Makalah Askep Demam Tifoid Kel 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKIOLITIS”

Dosen Pengampu : Nursanti Anwar, S.Kep., Ns., M. Kep

Disusun oleh Kelompok 5 :


1. Riskasari Rusdianto (4050301440122086)
2. Chindi Mahdi (4050301440122054)
3. Putri Abas (4050301440122082)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN TERNATE
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini sholawat serta salam tak pula kami
haturkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW, yang telah memperjuangkan
agama islam sampai saat ini.

Adapun tujuan utama penulisan makala ini adalah untuk memenuhi Tugas Keperawatan
anak yang berjudul: “Makalah Asuhan keperawatan pada pasien dengan Bronkiolitis”

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada teman-teman yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
di harapkan

Ternate, 27 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkiolitis merupakan penyebab obstruksi aliran udara akibat penyempitan
saluran respiratorik kecil atau bronkiolus yang ditandai oleh batuk, pilek, panas, sesak
napas, mengi dengan penyebab tersering respiratory syncitial virus (RSV). (Yuliana &
Subadana, 2014). Menurut Axton & Fugate (2014) menyebutkan bahwa inflamasi,
edema, dan sumbatan mukus pada kasus bronkiolitis dapat menyebabkan area jalan napas
distal yang kecil mengalami obstruksi. Kemudian menurut Junawanto, Goutama &
Sylvani, (2016) bronkiolitis disebut sebagai disease of infancy, umumnya mengenai bayi
dengan insiden puncak pada usia 2 bulan sampai 1 tahun. Lebih dari 80% kasus terjadi
pada tahun pertama setelah kelahiran.
Menurut Karen dkk. (2014) di Amerika Serikat, puncak kejadian tahunan terjadi
pada musim dingin dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret. (hal. 526). Menurut
Yuliana dkk. (2014) di Amerika Serikat (AS), penyakit ini menyebabkan 90.000 kasus
perawatan di rumah sakit dan 4500 kematian tiap tahunnya. Frekuensi bronkiolitis di
negara berkembang hampir sama dengan di AS dengan angka mortalitas berkisar 1-3%
pada anak-anak yang dirawat.
Menurut Ngastyah (2012) anak biasanya dapat mengatasi serangan penyakit
bronkiolitis dalam waktu sesudah 72 jam dengan mortalitas kurang dari 1%. Anak dapat
meninggal karena apnea, asidosi respiratorik yang tidak terkoreksi atau karena dehidrasi.
(hal. 62)
Bronkiolitis penyebab tersering bayi dirawat di rumah sakit. Diperkirakan 50%
anak mengalami bronkiolitis. Angka kejadian bronkiolitis menurun tajam pada usia 1-5
tahun dan selanjutnya jarang terjadi. Diperkirakan hanya 10% anak sehat dengan
bronkiolitis yang membutuhkan rawat inap. (Karen dkk., 2014, hal. 526).
Pada umumnya anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit akan membaik
dalam waktu 2-5 hari hanya dengan pemberian terapi suportif. Periode terjadinya mengi
dapat bervariasi. Setelah anak dirawat di rumah sakit mungkin saja terjadi takipneu dan
hipoksia, yang mengarah pada gagal napas. Kemungkinan terjadinya apneu merupakan

28
perhatian utama pada bayi muda yang mengalami bronkiolitis. (Karen dkk., 2014 hal.
526)
Menurut Karen dkk. (2014) bronkiolitis mungkin kambuh tetapi umumnya ringan,
tetapi tetap harus dinilai dan diperlakukan sama seperti saat 3 bronkiolitis pertama kali
terjadi. Insiden terjadinya asma umumnya lebih tinggi pada anak yang pernah dirawat
dengan bronkiolitis saat bayi.
Berdasarkan penjelasan diatas jika bronkiolitis tidak ditanggulangi akan
berdampak pada anak yang berusia dibawah dua tahun yang masih rentan dari berbagai
jenis penyakit yang akan menyebabkan masalah dalam system pernafasan yang lebih
mengancam seperti asma, dan berdampak juga pada kecemasan keluarga dalam
kesembuhan penyakit anaknya.
Bronkiolitis memunculkan ketidakefektifan bersihan jalan napas karena infeksi
virus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respon inflamasi akut, kemudian
karena tahanan aliran udara berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran
respiratori, maka sedikit saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara
yang besar. (Bakhtiar, 2009)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bronkiolitis?
2. Apa penyebab bronkiolitis?
3. Apa tanda dan gejala bronkiolitis?
4. Apa patofisiologi bronkiolitis
5. Apa komplikasi bronkiolitis
6. Bagaimana penatalaksanaan bronkiolitis?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak dengan bronkiolitis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep dasar dan konsep medis bronkiolitis
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak dengan bronkiolitis
b. Mampu menentukan diagnosa pada pasien anak bronkiolitis

29
c. Mampu menentukan perencanaan keperawatan pada pasien anak dengan
bronkiolitis
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan bronkiolitis
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan bronkiolitis

30
BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Pengertian Bronkiolitis
Bronchiolitis atau bronkiolitis adalah penyakit yang umum terjadi pada saluran
pernapasan. Penyakit ini disebankan oleh infeksi yang mempengaruhi saluran udara
kecil (bonkiolus) dan menggangu fungsi paru-paru penderitanya. Pada saat bronkiolus
meradang, saluran ini membengkak dan menghasilkan lender sehingga menutup jalan
napas. (Mendri & Prayogi, 2018)
Inflamasi bronkus kecil dan bronkiolus disebut bronkiolitis. Biasanya bronkiolitis
terjadi pada anak-anak sebagai akibat infeksi virus. Namun tidak jarang bronkiolus
terjadi pada orang dewasa. (Djojodibroto, 2009).
Bronkiolitis yaitu proses inflamasi akut pada bronkiolus dan bronkus kecil,
hampir selau disebabkan oleh pathogen viral. Respiratory Syncytial Virus (RSV)
bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus bronkiolitis (adenovirus,
parainfluenza, dan human metapneumovirus juga merupakan agen penyebab yang
penting) keparahan penyakit berkaitan secara terbalik terhadap usia anak. Frekuensi
dan keparahan infeksi berkurang seiring dengan penambahan usia.(Kyle & Carman,
2015).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) menyebutkan bronkiolitis adalah inflamasi
bronkial pada bayi kurang dari 2 tahun. Berdasarkan guideline dari UK, bronkiolitis
adalah penyakit seasonal viral yang ditandai dengan adanya panas, pilek, batuk, dan
mengi.
Bronkiolitis adalah infeksi saluran napas bawah pada bayi yang umumnya
disebabkan oleh infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV), ditandai dengan gejala
peradangan akut, edema, dan nekrosis dinding sel epitel saluran napas kecil disertai
peningkatan produksi mukus. Rendahnya kadar vitamin D turut berperan dalam

31
perkembangan penyakit ini. Gejala dan tanda umumnya dimulai dari batuk dan pilek,
dapat berlanjut ke takipneu, mengi, ronki, penggunaan otot bantu napas, dan atau
napas cuping hidung. (Irwan J, dkk. 2014)

2. Etiologi
Menurut Karen J, dkk (2014) brokiolitis adalah istilah yang digunakan pada
mengi (wheezing) yang terjadi pertama kali akibat infeksi virus pada saluran
respiratori. Hal yang khas pada bronkiolitis adalah inflamasi respiratori dan terjadinya
obstruksi respiratori akibat pengembangan pada bronkiolus yang berkaliber kecil dan
mengakibatkan timbulnya aliran ekspirasi yang inadekuat. Sebagian besar kasus
bronkiolitis berat terjadi pada bayi, hal ini terjadi mengkin akibat caliber saluran
respiratori yang masih imatur. Bronkioitis adalah penyakit yang dapat mengancam
jiwa.
3. Manifestasi Klinik
a. Sering bersin dan banyak secret atau lender
b. Demam ringan
c. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
d. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada; suprasternal, intercostal, dan
subcostal pada inspirasi
e. Cuping hidung
f. Nafas cepat
g. Dapat juga sianosis
h. Batuk-batuk
i. Wheezing
j. Iritabel
k. Cemas(Suriadi & Yuliani, 2006)
4. Patofisiologi

32

Anda mungkin juga menyukai