Khadijah-TUGAS PAK ARSIN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

RESUME

PENDAFTARAN TANAH

Disusun Oleh :

Nama : Khadijah
NPM : 5623220049
Kelas :B

FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2024
● Pengertian Pendaftaran Tanah
Dalam hukum tanah sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu
pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA. Pasal 4 UUPA
menyatakan bahwa: “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang
dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaaan
bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta
badan-badan hukum”.

● Sejarah Pendaftaran Tanah di Indonesia


Menurut Boedi Harsono, pernyataan tanah yang dikuasai oleh bangsa Indonesia
sebagai tanah bersama tersebut menunjukkan adanya hubungan hukum di bidang
hukum perdata. Meskipun demikian bukan berarti bahwa hak bangsa Indonesia
adalah hak kepemilikan pribadi yang tidak memungkinkan adanya hak milik
individual. Hak bangsa Indonesia dalam hukum tanah nasional adalah hak
kepunyaan, yang memungkinkan penguasaan bagian-bagian tanah bersama
dengan hak milik oleh warga negara secara individual.
Pendaftaran tanah di Indonesia telah mengalami sejumlah perkembangan sejak
masa kolonial Belanda hingga saat ini. Berikut adalah beberapa poin penting
dalam sejarah pendaftaran tanah di Indonesia:
1. Masa Kolonial Belanda, Sistem pendaftaran tanah pertama kali
diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia pada abad
ke-19. Sistem ini dikenal sebagai "Kadaster" atau "Tata Tanah". Pada
saat itu, tanah-tanah dikelompokkan dan dicatat berdasarkan sistem
kadastral.
2. Masa Kemerdekaan, Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, sistem
pendaftaran tanah yang ditinggalkan oleh pemerintah kolonial Belanda
masih tetap berlaku. Namun, pemerintah Indonesia kemudian melakukan
berbagai reformasi dan penyesuaian terhadap sistem tersebut.

2
3. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA): Pada tahun 1960, pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Pokok Agraria yang
merupakan landasan hukum utama terkait dengan pendaftaran tanah dan
pengaturan agraria di Indonesia. UUPA memberikan dasar hukum bagi
pendaftaran tanah dan pembagian hak atas tanah di Indonesia.
4. Reformasi Agraria: Seiring berjalannya waktu, pemerintah Indonesia
melakukan berbagai reformasi agraria untuk meningkatkan pemerataan
kepemilikan tanah dan memberikan perlindungan hukum bagi pemilik
tanah, terutama bagi masyarakat adat dan petani kecil.
Tujuan pendaftaran tanah merupakan sarana penting mewujudkan
kepastian hukum, penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat
modern merupakan tugas Negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah
bagi kepentingan rakyat dalam rangka memberikan jaminan kepastian
hukum dibidang pertanahan.

● Dasar Hukum Pendaftaran Tanah


Menurut Boedi Harsono, sistem Publikasi pendaftaran tanah yang berlaku di
Indonesia adalah sistem negatif yang mengandung unsur positif, karena akan
menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat, seperti dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2),
Pasal 32 ayat (2) dan Pasal 38 ayat (2) UUPA. Menurut Pasal 19 (1)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (UUPA) menyebutkan bahwa:

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan


pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3
2. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi

a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah


b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat.

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan


masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.
4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud dalam ayat (1) di atas, dengan ketentuan bahwa rakyat
yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biayabiaya tersebut.

Disamping kewajiban pemerintah untuk melakukan pendaftaran tanah, masyarakat juga


diwajibkan untuk melakukan pendaftaran tanah sesuai Pasal 23, pasal 32, dan pasal

38 UUPA, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Pasal 23 UUPA ayat (1): Hak milik demikian pula setiap peralihan,
hapusnya
dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut
ketentuan- ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2):
Pendaftaran termasuk dalam ayat (2) merupakan alat pembuktian yang
kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan
pembebanan hak tersebut.
2. Pasal 32 UUPA, ayat (1): Hak guna usaha, termasuk syarat-syarat
pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak
tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud
dalam Pasal 19. Ayat (2): Pendaftaran termasuk dalam ayat 5 1
merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai peralihan serta

4
hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hak-hak itu hapus karena
jangka waktunya berakhir.
3. 3. Pasal 38 UUPA ayat (1): Hak guna bangunan, termasuk syarat-syarat
pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut
harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam
Pasal 19. Ayat (2): Pendaftaran termaksud dalam ayat 1 merupakan alat
pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna bangunan serta
sahnya peralihan tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka
waktunya berakhir.

D. Objek Pendaftaran Tanah


Adapun Objek pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 adalah:

1. Bidang–bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, HGU (Hak Guna
Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), dan HP (Hak Pakai).
2. Tanah Hak Pengelolaan
3. Tanah Wakaf
4. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
5. Hak tanggungan
6. Tanah Negara (khusus untuk tanah negara pendaftarannya dilakukan dengan
cara membukukan bidang tanah yang bersangkutan dalam daftar tanah dan tidak
diterbitkan sertifikat atasnya). Sementara terhadap obyek pendaftaran tanah yang
lain, dibukukan dalam peta pendaftaran dan buku tanah sertaditerbitkan
sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya”.

5
Pengertian hak tanah dalam UUPA, obyek pendaftaran tanah atau dikenal

dengan hak-hak atas tanah menurut ketentuan yang ditetapkan UUPA Pasal 16 terdiri

dari:

● Hak milik,
● Hak guna-usaha,
● Hak guna-bangunan,
● Hak sewa,
● Hak membuka tanah,
● Hak memungut-hasil hutan,
● Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang
akan
ditetapkan dengan Undang-Undang serta hak-hak yang sifatnya
sementara sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53.

● Asas-asas Pendaftaran Tanah


Asas yang dianut untuk Pendaftaran tanah diatur berdasarkan Pasal 2 PP
24/1997 yakni sebagai berikut:
1. Sederhana, maksudnya adalah substansinya mudah dibaca atau dipahami
oleh
semua lapisan warga negara Indonesia dan juga prosedurnya tidak perlu
melewati birokrasi yang berbelit-belit hanya perlu melewati seksi
pendaftaran tanah saja.
2. Aman, keamanan disini berarti akan memberikan rasa aman bagi
pemegang sertifikat apabila mereka telah melakukan prosedur
pendaftaran tanah dengan teliti dan cermat.
3. Terjangkau, berkaitan dengan kemampuan finansial seseorang untuk
membayar biaya, khususnya harus memperhatikan agar tidak

6
memberatkan pihak-pihak yang ekonominya lemah. Intinya agar jangan
sampai pihak ekonomi lemah tidak melakukan pendaftaran tanah hanya
karena masalah tidak mampu membayar
4. Mutakhir, setiap data yang berkaitan dengan pendaftaran tanah haruslah
data yang terbaru, yang menunjukan keadaan riil pada saat yang
sekarang. Setiap ada perubahan fisik atau benda-benda diatasnya atau hal
yuridis atas tanah harus ada datanya (selalu ada pembaharuan data).
5. Terbuka, dokumen-dokumen atau data-data baik fisik atau yuridis
bersifat terbuka dan boleh diketahui oleh masyarakat. Asas ini bertujuan
agar bila ada hal-hal yang menyimpang atau disembunyikan dapat
diketahui.

● Tujua Pendaftaran Tanah


Berdasarkan Peraturan Nomor 24 Tahun 1997 tersebut, menurut Boedi Harsono,
tujuan pendaftaran tanah adalah agar dari kegiatan pendaftaran itu dapat
diciptakan suatu keadaan dimana:

a. “Orang-orang dan badan hukum yang mempunyai tanah dengan


mudah dapat membuktikan bahwa merekalah yang berhak atas tanah itu,
hak apa yang dipunyai dan tanah yang manakah yang dihaki. Tujuan ini
dicapai dengan memberikan surat tanda bukti hak kepada pemegang hak
yang bersangkutan.

b. Siapapun yang memerlukan dapat dengan mudah memperoleh


keterangan yang dapat dipercaya mengenai tanah-tanah yang terletak di
wilayah pendaftaran yang bersangkutan (baik ia calon pembeli atau calon
kreditor) yang ingin memperoleh kepastian, apakah keterangan yang
diberikan oleh calon penjual atau debitur itu benar. Tujuan ini dicapai
dengan memberikan sifat terbuka bagi umum pada data yang disimpan”.

Anda mungkin juga menyukai