Makalah Shalat Dhuha-1
Makalah Shalat Dhuha-1
Makalah Shalat Dhuha-1
INDOESIA
(SHALAT DHUHA)
DISUSUN OLEH :
HAERUNISA AMALIA R
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan kewajiban hamba Allah Swt yang beriman.
Bentuknya adalah gerakan dan do’a dengan menghadapkan wajahnya kepada
Yang Maha Pencipta. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali
diperhitungkan dan pertama dihisab di akhirat. Di dalam ibadah shalat ada dua
macam bentuk, yaitu shalat wajib dan shalat sunnah. Menurut hadits bukhori,
shalat wajib adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh masing-masing orang
muslim, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan
mendapat dosa. Shalat wajib ini ada lima macam waktu, diantaranya shalat
subuh dikerjakan menjelang fajar, shalat dzuhur dikerjakan pada saat matahari
melebihi bayangan kita, shalat Ashar dikerjakan ketika sore sebelum matahari
berwarna merah, shalat Maghrib dikerjakan ketika matahari sudah tenggelam,
dan terakhir shalat Isya dikerjakan setelah shalat Maghrib.
Dijelaskan dalam hadits Bukhori, bahwa shalat sunnah adalah ibadah
shalat yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan
tidak berdosa. Shalat sunnah banyak macamnya, diantaranya yaitu shalat dhuha,
shalat witir, shalat tahajjud dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Shalat Dhuha
2. Hukum Shalat Dhuha
3. Waktu Shalat Dhuha
4. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha
5. Surat-Surat Yang di baca Dalam Shalat Dhuha
6. Fadhilah Shalat Dhuha
7. Do’a Dalam Shalat Dhuha
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas bahasa indonesia
2. Untuk menambah wawasan siswa/i tentang shalat dhuha
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Dhuha
Shalat dhuha merupakan shalat pada siang hari yang dianjurkan.
Pahalannya di sisi Allah cukup besar. Nabi Saw biasa melakukannya, dan
mendorong umat muslimin untuk melakukannya juga. Beliau menjelaskan
barangsiapa yang shalat empat rakaat pada awal siang hari, niscaya Allah
mencukupkan pada sore harinya. Sebagaimana beliau juga menjelaskan bahwa
shalat dhuha itu sama dengan tiga ratus enam puluh sedekah.[1]
Adapun pendapat yang lain bahwa shalat dhuha ialah shalat sunah yang
dikerjakan pada waktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangya shalat ini dua
raka’at, boleh empat raka’at, enam, delapan atau dua belas raka’at.[2]
B. Hukum Shalat Dhuha
Shalat dhuha hukumnya sunah. Karena itu barangsiapa yang
menginginkan pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, dan kalau tidak, tidak ada
larangan pula meninggalkannya.
Dari Abu Sa’id r.a berkata:
(رواه. َو َيَد ُع َها َح َّتى َنُقوَل اَل ُيَص ِّليَها،َك اَن صلى هللا عليه وسلم ُيَص ِّلى الُّض َح ى َح َّتى َنُقوُل اَل َيَد ُع َها
)الترمذي
Artinya:
“Rosulullah Saw selalu melaksanakan shalat dhuha sampai-sampai kita
mengira bahwa tidak pernah meninggalkannya, tetapi jika
meninggalkannya sampai-sampai kita mengira, bahwa beliau tidak pernah
meninggalkannya.” (H.R Turmudzi)
C. Waktu Shalat Dhuha
Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik kira-kira setinggi tiga
tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat berada di tengah-tengah langit
(istiwa) dan pada saat itu makruh hukumnya untuk melakukan shalat. Menurut
pandangan yang lain, shalat dhuha dimulai ketika matahari naik setinggi 7 hasta
dan berakhir ketika matahari tergelincir (istiwa).[3]
Disunahkan juga melaksanakan pada waktu naik agak tinggi dan panas
agak terik. Dari Zaid bin Arqam r.a berkata:
َخ َر َج الَّنِبُّي صلى هللا عليه وسلم َع َلى َاهِل ُقَباِء َو ُهْم ُيَص ُّلْو َن الُّض َح ىى َفَقاَل َص اَل ُة اَاْلَّو اِبْيَن ِاَذ ا َر َم َض ِت
) (رواه احمد ومسلم وترمذى.اِلفَص اِل ِم َن الُّض َح ى
Artinya:
“Nabi Saw keluar menuju tempat ahli quba, dikala itu mereka sedang
mengerjakan shalat dhuha. Beliau lalu bersabda: “inilah shalat orang-
orang yang kembali kepada Allah, yakni di waktu anak-anak unta telah
bangkit karena kepanasan waktu dhuha.” (H.R Ahmad dan Muslim)
D. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha
Bilangan shalat dhuha sekurang-kurangnya ialah dua raka’at, dan
maksimalnya delapan raka’at, ada pula yang mengatakan dua belas raka’at.
Namun, ada pula yang mengatakan bahwa shalat dhuha tidak ada batasannya,
tetapi pendapat kedua tadilah yang kuat. Berikut dalil tentang bilangan raka’at
shalat dhuha.
1. Dua raka’at
َاْو َص اِني َخ ِلْيِلي صلى هللا عليه وسلم ِبِص َياِم َثَالَثِة َاَّياِم ِم ْن ُك ِّل َش ْهٍر: َع ْن َاِبي ُهَر ْيَر َة َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل
) (رواه متفق عليه.َو َر ْك َع َتى الُّض َح ى َو َاْن ُاْو ِتَر َقْبَل َاْن َاْر ُقَد
Artinya:
“Abu Hurairah r.a berkata: “Kekasihku Rosulullah Saw berpesan
kepadaku, supaya berpuasa tiga hari di tiap-tiap bulan, dan shalat dhuha
dua raka’at, dan shalat witir sebelum tidur.” (H.R Muttafaqun ‘Alaih)
2. Empat raka’at
) (رواه مسلم.َك اَن الَّنِبُّي صلى هللا عليه وسلم ُيَص ِّلى الُّض َح ى َاْر َبَع َر َك َع اٍت َو َيِز ْيُد َم اَش اَء ُهللا
Artinya:
“Aisyah r.a berkata: “ Rosuluullah Saw biasa melaksanakan shalat
dhuha empat raka’at, dan kadang-kadang melebihi dari itu sekehendak
Allah.” (H.R Muslim)
3. Delapan raka’at
) (رواه ابو داود. َاَّن الَنِبَّي صلى هللا عليه وسلم َص َّلى ُسْبَح َة الُّض َح ى َثَم اِنَي َر َك َع اٍت ُيَس ِّلُم ِم ْن ُك ِّل َر ْك َع َتْيِن
Artinya:
“Bahwa Nabi Saw mengerjakan shalat dhuha sebanyak delapan raka’at
dan tiap-tiap dua raka’at beliau salam.” (H.R Abu Daud)
4. Dua belas raka’at
َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم َم ْن َص َّلى الُّض َح ى ِاْثَنَتى َع ْش َر َة َر َك َع ًة: َع ْن َاَنْس َر ِض َى ُهللا َع ْنُه َقاَل
) (رواه الترمذى.َبَنى ُهللا َلُه َقْص ًرا ِفْي الَج َّنِة
Artinya:
“Dari Anas r.a berkata: Rosulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang
shalat dhuha dua belas raka’at. Niscaya Allah dirikan gedung baginya di
surga.” (H.R Turmudzi)
E. Surat-surat yang harus di baca
1. Surat-surat yang harus dibaca sesudah membaca al-fatihah pada tiap-tiap
raka’at boleh mana saja yang mudah.
Dalam Al-Qur’an dinyatakan:
)٢٠: (المزمل...فاقرئوا ما تيسر من القران
Artinya:
“...... bacalah oleh kamu apa-apa yang mudah dari pada Al-Qur’an.” (Q.S Al-
Muzammil:20)
2. Jika dikerjakan dua raka’at disunahkan pada raka’at pertama sesudah
membaca Fatihah, membaca surat “Wasy-Syamsi Wadhuhahaa....” dan pada
raka’at kedua sesudah membaca Fatihah, membaca surat “ Wadhuha...”. jika
dikerjakan lebih dari dua raka’at , maka disunahkan tiap-tiap dua raka’at
salam.
Surat yang dibaca seperti yang disebutkan di atas, sedang raka’at selebihnya
membaca surat Al-Kafirun dan surat Al-Ikhlas.
3. Cara yang terbaik, apabila dikerjakan dua raka’at, maka pada raka’at pertama
sesudah membaca Fatihah, kemudian membaca ayat Al-Kursi sepuluh kali
dan pada raka’at kedua sesudah membaca Fatihah, membaca surat Al-Ikhlas
sepuluh kali juga.
Demikian sesuai hadits nabi Muhammad Saw dengan sabdanya:
عن انس رضى هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم من صلى الضحى يقرأ في الر كعة االولى فا تحة
، وفي الثانية فا تحة الكتاب وقل هو هللا احد عشر مرات،الكتاب واية الكرسى عشر مرات
استوجب رضوان هللا االكبر.
Artinya:
“Anas r.a meriwayatkan dari Nabi Saw, “Barangsiapa yang
melaksanakan shalat dhuha membaca pada raka’at pertama surat Al-
Fatihah dan ayat kursi sepuluh kali, serta pada raka’at kedua sesudah
Fatihah membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali, pasti ia mendapat
keridhoan yang terbesar dari Allah.”