijaya
dapat mempengaruhi jumlah pori-pori tanah, demikian pula berat per satuan volume
(Hakim et al., 1986). Kerapatan isi lapisan yang bertekstur halus biasanya antara 1,0-
1,3 g/cm3. Jika struktur tanah kasar maka kerapatan isi 1,3-1,8 g/cm 3. Dimana makin
padat suatu tanah makin tinggi kerapatan massa atau bulk densitynya sehingga makin
sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman.
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 4.5 menunjukan bahwa kompos briket
dan remah memiliki kerapatan isi yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol, hal
ini menunjukan bahwa bahan organik dapat mempengaruhi kerapatan isi tanah
meskipun tidak berpengaruh nyata. Menurut Hardjowigeno (2003) semakin tinggi
bobot isi, semakin padat tanah tersebut, yang berarti sulit untuk meneruskan air atau
ditembus akar tanaman. Bobot isi penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau
air untuk setiap hektar tanah yang didasarkan pada berat tanah per hektar. Pada
umumnya bobot isi tanah adalah 1,1 – 1,6 g/cm3 . Oleh karena itu, bobot isi dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung dan tidak langsung, untuk
pertumbuhan tanaman yang baik bobot isi harus di bawah 1,4 g/cm3 untuk tanah
lempung dan di bawah 1,6 g/cm3 untuk tanah pasir (Gardiner dan Miller, 2004).
Universitas Sriwijaya
Metode yang paling umum untuk mengukur pemadatan tanah adalah
menentukan nilai indeks menggunakan penetrometer. Penambahan bahan organik
menyebabkan nilai ketahanan penetrasi lebih rendah dibandingkan dengan tanah
tanpa penambahan bahan organik. Hal ini dikarenakan, bahan organik dapat
memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi porous sehingga dapat menurunkan bobot
isi tanah (Damanik, 2007).
Universitas Sriwijaya
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Perlakuan Briket Kompos dan Remah tidak berpengaruh nyata terhadap kadar
air, kekerasan tanah, kerapatan isi dan perakaran tanaman padi.
2. Perlakuan kompos briket dan remah 15 ton ha -1 cenderung lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan kontrol terhadap kadar air, kekerasan tanah
kerapatan isi dan perakaran tanaman padi.
5.2 SARAN
Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai kompos briket dan remah
yang dibuat dengan daun kirinyuh dan daun senduduk terhadap sifat fisika tanah
untuk pertumbuhan tanaman padi, dan ditambahkan bahan-bahan lainnya seperti
kapur agar pertumbuhan padi lebih optimal.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Bernas, S.M, A. Wijaya, E.P Sagala, 2014. Pupuk organik dari Tumbuhan Rawa
dan Budidaya Padi Merah Organik pada sistem Pertanian Terapung.
Laporan penelitian dibiayai oleh DIPA, Unsri.
Gardiner DT dan Miller RW. 2004. Soil in Our Environment, Tenth Edition. New
Jersey: Person Education, Inc.
Kristamtini dan Prajitno. 2009. Karakteristik padi beras merah segreng varietas
unggul lokal gunung kidul. J Ilmu Pert 5(1):45-51.
Universitas Sriwijaya
Mensvoort MEF van and Dent DL. 1998. Acid sulphate soils. In. Lal R, Blum
WH,Valintine C, and Stewart BA.(ed). Method for Assesessment of Soil
Degradation. Florida: CRC Press LLC. hlm.301-330
Rajguru, N.R. Burgos. D.R. Gealy, C.H. Sneller, and J.McD. Stewar. 2002.
Genetic Diversity of red rice in Arkansas. In Rice research studies..
Arkansas Agricultural Experiment Station, Fayetteville, Arkansas
72701. p. 99–104.
RAWLS, W.J.; GISH, T.J. & BRAKENSIEK, D.L. Estimating soil water retention
from soil physical properties andcharacteristics. Adv. Soil Sci., 16:213-234,
1991
Thamrin, T. 2010. Laporan Akhir Uji Multilokasi galur–galur harapan Padi Sawah
(Produktivitas > 8 ton/ha, umur genjah < 90 hari, toleran Fe > 25 ppm),
Jagung (Produktivitas > 6 ton/ha, toleran pH > 4,5), dan Kedelai
(Produktivitas > 2 ton/ha, toleran pH > 5) di Sumatara Selatan. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Palembang
Wilson, E. 2006. Kepadatan tanah akibat penyaradan oleh forwarder dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan semai. Skripsi. Departemen Hasil
Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor
Universitas Sriwijaya