Makalah BK1
Makalah BK1
Makalah BK1
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling
Dosen Pengampu:
Amal Hayati,S.PdI,M,Pd.
Disusun Oleh:
Sintia Fauzi
2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Meskipun penyusunan makalah ini belum sempurna tetapi penulis
berusaha untuk menghasilkan yang terbaik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Bimbingan Konseling’’ dengan materi pembahasan tentang “Landasan Bimbingan
Konseling’’.Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas baik yang digunakan
sebagai penilaian proses belajar, maupun untuk penilaian hasil belajar. Selain itu makalah ini
diharapkan ikut membantu pembaca untuk lebih memahami dan mendalami kajian teoritis pada
buku sumber dan penunjang yang digunakan sehingga dapat terlatih serta mampu berpikir kritis,
analitis dan sistematis.Kami menyadari bahwa makalah ini masih masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna khusunya bagi penulis dan umumnya bagi kita
semua yang membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
MAKALAH....................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A..............................................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
C..............................................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
A..............................................................................................................................................................6
B..............................................................................................................................................................7
C..............................................................................................................................................................8
D..........................................................................................................................................................9
E.........................................................................................................................................................12
F.............................................................................................................................................................13
A............................................................................................................................................................15
B............................................................................................................................................................15
DAFTAR
..................................................................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai
sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh
diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek,
dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar
bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (konseli). Agar aktivitas dalam layanan
bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan
semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (konseli) maka pemahaman dan penguasaan
tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-
tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat
aspek pokok yang mendasari pengembangan layananbimbingan dan konseling ada 6 yaitu :
landasan filosofis, landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan
ilmiah dan teknologis, landasan pedagogis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Landasan Filosofis dalam Bimbingan Konseling.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman
khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang
lebih bisa dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam
bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas
pertanyaan filosofis tentang: apakah manusia itu? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai
dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat postmodern. Dari berbagai
aliran filsafat yang ada, para penulis Barat. (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes,
Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia
sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk
meningkatkan perkembangan dirinya.
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-
pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia
berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
9. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia
berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling
diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri.Seorang konselor dalam
berinteraksi dengan konselinya harus mampu melihat dan memperlakukan konselinya sebagai
sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
6
B. Landasan Religius
Landasan religius pada intinya berusaha mendudukan konseli atau konseli sebagi seorang
makhluk ciptaan Tuhan dengan segala konsekuensi riligiusitasnya, landasan ini juga memberikan
makna bahwa proses konseling yang dilakukan oleh seorang konselor perlu berlandaskan nilai-
nilai agama, nilai atau seperangkat ketentuan agama berusaha diintegrasikan dalam layanan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan.
Dalam landasan religius Bimbingan Konseling diperlukan penekanan pada 3 hal pokok :
1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan
tersebut tidak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan
yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
2. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap
keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama
harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan
diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang
kehidupan dunia dan akhirat.
3. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan
tepat menempatkan konseli sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan
sendiri, sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan. Agama sebagai
pedoman hidup memiliki fungsi :
a. Memelihara fitrah
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan
Dalam pembahasan ini kita dapat mengetahui beberapa point yang berhubungan dengan
agama kita yaitu Islam, seperti keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah
makhluk Tuhan, sama halnya dengan kita yang diciptakan oleh Allah SWT. Kemudian sikap
yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan
kaidah-kaidah agama, sebagaimana kita telah diajarkan dalam Islam kaidah-kaidah apa saja yang
seharusnya dipakai dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor
7
tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (konseli). Secara luas untuk bisa hidup
bahagia, manusia memerlukan keadaan mental psikologis yang baik (selaras, seimbang). Dalam
kehidupan nyata, baik karena faktor internal maupun eksternal, apa yang diperlukan manusia
bagi psikologisnya itu bisa tidak terpenuhi atau dicari dengan cara yang tidak selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Tuhan. Berdasarkan kenyataan-kenyataan bimbingan dan konseling
berlandaskan agama, diperlukan untuk membantu manusia agar dalam memenuhi kebutuhan
psikologisnya dapat senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Tuhan, termasuk
mengatasi kondisi-kondisi psikologis yang membuat seseorang menjadi berada dalam keadaan
tidak selaras. Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang: (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan,
(c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
1. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku
baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu
semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang
terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu
dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari
dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi
bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang
kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang
dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada
dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas
sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik dan
menjadi tersia-siakan.
3. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek
8
fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam menjalankan
tugastugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang
dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta
keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
4. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar
untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan
dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat
kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan
memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar
dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat
belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar
sebelumnya.
5. Kepribadian
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:
1) Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
2) Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3) Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen
4) Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
5) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6) Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti:
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa
menimbulkan masalah dalam hubungan konseling, dari awal pengembangan hubungan yang
akrab dan saling mempercayai antara klien dan konselor, penstruktur suasana konseling, sampai
peniadaan sikap menolak dari klien. Tuntutan tentang kompetensi konselor antar budaya diatas
membawa implikasi terhadap pribadi-pribadi konselor serta sekaligus lembaga pendidikan dan
latihan bagi konselor. Kurikulum dan program pendidikan serta latihan teori dan praktek perlu
mencakup pengkajian dan kegiatan praktek lapangan berkenaan dengan aspekaspek sosial
budaya klien yang berbeda-beda.Untuk itu hasil-hasil penelitian diperlukan agar para calon
konselor dan para pendidik konselor yakin tentang berbagai unsur konseling antar budaya. Untuk
membimbing penelitian dan mengarahkan perhatian mereka kepada berbagai aspek konseling
antar budaya itu, Pedersen dkk, mengemukakan sejumlah hipotesis, yaitu :
1) Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antar budaya yang apada diri klien
dan konselornya, maka dimungkinkan konseling itu akan berhasil.
2) Makin besar kesamaan pemahaman tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, dan berbagai
aspek hubungan konseling lainnya pada diri klien dan konselornya,maka makin besar
kemungkinan konseling itu akan berhasil.
10
3) Makin besar kemungkinan penyederhanaan harapan yang ingin dicapai oleh klien menjadi
tujuan-tujuan operasional yang bersifat tingkah laku maka makin efektiflah konseling dengan
klien tersebut.
4) Makin bersifat personal dan penuh dengan suasana emosional suasana konseling antar budaya,
makin mungkinlah klien menanggapi pembicaraan dalam konseling dengan bahasanya, dan
makin mungkinlah konselor memahami sosialisasi klien dalam budayanya.
5) Keefektifan konseling antar budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses
komunikasi pada umumnya, dan terhadap gaya komunikasi dalam budaya klien.
6) Latar belakang dan latihan khusus, serta latar belakang terhadap permasalahan hidup sehari-
hari yang relefan dengan budaya tertentu, akan meningkatkan keefektifan konseling dengan klien
yang berasal dari latar belakang budaya tersebut
7) Makin klien kurang memahami proses konseling antar budaya, makin perlu konselor
memberikan pengarahan kepada klien itu tentang keterampilan berkomunikasi, pengambilan
keputusan, dan transfer (mempergunakan keterampilann tertentu pada situasi-situasi yang
berbeda).
8) Keefektifan konseling antar budaya akan meningkat sesuai dengan pemahaman tentang nilai-
nilai dan kerangka budaya asli klien dalam hubungannya dalam budaya yang sekarang dan yang
akan datang yang akan dimasuki klien.
9) Konseling antar budaya akan meningkat keefektifannya dengan adanya pengetahuan dan
dimanfaatkannya kelompok-kelompok antar budaya yang berpandangan amat menentukan
terhadap klien.
10) Keefektifan konseling antar budaya akan bertambah dengan meningkatnya kesadaran
konselor tentang proses adaptasi terhadap kecemasan dan kebingungan yang dihadapi oleh
individu yang berpindah dari budaya yang satu kebudaya yang lainnya, dan dengan pemahaman
konselor tentang berbagai keterampilan yang diperlukan bagi klien untuk memasuki budaya yang
baru.
11) Meskipun konseling antar budaya yang efektif memerlukan pertimbangan tentang kehidupan
sekarang dan kemungkinan tugas-tugas yang akan datang yang perlu ditempuh, namun fokus
yang paling utama adalah hal-hal yang amat dipentingkan oleh klien.
12) Model konseling yang khususnya dirancang untuk pola budaya tertentu akan efektif
digunakan terhadap klien-klien yang berasal dari budaya tersebut daripada budaya lainnya.
11
13) Konseling antar budaya akan efektif apabila konselor memperlihatkan perhatian kepada
kliennya sebagai seorang individu yang spesial.
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling
yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu
bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan
yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya. Obyek kajian bimbingan dan
konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi
pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/pengembangan.
Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode,
seperti pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan
perkembangan),prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai
obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan
konseling.
12
dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih
lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan
pula hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan
konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/keefektifan dilapangan. Layanan
bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara
terus menerus terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling.
Pengembangan praktek pelayanan bimbingan dan konseling, tidak boleh tidak harus melalui
penelitian bahkan kalau dapat penelitian yang bersifat eksperimen. Dengan demikian melalui
penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang
ketetapan dan keefektifan/ keefisienannya di lapangan.
F. Landasan Pendagogis
Pedagogis merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak Jadi
pedagogi mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak,pendagogie merupakan
teori pendidikan anak. Landasan pendagogis dalam layanan bimbingan & konseling ditinjau dari
3 segi, yaitu:
1. Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Individu
13
3. Pendidikan Lebih Lanjut Sebagai Inti Tujuan Layanan Bimbingan Dan Konseling
Pendidikan merupakan upaya berkelanjutan. Apabila suatu kegiatan atau program pendidikan
selesai, individu tidak hanya berhenti disana. Ia maju terus dengan kegiatan dan program
pendidikan lainnya. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin jauh menggelinding makin
besar. Proses pendidikan yang berhasil setiap kali memperkaya peserta didik dan makin
memantapkan pribadi peserta didik menuju manusia seutuhnya. Demikian pula dengan hasil
bimbingan dan konseling. Hasil pelayanan itu tidak hanya berhenti sampai pada pencapaian hasil
itu saja, melainkan perlu terus digelindingkan untuk mencapai hasil-hasil berikutnya. Namun,
berbeda dari pendidikan, individu yang berhasil dalam proses bimbingan dan konseling tidak
diharapkan segera memasuki program bimbingan dan konseling lainnya. Bahkan sebaliknya,
individu yang berhasil dalam bimbingan dan konseling itu diharapkan tidak perlu memasuki
program bimbingan dan konseling lagi ataupun mengambil program bimbingan lebih lanjut.
Oleh karena itu tidak dikenal istilah bimbingan dan konseling berkelanjutan dalam arti
membimbing individu yang sama terus menerus.
BAB III
PENUTUP
14
A. Kesimpulan
Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat
aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling ada 6 yaitu:
landasan filosofis, landasan religius,landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah
dan teknologis, landasan pedagogis. Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor
selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Sebagai
sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang
kokoh. Karena landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk
terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
B. Saran
Landasan adalah hal yang pokok didalam mencapai suatu tujuan. Dengan mengetahui
landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu peserta didik
didalam pelaksanaan pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Remaja
ERasdakarnya, 2006)
Nana Syaodih Sukmadinata, Bimbingan & Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi
dan kepribadian Siswa, (Bandung: Maestro, 2007)
16