Khotbah 17 Sep
Khotbah 17 Sep
Khotbah 17 Sep
Kisah ini terjadi di Georgia, salah satu Negara Bagian AS, pada tahun 1971. Ada seorang
pria menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai
istrinya.
Diatidak menjadi suami yang baik dan ayah yang baik. Sering pulang malam mabuk-mabukan
lalu pukuli anak istrinya.Suatu hari ia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, dia
mencuri tabungan istrinya dan pergi. Sayangnya, di kota, ia terjerumus dalam dunia gemerlapnya
kota. Selain bisnis, ia juga masuk dalam free sex, obat-obatan terlarang, judi hingga akhirnya ia
bangkrut. Otak jahatnya mulai berpikir untuk dapatin uang dan mulai menipu orang-orang
dengan cek kosong. Tindakan itu akhirnya membuat ia ditangkap dan di penjara 3 tahun lama
nya. Menjelang masa akhir hukuman penjaranya, ia mulai rindu anak istrinya akhirnya ia
menulis surat ke istrinya untuk ceritakan betapa menyesalnya dia, bahwa ia masih cinta dan
berharap masih boleh kembali. Namun ia sadar bahwa mungkin seseorang sudah terlambat, oleh
sebab itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis:
"Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku, tapi jika engkau masih ada perasaan padaku
maukah kau nyatakan? Jika kau mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning di
satu-satunya pohon Oak yang ada ditaman kota. Apa bila aku lewat dan tidak menemukan sehelai
pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tak akan turun dari bis dan akan
terus ke kota yang lain dan aku janji gak akan pernah ganggu kehidupan kamu dan anak-anak
lagi."
Dia mengirim surat itu, tapi tak juga kunjung tiba balasannya. Pada hari di mana dia di bebaskan
dari hukumannya, ia naik bus ke lalu pulang ke kampung halamannya dan menceritakan
harapannya itu ke penumpang yang lain. Semua berdebar. "Tolong pelan-pelan." Ternyata tidak
ada sehelai pita kuning tapi beratus-ratus pita kuning!
Wow, luar biasa sekali. Sebuah gambaran nyata tentang pribadi yang begitu mengasihi
hidup seseorang hingga ia rela melupakan luka hati-sakit hatinya demi membawa perubahan
(hidup baru) bagi yang dikasihinya itu.
Jangan salah, kita semua seharusnya bersyukur karena Allah yang kita kenal dalam Yesus
adalah Allah yang sangat mengasihi hidup kita meskipun dalam kitab Hosea ini menggambarkan
kedegilan hati bangsa Israel dan bagaimana mereka menjauh dari Tuhan.
Bukti kasih Allah yang besar itu, menunjukkan bahwa Allah tetap peduli kepada umat ciptaaanya.
Hosea 11:9 Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan
membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-
tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan.
Pertanyaan penting: Mengapa dan apa yang menyebabkan seseorang menjadi sebegitu degilnya?
Kamus Bahasa Indonesia: Degil artinya keras kepala, ngeyel, gak mau dengar (perkataan
Tuhan). Padahal Tuhan telah berulang kali nyatakan kuasanya dalam hidup mereka? Hosea 11:1-
6 Penyelamatan Mesir Pertolongan Allah. Akan tetapi, anehnya Hosea 11:7, Tetap degil! Keras
kepala!
Pertanyaan: Mengapa? Apa sebabnya? Kalau mau jujur, kadang kala kita menganggap diri kita.
manusia, ini lebih pintar daripada Allah (Misalnya: datangi dukun). Lebih tahu jalan daripada
Allah, Jalan kebenaran itu sendiri (Misalnya: ke tukang ramal). Merasa diri mampu menjalani itu
sendiri jalan hidup tanpa Allah. Padahal kita tidak bisa tanpa DIA
Bagaimana kita sambut kasih Allah itu dalam hidup kita? Tetap keras kepala lalu
mengundang Allah untuk menyelamatkan setelah kita ada di ICU?
Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel tidak terhitung betapa besar kasih Allah atas
mereka. Sejak mereka masih berada di Mesir, keluar dari Mesir, selama dalam perjalanan,
sampai ke tanah Kanaan, kemudian semakin besar jumlahnya dan semakin tersebar. Walau
berulang kali mereka berbuat dosa menjauh dari Allah, namun Allah menarik mereka kembali,
dengan hukuman dan pengampunan. Walau mereka berulang kali meninggalkan Allah dan
berhenti meninggikan nama-Nya, namun kasih Allah pada bangsa Israel selalu mengalahkan
kedegilan mereka.
Allah itu panjang sabar dan berlimpah kasih setianya, Ia senantiasa memberi kesempatan
kepada kita untuk kembali bertobat. Walau banyak dosa dan kesalahan kita yang mendukakan
hati-Nya, kasih Allah tidak akan pernah habis untuk hidup kita. Namun Ia tidak membiarkan
diri-Nya dipermainkan. Ia tetap akan tegas jika hal itu sudah menyangkut dosa dan menjauhkan
kita dari kehendak-Nya. Pancaran kasih Allah yang telah mengalahkan kedegilan kita harusnya
membuka hati dan pikiran kita untuk hidup lebih bersyukur dan mengasihi-Nya. Allah yang kita
sembah adalah Allah yang kasih dan pengampunan-Nya tidak berkesudahan. Ia akan selalu
menarik hati kita kembali pada-Nya untuk segera menerima pemulihan. Tidak hanya sampai di
situ, Allah juga ingin agar kita semakin taat dan juga mampu membagikan kasih dan
pengampunan yang telah kita peroleh dengan tulus kepada sesama.
Manusia yang hanya berasal dari debu tak mungkin mampu memahami, menyelami dan
mengerti pikiran Tuhan yang Mahabesar dan tak terukur itu. Menurut pemikiran manusia -
karena Tuhan adalah Pribadi yang Mahakudus- tentunya mereka yang bersalah, berbuat dosa
dan menyeleweng dari jalan-jalanNya pasti segera dibinasakanNya. Namun pikiran manusia
bukanlah pikiran Tuhan! Tertulis: "Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di
tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan." (Hosea 11:9b). Tak semudah
cara manusia berpikir bahwa Tuhan akan membinasakan umat yang menyimpang dari jalan-
jalanNya. Akan tetapi Tuhan itu panjang sabar dan senantiasa memberi kesempatan kepada
manusia untuk kembali bertobat. Memang Tuhan sangat sedih dan menyesal jika umat yang
dipilih dan dikasihiNya itu semakin dipanggil semakin menjauh dari hadapanNya.
Sudah sangat jelas bahwa bangsa Israel kala itu adalah bangsa yang degil dan tegar tengkuk,
namun kasih Tuhan tidak berkesudahan. Dalam kekecewaanNya Tuhan berkata, "Padahal
Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka
tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan,
dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang
mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan." (Hosea 11:3-4).
Pengalaman bangsa Israel ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari kita belajar
untuk menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita. Mengertilah bahwa apabila persoalan
atau kesesakan datang menimpa hidup kita, itu bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Tuhan
ingin melalui 'proses hidup' ini kita dapat kembali mengingat kasih dan kebaikanNya.
Mungkin selama ini kita telah melangkah jauh dari hadapanNya, dan melalui masalah
dan penderitaan yang kita alami ini tali kasih Tuhan ingin menarik dan mengait hati kita untuk
kembai bersimpuh di hadapan kakiNya untuk menerima kembali pemulihan dari Tuhan.