Makalah Qowaid Kel1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

QOWAID FIQIYAH

Disusun oleh :

Daniel Aprilian (2223120048)

Wirda Praja Yoga (2223120042)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

TA 2024/2025
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian dalam


bahasa Indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti aturan atau
patokan. Ahmad Warson menembahkan bahwa, kaidah bisa berarti al-asas
(dasar atau pondasi), al-Qanun (peraturan dan kaidah dasar), al-Mabda’
(prinsip), dan al-nasaq (metode atau cara).

Qowa’idul fiqiyyah atau kaidah-kaidah fiqih yaitu kaidah-kaidah yang


bersifat umum (kulli)yang mengelompokkan masalah-masalah fiqih terperinci
menjadi beberapa kelompok yang pula merupakan kaidah atau pedoman yang
memudahkan dalam mengistinbathkan (menyimpulkan) hukum bagi suatu
masalah yaitu dengan cara menggolongkan masalahmasalah yang serupa
dengan suatu kaedah.Sejak dahulu sampai saat ini tidak ada ulama yang
mengingkari akan penting peranan.

Qawaid Fiqhiyah dalam kajian ilmu syariah. Para ulama menghimpun


sejumlah persoalan fiqh yang ditempatkan pada suatu Qawaid Fiqhiyah.
Apabila ada masalah fiqh yang dapat dijangkau oleh suatu kaidah fiqh,
masalah fiqh itu ditempatkan di bawah kaidah fiqh tersebut. Melalui Qawaid
Fiqhiyah atau kaidah fiqh yang bersifat umum memberikan peluang bagi
orang yang melakukan studi terhadap fiqh untuk dapat menguasai fiqh dengan
lebih mudah dan tidak memakan waktu relatif lama.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Qawaid Fiqhiyah?
2. Apakah objek, tujuan, dan kegunaan Qawaid Fiqhiyah?
3. Apakah perbedaan, persamaan, dan korelasi antara Qawaid Fiqhiyah
dengan Ushul Fiqh dan Fiqh?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qawaid Fiqhiyah?

Menurut Al-Raghib al-Asfahani dalam buku Toha Andiko (2011:1)


Qawa`id fiqhiyyah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua suku kata,
yaitu qawa`id dan fiqhiyyah. Qawa`id adalah bentuk jama` dari kata qa`idah
yang secara etimologi berarti dasar atau fondasi (al-asas). Jadi qawa`id berarti
dasar-dasar sesuatu. Ada dasar atau fondasi yang bersifat hissi (kongkrit, bisa
dilihat) seperti dasar atau fondasi rumah, dan ada juga dasar yang bersifat
ma`nawi (abstrak, tak bisa dilihat) seperti dasar-dasar agama.1

Secara terminologi, al-Taftazani mendefenisikan qa`idah dengan


”Hukum yang bersifat universal (kulli) dan dapat diterapkan pada seluruh
bagian-bagiannya, yang mana persoalan-persoalan bagian (juz’i) tersebut
dapat dikenali darinya.” Sedang al-Jurjani dengan lebih sederhana
mendefenisikan qa`idah sebagai proposisi/peristiwa (qadhiyyah) universal
yang dapat diterapkan pada seluruh bagian-bagiannya.

Sedangkan fiqhiyyah berasal dari kata fiqh yang ditambah ya nisbah,


gunanya untuk menunjukkan jenis. Secara etimologi, kata fiqh berasal dari
kata fiqhan yang merupakan mashdar dari fi`il madhi faqiha yang berarti
paham. Selain itu, fiqh juga dimaknai sebagai pemahaman mendalam yang
untuk sampai padanya diperlukan pengerahan pemikiran secara sungguh-
sungguh. Oleh sebab itu, pemahaman di sini tidak hanya pemahaman secara
lahir tapi juga batin.

Sedang dalam kajian Ushul Fiqh, fiqh dimaknai dengan ”pengetahuan


tentang hukum-hukum syara` yang bersifat amaliah yang digali dari dalil-
dalilnya yang terperinci.” Pengertian ini menegaskan bahwa fiqh merupakan
hasil ijtihad para ulama melalui kajian terhadap dalil-dalil tentang berbagai
persoalan hukum baik yang disebutkan secara langsung maupun tidak
langsung dalam Al Qur’an dan al-Sunnah.

1
Toha. Ilmu Qawa’id Fiqhiyyah. (Bengkulu:Perum Polri Gowok Blok D 3 No. 200,2011) hal 1
Adapun pengertian qawa`id fiqhiyyah, secara istilah terdapat berbagai
defenisi, dua di antaranya yang menjadi pendapat populer:

‫حكم شرعي فى قضبة أغلبية يتعرف منها أحكام مادخل تحتها‬

”Hukum syara` tentang peristiwa yang bersifat mayoritas, yang darinya


dapat dikenali hukum berbagai peristiwa yang masuk ke dalam ruang
lingkupnya.”

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas, maka ulama terbagi dua dalam


memaknai qawa`id fiqhiyyah berkenaan dengan perbedaan mereka dalam
memandang keberlakuannya, apakah bersifat kulli (menyeluruh/universal)
atau aghlabi (kebanyakan).

Bagi ulama yang memandang bahwa qawa`id fiqhiyyah bersifat


aghlabi, mereka beralasan bahwa realitanya memang seluruh qawa`id
fiqhiyyah memiliki pengecualian, sehingga penyebutan kulli terhadap qawa`id
fiqhiyyah menjadi kurang tepat. Sedang bagi ulama yang memandang qawa`id
fiqhiyyah sebagai bersifat kulli, mereka beralasan pada kenyataan bahwa
pengecualian yang terdapat pada qawa`id fiqhiyyah tidaklah banyak. Di
samping itu, mereka juga beralasan bahwa pengecualian (al-istitsna’) tidak
memiliki hukum, sehingga tidak mengurangi sifat kulli pada qawa`id
fiqhiyyah.

Jadi, pada dasarnya kedua kelompok ulama di atas sepakat tentang


adanya istitsna’ (pengecualian) dalam penerapan qawa`id fiqhiyyah, hanya
saja mereka berbeda pendapat berkenaan dengan pengaruh istitsna’ tersebut
terhadap keuniversalan qawa`id fiqhiyyah.

Demikian, qawa`id fiqhiyyah merupakan kaedahkaedah yang bersifat


umum, meliputi sejumlah masalah fiqh, dan melaluinya dapat diketahui
sejumlah masalah yang berada dalam cakupannya.

B. Tujuan, dan Kegunaan Qawaid Fiqhiyah


Mempelajari qawaid fiqhiyyah ada tujuan dan manfaatnya. Tujuan
mempelajari qawaid fiqhiyyah, yaitu agar dapat mengetahui prinsip-prinsip
umum fiqh dan mampu mengetahui pokok masalah dalam fiqh untuk
mendapatkan titik temu dari permasalahan tersebut.

Dengan tujuan tersebut, seorang yang mempelajari qawaid fiqhiyyah


akan mendapat manfaat. Berikut di antaranya manfaat yang akan didapatkan:
1) Lebih mudah menetapkan hukum Islam dari masalah yang dihadapi
2) Lebih bijaksana dalam menerapkan materi-materi hukum dalam waktu,
tempat, keadaan dan adat yang berbeda
3) Mempermudah menguasai materi hukum
4) Mendidik orang yang berbakat fiqh dalam melakukan analogi (ilhaq)
dan takhrij untuk memahami permasalahan-permasalahan baru
5) Mempermudah orang yang berbakat fiqh memahami bagian-bagian
dalam hukum dengan mengeluarkannya dari tempatnya.

C. perbedaan, persamaan, dan korelasi antara Qawaid Fiqhiyah dengan Ushul


Fiqh dan Fiqh.
a. Perbedaan Ushul Fiqh dengan Qawa`id Fiqhiyyah:
1) Ushul Fiqh lahir lebih dahulu dari pada fiqh, sebab fungsi ushul fiqh
adalah menggali, mengeluarkan, dan menemukan hukum syara` yang
bersifat praktis dari dalil-dalilnya yang terperinci. Sedangkan qawa`id
fiqhiyyah lahir sesudah adanya fiqh, sebab qawa`id fiqhiyyah diambil
dari hasil generalisasi terhadap kumpulan berbagai masalah hukum-
hukum fiqh yang serupa yang memiliki kesamaan illat, dan fungsinya
untuk mendekatkan dan mengklasifikasi berbagai macam persoalan
yang berbeda sehingga mempermudah mengetahuinya.
2) Ushul Fiqh merupakan metode yang dijadikan standar pedoman primer
untuk menggali, menemukan, dan mengeluarkan (istinbath) hukum,
objek bahasannya dalil-dalil dan hukum perbuatan mukallaf. Hal ini
seperti halnya eksistensi ilmu nahwu yang menjadi pedoman dalam
pembicaraan dan penulisan ahasa Arab. Sedangkan qawai`d fiqhiyyah
adalah kaedah- kaedah sekunder yang bersifat kebanyakan
(aktsariyah), dan objek bahasannya selalu hukum perbuatan mukallaf .
3) Qaidah-qaidah ushul merupakan dalil-dalil umum, sedangkan qawa`id
fiqhiyyah merupakan hukum-hukum umum.
4) Dalam penerapannya, kaedah-kaedah yang terdapat dalam ushul fiqh
(qawa`id ushuliyah) bersifat umum dan menyeluruh dan dapat
diaplikasikan pada seluruh bagian-bagian dan ruang lingkupnya.
Sedangkan qawa`id fiqhiyyah pada kaedahkaedahnya tidak dapat
diterapkan secara menyeluruh, tapi hanya dapat diaplikasikan pada
sebagian besar bagian-bagiannya saja, karena ada pengecualian-
pengecualian tertentu.

b. Persamaan qawa`id fiqhiyyah dengan ushul fiqh ialah:


1) Keduanya sama-sama memiliki kaedah-kaedah yang dapat
diaplikasikan pada beberapa cabang dalam masalah-masalah fiqh.
2) Sama-sama membahas hukum perbuatan mukallaf.
3) Sama-sama dapat menuntun manusia kepada hukum yang dikehendaki
oleh Syari`.
4) Sama-sama dapat dijadikan dalil hukum.

c. Keistimewaan qawa`id fiqhiyyah dibanding ushul fiqh ialah:


1) Qawa`id fiqhiyyah selain dapat memelihara dan menghimpun berbagai
masalah yang sama, juga sebagai tolok ukur dala mengidentifikasi
berbagai hukum yang masuk dalam ruang lingkupnya.
2) Qawa`id fiqhiyyah dapat menunjukkan bahwa hukum-hukum yang
sama illatnya, walaupun berbeda-beda kasusnya, merupakan satu jenis
illat dan mashlahat.
3) Sebagian besar kajian masalah ushul fiqh tidak membahas secara detil
hikmah tasyri` dan maksudnya, tapi mengkaji bagaimana cara
mengeluarkan hukum dari lafadz-lafadz dalil syara` dengan kaedah-
kaedah yang memungkinkannya dapat mengeluarkan hukum-hukum
cabang (furu`). Sedangkan qawa`id fiqhiyyah selain mengkaji maksud-
maksud syara` secara umum dan khusus, juga dapat sebagai barometer
dalam meneliti dan mengenal rahasia-rahasia hukum dan hikmah-
hikmahnya.
d. Korelasi Ushul Fiqh, Fiqh dan Qawa`id Fiqhiyyah

Pada kajian Ushul Fiqh, objek kajiannya meliputi dalil atau sumber
hukum, metode penggunaan dalil atau sumber hukum, dan syarat-syarat
mujtahid yang berhak melakukan penggalian hukum dari sumbernya. Jadi
Ushul Fiqh adalah sebuah disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pedoman
dalam tata cara berijtihad, baik melalui ijtihad bayani, ijtihad ta`lili,
maupun ijtihad istishlahi.

Jadi dapat dipahami bahwa Ushul Fiqh adalah Kumpulan kaedah-


kaedah untuk mengeluarkan hukum berbagai kasus fiqh. Dari berbagai
kasus fiqh tersebut, lalu dilihat persamaan illat dan diperhatikan kemiripan
motif-motif, kegunaan, tujuannya, dan prinsip umum yang terkandung
dalam nash (Alquran dan Hadis), kemudian barulah diklasifikasi dan
disusun sedemikian rupa dalam bentuk pernyataan-pernyataan singkat dan
padat.

Tegasnya, fiqh merupakan produk dari ushul fiqh. Dan dari fiqhlah
kemudian dilahirkan qawa`id fiqhiyyah untuk memudahkan manusia
mengetahui dan memahami ketentuan hukum secara singkat terhadap
berbagai masalah, sehingga manusia merasa nyaman dalam bertindak
karena cepat mengetahui status hukumnya.

Dengan demikian, Ushul Fiqh adalah metode, fiqh adalah hasilnya,


dan qawa`id fiqhiyyah merupakan ringkasan dari masalahmasalah fiqh
terdahulu yang dibuat dalam bentuk ungkapan singkat, yang dapat pula
dijadikan bahan pertimbangan pedoman dalam menetapkan hukum-hukum
berbagai peristiwa yang terjadi di kemudian hari, termasuk masalah-
masalah yang tidak ada nashnya mengatur secara langsung.

Dengan analogi lain dapat dijelaskan, jika diibaratkan dalam suatu


proses produksi, maka Ushul Fiqh merupakan mesin produksi, sedangkan
Fiqh adalah barang hasil produksi. Adapun Qawa`id Fiqhiyyah adalah
kumpulan atau paket-paket kemasan dari hasil produksi. Dalam hal ini,
qawa`id fiqhiyyah merupakan hasil produksi para mujtahid dalam bentuk
hukum Islam yang dikelompokkan menurut jenis dan kesamaan lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, qawa`id fiqhiyyah merupakan kaedahkaedah yang bersifat umum,


meliputi sejumlah masalah fiqh, dan melaluinya dapat diketahui sejumlah
masalah yang berada dalam cakupannya.

Tujuan mempelajari qawaid fiqhiyyah, yaitu agar dapat mengetahui


prinsip-prinsip umum fiqh dan mampu mengetahui pokok masalah dalam fiqh
untuk mendapatkan titik temu dari permasalahan tersebut.

Perbedaan, persamaan, dan korelasi antara Qawaid Fiqhiyah dengan


Ushul Fiqh dan Fiqh, Qaidah-qaidah ushul merupakan dalil-dalil umum,
sedangkan qawa`id fiqhiyyah merupakan hukum-hukum umum.

Anda mungkin juga menyukai