Arti
Arti
Arti
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum
(S.H.)Prodi Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan
Jurusan Peradilan pada Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
ARTI
NIM: 10100114044
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt atas
segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terucap untuk Nabiullah
Muhammad saw. Yang telah membawa kebenaran hingga hari akhir.
Keberadaan skripsi ini bukan sekedar persyaratan formal bagi mahasiswa
untuk mendapat gelar sarjana tetapi lebih dari itu merupakan wadah
pengembangan ilmu yang didapat dibangku kuliah dan merupakan kegiatan
penelitian sebagai unsur Tri Darma Perguruan Tinggi. Dalam mewujudkan ini,
penulis memilih judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perlindungan
Konsumen Produk Kosmetik yang Tidak Terdaftar BPOM”.
Kehadiran skripsi ini dapat memberi informasi dan dijadikan referensi
terhadap pihak-pihak yang menaruh minat pada masalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan
partisipasi semua pihak, baik dalam sugesti dan motivasi moril maupun materil.
Karena itu penyusun berkewajiban untuk menyampaikan ucapan teristimewa dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada keluarga tercinta khususnya kepada kedua
orang tua penyusun Ibunda tersayang Sunang yang selalu membantu dan
menyemangati saya melalui pesan-pesan dan kasih sayang yang luar biasa dari
beliau dan kepada Ayahanda Muh. Tahir.
Secara berturut-turut penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si. Selaku Rektor UIN
Alauddin Makassar. Serta para Pembantu Rektor beserta seluruh staf dan
karyawanya.
2. Bapak Prof. Dr. Darussalam, M.Ag, sebagai dekan Fakultas Syariah dan
Hukum beserta seluruh stafnya atas segala pelayanan yang diberikan
kepada penulis
iv
3. Bapak Dr. H. Supardin, M.H.I. selaku Ketua Jurusan dan Ibu Dr. Hj.
Patimah, M.Ag. selaku sekretaris Peradilan Agama serta stafnya atas izin,
pelayanan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Ibu Drs. Hj. Hartini, M.H.I. selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Hj.
Patimah, M.Ag. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, nasehat, saran dan mengarahkan penulis dalam perampungan
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hadi Daeng Mappuna, M.Ag. selaku Penguji I dan Bapak
Dr. Abd. Wahid Haddade, Lc, M.H.I. selaku Penguji II yang telah siap
memberikan nasehat, saran dan perbaikan daam perampungan penulisan
skripsi ini.
6. Para Bapak/Ibu dosen serta seluruh karyawan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan pelayanan yang
berguna dalam penyelesaian studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar.
7. Kepala perpustakaan UIN Alauddin Makassar beserta stafnya yang telah
melayani dan menyediakan referensi yang dibutuhkan selama dalam
penulisan skripsi ini.
8. Sahabat KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan 57 dari Desa Swatani,
Kec. Rilau Ale, Kab. Bulukumba, sukses untuk kita semua kawan.
9. Saudaraku tercinta, Kakak Amal S.Sos
10. Sahabat-sahabatku Endah, Waldi, Fadel, Fitri, Mirna, Ega, Hani, Dila,
11. Segenap keluarga besar Pondok Malino yang telah menjadi tempat
kediaman selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung
12. Seluruh mahasiswa jurusan Peradilan Agama angkatan 2014 yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu yang setiap saat mewarnai hidupku
dalam suka dan duka.
v
Upaya maksimal telah dilakukan dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin
yaarabbalalamin.
Billahi taufik wal hidayah
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Arti
NIM: 10100114044
vi
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ xv
D. Kajian Pustaka................................................................. 5
Konsumen ..................................................................... 13
vii
C. Sumber Data .................................................................. 33
E. Analisis ......................................................................... 72
A. Kesimpulan ................................................................... 75
B. Implikasi ....................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN
SINGKATAN
A. Transliterasi Arab –Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح ḥa ḥ ha (dengan titik bawah)
خ Kha kh ka dan ha
د Dal d De
ذ Żal Ż Zet (dengan titik di atas)
ر Ra R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin sy es dan ye
ص ṣad ṣ es (dengan titik bawah)
ض ḍad ḍ de (dengan titik bawah)
ط ṭa ṭ te (dengan titik bawah)
ظ ẓa ẓ zet (dengan titik bawah)
ع ‘ain ‘ apostrof terbalik
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim m Em
ن Nun N En
و Wau w We
ھ Ha H Ha
ء Hamzah ’ Apostrof
ى Ya Y Ye
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
ix
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ا fatḥah A A
ا Kasrah I I
ا ḍammah U U
Contoh:
ﻛﻳﻒ: kaifa
ھو ڶ: haula
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda yaitu:
Harakat Huruf dan
Nama Nama
dan Huruf Tanda
ی... | ا
fatḥah dan alif atau yā’ ā a dan garis di atas
…
ﻲ kasrah dan yā’ ī i dan garis di atas
ىو ḍammah dan wau ū u dan garis di atas
Contoh :
ََمات : māta
َر َمى : ramā
ِق ْى َل : qīla
ت ُ ْيَ ُمو : yamūtu
4. Tā’ marbūṭah
Transliterasi untuk tā’ marbūṭah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭah yang
hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan tā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat
sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu
terpiah, maka tā’ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
x
روضة اْلطفال : rauḍah al-atfāl
المدﻳنةالفاضلة : al-madīnah al-fāḍilah
الحكمة : al-ḥikmah
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydīd (ّ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan
perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi syaddah.
Contoh:
ربَّنا : rabbanā
ن َّجينا : najjainā
الحق : al-ḥaqq
نعم : nu’’ima
عدو :‘aduwwun
Jika huruf ىber- tasydīd di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah ()ىى, maka ditransliterasikan dengan huruf maddah menjadi ī.
Contoh:
على : ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly) :
عربى : ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan ( الalif
lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya yang
dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
ال َّشمس : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
لزلزلة َّ ا : al-zalzalah (bukan az-zalzlah)
البَلد : al-bilādu
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila
hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan
Arab ia berupa alif.
Contoh:
تأمرون : ta’murūna
شﻲء : Syai’un
أمرت : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
xi
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,
istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,
istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa
Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi
ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-
Qur’ān), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut
menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi
secara utuh, contoh:
Fī Ẓilāl al-Qur’ān
Al-Sunnah qabl al-tadwīn
xii
Abū Nasr al-Farābī
Al-Gazālī
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan
Abū (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama
terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau
daftar referensi. Contoh:
Abū al-Walīd Muhammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-
Walīd Muhammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muhammad Ibnu)
Naṣr Ḥāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi Abū Zaīd, Naṣr Ḥāmid (bukan: Zaīd,
Naṣr Ḥāmid Abū)
B. Daftar Singkatan
xiii
ABSTRAK
Nama : Arti
Nim : 10100114044
Judul :Tinjaun Hukum Islam Terhadap Perlindungan Konsumen Produk
Kosmetik Yang Tidak Terdaftar BPOM
xiv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
jenis dan variasi barang dan/atau jasa. Dengan dukungan teknologi dan informasi,
perluasan ruang, gerak dan arus transaksi barang dan/atau jasa telah melintasi
Islam mengatur jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam
kegiatan bisnis, Al-qur’an menjelaskan hak dan batil tidak boleh dicampur, jika
meninggalkan. Seperti halnya praktik bisnis yang diharamkan dalam islam dalam
bentuk penipuan produk barang dan/ atau jasa. Pada hakikatnya islam tidak
membiarkan suatu kegiatan distribusi dan produksi barang dan/atau jasa tidak
kebutuhan terhadap barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dengan
konsumen berada pada posisi yang lemah. Karena konsumen menjadi objek
1
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat,
2011), h. 134.
2
aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang besarnya melalui kiat promosi dan
pasaran dengan berbagai jenis merek. Sehingga keinginan wanita untuk terlihat
cantik di manfaatkan oleh pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab dengan
bedak, lipstik, cream pemutih, mascara, eyew shadow, dan sebagainya. Dan di
imbangi juga dengan keperluan masyarakat akan kebutuhan kosmetik itu sendiri
tentang memilih kosmetik yang baik, tepat dan aman untuk digunakan dan masih
kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang kosmetik yang berbahaya tanpa izin
untuk diedarkan.
hak seperti yang termuat dalam Pasal 4, diantaranya hak konsumen atas
2
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Cet. IX; Jakarta:
PT. RajaGrapindo Persada, 2015), h. 37.
3
dengan memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
Selain itu juga akan membahas peranan BPOM untuk mengawasi dan menindak
B. Rumusan masalah
terhadap produk kosmetik yang tidak terdaftar BPOM”, agar permasalahan yang
dibahas lebih fokus, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan beberapa sub
kosmetik yang tidak terdaftar BPOM dalam hukum Islam dan UU No.8
terdaftar BPOM?
3
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
4
a. Fokus Penelitian
b. Deskripsi Fokus
dan sebagainya).
perdagangkan.
bagian luar tubuh (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin
7. Pelaku usaha adalah orang atau badan hukum yang bertindak untuk
ketentuan perundang-undangan.
kota Makassar.4
Sunan Kalijaga Yogyakarta. NIM :11370007, 2015. Judul Skripsi : “Peranan MUI
diangkat dalam peneliti yaitu membahas tentang peranan MUI dalam melindungi
Ketiga, Riza Laely Ikayanti, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan
4
Muhammad Yahya Muhayat, “Perlindungan Terhadap Konsumen dari Peredaran Obat
Tradisional Berbahaya Kimia/zat Berbahaya Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999”, Skripsi
(Makassar: Fak. Syariah dan Hukum UIN Alauddin, 2012), h. 10.
5
Nur Muhamad Fauzan I, “Peranan MUI dalam Melindungi Konsumen Muslim dari
Produk Haram” , Skripsi (Yogyakarta: Fak. Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2015), h. 8.
7
Konsumen Transaksi Jual Beli Online Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif
islam dan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan UU ITE.8
produk kosmetik yang tidak terdaftar BPOM berdasarkan tinjauan Hukum Islam
6
Riza Laely Ikayanti, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perlindungan Konsumen dalam
Transaksi Elektronik” , Skripsi (Yogyakarta: Fak. Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014), h. 7.
7
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 47.
8
Solikhin, “Perlindungan Hak-hak Konsumen Transaksi Jual Beli Online Perspektif
Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia” , Skripsi (Yogyakarta: Fak Syariah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga, 2014), h. 7.
8
diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu memberikan manfaat dari segi
konsumen.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
9
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 23.
10
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. h. 2.
11
ketidakpastian hukum. Oleh karena itu, agar segala upaya memberikan jaminan
11
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 2.
12
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 21.
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
13
Konsumen. h. 4.
12
secara keseluruhan.
kepastian hukum.14
14
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 26.
13
mendapatkan informasi.
berusaha.
1. Konsumen
15
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. h. 4.
14
pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,bagi kepentingan diri
sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
Sebagai suatu konsep, “konsumen” telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu
di berbagai Negara dan saat ini sudah puluhan Negara memilih undang-undang
Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-
16
Ahmadi Miru, Prinsip-PrinsipPerlindungan Hukum bagi Konsumen di Indonesia (Cet.
11; Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 20.
15
consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata
berhak menuntut ganti rugi kerugian adalah pihak yang menderita kerugian
(kematian atau cedera) atau kerugian berupa kerusakan benda selain produk cacat
itu sendiri.18
17
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Cet. 111; Jakarta: Sinar
Grafika, 2011), h. 22.
18
Nurhayati Abbas, Hukum Perlindungan Konsumen dan Beberapa Aspeknya
(Ujungpandang: Elips Project, 1996), h. 13.
16
ringkas dapat disimpulkan bahwa dalam Bab 1 UUPK mengenai ketentuan umum
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang/atau jasa yang
digunakan.
19
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar (Jakarta: Diadit
Media), 2001, h. 13.
20
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, h. 2.
17
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
lainnya.21
dan jujur mengenai kondisi jaminan barang dan/atau jasa tersebut serta
2. Pelaku usaha
adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
luas karena meliputi segala bentuk usaha, sehingga akan memudahkan konsumen,
21
M. Sadar, dkk., Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Jakarta: Permata Puri
Media, 2012), h. 25.
18
dalam arti banyak pihak yang dapat digugat, namun akan lebih baik lagi
sehingga konsumen dapat lebih mudah lagi untuk menentukan kepada siapa ia
1. Produsen berarti pembuat produk akhir, produsen dari setiap bahan mentah,
atau pembuat dari suatu suku cadang dan setiap orang yang memasang
nama, mereknya atau suatu tanda pembedaan yang lain pada produk,
dipandang sebagai produsen dalam arti directive ini, dan akan bertanggung
3. Dalam hal produsen suatu produk tidak dikenal identitasnya, maka setiap
produk itu kepadanya. Hal yang sama akan berlaku dalam kasus
22
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Hukum bagi Konsumen di Indonesia, h. 22.
19
perlindungan hak kepada konsumen, UUPK juga memberikan hak kepada pelaku
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan.
lainnya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
yang berlaku.
barang dean/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
diperdagangkan.
perjanjian.23
harkat kehidupan konsumen, maka untuk maksud tersebut berbagai hal yang
membawa akibat negative dari pemakaian barang dan/atau jasa harus dihindarkan
perlindungan Konsumen,yaitu:
23
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. h. 6.
21
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah
barang tersebut.
harus dipasang/dibuat.
yang berlaku.
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
24
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 64.
23
dalam Pasal 33 UUD 1945.25 Maka hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal
25
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 184.
24
menyatakan:
konsumen.
dan/atau jasa.
perlindungan konsumen.
peraturan pemerintah.26
tugas yang diatur pasal 44 ayat (3) yang berbunyi tugas lembaga perlindungan
dan/atau jasa.
perlindungan konsumen.
26
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 217.
26
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Pada tanggal 11 Mei 1973. YLKI
ini didirikan dengan tujuan untuk membantu konsumen Indonesia agar tidak
bidang penelitian ini, YLKI berguna bagi konsumen karena melalui bidang
terhadap suatu produk tertentu secara rasional. Bidang peelitian ini biasanya
komoditi dari semua merk yang dapat ditemui dipasaran berdasarkan suatu
parameter tertentu.
mutu suatu produk, adanya produk yang dicurigai mengandung bahan berbahaya,
serta adanya produk baru yang diperkenalkan masyarakat, sementara khasiat dan
mutunya tidak jelas. Demikian pula jika ada permintaan dari lembaga-lembaga
27
C. Tantri D dan Sulawei, Gerakan Organisasi Konsumen, (Jakarta:1995), h. 9.
27
Islam telah menawarkan norma dasar yang wajib dipenuhi dalam transaksi,
menunaikan amanat serta melarang kita untuk memakan harta secara bathil.
Terjemahnya:
28
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), h. 83.
28
Terjemahnya:
Dan wahai kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan
kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.29
Adapun Hadis tentang larangan mengicuh/menipu dalam jual beli yaitu:
طعَ ٍام فَأَدْ َخ َل َ ِصب َْرة َ علَى َ سلَّ َم َم َّر َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو ِ س ْو َل
َ هللا ُ ي هُ َري َْرة َ أ َ َّن َر
ْ ِع ْن اَبَ
َ َ الطعَ ٍام قَا َل أ
َّ صابَتْهُ ال
س َما ُء َّ ب َ صا ِح َ صا ِبعُهُ بَلَ اًل فَقَا َل َما َهذَا يَا َ َت أ ْ َيَدَهُ فِيْ َها فَنَال
ْس ِم ِني (روه َ َش فَلَي
َّ اس ِم ْن غ ُ َّي يَ َراهُ الن ْ َهللا قَا َل أفَ ًَل َجعَلَتْهُ فَ ْوق
ْ الطعَ ِام َك ِ س ْو َل ُ ار
َ َي
.)مسلم
Artinya:
2006), h. 231.
29
seperti tumpukan biji-bijian, ada yang di atas ada yang di bawah. Bahan makanan
yang di atas Nampak bagus, tidak ada cacat/rusaknya. Namaun ketika memasukka
jari jemari beliau ke dalam tumpukan bahan makanan tersebut, beliau dapatkan
ada yang basah karena kehujanan (yang berarti bahan makanan itu ada yang
bagus yang dilihat pembeli. Rasulullah pun menegur perbuatan tersebut dan
mengecam demikian kerasnya. Karena hal ini berarti menipu pembeli, yang akan
mukmin menerangkan keadaan barang yang akan dijualnya, terlebih lagi apabila
cacat dan wajibnya menerangkan cacat itu kepada pembeli. Perkataan “maka dia
bukan termasuk dari golongan kami” menunjukkan haramnya menipu dan itu
yang dilandasi nilai keimanan dalam praktik perdagangan dan peralihan hak.
30
Majdudin bin Taimiyyah, Nailul Authar (Jilid 4; Surabaya: Bina Ilmu, 2007), h. 1755.
30
perhatian serius dari pelaku usaha seperti yang dikemukakan oleh Muhammad dan
1. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jujur, adil, dan terhindar dari
pemalsuan
5. Hak untuk mendapatkan ganti rugi akibat negative dari suatu produk
a. Khiyar Majlis
b. Khiyar Aib
31
Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam
(Yogyakarta: BPFE, 2004), h. 234.
32
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazdhab Bagian Muamalah II (Darul Ulun Press,
2001), h. 41.
31
c. Khiyar Syarat
sesuai dengan waktu yang disepakati atau syarat yang telah ditetapkan bersama.33
d. Khiyar Ru’yah
Yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal jual beli
yang dilakukan terhadap suatu objek yang belum diketahui ketika akad
berlangsung.34
1. Pada dasarnya segala bentuk mu’amalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan
2. Mu’amalat dilakukan atas dasar suka rela, tanpa mengandung unsur paksaan
kesempitan.35
33
Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islam dan Kritik Atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis (Bogor: Al-
Azhar Press, 2009), h. 312.
34
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: Fiqh Muamalah (Cet. II;
Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), h. 139.
35
Ahmada Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat (Yogyakarta: FH UII, 1990), h. 15.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sehubungan dengan hal tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
1. Jenis Penelitian
ini adalah perlindungan konsumen terhadap produk kosmetik yang tidak terdaftar
BPOM. Penelitian ini bersifat deskriftif dimana dalam meneliti suatu objek, suatu
kondisi, suatu system pemikiran pada masa sekarang.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, actual,
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
yang deskriftif, yang bersumber dari tulisan atau ungkapan dan tingkah laku yang
36
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta:Rineka Cipta, 2007) , h. 16.
33
2. Lokasi Penelitian
memudahkan penulisan.
B. Pendekatan Penelitian
Islam seperti Al-Qur’an dan hadis yang relevan dengan masalah yang
dibahas.
C. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu:
a. Sumber Primer
bahan utama dalam membahas suatu permasalahan. Sumber hukum primer dalam
penyusunan skripsi ini terdiri dari al-Qur’an, Fiqh, dan Undang-undang Nomor 8
34
b. Sumber Sekunder
buku-buku ilmiah, hasil penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian tentang
BPOM.
c. Sumber Tersier
Bahan tersier yaitu bahan tambahan atau bahan yang menjelaskan bahan
primer dan bahan sekunder, yaitu berupa Ensiklopedi maupun kamus ilmiah.
1. Penelitian Kepustakaan
dan karya-karya tulis lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
2. Penelitian Lapangan
a. Wawancara yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
37
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Cet. VII; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 54.
35
E. Instrumen Penelitian
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Dalam
penelitian ini , data yang diperoleh dan dikumpulkan baik dalam data primer
maupun data sekunder dianalisa secara kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang
dilakukan guna mencari kebenaran kualitatif yakni merupakan data yang tidak
berbentuk angka.40
berikut:
38
Husaini Usman dkk, Metode Penelitian Sosial (Cet V, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004),
h. 58.
39
Husaini Usman dkk, Metode Penelitian Sosial, h.54.
40
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit,2010), h.56.
36
a. Meningkatkan ketekunan
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan
apakah data yang ditemukan itu salah atau tidak. Dengan demikian dengan
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Dengan melakukan hal ini, dapat
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data
data yang didapat menjadi kredibel atau lebih dapat dipercaya. Jadi, dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan rekaman wawancara dan foto-foto hasil
BAB IV
Makassar
Makassar
Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain, Obat Tradisional,
yang harus dihadapi oleh Balai Besar Obat dan Makanan di Makassar dalam
bidang obat dan makanan. Agar dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat
dari kemungkinan beredarnya produk yang tidak bermutu dan tidak aman yang
41
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, Profil BPOM Makassar, h. 3.
38
pelayanan kepada pelaku usaha di bidang obat dan makanan yang didukung oleh
kemampuan uji mutu dan keamanan yang handal serta di dukung oleh sumber
daya termasuk sumber daya manusia yang harus mampu melaksanakan tugas
perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang ada di daerah baik ditingkat
Untuk itu, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Makassar agar
masyarakat dapat terlindung dari obat dan makanan yang berisiko terhadap
kesehatan.
(BBPOM) di Makassar
itu. Pada tahun 1964, DVG yang merupakan cikal bakal terbentuknya BPOM ini
resmi menjadi milik pemerintah Indonesia dan berubah nama menjadi Inspektorat
39
Farmasi. Setelah tiga tahun berselang, Inspektorat farmasi berubah nama lagi
internal secara keseluruhan dengan nama baru Dirjen Farmasi. Dari sinilah
kemudian sejarah dan system kerja BPOM dimulai. Dirjen Farmasi sendiri
lembaga terkait seperti Depkes, Lembaga Farmasi Nasional, dan Industri Farmasi
Negara.
Farmasi sampai tahun 1967 dan oleh Direktorat Jenderal Farmasi hingga tahun
1976, dengan tugas pokok mencukupi kebutuhan rakyat akan perbekalan farmasi.
dibantu oleh:
menjadi Diektorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, dengan tugas pokok
40
tugas tersebut, pada Direktorat ini dibentuk unit pelaksana teknis yaitu Pusat
Pemeriksaan Obat dan Makanan di Pusat dan Balai Pengawas Obat dan Makanan
di seluruh provinsi.
Departemen (LPND) yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Obat
Februari 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Sejauh ini mungkin kita mengenal Badan Pengawas Obat dan Makanan
42
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, Profil BPOM Makassar, h. 7.
41
peredaran produk makanan dan obat-obatan, padahal ada juga BPOM kosmetik
kulit.
dan semua produk yang terkait dengan farmasi. Sebenarnya banyak sisi positif
yang dapat diambil dari kemajuan teknologi yaitu untuk kesejahteraan manusia itu
sendiri, namun sejalan dengan itu muncul sisi negative terkait penemuan bahan
pangan, obat, dan kosmetik yang merugikan masyarakat luar. Untuk menyikapi
hal tersebut maka dibentuklah suatu Badan yang Independen yaitu Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengawasi sekaligus meneliti bahan
Balai Besar POM Makassar Sulawesi Selatan telah dipimpin oleh 7 kepala
1. Dimulai pada tahun 1978-1984 dipimpin oleh bapak Drs. Subroto, Apt.
Gani, Apt.
4. Pada tahun 2001-2007 dipimpin oleh bapak Drs. Arafah Majid, Apt.
5. Pada tahun 2007-2009 dipimpin oleh bapak Drs. Djoko Triyono, Apt,
MM.
Apt, M. Kes.
42
7. Dan pada tahun 2011 hingga saat ini sebagai kepala Besar POM adalah
Visi Badan POM adalah menjadi institusi terpercaya yang diakui secara
Pemangku Kepentingan.
pengawasan obat dan makanan yang meliputi pengawasan atas produk terapetik,
berbahaya.
43
j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI,
a. Tujuan utama
Pengawas Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika dan Zat aditif lain, Obat
b. Sasaran strategis
obat dan makanan termasuk klim pada label dan iklan di peredaran.
44
di Makassar
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di Lingkungan
Badan POM RI. Wilayah Kerja Balai Besar POM di Makassar terdapat 3 Kota, 21
43
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, Profil BPOM Makassar, h. 35.
45
b. Data Kependudukan
TAHUN 2016
Terdaftar BPOM
terdapat beberapa aturan mengenai hak dan kewajiban konsumen serta hak dan
hukum yaitu adanya UUPK Tahun 1999, Namun apakah aturan tersebut
dipergunakan atau tidak itu yang menjadi persoalan. Mengenai hak-hak konsumen
yang dilindungi terkait beberapa hal yaitu kepedulian pemerintah melalui instansi
konsumen dan juga kepedulian konsumen itu sendiri memproteksi diri sendiri.
konsumen. tanggung jawab jika dihubungkan dengan penyebab adanya ganti rugi
Dhaman Itlaf adalah ganti rugi akibat dari perusakan barang. Ganti rugi
Itlaf tidak hanya berhubungan dengan kerusakan harta benda saja tetapi juga
suatu aqad atau transaksi sebagai penyebab adanya ganti rugi atau tanggung
jawab. Ganti rugi wadh’u yadin adalah ganti rugi akibat kerusakan barang yang
masih berada di tangan penjual apabila barang belum diserahkan dalam sebuah
aqad yang sah dan ganti rugi karena perbuatan mengambil harta orang lain tanpa
izin. Dhaman al-hailulah adalah ganti rugi pada jasa penitipan barang (al-wadi)
jika terjadi kerusakan atau hilang, baik kerusakan atau hilangnya itu disebabkan
karena kelalaian atau kesengajaan orang yang dititipi. Dhaman al-magrur adalah
ganti rugi akibat tipu daya. Dhaman al-magrur sangat efektif diterapkan dalam
44
Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, h.
235.
48
orang lain pelakunya harus membayar ganti rugi sebagai akibat dari perbuataanya
itu.45
menyebutkan bahwa:47
45
Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, h.
239.
46
Ahmad Yani (45 tahun), Kepala Bidang BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 04
Juli 2017.
47
Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor
HK.00.05.42.2995 tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetik. h. 3.
49
Produksi Kosmetika pasal 2 ayat (1) menyebutkan kosmetk yang beredar harus
menyebutkan industri kosmetik yang akan membuat kosmetik harus memiliki izin
produksi. Izin produksi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
kosmetik yaitu:50
48
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. h. 4.
49
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. h. 5.
50
Republik Indonesia, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor
HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik. h. 7.
50
yang lengkap, objektif dan tidak menyesatkan. Pada etiket wadah dan atau
a. Nama produk
g. Kegunaan dan cara penggunaan kecuali untuk produk yang sudah jelas
penggunaanya
dari 30 bulan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015
1. Peringatan tertulis
4. Pemusnahan kosmetika
kosmetika.
Kosmetika yang mana pada pasal 2 angka (1) menyebutkan kosmetika yang
51
Ahmad Yani (45 tahun), Kepala Bidang BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 04
Juli 2017.
52
Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor
18 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. h. 5.
53
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. h. 3.
52
a. Peringatan tertulis
kemanfaatan
2) Sanksi administatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,b,c, dan
konsumen produk kosmetik, yang dilakukan BBPOM dengan cara BBPOM terus
54
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. h. 10.
53
dari BBPOM yang terus melakukan pengawasan, konsumen juga berhak memberi
kosmetik yang tidak terdaftar BPOM. Setelah menerima laporan tersebut BPOM
penuntutan penggantian kerugian ini mutlak dilakukan oleh orang yang merasa
khususnya konsumen kosmetik yang tidak terdaftar BPOM melalui 3 cara yaitu:
terhadap kosmetik yang tidak terdaftar BPOM dilakukan terhadap pelaku usaha
diperdagangkan olehnya.
55
Muh.Kamal (38 tahun), Staf Layanan Informasi Konsumen BPOM Makassar,
Wawancara, Makassar, 05 Juli 2017.
54
Sanksi administratif yang dijatuhkan bagi pelaku usaha diatur pada pasal
yang melanggar pasal 19, pasal 20, pasal 25 dan pasal 26 UUPK tersebut berupa
penetapan ganti rugi paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
tetapi sanksi perdata bukan saja ditujukan oleh angka Rp.200.000.000 (dua ratus
juta) yang ditentukan di dalam pasal tersebut. Melainkan juga oleh adanya
penunjukan Pasal 19, pasal 20, pasal 25, dan pasal 26. Pasal-pasal tersebut adalah
pasal yang menuntut tanggung jawab pembayaran ganti kerugian dari pelaku
usaha kepada konsumen yang dirugikan akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa
yang diberikan atau diperdagangkan, tanggung jawab kerugian akibat iklan yang
menyediakan suku cadang atau fasilitas perbaikan pada pihak konsumen dan
tanggung jawab pembayaran ganti kerugian akibat pelaku usaha tidak memenuhi
Berdasarkan pasal 60 ayat (2) diatas berarti, jika produsen lalai untuk
sanksi yang jumlahnya maksimum Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Ganti
secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa ganti kerugian yang dianut dalam
56
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), h. 275.
55
Masalah lain yang muncul dari rumusan pasal 60 ayat (2) tersebut adalah
banyak? Masalah-masalah inilah yang harus diatur secara tegas dalam peraturan
administratif tersebut.
justru kepada pengusaha, baik itu produsen maupun para penyalur hasil-hasil
izin itu dapat dicabut secara sepihak oleh Pemerintah. Kaidah-kaidah hukum
(KUHPerdata). Di samping itu, tentu saja juga kaidah-kaidah hukum perdata adat,
bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya
dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung
atau tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan
57
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,
(Surabaya: 2000), h. 102.
56
memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan
tersebut, ini berarti pengaturan dibidang perlindungan bisnis yang sehat dan jujur.
pidana terhadap pelaku usaha sebagaimana diatur dalam pasal 61 UUPK yang
dan/atau pengaruhnya”.
yang tidak sengaja dapat dikenakan kepada pengurus tetapi juga kepada
58
Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung:
Mandar Maja, 2000), h. 33.
59
Nurmadjito, Kwsimpulan Perangkat Peraturan Perundang-undangan Tentang
Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Mandar Maja, 2000), h. 30.
57
pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 3 ayat (2), pasal 15, pasal 17 ayat (1) huruf
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
pasal 11, pasal 12, pasal 13 ayat (1), pasal 14, pasal 16, dan pasal 17 ayat
(1) hurud d dan huruf f dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 2
tahun atau pidana denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta).
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha, yaitu pelanggaran yang dilakukan
oleh pelaku usaha, yaitu pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakitberat,
cacat tetap, atau kemudian diberlakukan hukum pidana sebagaimana diatur dalam
Perlindungan Konsumen.
60
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, h.23.
58
d. Perintah penghentian
f. Pencabutan izin
dimana proses beli barang dan/atau jasa yang terjadi antar mereka merupakan
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik selain dengan sepakat kedua
cukup. Untuk itu suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.62
lebih sering dilihat dari segi masalah perdata, misalnya saja terkait dengan
masalah ganti ruginya. Dasar gugatan perdata terhadap pelaku usaha yang
negative bagi kesehatan konsumen adalah pasal 1365 KUHPerdata yaitu “tiap
61
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, h.23.
62
Republik Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1338, h. 239.
59
tersebut”.63
Bentuk ganti rugi yang harus diberikan oleh pelaku usaha kepada
atau cacatnya suatu anggota badan selain dapat berupa penggantian biaya-biaya
kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut, hal ini diatur dalam pasal
1371 KUHPerdata.64
zat berbahaya yang terkandung didalam kosmetik tersebut, terdapat tiga cara yang
digunakan oleh pihak yang berwenang untuk melindungi hak-hak konsumen yang
yaitu:
pelaku usaha kosmetik yang memiliki izin edar produk kosmetik serta izin
berwenang melakukan penilaian, pengujian serta memberikan izin edar serta izin
63
Republik Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1338, h. 242.
64
Republik Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1338, h. 243..
60
tersebut pelaku usaha tidak beritikad baik maka BPOM dapat mencabut kembali
izin edar kosmetik serta izin industri yang telah diberikan kepada pelaku usaha.
memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
dan/atau jasa tersebut serta wajib melakukan penarikan barang dan/atau jasa dari
peredaran.
Penerapan sanksi dan ganti rugi adalah salah satu bentuk perlindungan
hukum bagi konsumen kosmetik. Pada dasarnya ganti rugi atau kerugian yang
pemulihan atas kerugian materil atau immaterial yang telah dideritanya dan
pemulihan pada keadaan semula. Ganti rugi dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya atau perawatan
dan wajahnya juga terlihat lebih putih selama pemakaian kosmetik tersebut. Selain
mudah terlihat. Namun setelah pemakaian 3 bulan, wajah Nirmalasari terasa gatal
dan memerah, awalnya ia mengira karena alergi terhadap makanan, ia pun tetap
kosmetik setelah muka Nirmalasari mengalami gatal dan memerah lalu timbul
mukanya gatal dan memerah lalu timbul bintik-bintik adalah kosmetik yang
pada saat itu wajah Hasrianti sangat kusam lalu ia memutuskan membeli cream
putih lewat online, dalam beberapa minggu wajah Hasrianti sudah banyak terlihat
jerawat.66
akibat dari ia menggunakan lipstick tidak terdaftar BPOM bibir Rika langsung
waktu yang lama sekitar 3 bulan. Padahal Rika hanya menggunakan lipstik
65
Nirmalasari (20 tahun), Mahasiswi UIN Alauddin Makassar, Wawancara, Samata, 05
September 2017.
66
Hasrianti (20 tahun), Mahasiswi UIN Alauddin Makassar, Wawancara, Samata, 05
September 2017.
62
Hal serupa juga dialami oleh Arni mahasiswi UIN Alauddin Makassar, ia
memakai lipstik tidak terdaftar BPOM, berbeda dengan Rika, dampak yang
dialami bibir Arni menjadi pecah-pecah dan gatal setelah memakai lipstik
tersebut.68
BPOM, dia mendapatkan produk tersebut dari pasar sentral. Dalam hal ini dia
menggunakan bedak padat yang tidak terdaftar BPOM, setelah beberapa kali ia
konsumen pengguna kosmetik tidak terdaftar BPOM, mereka tidak ada yang
mendapatkan ganti kerugian atas kesalahan dari pelaku usaha. Selain itu alasan
mereka tidak melakukan komplain karena menurut mereka efek dari kosmetik
67
Rika (23 tahun), Wiraswasta, Wawancara, Samata, 06 September 2017.
68
Arni (21 tahun), Mahasiswi UIN Alauddin Makassar, Wawancara, Samata, 07
September 2017.
69
Gusni (20 tahun), Mahasiswi UIN Alauddin Makassar, Wawancara, Samata, 05
September 2017.
63
produk tersebut juga tidak terdaftar BPOM meskipun mereka mengetahui dampak
kosmetik tidak terdaftar BPOM. Selain dari BBPOM yang terus melakukan
menerima laporan tersebut BPOM langsung memeriksa kosmetik tersebut dan jika
penggantian kerugian ini mutlak dilakukan oleh orang yang merasa berhak untuk
terlebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Namun, selama ini pihak BBPOM
70
Ahmad Yani (45 tahun), Kepala Bidang BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 04
Juli 2017.
64
Terdaftar BPOM
yang tidak terdaftar BPOM, Di era modern ini, untuk terlihat sempurna sangat
cantik, bersih, dan wangi, meskipun terdapat kosmetik yang mengandung bahan
berbahaya namun konsumen tidak pernah takut akan hal itu karena mereka
sangat singkat. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa faktor yang
1. Faktor Ekonomi
telah memiliki izin edar. Dengan adanya aturan bahwa produk kosmetik yang
menurut Ahmad Yani selaku kepala bidang Badan POM Makassar adalah
masyarakat yang tinggi salah satu faktor utama penyebab terjadinya peredaran
kosmetik yang tidak terdaftar BPOM. Produsen juga memanfaatkan pasar untuk
menjual kosmetik tidak terdaftar BPOM . jika tidak ada permintaan pasar yang
tinggi untuk dapat menggunakan kosmetik tersebut, maka pelaku usaha juga tidak
71
Muh.Kamal (38 tahun), Staf BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 05 Juli 2017.
72
Ahmad Yani (45 tahun), Kepala Bidang BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 04
Juli 2017.
73
Ahmad Yani (45 tahun), Kepala Bidang BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 04
Juli 2017.
66
barang ini marak terjadi, umumnya masyarakat hanya tertarik pada harga yang
murah.
Salah satu faktor beredarnya kosmetik adalah sanksi terhadap pelaku usaha
dikarenakan pihak BBPOM hanya mengawasi penjual dari produk kosmetik saja.
distributor tidak resmi. Pihak BBPOM juga harus dapat mengawasi distributor
tersebut karena jika tidak ada distributor tersebut maka penjual juga tidak menjual
74
Muh.Kamal (38 tahun), Staf BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 05 Juli 2017.
67
1. Pemberdayaan masyarakat/konsumen
produk kosmetik. Oleh karena itu Balai Besar POM Makassar telah melaksanakan
media elektronik seperti dialog di televisi local dan radio, serta melalui media
75
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. h. 13.
68
illegal atau palsu dan tidak memenuhi syarat. Seperti diketahui pada contoh
kosmetik krim wajah banyak sekali diperjual belikan secara online. Tahun ini dari
bulan Januari sudah ditemukan 15 kasus, dan terbanyak adalah kasus kosmetik
memenuhi izin edar, telah dilakukan dengan cara mengundang para masyarakat
dan juga biasanya yang memiliki usaha salon atau toko kosmetik untuk
kosmetik yang aman. Pihak Badan POM juga menghimbau kepada masyarakat
khususnya mahasiswa jangan terlalu percaya dengan produk kosmetik yang dijual
terhadap kosmetik yang telah dibeli. Untuk memastikan apakah kosmetik aman,
kosmetik, masyarakat diminta untuk memeriksa kemasan dan label serta masa
perilaku dalam memilih produk kosmetik yang memenuhi syarat izin edar.
tidak terdaftar BPOM, yang menjadi sasaran untuk pengawasan kosmetik yaitu:
kecantikan;
Ahmad Yani juga mengatakan bahwa di tahun 2016 ini total kosmetik
ilegal yang berhasil diungkap senilai Rp770 juta rupiah. Adapun seluruh kosmetik
yang diamankan merupakan kosmetik ilegal tanpa izin edar dan mengandung
bahan berbahaya. Dari total 600 item merk dan jenis yang diamankan itu
berjumlah lebih dari Rp700 juta rupiah, kebanyakan merupakan kosmetik ilegal
dari luar negeri seperti Eropa, Thailand, Fhilipina, India dan Vietnam.76
76
Ahmad Yani (45 tahun), Kepala Bidang BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 04
Juli 2017.
77
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. h. 17.
70
dilakukan secara tidak resmi, yaitu memberi informasi kepada pihak terdekat
sosialisasi dalam bentuk Talk Show melalui stasium televisi TVRI Makassar.
agar konsumen melaporkan bila ada peredaran kosmetik yang tidak terdaftar
BPOM.
2. Penegakan sanksi
dan pengawasan, jika terdapat kosmetik beredar tidak memenuhi ketentuan maka
Balai Besar POM Makassar melaporkan ke Badan POM Pusat karena menurut
Ahmad Yani tidak hanya di Makassar saja yang mendapatkan kosmetik tidak
memenuhi ketentuan. Jika ada Balai POM lain menemukan juga kosmetik yang
sama maka BPOM Pusat memerintahkan untuk menarik barang dan BPOM Pusat
warning Badan POM terus memantau kelapangan. Jika konsumen tersebut masih
ada toleransi, produk kosmetik tersebut akan disita dan BPOM mengeluarkan
71
kosmetik tersebut. Setelah pelaku usaha mendapat surat peringatan maka BPOM
BPOM tetap terus melakukan pemantauan terhadap pelaku usaha tersebut, apabila
memberikan peringatan keras berupa surat. Hanya saja peringatan keras ini adalah
Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Pada saat PPNS menemukan produk kosmetik
Sanksi yang tegas yang pernah dijatuhkan oleh H.Rusli salah satu pemilik
Makassar. Dalam penggeledahan ditemukan kurang lebih 100 jenis item yang
tidak jelas dan semuanya di racik tanpa dasar kewenangan dan keahlian. Kosmetik
tersebut mengandung bahan mercury dengan efek samping sangat berbahaya bila
digunakan terus menerus, yang dikemas di toko milik H.Rusli dalam kemasan
2009 Pasal 196 dengan hukuman penjara 10 tahun dan Pasal 197 hukuman
78
Ahmad Yani (45 tahun), Kepala Bidang BPOM Makassar, Wawancara, Makassar, 04
Juli 2017.
72
manusia, termasuk dalam kegiatan bisnis dan jual beli. Memberikan penjelasan
dan informasi yang tidak benar, mencampur barang yang baik dengan yang buruk,
menunjukkan contoh barang yang baik dan menyembunyikan yang tidak baik.
Penipuan ini berakibat merugikan pihak pembeli. Maka dalam Islam sangat
mengecam penipuan dalam bentuk apapun dalam berbisnis. Lebih jauh lagi
barang yang hendak dijual harus dijelaskan kekurangan dan cacatnya. Jika
masyarakat.
Adapun hadis yang telah dipaparkan di atas, Rasulullah telah dengan tegas
akan berkah. Dan beliau menyebutkan bahwa ‘Barang siapa yang menipu kami,
kita menjumpai pedagang yang hanya mengatakan barang yang dijualnya adalah
barang yang sempurna, paling bagus, yang membuat konsumen tergiur, tetapi
tidak dikatakan atau dijelaskan cacatnya barang tersebut. berbuat curang dalam
jual beli berarti berbuat zalim kepada orang lain dalam urusan hartanya dan
memakan harta mereka dengan cara yang bathil. Walaupun hanya sedikit, harta
Terjemahnya:
Dan wahai kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan
kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
mengacu pada hal tersebut, UUPK diharapkan menjadi landasan hukum yang kuat
kita sebagai konsumen harus lebih teliti lagi dalam memilih barang/jasa yang
ditawarkan dan adapun hal-hal yang perlu diperhatikan bagi konsumen, seperti:
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
di tinjau dari Hukum Islam yaitu pelaku usaha harus bertanggung jawab atas
transaksi, perusakan, perbuatan, penahanan dan ganti rugi karena tipu daya.
tersebut beredar.
BPOM.
B. Implikasi Penelitian
memberikan informasi yang jelas atas barang dan/atau jasa yang diedarkan
2. Disarankan kepada konsumen agar konsumen lebih teliti dan bijak dalam
ini hakim juga disarankan perlu menetapkan sanksi yang tegas kepada
pelaku usaha. Hal ini dapat memberikan efek jera kepada pelaku usaha.
77
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Undang-undang/Peraturan Pemerintah
Skripsi
Buku-buku
Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, 2010.
Al-Jaziri Abdurrahman. Fiqh Empat Mazdhab Bagian Muamalah II. Darul Ulum
Press, 2001.
As-Sabatin Yusuf. Bisnis Islam dan Kritik Atas Praktik Bisnis Ala Kapitalis.
Bogor: Al-Ashar Press, 2009.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Laporan Tahunan. Makassar: 2016.
Harahap, Sofyan.S. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Empat,
2011.
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: Fiqh Muamalah. Cet. II;
Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004.
Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Cet. IX:
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Cet. VII; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Tri Siwi Kristiyanti, Celina. Hukum Perlindungan Konsumen. Cet. 111; Jakarta:
Sinar Grafika, 2011.
Usman, Husaini, dkk. Metode Penelitian Sosial. Cet. V; Jakarta: PT Bumi Aksara,
2004.
dinyatakan lulus pada tahun 2014, tidak sampai disitu penyusun melanjutkan
hingga saat ini. Beberapa organisasi yang diikuti selama menempuh pendidikan