Kelompok 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Resume

IMELDA MARSHELYNA (742352022108)


ZAHRA FRADHISA DZAURI (742352022109)
ANDI FITRI RAMADANI AMIR (742352022110)
AUDY NAYA AULIA (742352022111)
MUH. RIFKY SEPRIAWAN SAPUTRA (742352022122)

PERBEDAAN QAWAA’ID FIQHIYYAH DAN DHAWAABIT


FIQHIYYAH DENGAN QAWAA’ID USHULIYAH

A. Perbedaan Qawaa’id Fiqhiyyah dengan Dhawaabit Fiqhiyyah

Istilah qawaid fiqhiyyah dan dhawabith fiqhiyyah terkadang kurang


diperhatikan oleh para penyusun kitab qawaid fiqhiyyah, sehingga keduanya
kadang-kadang bercampur baur. Abd al-Ghani al-Nabusi (w. 1143 H)
berpendapat bahwa qaidah sama dengan dhabith, karena secara realita bahwa
para ulama terkadang suka menyebut qaidah atau semakna dengannya
terhadap dhabith. Selain karena perbedaan antara keduanya sangat tipis. Orang
yang pertama mengkaji dan meneliti masalah dhawabith fiqhiyyah yaitu Abu
al-Hasan Ali bin Husein al-Sughdy (w. 461 H).dengan kitabnya berjudul al-
Naftu fi al Fatawa yang di antara isinya menerangkan tentang dhawabith.
Begitu pula Ibnu Nujaim menyusun sebuah kitab yang berjudul al-Fawaid al-
Zainiyyah fi al fiqh al-Hanafiyyah berisi tentang lima ratus dhawabith,
meskipun masih bercampur baur dengan qawaid fiqhiyyah. Al-Subky dalam
kitabnya Asybah wa al Nazhair menyebut qaidah kullyyah sedangkan
dhawabith disebut dengan istilah qawaid khashshah.
Ibnu Nujaim membedakan antara qawaid fiqhiyyah dengan dhawabith
fiqhiyyah. Menurutnya qawaid fiqhiyyah menghimpun beberapa furu'
(cabang/bagian) dari beberapa bab fiqh, sedangkan dhawabith fiqhiyyah hanya
mengumpulkan dari satu bab, dan inilah yang disebut dengan ashal. Menurut
As-Suyuthi dalam Asybah wa Nadhair fi An Nahwi, bahwa qawaid fiqhiyyah
mengumpulkan beberapa cabang dari beberapa bab fiqh yang berbeda,
sedangkan dhawabith fiqhiyyah mengumpulkan bagian dari satu bab fiqh saja.
Pada masa sekarang istilah qaidah dan dhabith telah menjadi populer di
kalangan para ulama, sehingga mereka membedakan ruang lingkup keduanya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa qawa'id fiqhiyyah lebih
umum dari dhawabith fiqhiyyah, karena qawa'id fiqhiyyah tidak terbatas pada
masalah dalam satu bab fikih, tetapi kesemua masalah yang terdapat pada
semua bab fikih. Sedang dhawabith fiqhiyyah ruang lingkupnya terbatas pada
satu masalah dalam satu bab fikih. Karena qaidah fiqhiyyah disebut qaidah
'ammah, atau kulliyah dan dhabith fiqh disebut qa'idah khashshah. Contohnya
kaidahnya antara lain:
” Kesulitan itu menimbulkan adanya kemudahan.”
Kaidah tersebut dinamakan qa’idah fiqhiyyah, bukan dhawabith fiqhiyyah,
karena kaidah ini masuk pada semua bab fikih, dalam masalah ibadah,
muamalah dan lainnya. Sedangkan kaidah :
“ Apa yang boleh menyewakannya, maka boleh pula meminjamkannya.”
Kaidah tersebut dinamakan dhawabith fiqhiyyah, karena hanya terbatas
pada rukun transaksi (muamalah) dan dalam bab pinjaman, atau pinjam
meminjam.
“Apabila bertemu yang halal dan haram, maka yang dimenangkan adalah
yang haram”.
Kaidah tersebut dikategorikan sebagai qaidah fiqhiyyah, karena kaidah ini
masuk pada semua bab fikih, ibadat, muamalah, atau yang lainnya. Sedangkan
kaidah:
“Apa yang tidak boleh menjadi objek jual-beli salam, tidak boleh menjadi
qardh (hutang-piutang).”
Kaidah tersebut dinamakan dhawabith fiqhiyyah karena hanya terbatas
pada syarat transaksi (muamalah) dan dalam bab hutang piutang.
B. Perbedaan Qawaa’id Fiqhiyyah dengan Qawaa’id Ushuliyyah

Syihab al-Din al-Qarafi adalah ulama yang pertama kali membedakan


antara qaidah ushuliyyah dan qaidah fiqhiyyah. Al-Qarafi menegaskan bahwa
syariat yang agung diberikan Allah kemuliaan dan ketinggian melalui pokok
(ushul) dan cabang (furu’). Adapun pokok dari syariat tersebut ada dua
macam. Pertama, ushul fiqh. Ushul fiqh memuat qaidah istinbath hukum yang
diambil dari lafazh-lafazh berbahasa Arab. Diantara yang dirumuskan dari
lafazh bahasa Arab itu qaidah adalah tentang kehendak lafazh amr untuk
menunjukkan wajib dan kehendak lafazh nahy untuk menunjukkan haram, dan
sighat khusus untuk maksud umum. Kedua, qawaid fiqhiyyah yang bersifat
kully (umum). Jumlah qaidah tersebut cukup banyak dan lapangan yang luas,
mengandung rahasia-rahasia dan hikmah syariat. Setiap qaidah diambil dari
furu’ (cabang) yang terdapat dalam syariat dan tidak terbatas jumlahnya. Hal
itu tidak disebutkan dalam kajian ushul fiqh, meskipun secara umum
mempunyai isyarat yang sama, tetapi berbeda secara perincian.
Athiyyah Adlan membedakan antara qawaid fiqhiyyah dengan qawaid
ushuliyyah. Adapun Qawaid ushuliyyah merupakan dalil-dalil umum.
Sedangkan qawaid fiqhiyyah merupakan hukum-hukum khusus. Qawaid
ushuliyyah adalah qaidah untuk meng-istinbathkan hukum dari dalil-dalil yang
terperinci. Sedangkan qawaid fiqhiyyah adalah qaidah untuk mengetahui
hukum-hukum, memeliharanya dan mengumpulkan hukum-hukum yang
serupa serta menghimpun masalah- masalah yang berserakan dan mengoleksi
makna-maknanya.
Menurut Ali Ahmad al-Nadawi, di dalam buku Ade Dedi Rohayana,
perbedaan antara qawa’id fiqhiyyah dengan qawa’id ushuliyyah adalah
sebagai berikut:
1. Ilmu ushul fiqh merupakan parameter (tolok ukur) cara beristinbath fiqh
yang benar, kedudukan ilmu ushul fiqh (dalam fiqh) ibarat kedudukan ilmu
nahwu dalam hal pembicaraan dan penulisan. Qawa’id ushuliyyah merupakan
wasilah, jembatan penghubung, antara dalil dan hukum. Tugas qawa’id
ushuliyyah adalah mengeluarkan hukum dari dalil-dalil yang tafshili
(terperinci).
2. Qawa’id ushuliyyah merupakan qawa’id kulliyah yang dapat
diaplikasikan pada seluruh juz’i dan ruang lingkupnya. Ini berbeda dengan
qawa’id fiqhiyyah yang merupakan kaidah aghlabiyah (mayoritas) yang dapat
diaplikasikan pada sebagian besar juz’inya, karena ada pengecualiannya;
3. Qawa’id ushuliyyah merupakan zari’ah (jalan) untuk mengeluarkan
hukum syara’ amali. Qawa’id fiqhiyyah merupakan kumpulan dari hokum-
hukum serupa yang mempunyai ‘illat sama, dimana tujuannya untuk
mendekatkan berbagai persoalan dan mempermudah mengetahuinya.
4. Eksistensi qawa’id fiqhiyyah baik dalam opini maupun realitas lahir
setelah furu’, karena berfungsi menghimpun furu’ yang berserakan dan
mengoleksi makna-maknanya. Adapun ushul fiqh dalam opini dituntut
eksistensinya sebelum eksisnya furu’, karena akan menjadi dasar seorang
faqih dalam menetapkan hokum. Posisinya seperti Al-Qur’an terhadap Sunnah
dan nash Al-Qur’an lebih kuat dari zhahirnya. Ushul sebagai pembuka furu’
tidak dapat dijadikan alasan bahwa furu’ itu lahir lebih dahulu, furu’ sebagai
inspiratory lahirnya ushul fiqh. Posisinya seperti anak terhadap ayah, buah
terhadap pohon, dan tanaman terhadap benih.
5. Qawa’id fiqhiyyah sama dengan ushul fiqh dari satu sisi dan berbeda
dari sisi yang lain. Adapun persamaannya yaitu keduanya sama-sama
mempunyai kaidah yang mencakup berbagai juz’I, sedangkan perbedaannya
yaitu kaidah ushul adalah masalah-masalah yang dicakup oleh bermacam-
macam dalil tafshili yang dapat mengeluarkan hukum syara’, kalau kaidah
fikih adalah masalah-masalah yang mengandung hukum-hukum fikih saja.

KESIMPULAN

Al-Qawa’id al-fiqhiyyah (kaidah-kaidah fikih) adalah dasar-dasar atau


asas- asas yang bertalian/berkaitan dengan masalah-masalah atau jenis-jenis
fikih. Al- Qawa’id al-fiqhiyyah secara terminology adalah kaidah-kaidah yang
disimpulkan secara general dari materi fikih dan kemudian digunakan pula
untuk menentukan hokum dari kasus-kasus baru yang timbul, yang tidak jelas
hukumnya di dalam nash.
Qawa’id ushuliyyah merupakan cabang keilmuan islam, yang dilahirkan
untuk digunakan oleh mujtahid dalam menggali dan mengistinbathkan hukum
dari dalil- dalil yang global untuk mengeluarkan hukum syara’ amali.
Sedangkan Qawa’id fiqhiyyah merupakan kumpulan dari hukum-hukum
serupa yang mempunyai ‘illat sama, dimana tujuannya untuk mendekatkan
berbagai persoalan dan mempermudah mengetahuinya.
Qawa’id fiqhiyyah lebih umum dari dhawabith fiqhiyyah, karena qawa’id
fiqhiyyah tidak terbatas pada masalah dalam satu bab fikih, tetapi kesemua
masalah yang terdapat pada semua bab fikih. Sedangkan dhawabith fiqhiyyah
ruang lingkupnya terbatas pada satu masalah dalam satu bab fikih. Karena itu
qaidah fiqhiyyah disebut qa’idah ‘ammah, atau kulliyah dan dhabith fiqh
disebut qa’idah khashshah.

Anda mungkin juga menyukai