Makalah Golongan Golongan Penerima Zakat
Makalah Golongan Golongan Penerima Zakat
Makalah Golongan Golongan Penerima Zakat
Halimatussalma
Apriliana Efendi
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya makalah ini.
Makalah ini dibuat dalam susunan materi yang sangat sederhana.
Maksud dari penulis makalah ini terkait dengan peningkatan mutu dan
kompetensi mahasiswa Ilmu Hukum dalam mempelajari Ilmu Negara
dan Objek Kajian Ilmu Negara yang terkait dengan materi mata kuliah
Ilmu Negara. Penulis memberikan penjelasan mengenai pengertian,
perbedaan antara demokrasi modern dengan autokrasi modern serta cara
- cara pembatasan kekuasaan penguasa, sehingga para mahasiswa dapat
lebih mudah untuk memperoleh penjelasan mengenai materi tersebut.
Karena keterbatasan kemampuan, penulis menyadari bahwa
penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini nantinya berguna dan
dapat dimanfaatkan. Sekian dan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
zakat merupakan suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah
SWT, sebagai suatu bentuk penyempurnaan kita sebagai orang islam,
kewajiban membayar zakat itu selain tertuang dalam Al-Qur.an yang
merupakan sumber hukum islam yang pertama, terdapat pula di dalam
hadist juga yang merupakan sumber hukum islam yang ke dua setelah
Al-Qur’an. dan juga tertuang hadist tentang kefarduan atau kewajiban
membayar zakat. Zakat ada dua macam, yaitu yang pertama itu yang
berhubungan dengan dirinya (zakat fitrah), kemudian yang kedua adalah
yang berhubungan dengan hartanya (zakat maal). Dalam
pengaplikasiannya zakat bisa berbentuk macam-macam dalam hal
pengeluaran hartanya, ada zakat untuk hasil tanaman, buah-buahan,
zakat atas tanah, barang tambang, bahkan gagi binatang ternak serta
yang lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan macam-macam, Siapa saja yang berhak
menerima zakat?
2. Apa dasar pensya’riatan dari Zakat.?
3. Bagaimana tata cara pembayaran zakat?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Dan Dasar Pensyari’atannya.
Secara istilah fiqhiyah, harta ini disebut zakat karena sisa harta
yang telah dikeluarkan dapat berkembang lantaran barakah doa orang-
orang yang menerimanya.
Zakat adalah salah satu rukun Islam. Ia adalah wajib
berdasarkan dalil-dalil qath’i dan merupakan perkara ma’lum fiddin bid
dharurah, sehingga keraguan dan keingkaran akan kewajiban zakat
menyebabkan kekufuran. Dalil terpenting kewajiban zakat adalah:
َّ أَقِي ُمواْ ال
َّ ْصالَة َ َوآتُوا
(34الزكَاة َ (البقرة
2
shalat merupakan perwujudan hubungan dengan Tuhan, sedangkan
zakat perwujudan hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia.1
Berikut Sebagaimana hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim,
dari Abu Hurairah RA Nabi SAW Bersabda:
َّ َوإِقَ ِام ال، سو ُل اللَّ ِه
َوإِيت َِاء، ِصالَة ُ ش َهادَةِ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر
َ علَى خ َْم ٍس َ اإل ْسالَ ُم
ِ ى َ ِبُن
َضانَ ص ْو ِم َر َم
َ َو، جِ ِّ َو ْال َح، ِالزكَاة
َّ
“Islam dibangun di atas lima pondasi; syahadat bahwa tidak ada yang
berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad Rasul Allah,
menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, haji dan puasa Ramadhan.”
Zakat bukanlah hibah, derma, atau anugerah dari orang-orang kaya
untuk orang-orang fakir. Tapi dia adalah hak dan keutamaan yang besar
bagi orang-orang fakir atas orang-orang kaya, karena mereka adalah
sebab pahala yang didapatkan oleh orang-orang kaya.2
1. Zakat Fitrah
a. Pengertian fitrah
ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki
dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang
ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat
baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia
dengan izin Allah akan kembali fitrah.
3
Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan
Ramadan dan tetap dalam Islamnya.
Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir
Ramadan.
4
sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua)
syarat, yaitu:
Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai
Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya
rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
b. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati
1. Milik Penuh (Almilkuttam)
2. Berkembang
3. Cukup Nishab
4. Lebih Dari Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah)
5. Bebas Dari hutang
6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu
satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan
dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang
temuan) tidak ada syarat haul.
c. Harta(maal) yang Wajib di Zakati
1. Binatang Ternak
2. Emas Dan Perak
3. Harta Perniagaan
4. Hasil Pertanian
5. Ma-din (hasil tambang) dan Kekayaan Laut
6 Rikaz harta (terpendam dari zaman dahulu).
B. Harta Yang Wajib Dizakati.
Di antara syarat-syarat terpenting yang harus terpenuhi dalam
harta yang wajib dizakati adalah sebagai berikut:
5
d. Harta tersebut adalah kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan pokok
bagi muzaki dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, tanpa
berlebihan atau bermewah-mewahan.
e. harta tersebut terbebas dari hutang. Artinya, harta tersebut sudah
dikurangi dengan hutang yang jatuh temponya.
f. Harta tersebut telah dimiliki selama satu haul (satu tahun),
terhitung sejak dia mencapai nishab, kecuali zakat hasil pertanian,
buah-buahan, dan rikaz (harta karun).
g. Harta tersebut halal dan baik, karena Allah tidak menerima kecuali
yang baik. Juga, karena harta yang haram tidak memenuhi syarat
kepemilikan
h. Harta yang wajib dizakati antara lain, yaitu: emas, perak dan mata
uang; harta perniagaan; binatang ternak; buah-buahan dan biji-
bijian yang dapat dijadikan makanan pokok; dan barang tambang
dan barang temuan.
C. Mustahiq Zakat.
Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat, seperti
yang dijelaskan dalan QS. At-Taubah ayat 60 yaitu:
ب وا ْلغ َِار ِميْنَ َو فِى ِّ ِ علَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُ ْوبُ ُه ْم َو فِى
ِ الرقَا َ َآء َو ْال َمسكي ِْن َو ْالعا َ ِم ِليْن
ِ صدَقتُ ِل ْلفُقَ َر
َّ إِنَّماَاال
)التوبة. (علَ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم َ ُس ِب ْي ِل قلى َواللَّهَّ س ِب ْي ِل اللَّ ِه َواب ِْن ال
َ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. al-Taubah (9): 60).
1. Fakir
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud fakir
adalah orang yang tidak menurut Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i,
dan Mazhab Hambali, yang disebut fakir ialah mereka yang tidak
mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, papan dan kebutuhan primer lainnya
6
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang yang ada
dalam tanggungannya.
2. Miskin
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud miskin
adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan tetap, namun tidak
dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Menurut Mazhab
Maliki. Mazhab Syai’i, dan Mazhab Hambali. Yang disebut miskin
ialah yang mmepunyai penghasilan layak untuk memenihi
kebutuhan dan orang yang menjadi tanggung jawabnya, namun
tidak sepenuhnya tercukupi. Suatu contoh seseorang memerlukan
Rp 800.000,-untuk memenuhi kebutuhannya, namun
penghasilannya hanya Rp 600.000,-.
3. Amil
Amil ialah panitia atau orang-orang yang melakukan segala
kegiatan berkaitan dengan zakat. Mereka bertugas mengumpulkan,
menjaga, mencatat , menghitung,dan membagikan harta zakat yang
berhasil mereka himpun kepada orang-orang yang berhak
menerimanya.
4. Muallaf
Yakni, orang-orang yang diharapkan kecendrungan hatinya
kepada Islam. Atau orang-orang yang diharapkan keyakinannya
terhadap Islam bertambah kuat. Atau juga orang yang diharapkan
dapat membela dan menolong kaum muslim dalam menghadapi
musuh.
Muallaf, menurut ulama fikih, ada dua golongan: muallaf muslim
dan muallaf kafir. Mauallaf muslim terdiri dari lima kelompok:
Para pemimpin kaum muslimin. Denagn pemberian zakat
diharapkan tandingan mereka, yakni orang kafir akan masuk Islam;
Para pemimpin kaum muslimin yang lemah iman, namun
ditaati pengikutnya. Dengan pemberian zakat diharapkan
ketetapan hati dan keimanan mereka bertambah agar mereka
rela berjihad;
7
Kaum muslimin yang berada di daerah perbatasan denagn
musuh dengan pemberian zakat diharapkan mereka dapat
mempertahankan diri dan membela kaum seiman lainnya dari
serbuan musuh;
Kaum muslimin yang diperlukan untuk memungut zakat dari
orang yang tidak mau menyerahkan zakatnya, kecuali dengan
pengaruh dan wibawa mereka;
Orang yang baru masuk Islam, agar keyakinannya terhadap
Islam semakin bertambah. Ahli ushul dan fikih Az Zuhri
mengatakan, bahwa mereka perlu diberikan zakat meskipun
mereka tergolong orang kaya.
Muallaf kafir dikelompokkan dalam dua golongan:
Golongan yang diharapkan keislamannya, baik dari lingkungan
keluarga maupun kelompoknya; .
Golongan yang dikhawatirkan kejahatannya. Dengan
pemberian zakat diharapkan mereka tidak melakukan kejahatan
terhadap kaum muslim.
5. Budak
yang terdiri dari dua golongan:
a. Budak mukattab, ialah budak yang dijanjikan oleh tuannya
untuk dimerdekakan jika telah membayar harga dirinya yang
sudah ditetapkan. Dengan pemberian zakat budak tersebut
dibantu memerdekakan dirinya;
b. Budak biasa, yaitu harta zakat dipakai membebaskan budak
tersebut dari tuannya.
6. Al- ghoorim
yakni orang yang berhutang dan tidak mampu
membayarnya. Mereka ini antara lain, orang yang berhutang:
a. Untuk mendamaikan sengketa;
b. Untuk menjamin hutang orang lain;
c. Karena membutuhkannya untuk kebutuhan hidup; atau
d. Untuk membebaskan diri dari maksiat.
Mereka semua boleh menerima zakat yang cukup untuk
melunasi hutang-hutang mereka. Termasuk dalam golongan ini
8
adalah para pedagang kecil yang meminjam modal dari rentenir.
Mereka berhak membayar zakat agar terbebas dari rentenir dan untuk
modal usaha agar mereka tidak kehilangansumber nafkah.
7. Sabilillah
adalah semua usaha untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Bagian zakat untuk golongan ini diharapkan dapat
digunakan, antara lain untuk:
a. Meningkatka bangunan-bangunan fisik keagamaan seperti
madrsah dan masjid;
b. Peningkatan pengetahuan keder-keder Islam, melalui kursus-
kursus keterampilan dan kewiraswastaan;
c. Peningkatan dakwah melalui lembag-lembaga dakwah;
d. Penyediaan nafkah bagi ulama, mubaligh, guru agama yang
mengabdikan dirinya dengan tugas agama, namun tidak
mendapatkan tunjangan dari lembaga resmi maupun swasta.
8. Ibnu Sabil
Yakni orang yang mengadakan perjalanan baik di negerinya
sendiri maupun orang lain. Para ulama sepakat bahwa musafir yang
kehabisan bekal, sekalipun ia orang kaya di negerinya, berhak
mendapat zakat sebatas mencukupi keperluannyauntuk perjalanan
pulang.
Dengan syarat perjalanan yang dilakukannya dalam rangka
ketaatan kepada Allah. Bukan perjalanan maksiat.
Sekarang ini ibnu sabil seperti yang dikemukakan di atas
boleh dikata sudah tidak ada lagi. Maka bagian zakat untuk
golongan ini, menurut ijtihad para ulama dapat digunakan antara,
dapat digunakan antara untuk:
o Membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak yatim;
o Membiayai mahasiswa ke luar negeri;
o Mengirim utusan ke konferensi Islam dan keislaman; dan
o Ekspedisi ilmiah
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat adalah mengeluarkan sebagian dari harta benda atas
perintah Allah, sebagai shadaqah wajib atas mereka yang telah
ditetapkan menurut syarat yang telah ditentukan oleh hukum
Islam.Dasar hukum zakat dalam Al Qur an antara lain QS. al-Baqarah
(2): 43) dan QS. al-Bayyinah: (98): 5).
Harta yang wajib dizakati antara lain, yaitu: emas, perak dan
mata uang; harta perniagaan; binatang ternak; buah-buahan dan biji-
bijian yang dapat dijadikan makanan pokok; dan barang tambang dan
barang temuan.
adapun orang yang berhak menerima zakat 8 golongan/asnaf sebagai
berikut:
1. fakir
2. miskin
3. amil
4. muallaf
5. hamba sahaya
6. gharimin
7. fisabilillah
8. ibnu sabil
B. Saran
Penyusun memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan
makalah ini dan senantiasa mengharapkan kritik dan saranyang
membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik
kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
10
DAFTAR PUSTAKA
Moh Rifa’i. Ilmu Fikih Islam Lengkap, Penerbit PT. Karya Toha Putra
Semarang 1978
Lubis, Arsyad Thalib, H.M., Ilmu Fiqih, Cet. XII, Firma Islamiyah,
Medan, 1985
11