Makalah Kelompok 4 DDBK
Makalah Kelompok 4 DDBK
Makalah Kelompok 4 DDBK
Dosen:
Mata Kuliah :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG 2020
-1-
KATA PENGANTAR
Segala puji serta keagungan semata hanya tertuju kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar Dasar Bimbingan dan
Konseling dan tak lupa Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai risalah bagi umat manusia seluruh alam.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan
khususnya untuk penulis.
Bukittingg, 16 Oktober
Penulis
-2-
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
1. Landasan Filosofis..........................................................................................6
2. Landasan Religius..........................................................................................9
3. Landasan Psikologis.......................................................................................9
6. Landasan Pedagogis.......................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
-3-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai
bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima
jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan
konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi
mutlak adanya..
Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan
konseling selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi
sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan
konseling, sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan
penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di
atas landasan yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan
konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang
beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan
konseling.
B. Rumusan Masalah
-4-
C. Tujuan Penulisan
-5-
BAB II
PEMBAHASAN
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti
landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun
landasan pendidikan secara umum.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis
maupun estetis
Pemikiran yang paling mendalam, luas, tinggi dan tuntas mengarah kepada
kefahaman tentang hakikat sesuatu. Sesuatu yang dipikirkan itu dikupas, diteliti,
dikaji dan selurus lurusnya dan setajam tajamnya sehingga diperoleh kefahaman
menyeluruh tentang hakikat keberadaan dan keadaan sesuatu itu. Hasil pikiran yang
menyeluruh itu selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk bertindak berkenaan dengan
sesuatu yang dimaksudkan itu. Pikiran filosofis juga mencapkup segi estetika, etika,
logika, maka tindakan yang berlandasan kefahaman filosofis itu akan dapat
dipertanggungjawabkan secara logis dan etis, serta dapat memenuhi tuntutan
estetika.
-6-
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau
tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu
diperlukan pikiran filosofis tentang berbagai hal yang bersangkutan dengan
pelayanan bimbingan dan konseling. Pikiran dan kefahaman filosofis menjadi alat
yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya dan bagi
konselor pada khususnya. Pikiran dan kefahaman filosofis memunkinkan konselor
menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif serta lebih efektif dalam
penerapan upaya pemberian bantuannya.
Ada beberapa pemiikiran yang terkait dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, di antaranya hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan. Dalam hakikat
manusia dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan tuhan, manusia adalah
makhluk yang tertinggi dan termulia derajatnya dan paling indah diantara makhluk
ciptaan tuhan, keberadaan manusia dilengkapi dengan dimensi kamusiaan yaitu
dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan. Dalam kehidupan
ini sebagai tujuan dan tugas kehidupan manusia mencangkup tugas kehidupan
spiritual, tugas pengaturan diri, tugas bekerja, tugas persahabatan dan tugas cinta
( saling mengasihi).
Hakikat Manusia
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson,
Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno dan Erman Amti,
2004:140) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan
ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri khususnya melalui pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup
berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-
tidaknya mengontrol keburukan.
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
-7-
g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia
itu adan akan menjadi apa manusia itu.
i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
-8-
2. Landasan Religius
Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3 hal
pokok, yaitu;
(1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan,
(2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
(3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-
kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan Religius berkenaan dengan :
1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi
kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif.
Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada
hal-hal positif.
2. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari
sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama
itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-
nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai
upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
3. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan
dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil
keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang
dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah,
memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.
3. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis
dalam bimbingan dan konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu
yang menjadi sasaran layanan. Hal ini diperlukan karena ruang lingkup bimbingan dan
konseling adalah ruang lingkup klien, yang perlu diubah atau dikembangkan.
-9-
Tingkah laku individu tidak terjadi dalam keadaan kosong, melainkan mengandung
latar belakang, latar depan, sangkut paut dan isi tertentu. Tingkah laku berlangsung
dalam lingkungan tertentu yang didalamnya terdapat unsur waktu, tempat, dan berbagai
kondisi lain. Tingkah laku merupakan perwujudan hasil interaksi antara keadaan intern
dan ekstern
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang :
a. Motif dan Motivasi
b. Pembawaan dan Lingkungan
c. Perkembangan Individu
d. Belajar
e. Kepribadian
- 10 -
MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya
tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya
itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan
pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut.
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam
komunikasi dan penyesuaian diri antarbudaya yaitu sumber-sumber berkenaan dengan
perbedaan bahasa, komunikasi non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan
kecemasan. Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan
pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk, 1976 (dalam Prayitno dan Erman
Amti, 2004;175) tentang berbagai aspek konseling budaya antara lain:
a. Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri
konselor dan klien maka konseling akan berhasil
b. Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka,
maka makin efektif konseling tersebut
c. Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil
konseling tersebut
d. Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya
makin memudahkan konselor memahami klien.
e. Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor
terhadap proses komunikasi
f. Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman
terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.
g. Makin klien (antarbudaya) kurang memahami proses konseling, makin perlu
konselor atau program konseling antarabudaya memberikan
pengarahan/pengganjaran/latihan kepada klien (antarbudaya) itu tentang ketrampilan
berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer (mempergunakan keterampilan
tertentu pada situasi-situasi yang berbeda)
- 11 -
Sehingga bimbingan dan konseling diharapkan semakin kokoh. Dan mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi.yang berkembang pesat.
Disamping itu penelitian dalam bimbingan dan konseling sendiri memberikan
bahan-bahan yang yang segar dalam perkembangan bimbingan dan konseling yang
berkelanjutan.
1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan
konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang
lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode
pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika
pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman,
pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan
tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti
pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan),
prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek
kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan
konseling.
2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu
dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi
memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik
individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu.
Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat
dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang
lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu
memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori
dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/
keefektifan dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin
berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap
berbagai aspek yang berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling.
- 12 -
6. Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan artinya ketika seseorang
melakukan praktik pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik,
sebaliknya apabila seseorang melakukan praktik pendidikan (mendidik) berarti ia
sedang memberikan bimbingan.
Landasan pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan
dengan:
a. pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah
satu bentuk kegiatan pendidikan.
Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya membudayakan manusia muda.
Upaya pembudayaan ini meliputi pada garis besarnya penyiapan manusia muda
menguasai alam lingkungannya, memahami dan melaksanakan nilai-nilai dan norma
yang berlaku, melakukan peranan yang sesuai, menyelenggarakan kehidupan yang
layak, dan meneruskan kehidupan generasi orang tua mereka. Untuk tugas-tugas masa
depan mereka itu, melalui proses pendidikan manusia mudah memperkembangkan
diri dan sekaligus mempersiapakan diri dengan potensi yang ada pada diri mereka dan
prasarana serta sarana-sarana yang tersedia.
Dalam pengertian pendidikan tersebut, secara eksplisit, disebutkan bimbingan
sebagai salah satu bentuk upaya pendidikan. Oleh karena itu segenap pembicaraan
tentang bimbingan dan konseling tidak boleh lepas dari pengertian pendidikan yang
telah dirumuskan secara praktis, dengan demikian dalam pelayanan bimbingan dan
konseling harus terkandung komponen-komponen tersebut, yaitu :
- 14 -
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan bimbingan dan konseling merupakan suatu dasar atau fondasi dalam proses
pelaksanaan bimbingan dan konseling agar pelayanannya berjalan dengan efektif dan
efisien.
Terdapat beberapa landasan dalam bimbingan dan konseling , yaitu filosofis, religius,
psikologis, sosial-budaya, ilmiah dan teknologi serta landasan pedagogis. Landasan pada
aspek-aspek tersebut perlu dipahami untk menunjang pelaksanaan bimbingan dan
konseling yang efektif dan efisien.
B. Saran
- 15 -
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling
- 16 -