P3600216095 - Tesis 1-2
P3600216095 - Tesis 1-2
P3600216095 - Tesis 1-2
Oleh :
I L HAM
NIM. P3600216095
I L HAM
NIM. P3600216095
i
iii
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas
Hasanuddin, beserta jajarannya.
2. Prof Dr. Farida Pattitingi, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin, beserta jajarannya.
v
3. Dr. Sri Susyanti Nur, S.H.,M.H., selaku Ketua Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
4. Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.H., M.Si. dan Dr. Ilham Arisaputra, S.H.,
M.Kn. selaku pembimbing yang senantiasa secara tulus dan ikhlas
bersedia meluangkan waktunya untuk memeriksa serta memberikan
arahan, masukan, dan saran guna membantu penulis menyelesaikan
tesis ini dengan sebaik-baiknya.
5. Dr. Hasbir, S.H.,M.H, Dr. Marwah, S.H., M.H., dan Brillian Thioris, S.H.
selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan dan arahan
dalam penyusunan tesis ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya selama masa
perkuliahan berlangsung.
Hasanuddin (KOMPAR15I).
Aminah, Gilang, Kak Ikha, Indah, Rezky, Kak Diba, yang telah menjadi
Kenotariatan.
10. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu-
vi
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi
vi
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ................................................. 6
E. Orisinalitas Penelitian ............................................... 7
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .......................................................... 53
B. Pendekatan Penelitian .............................................. 53
C. Bahan Hukum Penelitian ........................................... 55
D. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum .................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 113
B. Saran ........................................................................ 114
viii
viii
viii
viii
ABSTRAK
Kata Kunci: Akibat Hukum, Akta Wasiat, Notaris, Daftar Pusat Wasiat,
Tanggung Jawab.
ix
ABSTRACT
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hari agar tetap dapat bertahan hidup. Namun, tidak semua orang akan
tentunya tidak akan dibawa mati. Pada umumnya, harta dari seseorang
yang telah meninggal dunia akan jatuh kepada keluarga dan orang
terdekatnya atau yang lebih dikenal juga sebagai ahli waris yang mana hal
1
R. Soetojo Prawirohamidjojo. 2000. Hukum Waris Kodifikasi. Surabaya:
Airlangga University Pres. Hlm. 1
1
telah diambilnya sesuatu ketetapan yang sah. Dalam BW ada dua cara
hukum waris, ini adalah wajar sebab pada prinsipnya seorang pemilik
3
harta bebas memperlakukan hartanya sesuai keinginannya.
pembagian harta benda yang ditinggalkan atau yang disebut juga harta
benda atau dalam hal ini disebut juga pewaris, membuat sebuah wasiat
pewaris masih hidup dan baru akan berlaku sejak pewaris meninggal
dunia. Wasiat atau testament itu sendiri menurut Pasal 875 BW ialah
2
menjadi suatu hal yang utama. Pada jaman Kaisar Justinianus, hukum
Romawi mengenal 2 (dua) bentuk testament, yaitu lisan dan tertulis. Pada
waktu membuat testament, baik tertulis maupun lisan, harus hadir tujuh
orang saksi. Pada testament yang tertulis, para saksi harus ikut
Wasiat sendiri terdiri dari jenis dan bentuk yang berbagai macam.
Dilihat dari isinya, wasiat terbagi menjadi dua, yaitu wasiat yang berisi
erfstelling atau wasiat pengangkatan waris dan wasiat yang berisi hibah
(hibah wasiat) atau legaat. Sedangkan dari bentuknya, wasiat terbagi atas
Setiap jenis dan bentuk wasiat di atas dapat dibuat baik dalam akta
Wasiat (DPW).
4
Mireille Titisari Miarti Prastuti. 2006. Peran dan Tanggung Jawab Notaris Atas
Akta Wasiat (Testament Acte) yang Dibuat Di Hadapannya. Tesis. Program Magister
Kenotariatan, UNDIP. Semarang. Hlm. 2.
5
Maman Suparman. 2015. Hukum Waris Perdata. Jakarta. Sinar Grafika. Hlm.
107.
3
Sesuai Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak
dan Hak Asasi Manusia di bawah Divisi Pelayanan Hukum dan HAM,
yang belum mendaftarkan wasiat ke Daftar Pusat W asiat. Hal ini terlihat
dimana hanya terdapat sekitar 4.000 (empat ribu) Notaris saja yang
4
secara rutin melakukan laporan bulanan, padahal jumlah Notaris di
seluruh Indonesia saat ini mencapai sekitar 15.000 (lima belas ribu).
wasiat atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar
di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap
menjadi dasar kewajiban bagi notaris untuk melaporkan segala akta yang
Notaris memiliki fungsi penting dalam pembuatan akta wasiat dari proses
awal hingga akhir sehingga akta wasiat tersebut memiliki kekuatan hukum
5
tulisan ini penulis mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan Notaris
B. Rumusan Masalah
1. Apakah akibat hukum terhadap akta wasiat yang tidak didaftarkan oleh
C. Tujuan Penelitian
terhadap akta wasiat yang tidak dilaporkan pada Pusat Daftar Wasiat.
D. Kegunaan Penelitian
6
pemikiran untuk mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan di
E. Orisinalitas Penelitian
diteliti oleh penulis lainnya. Hal ini untuk memastikan bahwa penelitian
7
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 60 Tahun 2016? Dalam
HAM adalah tetap sah sebagai akta otentik, dan Kedua, bahwa
huruf J UUJN dan menimbulkan kerugian bagi ahli waris, maka ahli
hukum.
adalah tetap sebagai akta otentik dan tidak memiliki akibat hukum
yang dapat membatalkan akta tersebut, hanya saja akta tersebut tidak
memenuhi asas publisitas yang dapat membuat pihak ketiga atau ahli
8
UndangUndang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Jabatan Notaris yang saat ini sudah tidak diberlakukan lagi, diatur
mengenai akibat hukum dari akta wasiat yang tidak didaftarkan pada
akan terdegradasi menjadi akta bawah tangan dan dapat batal demi
hukum, yang dalam hal ini notaris tidak memenuhi ketentuan Pasal 16
kerugian bagi ahli waris, maka ahli waris dapat menggugat notaris atas
pada Pasal 16 ayat (1) huruf j UUJN. Atas kerugian yang diderita oleh
9
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dapat ditarik perbedaan
mendasar dari isu permasalahan yang diangkat bahwa tesis ini berjudul
akta wasiat yang tidak didaftarkan oleh notaris pada Pusat Daftar W asiat
terhadap akta wasiat yang tidak didaftarkan oleh notaris pada Pusat
terhadap akta wasiat yang tidak dilaporkan pada Pusat Daftar Wasiat?
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suatu pihak saja (eenzijdig) dan setiap waktu dapat ditarik kembali
6
Titik Triwulan Tutik, S.H.,M.H. 2008. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum
Nasional. Jakarta. Kencana. Hlm. 269
11
sekalian ahli warisnya. Menurut undangundang, terhadap hal itu
sepihak, yang berarti pernyataan itu datangnya dari satu pihak saja.
terakhir ini secara lisan di hadapan notaris dan saksi-saksi. Salah satu
ciri dan sifat yang terpenting dan khas dalam setiap surat wasiat, yaitu
surat wasiat selalu dapat ditarik kembali oleh si pembuatnya. Hal ini
orang atau lebih. Ketentuan ini ada hubungannya dengan sifat khusus
dan penting suatu surat wasiat, yaitu bahwa surat wasiat selalu dapat
7
Maman Suparman. Op.Cit. Hlm.105.
8
Ibid
9
Ibid. Hlm. 98.
12
dapat timbul kesulitan. Alasan utama larangan tersebut adalah
dengan tiga macam cara yaitu dengan suatu akta olografis atau ditulis
dalam dua macam, yaitu dengan akta umum dan tidak dengan akta
11
umum, yang dibedakan lagi dalam olografis dan rahasia.
10
Tan Thong Kie. 2007. Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris. Jakarta.
Ichtiar Baru Van Hoeve. Hlm. 267.
11
R. Soetojo Prawirohamidjojo. Op.Cit. Hlm.176.
12
Maman Suparman. Op.Cit. Hlm. 107.
13
Menurut Pasal 931 BW , ada 3 (tiga) bentuk surat wasiat, yaitu
menguraikan bahwa:
13
Ali Afandi. 2000. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta.
Rineka Cipta. Hlm. 17.
14
3. Jika wasiat disampaikan secara tertutup (dalam sampul
tertutup), maka hal tersebut harus dibuat di atas kertas
tersendiri, dan di atas sampul itu harus diberi catatan bahwa
sampul itu berisi surat wasiat dan catatannya harus
ditandatangani. Apabila wasiat diserahkan dalam keadaan
terbuka, maka akta dapat ditulis di bawah surat wasiat itu
sendiri.
waktu dapat ditarik kembali oleh yang membuatnya, hal ini ditegaskan
dalam Pasal 934 BW. Penarikan wasiat ini dapat dilakukan dengan
sama, yakni setelah orang yang membuat wasiat itu meninggal dunia.
14
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Loc.Cit.
15
menyimpannya membawa wasiat itu ke Balai Harta Peninggalan
(selanjutnya disebut BHP). Oleh BHP wasiat itu dibuka karena notaris
akta dan harus disebutkan pula keadaan isi wasiat tersebut. Setelah
yaitu wasiat yang dibuat oleh notaris. Dalam hal ini, pihak yang ingin
sebagai berikut:
15
Maman Suparman. Op.Cit. Hlm. 108.
16
Ali Afandi. Op.Cit. Hlm. 18-19.
16
keterangan secara tertulis. Notaris lalu membaca tulisan itu
dan menanyakan apakah betul demikian kehendaknya. Jika
pewaris mengangguk maka keterangan itu dianggap betul.
Pendapat kedua ini juga dianut oleh Wirjono Prodjodikoro.
4. Jika keterangan pewaris dinyatakan tanpa hadirnya para
saksi dan dari wasiat telah dibuat oleh notaris, maka pewaris
harus menerangkan sekali lagi di hadapan para saksi
tentang maksud dibuatnya surat wasiat. Kemudian konsep
itu dibaca lagi dengan hadirnya para saksi. Apabila sudah
betul, maka testament tersebut ditandatangani pewaris,
saksi dan notaris.
5. Apabila pewaris tidak hadir, hal ini disebutkan dalam wasiat
dan penyebab ketidakhadiran pewaris.
6. Surat wasiat juga menyebutkan segala kelengkapan acara
telah dipenuhi.
asing yang bukan Tionghoa. Dalam hal ini berdasarkan Stbl. 1924-
suatu wasiat yang dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggalkan
wasiat tetapi tidak harus ditulis dengan tangan sendiri. Testament ini
1. Wasiat harus ditulis sendiri oleh pewaris atau orang lain atas
namanya dan pewaris menandatanganinya sendiri.
17
Ibid.
18
Benyamin Asri & Thabrani Asri. 1988. Dasar-Dasar Hukum Waris Barat (Suatu
Pembahasan Teoritis dan Praktik). Bandung. Tarsito. Hlm. 46.
17
2. Kertas atau sampul yang memuat tulisan ini harus ditutup
dan disegel.
3. Kertas atau sampul harus diberikan kepada notaris yang
dihadiri empat orang saksi. Pewaris harus menerangkan
bahwa kertas itu berisi wasiatnya yang ia tulis sendiri (atau
ditulis orang lain atas namanya) dan diberi tanda tangan.
4. Keterangan ini oleh notaris harus ditulis dalam akta yang
dinamakan akta superscriptie (akta pengalamatan). Akta itu
harus ditulis di atas kertas atau sampul yang diberi alamat
dan ditandatangani oleh notaris dan empat orang saksi
tersebut.19
dengan akta otentik dan dengan mengindahkan tertib cara yang lazim,
sesuatu ketetapan atas dasar dan cara seperti diatur dalam Pasal 935
19
Ali Afandi. Op.Cit. Hlm. 20.
20
Ibid.
18
BW. Jadi, dimana pun tempat di luar negeri, asalkan terdapat konsul
tahun atau sudah dewasa. Hal tersebut diatur dalam Pasal 897 BW
surat wasiat.
BW menentukan bahwa
Jika di dalam testament disebut sebab yang palsu dan isi dari
sah. Melalui ketentuan ini dapat dilihat bahwa testament yang dibuat
21
Oemarsalim. Op.Cit. Hlm. 107.
19
tidak boleh berisikan suatu keterangan yang palsu dan dapat
yang mewariskan;
20
Pasal 907 BW mengatur pula tentang larangan bagi notaris
yang dengan perantaraannya telah dibuat akta wasiat, dan para saksi
bapak dan ibu, anak-anak serta keturunan dari anak-anak, dan istri
atau suami orang tidak cakap itu. Jadi wasiat dilarang kepada orang
22
Benyamin Asri &Thabrani Asri. Op.Cit. Hlm. 50-52.
21
agar si penerima memiliki pemberian itu setelah si pewasiat
meninggal. 23
dalam pengadaan harta itu, atau seorang cucu miskin terhalang oleh
Maka dengan adanya sistem wasiat yang diatur dalam hukum Islam
ahli waris atau tidak menerima warisan akibat halangan tertentu. Dari
berwasiat sebuah harta untuk istrinya, wasiat itu akan sia-sia karena
istri adalah ahli waris dan tidak dibenarkan menerima wasiat dalam
22
Dari hadis di atas jelas bahwa setiap orang yang menjadi ahli
pewaris. Contohnya, seorang yang telah lama sakit dan dirawat oleh
waktu pembagian harta wasiat dan waris adalah ketika orang tersebut
Wasiat artinya pesan dari orang yang hidup kepada orang lain
pemberi wasiat itu meninggal. Terutama jika isi wasiat itu adalah
25
Ahmad Bisyiri Syakur, Lc.,M.A. 2015. Panduan Lengkap Mudah Memahami
Hukum Waris Islam. Jakarta. Visi Media Pustaka. Hlm. 95.
23
Hal tersebut diperlukan mengingat semakin menipisnya
kepercayaan antara satu orang dengan yang lain dewasa ini. Apalagi
wasiat yang dibenarkan dan ada pula wasiat yang tidak dibenarkan
selain ditujukan kepada ahli waris juga wasiat harta yang nilainya
lebih dari sepertiga seluruh harta warisan yang ditinggalkan. Jika ada
hartanya Rp. 500, wasiat ini tidak sah karena melebihi aturan
sepertiga yang disyariatkan Islam. Namun jika nilai wasiatnya Rp. 300
ayat 11—14. Wasiat seperti itu tidak sah dan tidak boleh dijalankan.
24
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa harta wasiat menjadi
sebagai berikut:
bukanlah ahli waris. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan KHI
benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan
26
Ibid. Hlm. 96.
27
Ibid. Hlm. 97.
25
Namun dalam hal wasiat kepada salah seorang ahli waris itu
dengan ketetapan hadis Nabi SAW. Ahli waris tidak berhak menerima
berikut :
Isi pasal ini tidak memberikan keadilan kepada ahli waris yang
angkat tidak berhak sama sekali atas harta waris dari orangtua
26
sejak bayi lalu didik, dirawat, dan dibiayai seperti anak sendiri.
yang bernilai 1/3. Hal ini justru bertentangan dengan ajaran Islam
sesungguhnya.
wasiat.28
terjadi ucapan ini dihadiri oleh beberapa orang dari sanak keluarga
28
Oemar Moechthar, S.H., M.Kn. 2019. Perkembangan Hukum Waris. Jakarta.
Prenada Media Group. Hlm. 187
27
umumnya maksud dari ucapan-ucapan tersebut ialah merupakan
ayatnya.
sebagian harta warisan kepada sanak keluarga yang sedikit jauh tali
kekeluargaannya dan oleh sebab itu tidak berhak atas suatu bagian
dari harta warisan, tetapi ada tali persahabatan yang erat antara ia
28
B. Daftar Pusat Wasiat
satu seksi dari Subdirektorat Harta Peninggalan yang berada dibawah dan
tertutup atau rahasia, serta meneliti daftar formal daftar wasiat dan
surat wasiat, berkaitan erat dengan tugas dan wewenang yang dimiliki
oleh notaris yang diatur dalam UUJN. Pasal 875 BW menyatakan bahwa
yang dinamakan dengan surat wasiat atau testament adalah suatu akta
kembali.
29
Nurhendro Putranto. 2013. Balai Harta Peninggalan Fungsi dan Tugas
Pokoknya. Surabaya. Balai Harta Peninggalan Surabaya. Hlm. 1.
29
tersebut oleh notaris wajib untuk dilakukan pendaftaran kepada BHP
dimana wilayah hukum dari notaris itu berada yang mana wasiat tersebut
kepada BHP dan oleh BHP akan dimasukkan ke dalam buku register.
wasiat yang dibuat di hadapan notaris yang mana pelaporan ini dilakukan
secara manual. Dan pada saat pewaris telah meninggal dunia ahli waris
a. Surat permohonan;
c. Semua ahli waris harus hadir di BHP dan Notaris penyimpan wasiat;
d. Surat wasiat;
Berita Acara Pembukaan atas wasiat tertutup atau rahasia tersebut. Oleh
nomor oleh BHP untuk selanjutnya wasiat dikembalikan kepada ahli waris
untuk dilaksanakan.
30
Namun sistem pendaftaran yang demikian ternyata menimbulkan
sampai kepada DPW atau dalam hal notaris lalai atau lupa untuk
hukum agar dapat dilakukan melalui mekanisme online sistem serta dalam
notaris.
31
Keterangan W asiat didefinisikan sebagai surat yang isinya menerangkan
berikut:
hukum dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan biaya ringan serta jauh
dari kesan adanya upaya pungutan liar atau pungli. Selain itu adanya
ketentuan mengenai pendaftaran wasiat secara online ini tidak lain adalah
32
dibuatnya suatu wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang
UUJN.
yang diatur dalam Permenkumham No. 60/2016, maka notaris tidak lagi
adanya suatu wasiat yang telah dibuat. Notaris hanya perlu melakukan
akta wasiat yang dikirim melalui online sudah langsung ter-update atau
dengan kata lain langsung masuk ke dalam data base Dirjen AHU online
33
C. Tinjauan Umum Tentang Notaris
notaris, sehingga akta otentik itu akan dapat dipahami dan diterima oleh
yang dirugikan.
diberikan oleh UUJN ini merujuk pada tugas dan wewenang yang
pejabat umum dan memiliki wewenang untuk membuat akta autentik serta
UUJN yang baru tersebut, Peraturan Jabatan Notaris yang lama, yaitu
34
Ordonansi Staatsblad 1860 Nomor 3 (selanjutnya disingkat PJN),
berwenang membuat akta dalam rumusan PJN tidak lagi digunakan dalam
van ider ander). Dengan perkataan lain, wewenang notaris bersifat umum,
30
Abdul Ghofur Anshori. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia: Perspektif
Hukum dan Etika. Yogyakarta: UII Press. Hlm. 13.
35
suatu perbuatan hukum diharuskan adanya akta autentik, maka hal itu
dari notaris juga pejabat umum lainnya turut berwenang atau sebagai
31
G.H.S Lumban Tobing. 1992. Peraturan Jabatan Notaris. Jakarta: Erlangga.
Hlm. 34.
32
Habib Adjie. 2008. Sanksi Perdata dan Adminitratif Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik. Bandung: Refika Aditama (selanjutnya disingkat Habib Adjie I). Hlm. 31
33
Ibid
36
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Notaris berwenang pula:
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian
tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus;
b. Membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar
dalam buku khusus;
c. Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa
salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan
digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat
aslinya;
e. Membuat penyuluhan hukum sehubungan dengan
pembuatan Akta;
f. Membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. Membuat Akta risalah lelang.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
sebab dia tidak menerima gaji, dia hanya menerima honorarium atau fee
dari klien. Notaris dapat dikatakan sebagai pegawai pemerintah yang tidak
akan tetapi tidak menerima pensiun dari pemerintah. Oleh karena itu,
34
R. Soegondo Notodisoerjo.1993. Hukum Notariat di Indonesia; Suatu
Penjelasan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 44.
37
bukan saja notaris yang harus dilindungi tetapi juga para konsumennya,
akta-akta notaris tidak lagi dibuat hanya sebagai alat untuk mengingat
berpegang teguh pada kode etik Jabatan Notaris sebab tanpa itu harkat
yang semakin kompleks dewasa ini tentunya makin luas dan makin
yang dijalankan oleh segenap pihak makin banyak dan luas, dan hal ini
35
Suhrawardi K. Lubis. 2006. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Hlm.34.
36
R. Soegondo Notodisoerjo. Op.Cit. Hlm. 19.
38
tentunya tidak terlepas dari pelayanan dan produk hukum yang dihasilkan
karakteristik, yaitu: 37
bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum
37
Habib Adjie. 2009. Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris). Bandung: Refika Aditama (selanjutnya
disingkat Habib Adjie II). Hlm. 15-16.
39
telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar
wewenang.
negeri, akan tetapi dari mereka yang meminta jasanya. Notaris adalah
40
e. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat. Kehadiran
rugi dan bunga jika ternyata Akta tersebut dapat dibuktikan dibuat tidak
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, hal ini merupakan bentuk
sini terlihat bahwa notaris tidak memihak tetapi mandiri dan bukan salah
38
G.H.S. Lumbang Tobing. Op.Cit. Hlm. 37.
41
D. Landasan Teoritik
tegas bagi setiap peristiwa konkrit dan tidak boleh ada penyimpangan
harus diingat bahwa hukum itu tidak identik dengan keadilan, karena
yang sesuai dengan apa yang tertera dalam bunyi pasal dalam
39
Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum
Progresif. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 131.
40
Ibid.
42
Berdasarkan pandangan tersebut di atas maka ditegaskan
secara tegas bagi setiap orang dan peristiwa sehingga tidak boleh
selbst (kepastian tentang hukum itu sendiri). Ada empat hal yang
secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-
41
Yance Arizona. 2008. Apa Itu Kepastian Hukum?. Sumber:
https://yancearizona.net/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/
43
menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari
ini lahir dari kekhawatiran yang dahulu kala pernah dilontarkan oleh
42
Ibid
44
atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. 43 Menurut
karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau
43
Hans Kelsen. 2007. General Theory Of law and State (Teori Umum Hukum
dan Negara). Alih Bahasa oleh Somardi. Jakarta: BEE Media Indonesia. Hlm. 81.
44
Ibid. Hlm. 83
45
Ridwan H.R. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hlm . 335-337.
45
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut
46
Ibid. Hlm. 365.
47
Shidarta. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Edisi Revisi.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm. 73-79.
46
b. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab.
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap
bertanggung jawab (presumption of liability principle),
sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.
Kata “dianggap” pada prinsip “presumption of liability”
adalah penting, karena ada kemungkinan tergugat
membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia
dapat membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua
tindakan yang diperlukan untuk menghindarkan terjadinya
kerugian. Dalam prinsip ini, beban pembuktiannya ada
pada si tergugat. Dalam hal ini tampak beban pembuktian
terbalik (omkering van bewijslast). Hal ini tentu
bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah
(presumption of innocence). Namun jika diterapkan dalam
kasus konsumen akan tampak asas demikian cukup
relevan. Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban
untuk membuktikan kesalahan itu ada pada pihak pelaku
usaha yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-
bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Tentu saja konsumen
tidak dapat sekehendak hati mengajukan gugatan. Posisi
konsumen sebagai penggugat selalu terbuka untuk digugat
balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan
kesalahan tergugat.
c. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip
praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya
dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat
terbatas. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada
hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada
bagasi kabin atau bagasi tangan, yang biasanya dibawa
dan diawasi oleh penumpang (konsumen) adalah tanggung
jawab dari penumpang. Dalam hal ini pengangkut (pelaku
usaha) tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
Pihak yang dibebankan untuk membuktikan kesalahan itu
ada pada konsumen.
d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering
diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut
(absolute liability). Kendati demikian ada pula para ahli
yang membedakan kedua terminologi di atas. Ada
pendapat yang menyatakan, strict liability adalah prinsip
tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai
faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian-
pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari
tanggung jawab, misalnya pada keadaan force majeure.
Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggung jawab
47
tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Menurut
E. Suherman, strict liability disamakan dengan absolute
liability, dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk
membebaskan diri dari tanggung jawab, kecuali apabila
kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang
dirugikan sendiri. Tanggung jawab adalah mutlak.
e. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of
liability principle) ini sangat disenangi oleh pelaku usaha
untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam
perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci
cetak film, misalnya ditentukan, bila film yang ingin dicuci
atau dicetak itu hilang atau rusak (termasuk akibat
kesalahan petugas), maka si konsumen hanya dibatasi
ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru.
E. Kerangka Pikir
judul tersebut telah dibuat 2 (dua) isu pokok penelitian yang akan dikaji
lebih jauh, yakni akibat hukum terhadap akta wasiat yang tidak didaftarkan
akta wasiat yang tidak didaftarkan oleh notaris pada Pusat Daftar W asiat
sehingga akan didapatkan gambaran yang jelas mengenai isu pokok yang
dikaji. Pada isu pokok pertama atau variabel X1 ini, penulis akan
48
membahas mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang notaris sebagai
notaris dengan pusat daftar wasiat, serta tanggung jawab notaris sebagai
49
Bagan Kerangka Pikir
F. Defenisi Operasional
50
2. Akta adalah tulisan yang semata-mata dibuat untuk membuktikan
ditandatangani.
saja (eenzijdig) dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh yang
Wasiat.
51
norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik
norma.
52