Proposal Metodologi Amanda

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH PERUBAHAN ARUS KAS YANG DIMODERASI OLEH

KORELASI SERIAL DALAM PERUBAHAN ARUS KAS DALAM


MEMPREDIKSI AKRUAL

AMANDA FEBRIANTI
NIM/TM: 2110011311066/ 2021

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUNGHATTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI, PENGEMBANGAN HIPOTESIS, DAN KERANGKA


KONSEPTUALHIPOTESIS ................................................................................. 14

A. Kajian Teori ............................................................................................... 14


1. Teori Keagenan .................................................................................... 14
2. Laporan keuangan ................................................................................ 17
3. Akrual ...................................................................................................19
4. Arus kas ................................................................................................ 25
5. Korelasi serial dalam perubahan arus kas ............................................ 29
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 32
C. Pengembangan hipotesis ............................................................................ 35
D. Kerangka Konseptual ................................................................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 40

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 40


B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 40
C. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 43
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya .................................................... 44
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 49
F. Defenisi Operasional .................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..59

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era perekonomian sekarang, perusahaan dituntut untuk bisa bersaing

dengan perusahaan-perusahaan yang lain, baik itu yang berada di negara yang

sama atau berada di negara yang berbeda. Persaingan yang akan dihadapi oleh

perusahaan tidak hanya tentang pasar saja, tetapi juga terkait dengan pihak-pihak

yang akan menginvestasikan dananya di perusahaan dengan tujuan memperoleh

keuntungan. Perusahaan dalam melakukan kegiatannya mempunyai kewajiban

untuk memberikan informasi kepada stakeholders di perusahaan. Informasi yang

diberikan oleh perusahaan ini diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan.

Menurut PSAK No. 1 paragraf 14a (2018) laporan keuangan menunjukkan

hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka untuk dikelola dengan baik. Laporan keuangan

adalah hasil dari proses akuntansi yang meliputi proses pengidentifikasian,

pengukuran, pencatatan, dan sarana komunikasi ekonomi. Tujuan laporan

keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan

(stakeholders) dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Manajemen selaku agent di sebuah perusahaan akan membuat suatu

keputusan tentang kebijakan akuntansi yang akan digunakan dalam menyusun

laporan keuangan. Keputusan yang diambil oleh manajemen ini sering

1
2

bertentangan dengan kepentingan principal. Dalam proses penyusunan laporan

keuangan manajemen akan berupaya untuk meningkatkan kualitas laporan

keuangan yang mereka susun, yangmana kualitas laporan keuangan ini dapat

dilihat dari laba yang mereka hasilkan dalam suatu periode pelaporan. Hal ini

dapat mengakibatkan kecenderungan manajer untuk fokus pada proyek dan

investasi perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek,

daripada memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di

proyek-proyek yang menguntungkan jangka panjang. Tindakan yang dilakukan

oleh manajemen ini akan memunculkan konflik keagenan, yaitu antara

manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan.

Manajemen (agent) dalam menyusun laporan keuangan perusahaan

menggunakan asumsi-asumsi dasar yang berlaku dalam akuntansi. Asumsi

digunakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk menjadi konsep dasar

yang melandasi penyusunan laporan keuangan. Asumsi dasar yang digunakan

dalam proses penyusunan laporan keuangan salah satunya adalah asumsi akrual.

Asumsi akrual memberikan gambaran tentang pengaruh transaksi dan peristiwa

lain, keadaan sumber daya pelaporan entitas ekonomi, dan klaim pada periode

dimana transaksi ekonomi tersebut terjadi, walaupun penerimaan dan

pembayaran kas terjadi dalam periode yang berbeda. Oleh karena itu akrual

penting dalam penyusunan laporan keuangan (Lam, 2015).

Akuntansi dengan dasar akrual menyediakan informasi keuangan entitas

secara keseluruhan baik dalam kepemilikan aset yang akan terealisasi di masa
3

depan maupun kewajiban entitas di masa depan pula. Asas atau dasar akrual

sebagai konsep dasar akuntansi lebih diterima dan dijadikan kebijakan akuntansi

entitas secara umum. Konsep akrual mencerminkan laporan sumber daya

ekonomi perusahaan baik yang telah dimiliki atau yang berpotensi menjadi

sumber daya ekonomi entitas, karena pada dasarnya akuntansi hanya menyajikan

informasi keuangan masa lampau (historical cost). Penyajian informasi masa

lampau (historical cost) saja akan menjadi kritik tersendiri bagi akuntansi, di

mana sulit melihat prediksi masa depan perusahaan hanya dengan mengandalkan

laporan keuangan yang berbasis historical cost (Suwardjono 2005:358).

Akrual seringkali didasarkan pada asumsi dan estimasi yang jika salah, harus

diperbaiki dalam akrual dan pendapatan masa depan. Misalnya, jika penerimaan

bersih dari piutang kurang dari perkiraan semula, maka entri berikutnya mencatat

baik uang tunai yang dikumpulkan dan koreksi kesalahan estimasi. Dechow dan

Dichev (2002) berpendapat bahwa kesalahan estimasi dan koreksi selanjutnya

adalah noise yang mengurangi peran manfaat dari akrual. Kesalahan estimasi

pada akrual ini merupakan faktor yang mengurangi kualitas akuntansi dan

laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

Untuk mengurangi kesalahan estimasi yang ada pada akrual, Dechow et al.

(1998) memodelkan pendapatan, arus kas operasi, dan akrual untuk memprediksi

akrual modal kerja dan arus kas masa depan, serta menjelaskan sifat rangkaian

waktu dari pendapatan, arus kas, dan akrual. Model Dechow (1998) termasuk

piutang, persediaan, dan hutang yang ditunjukkan secara empiris sebagai akrual
4

modal kerja yang paling penting dan menunjukkan bahwa akrual adalah fungsi

dari perubahan penjualan saat ini dan sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu

telah membahas tentang memprediksi akrual dapat bermanfaat dalam hal

spesifikasi dan kekuatan penjelas terhadap akrual, kekuatan dalam mendeteksi

manajemen laba, dan prediksi arus kas dan pendapatan satu tahun ke depan.

Analisis Dechow (1998) menunjukkan bahwa prediksi akrual dapat didasarkan

pada perubahan arus kas. Prediksi akrual berdasarkan arus kas dapat melengkapi

atau menawarkan alternatif untuk pendekatan berbasis pendapatan jika

perubahan pendapatan dan perubahan arus kas menangkap berbagai aspek akrual

yang tidak dimodelkan oleh Dechow et al. (1998) dan / atau mewakili estimasi

alternatif dari masalah waktu dan pencocokan (timing and matching) yang tidak

dapat diobservasi yang menimbulkan akrual.

Menurut Frankel (2018) penelitian tentang memprediksi akrual berdasarkan

properti arus kas, bertujuan untuk memahami peran cash flow timing and

matching properties untuk menentukan akrual. Penerimaan dan pembayaran kas

bersih dapat terjadi pada waktu dan periode yang berbeda dari peristiwa ekonomi

(timing), dan perbedaan persyaratan pelunasan antara piutang dan utang yang

dimiliki oleh perusahaan menyebabkan arus kas masuk atau arus kas keluar dari

transaksi ekonomi dapat terjadi dalam periode yang berbeda pula (matching).

Peran ekonomik akrual adalah untuk memitigasi isu timing and matching serta

menghasilkan ukuran laba yang menyajikan relevansi nilai yang lebih baik.

Temuan Frankel (2018) menunjukkan bahwa menghubungkan estimasi akrual


5

dengan perubahan arus kas memberikan manfaat dalam hal kekuatan penjelas,

spesifikasi dan kekuatan dalam mendeteksi manajemen laba, serta memprediksi

arus kas dan pendapatan satu tahun ke depan. Frankel (2018) juga mendukung

gagasan bahwa akrual dapat membantu pengguna laporan keuangan dengan

mengimbangi fluktuasi arus kas yang tidak terkait dengan guncangan kinerja.

Menurut Lam (2015) Arus kas adalah aliran masuk atau keluar dari kas dan

setara kas. Laporan arus kas menyediakan beberapa informasi yang tidak bisa

ditemukan pada laporan keuangan lain, contohnya perubahan dalam asset netto

pada suatu entitas dan arus kas dari berbagai aktivitas yang berbeda. Laporan

arus kas bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan

entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para

pengguna laporan keuangan mengembangkan model untuk menilai dan

membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (PSAK No.2 paragraf

03, 2018). Laporan arus kas dapat mengurangi efek-efek dari perbedaan yang

terjadi akibat standar akuntansi agar dapat mempertinggi komparabilitas dari

performa dan posisi keuangan suatu entitas yang berbeda. Informasi arus kas

juga dapat membantu penguna laporan keuangan untuk mengembangkan model

penilaian dan membandingkan nilai arus kas masa depan antara entitas-entitas

yang berbeda.

Arus kas memiliki masalah waktu dan pencocokan (timing and matching)

yang disebabkan oleh perbedaan waktu penerimaan dan pembayaran kas serta

perbedaan persyaratan kredit antara piutang dan utang. Permasalahan yang ada
6

pada arus kas ini membuat hasil pengukuran kinerja yang dilakukan oleh

investor menjadi kurang tepat (Dechow, 1994). Penerimaan dan pembayaran kas

bersih dapat terjadi pada waktu dan periode yang berbeda dari peristiwa ekonomi

(timing), dan perbedaan persyaratan pelunasan antara piutang dan utang yang

dimiliki oleh perusahaan yang menyebabkan arus kas masuk atau arus kas keluar

dari transaksi ekonomi terjadi dalam periode yang berbeda pula (matching).

Peran ekonomi dari akrual adalah untuk mengurangi masalah waktu dan

pencocokan, serta menghasilkan ukuran kinerja seperti pendapatan yang

mencerminkan peristiwa yang relevan dengan nilai dari periode sekarang sampai

periode masa depan.

Dechow et al. (1998) menyebutkan bahwa kerangka kerja, waktu dan

karakteristik pencocokan arus kas dapat menyebabkan korelasi serial dalam

perubahan arus kas. Korelasi serial dalam perubahan arus kas terjadi karena

adanya perbedaan waktu dalam pengeluaran kas dan penerimaan kas yang

dihasilkan oleh perubahan penjualan dan pembelian, serta perbedaan

persyaratan kredit antara piutang dengan hutang (timing and matching).

Timing yaitu masalah waktu yang dibutuhkan oleh rangkaian arus kas yang

timbul karena adanya transaksi penjualan dan pembelian yang dilakukan secara

kredit. Ketika waktu yang dibutuhkan untuk melunasi utang dan menerima

pelunasan piutang berbeda, hal tersebut akan menimbulkan masalah waktu dalam

arus kas.
7

Matching, mengacu pada perbedaan penerimaan dan pembayaran kas yang

disebabkan oleh perbedaan persyaratan kredit untuk piutang dan utang. Artinya,

penerimaan kas dan pembayaran kas dari piutang dan utang yang dimiliki oleh

perusahaan membutuhkan jangka waktu yang berbeda. Misalnya waktu yang

dibutuhkan untuk menerima pelunasan piutang adalah selama 30 hari, sedangkan

waktu yang dibutuhkan untuk melunasi utang selama 60 hari. Perbedaan jangka

waktu yang dibutuhkan tersebut disebabkan oleh persyaratan kredit antara

piutang dan utang berbeda, sehingga menimbulkan masalah pencocokan

(matching) pada arus kas. Oleh karena itu masalah timing and matching yang ada

pada arus kas ini menyebabkan korelasi serial dalam perubahan arus kas yang

negatif.

Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan memprediksi akrual

dengan menggunakan properti arus kas diantaranya, penelitian yang dilakukan

oleh Frankel (2018) tentang Predicting Accruals Based on Cash-Flow

Properties, menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara akrual dan

perubahan arus kas, dan menunjukkan bahwa kekuatan hubungan terkait dengan

korelasi serial dalam perubahan arus kas yang negatif. Kemudian Frankel (2016)

tentang Using Unstructured and Qualitative Disclosures to Explain Accruals,

menunjukkan bahwa dalam memprediksi akrual dengan menggunakan properti

arus kas memberikan bukti pertimbangan masalah arus kas secara substansial

dapat meningkatkan kekuatan penjelas model akrual Jones (1991) dalam

memprediksi akrual modal kerja. Frankel dan Yan Sun (2014) juga melakukan
8

penelitian tentang predicting accrual based on problem with cash flow, hasilnya

menunjukkan bahwa menambahkan perubahan arus kas dan perkiraan spesifik

industri dari masalah arus kas ke model akrual secara substansial meningkatkan

daya penjelas. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Dechow (1994) yang

menemukan bahwa akrual meningkatkan kemampuan laba untuk mengukur

kinerja relatif terhadap arus kas.

Disisi lain akrual juga mengandung kesalahan estimasi yang harus diperbaiki

dalam akrual dan pendapatan masa depan. Penelitian-penelitian terdahulu yang

terkait dengan masalah kesalahan estimasi pada akrual diantaranya dilakukan

oleh McNichols (2002), yaitu tentang Discussion of the quality of accruals and

earnings: The role of accrual estimation errors, penelitian ini dilakukan untuk

menguatkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang bukti hubungan

antara akrual dan arus kas masa depan. Mcnichlos (2002) mengatakan bahwa

melakukan penelitian yang berfokus pada akrual tertentu dapat memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang kesalahan estimasi yang ada pada akrual

dengan memanfaatkan hubungan antara akrual dengan arus kas. Hribrar (2002)

melakukan penelitian tentang Errors in Estimating Accruals: Implications for

Empirical Research, hasilnya menunjukkan bahwa penelitian yang menggunakan

pendekatan neraca untuk menguji manajemen laba berpotensi terkontaminasi

oleh kesalahan pengukuran dalam estimasi akrual, dan kesalahan dalam estimasi

akrual neraca dapat mengacaukan pengembalian regresi ketika akrual

diskresioner dan non-diskresioner digunakan sebagai variabel penjelas. Dechow


9

dan Dichev (2002) juga melakukan penelitian tentang The Quality of Accruals

and Earnings: The Role of Accruals Estimation Errors. Hasil penelitian Dechow

dan Dichev (2002) menunjukkan bahwa akrual membutuhkan asumsi dan

estimasi arus kas masa depan. Asumsi dan estimasi ini akan berpengaruh pada

kualitas akrual, yang mana kualitas akrual dan pendapatan menurun dalam

besarnya kesalahan estimasi dalam akrual.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Frankel (2018) tentang kemampuan

properti arus kas dalam memprediksi akrual pada perusahaan swasta di Amerika

Serikat pada tahun 1989-2013. Penelitian ini dilakukan oleh Frankel (2018)

untuk memahami sejauhmana sifat arus kas menjelaskan akrual, dengan

menggunakan model Dechow et al. (1998). Motivasi peneliti untuk melakukan

penelitian tentang memprediksi akrual ini adalah karena banyak peneliti

sebelumnya mengatakan bahwa masih terbatasnya pengetahuan dan pemahaman

dari berbagai pihak pengguna laporan keuangan tentang proses yang

menghasilkan akrual (Owens et al., 2013; Ball, 2013). Ball (2013) juga

mengatakan bahwa keterbatasan pengetahuan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi akrual akan membuat rancangan riset tidak memadai untuk

memprediksi akrual. Peneliti juga termotivasi untuk melakukan penelitian

tentang akrual ini di Indonesia adalah untuk mengetahui bagaimana implikasi

penelitian tentang sifat arus kas dalam menjelaskan akrual ini di Indonesia.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Frankel

(2018) adalah sama-sama melakukan penelitian tentang pengaruh properti arus


10

kas dalam memprediksi akrual. Variabel dependen yang digunakan pada

penelitian ini adalah akrual. Variabel independen adalah perubahan arus kas dan

korelasi serial negatif dalam perubahan arus kas sebagai variabel yang

mempengaruhi hubungan antara dua akrual dan perubahan arus kas. Penelitian

ini menguatkan banyak temuan dalam studi yang telah dilakukan sebelumnya.

Selain itu, penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyarankan alasan

untuk spesifikasi empiris yang terkait akrual dengan arus kas dari periode

sebelumnya, sekarang, dan tahun berikutnya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Frankel (2018) adalah, (1)

penelitian ini menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2016 sampai 2018, sedangkan Frankel (2018)

menggunakan data perusahaan swasta non-keuangan di Amerika tahun 1989

sampai 2013, (2) Penelitian ini dilakukan di Indonesia, sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Frankel dilakukan di Amerika, (3) penelitian ini hanya

berfokus pada model akrual berbasis arus kas, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Frankel fokus pada model akrual berbasis pendapatan, model

akrual berbasis aru kas, dan model akrual berbasis pendapatan dan arus kas.

Data penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menggunakan

perusahaan manufaktur untuk data penelitian ini karena pada perusahaan

manufaktur terdapat komponen akrual modal kerja yang akan diukur pada

penelitian ini, seperti persediaan, piutang dan utang. Kemudian pada penelitian
11

sebelumnya belum banyak yang melakukan penelitian tentang prediksi akrual

pada perusahaan manufaktur. Dinegara-negara lain penelitian tentang akrual ini

dilakukan langsung pada perusahaan swasta non keuangan, dan tidak

memperhatikan karakteristik perusahaannya. Jadi data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan sektor manufaktur tahun

2016-2018.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka judul penelitian ini

adalah “Pengaruh Perubahan Arus Kas yang Dimoderasi oleh Korelasi

Serial dalam Perubahan Arus Kas dalam Memprediksi Akrual (Studi

Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2016-

2018)”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah :

1. Apakah perubahan arus kas memiliki kemampuan memprediksi akrual pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-

2018?

2. Apakah perubahan arus kas yang dimoderasi oleh korelasi serial dalam

perubahan arus kas dapat meningkatkan kemampuan memprediksi akrual

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2016-2018?
12

B. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menemukan bukti empiris apakah perubahan arus kas memiliki

kemampuan dalam memprediksi akrual pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018.

2. Menemukan bukti empiris apakah perubahan arus kas yang dimoderasi

oleh korelasi serial dalam perubahan arus kas dapat meningkatkan

kemampuan memprediksi akrual dengan perubahan arus kas pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2016-2018.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan atau berkepentingan. Manfaat yang dapat

diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

peneliti tentang pengaruh perubahan arus kas yang dimoderasi oleh korelasi

serial dalam perubahan arus kas dalam memprediksi akrual pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

pertimbangan dalam memprediksi akrual dengan memperhatikan perubahan

arus kas dan korelasi serial dalam perubahan arus kas yang terjadi dalam

perusahaan.
13

c. Bagi akademis, penelitian ini dapat menambah literatur dan ilmu

pengetahuan tentang pengaruh perubahan arus kas yang dimoderasi oleh

korelasi serial dalam perubahan arus kas dalam memprediksi akrual pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Teori keagenan

Agency theory pertama kali ditemukan oleh Fama (1986). Teori ini

mengemukakan masalah yang mungkin muncul antara pemegang saham

dengan manager pengelola (agent). Setiap pihak dalam teori keagenan

diasumsikan selalu bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri terutama

manajemen. Manajemen mempunyai informasi yang lebih lengkap dan rinci

tentang perusahaan dibandingkan pemegang saham (asimetri informasi),

yangmana asimetri informasi ini akan memicu konflik keagenan antara agent

dan principal. Kondisi pemegang saham yang tidak mengetahui informasi

sedetail manajemen bisa dimanfaatkan oleh manajemen yang lebih

mengetahui informasi apa saja mengenai perusahaan untuk memperoleh

keuntungan pribadi. Teori agensi ini banyak digunakan untuk menjelaskan

fenomena yang terjadi dalam pengambilan keputusan keuangan.

Teori agensi memberikan gambaran tentang dua jenis kontrak penting

yang memiliki implikasi bagi teori akuntansi keuangan yaitu kontrak kerja

antara perusahaan dan manajer puncaknya dan kontrak pinjaman antara

manajer perusahaan dan pemberi pinjaman. Teori agensi merupakan salah

satu cabang dari teori permainan yang mempelajari desain kontrak untuk

14
15

memotivasi agen yang rasional dalam bertindak ketika kepentingan agen

bertentangan dengan principal (Scott, 2015).

Kontrak teori agensi memiliki karakteristik permainan kooperatif dan

non kooperatif. Mereka tidak kooperatif karena kedua belah pihak memilih

tindakan mereka secara non-kooperatif. Kedua pihak tidak secara khusus

setuju untuk mengambil tindakan tertentu karena tindakan dimotivasi oleh

kontrak itu sendiri. Namun, masing-masing pihak harus berkomitmen pada

kontrak yang mengikat dirinya untuk bekerja sama atau "bermain sesuai

aturan." Sebagai contoh, diasumsikan bahwa manajer dalam kontrak kerja

tidak akan mengambil keuntungan total perusahaan dan menuju ke yurisdiksi

asing. Komitmen tersebut dapat ditegakkan oleh sistem hukum, dengan

menggunakan pengaturan ikatan atau escrow, dan oleh perilaku etis dan

reputasi pihak-pihak yang berkontrak. Oleh karena itu tindakan ini akan

dianggap sebagai permainan kerjasama (Scott, 2015).

Asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan

agent yang berbeda dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan

cenderung untuk mengejar tujuan pribadi. Hal ini dapat mengakibatkan

kecenderungan manajer untuk fokus pada proyek dan investasi perusahaan

yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek daripada

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di proyek-

proyek yang menguntungkan jangka panjang.


16

Cara yang bisa dilakukan oleh pemegang saham untuk memonitor

manajemen perusahaan sehingga membantu memecahkan konflik keagenan

adalah, pertama pemegang saham mempunyai hak untuk mempengaruhi cara

perusahaan dijalankan melalui voting dalam rapat umum pemegang saham.

Hak voting pemegang saham merupakan bagian penting dari asset keuangan

mereka. Kedua, pemegang saham melakukan perubahan dimana suatu

kelompok pemegang saham secara kolektif melakukan lobby terhadap

manajer berkenaan dengan isu-isu yang tidak memuaskan mereka. Pemegang

saham juga mempunyai opsi divestasi (menjual saham mereka). Divestasi

mmemberikan gambaran bahwa adanya suatu kegagalan dari perusahaan

untuk mempertahankan investor, dimana divestasi disebabkan oleh

ketidakpuasan pemegang saham atas aktivitas manajer (Warsono, 2009).

Teori agensi yang digunakan dalam penelitian relevan dengan

penelitian tentang akrual, yang mana asumsi akrual ini digunakan oleh

manajer perusahaan untuk meningkatkan kualitas laba perusahaan, yang akan

mengindikasikan manajemen laba seperti hasil penelitian yang dilakukan

oleh Frankel (2018). Penelitian Frankel (2018) menemukan bahwa

pengetahuan tentang akrual dapat membantu investor dalam mendeteksi

manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Teori agensi

ini dapat memperlihatkan bagaimana tindakan manajemen dalam memilih

sistem akuntansi yang akan diterapkan diperusahaan, selaku pihak agen yang

diberi wewenang oleh principal. Tindakan oportunistik manajer yang


17

ditimbulkan karena adanya konflik kepentingan ini dapat diprediksi dengan

menggunakan properti arus kas untuk menjelaskan tingkat akrual yang

terkandung didalam laporan keuangan. Properti arus kas yang digunakan

adalah perubahan arus kas (cash flow change) yang mana dengan

menggunakan komponen ini dapat memprediksi tingkat akrual yang

terkandung dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajer perusahaan.

2. Laporan keuangan

Menurut PSAK No.1 paragraf 02 (IAI, 2018) laporan keuangan adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari suatu perusahaan yang digunakan untuk

menyediakan informasi bagi perusahaan dan stakeholders dalam mengambil

keputusan. Laporan keuangan berasal dari proses akuntansi meliputi proses

pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan sarana komunikasi ekonomi.

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada para

penguna laporan keuangan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber

daya yang dipercayakan kepada mereka untuk dikelola dengan baik (Martani,

2016).

Dalam PSAK No. 1 paragraf 09 (IAI, 2018) tujuan laporan keuangan

adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan

suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi


18

mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya perusahaan. Untuk mencapai

tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas

meliputi:

a. Aset

b. Liabilitas

c. Ekuitas

d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian

e. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya

sebagai pemilik

f. Arus kas

Semua informasi mengenai laporan keuangan suatu perusahaan

dimuat dalam catatan atas laporan keuangan, yang bertujuan untuk membantu

pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan

khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Menurut Dwi Martani (2016) Laporan keuangan terdiri dari lima

komponen,

a. Neraca (Balance Sheet), merupakan laporan keuangan yang memberikan

informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu.


19

b. Laporan Laba Rugi (Income Statement), merupakan laporan keuangan

yang memberikan gambaran mengenai hasil usaha perusahaan dalam

suatu periode tertentu.

c. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement Change Of Equity), merupakan

laporan yang berisi informasi tentang kenaikan atau penurunan ekuitas

perusahaan yang dimiliki pada saat ini.

d. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement), merupakan laporan keuangan

yang memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan kas keluar di

perusahaan untuk suatu periode pelaporan.

e. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan (Note Of Financial Statement) ,

merupakan laporan keuangan yang dibuat untuk memberikan informasi

mengenai penjelasan dan penjabaran dari angka-angka yang dimuat

dalam laporan keuangan yang disajikan.

3. Akrual

Akrual merupakan besar penyesuaian akuntansi yang membuat laba

bersih berbeda dari arus kas bersih. Sebagian besar perusahaan menggunakan

akuntansi dasar akrual (accrual basis of accounting) untuk mengakui

pendapatan ketika dihasilkan dan mengakui beban pada periode terjadinya,

tanpa memperhatikan waktu penerimaan dan pembayaran kas. Dalam

akuntansi berbasis akrual, pengakuan pendapatan atau beban diakui pada saat

terjadinya bukan pada saat penerimaan atau pengeluaran kas (Kieso,

2007:105).
20

Menurut PSAK No.1 paragraf 27 (IAI, 2018) menyebutkan bahwa

untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual.

Dengan dasar akrual, seluruh transaksi dan peristiwa ekonomi yang terjadi

diakui pada saat waktu terjadinya (bukan pada saat kas atau setara kas

diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan

dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan

yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna

laporan keuangan tidak hanya tentang transaksi masa lalu yang melibatkan

penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas

dimasa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan

diterima di masa yang akan datang. Elemen–elemen laporan keuangan

dihitung dan dicatat dalam laporan keuangan melalui penggunaan prosedur

akuntansi akrual. Akuntansi akrual didasarkan pada konsep akrual,

tangguhan, alokasi, amortisasi, realisasi, dan pengakuan.

Akrual dapat dibagi menjadi Shortterm accruals dan Long-term

accruals. Short-term accruals adalah akrual yang menghasilkan item-item

modal kerja (working capital) pada laporan neraca (aset lancar dan kewajiban

lancar) dan biasanya juga disebut sebagai modal kerja akrual (working

capital accruals). Short-term accruals umumnya muncul dari persediaan dan

transaksi kredit yang mengakibatkan naiknya semua jenis piutang dan utang

seperti trade debtors dan creditors, prepaid expenses, dan advances received.

Long-term accruals muncul dari kapitalisasi. Kapitalisasi aset adalah suatu


21

proses untuk menunda (differing) pengakuan biaya (cost) yang terjadi pada

periode masa kini yang manfaatnya diekspetasi baru muncul di masa depan.

Proses ini menghasilkan long-term assets seperti plant, machinery, dan

goodwill (Subramanyam dan Wild 2010).

Richardson et al. (2005) mengkategorikan akrual berdasarkan

keandalan yang ada pada akrual. Dalam penelitiannya tersebut, Richardson et

al. (2005) membagi akrual menjadi tiga komponen yaitu perubahan dalam

modal kerja non tunai (∆WC), perubahan dalam aset operasional tidak lancar

(∆NCO) dan perubahan dalam aset keuangan bersih (∆FIN).

a. Perubahan modal kerja (∆WC)

Akrual perubahan modal kerja merupakan perubahan dalam aset

operasi lancar, setelah dikurangi kas dan investasi jangka pendek,

dikurangi perubahan dalam kewajiban operasi saat ini, setelah dikurangi

utang jangka pendek. Richardson et al. (2005) membagi akrual modal

kerja menjadi dua yaitu asset dasar dan kewajiban.

Aset dasar utama yang terdapat dalam akrual modal kerja ini adalah

piutang dan persediaan. Kedua kategori ini diukur dengan reliabilitas

yang relatif rendah. Akrual piutang usaha mencakup estimasi subyektif

dari tidak tertagihnya akun. Selain itu, piutang dagang biasanya

digunakan untuk memanipulasi pendapatan melalui teknik seperti

perdagangan-loading dan pengakuan pendapatan yang lebih awal.


22

Kemudian pengukuran persediaan memungkinkan sejumlah asumsi aliran

biaya yang berbeda dan melibatkan alokasi biaya subyektif.

Kewajiban pada akrual modal kerja ini adalah hutang dagang. Berbeda

dengan piutang dan persediaan, hutang umumnya dapat diukur dengan

tingkat keandalan yang tinggi. Hutang adalah kewajiban keuangan kepada

pemasok yang dicatat pada nilai nominalnya, sehingga akan disajikan

sesuai dengan nilai yang akan dibayar perusahaan kepada pemasok.

b. Perubahan operasi tidak lancar (∆NCO )

Akrual operasi tidak lancar ini diukur sebagai perubahan dalam aset

tidak lancar, setelah dikurangi investasi jangka panjang dan uang muka,

dikurangi perubahan dalam liabilitas tidak lancar, setelah dikurangi utang

jangka panjang. Richardson et al. (2005) membagi akrual operasi tidak

lancar menjadi komponen aset yang mendasari dan kewajiban.

Komponen utama yang mendasari komponen asset adalah properti,

pabrik, dan peralatan (PP&E) dan tidak berwujud. Ketidakpastian yang

ada pada akrual ini cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan karena ada

subyektivitas yang cukup besar yang terlibat dalam keputusan awal di

mana biaya untuk memanfaatkan untuk PP&E dan tidak berwujud yang

dihasilkan secara internal (seperti biaya pengembangan perangkat lunak

yang dikapitalisasi). Kemudian untuk kewajiban komponennya adalah

hutang jangka panjang, pajak tangguhan dan manfaat pasca pensiun.


23

c. Perubahan asset keuangan bersih (∆FIN)

Perubahan asset keuangan bersih diukur sebagai perubahan dalam

investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang dikurangi

perubahan dalam utang jangka pendek, utang jangka panjang dan saham

preferen. Richardson et al. (2005) membagi akrual asset keuangan bersih

ini menjadi investasi jangka pendek, investasi jangka panjang, dan

komponen liabilitas keuangan.

Dechow et al. (1998) dalam penelitiannya memodelkan pendapatan, arus

kas operasi dan akrual untuk menghubungkan akrual modal kerja dengan arus

kas masa depan, dan menjelaskan sifat rangkaian waktu dari pendapatan, arus

kas, dan akrual. Dechow et al. (1998) menggunakan piutang, persediaan, dan

hutang sebagai akrual modal kerja yang paling penting dalam penelitian

akrual ini. Komponen akrual modal kerja yang digunakan oleh Dechow et al.

(1998) ini adalah sebagai berikut:

a. Piutang Dagang

Piutang merupakan hak penjual untuk menagih sejumlah uang

kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi penjualan

secara kredit. Piutang dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar atau

dilunasi oleh pembeli kepada perusahaan terkait dengan pembelian

yang dilakukan. Piutang ini umumnya berjangka waktu kurang dari 1

(satu) tahun. Piutang merupakan salah satu elemen laporan keuangan


24

yang berasal dari aktivitas utama perusahaan. Piutang dagang

digolongkan sebagai asset lancar (current asset) perusahaan, yang

dilaporkan dalam laporan posisi keuangan perusahaan (Wild,

Subramanyam dan Halsey, 2005).

b. Utang Dagang

Utang adalah kewajiban suatu perusahaan untuk membayar sejumlah

uang kepada suplier yang timbul dari transaksi pada waktu yang lalu dan

harus dibayar dengan kas, barang, atau jasa, pada waktu yang akan

datang. Utang dagang umumnya dibayar dalam jangka waktu satu tahun

atau selama satu siklus operasi normal perusahaan dengan menggunakan

asset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Utang dagang digolongkan

sebagai bagian dari kewajiban lancar (current liabilities) (Wild,

Subramanyam dan Halsey, 2005).

c. Persediaan

Persediaan adalah barang-barang milik perusahaan yang dibeli oleh

perusahaan untuk dijual kembali kepada konsumen. Persediaan

merupakan bagian utama dari modal kerja yang merupakan bagian dari

aktivitas utama suatu perusahaan. Persediaan digolongkan sebagai bagian

dari asset lancar (Current asset) perusahaan yang disajikan dalam laporan

posisi keuangan pada suatu periode pelaporan (Jusup, 2001).


25

4. Arus kas

a. Pengertian arus kas

Arus kas merupakan aliran kas masuk dan aliran keluar serta sumber

dan pemakaian kas dalam suatu perusahaan pada periode tertentu. Menurut

PSAK No. 2 paragraf 06 (IAI, 2018) arus kas adalah arus masuk kas dan arus

keluar kas atau setara kas. Salah satu kegunaan informasi arus kas menurut

PSAK No. 2 paragraf 04 (IAI, 2018) adalah meningkatkan daya banding

kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh

penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan

peristiwa yang sama. Kemampuan arus kas untuk meningkatkan daya

banding pelaporan kinerja operasi perusahaan ini merupakan salah satu

alasan digunakannya arus kas sebagai sumber informasi oleh investor selain

informasi laba yang disajikan oleh perusahaan untuk mengukur kinerja

perusahaan.

Nilai yang ada didalam laporan arus kas pada suatu periode

memberikan gambaran mengenai nilai laba dalam metode kas. Data

akuntansi berdasarkan arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih

mencerminkan keadaan yang sebenarnya dibandingkan dengan akuntansi

akrual karena arus kas sulit untuk dimanipulasi atau direkayasa oleh

perusahaan(Fanani, 2010).

Arus kas yang ada dalam perusahaan dimuat dalam laporan arus kas.

Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi tentang arus kas
26

masuk dan arus kas keluar serta setara kas suatu entitas untuk suatu periode

tertentu. Melalui laporan arus kas, pengguna laporan keuangan dapat

mengetahui bagaimana entitas menghasilkan dan menggunakan kas atau

setara kas mereka dalam menjalankan perusahaan (Martani, 2016).

b. Tujuan arus kas

Menurut Dwi Martani (2016) tujuan utama laporan arus kas adalah

menyajikan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran

kas dan setara kas entitas selama satu periode yang diklasifikasikan

berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi ini

berguna bagi investor, kreditur, dan para pengguna laporan keuangan yang

bertujuan untuk :

1) Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara

kas, waktu dan kepastian dalam menghasilkannya.

2) Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya

membayar deviden dan keperluan dana untuk kegiatan ekstern.

3) Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan

dengan arus kas netto dari kegiatan operasi (akrual).

4) Menilai pengaruh investasi baik kas maupun non kas dan transaksi

keuangan lainnya terhadap posisi keuangan selama satu periode tertentu.

c. Pengelompokan arus kas

Laporan arus kas adalah laporan yang secara khusus melaporkan

mutasi yang terjadi pada kas dalam satu periode tertentu. Dalam laporan
27

arus kas penerimaan dan pengeluaran kas dilaporkan dalam tiga aktivitas

perusahaan yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan (Martani,

2016).

1) Arus kas dari aktivitas operasi

Arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang

diperoleh dari kegiatan utama perusahaan. Kegiatan utama

perusahaan adalah menghasilkan barang atau jasa dan menjualnya

kepada konsumen. Kegiatan ini mencakup kegiatan penerimaan kas

dan pengeluaran kas, misalnya penjualan barang atau jasa secara

tunai, penerimaan piutang. pembelian bahan secara tunai dan

pembayaran utang usaha.

Menurut PSAK No.2 paragraf 13 (IAI, 2018) arus kas dari

aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan

apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas

yang cukup untuk melunasi pinjaman kepada kreditor, memelihara

aktivitas operasi perusahaan, membayar deviden untuk pemegang

saham, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber

pendanaan dari luar.

2) Arus kas dari aktivitas investasi

Arus kas dari aktivitas investasi adalah arus kas yang meliputi

pemberian dan penagihan pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan

serta perolehan dan pelepasan investasi baik dalam bentuk


28

penambahan atau pengurangan utang maupun penambahan ekuitas

serta penambahan atau penurunan asset tetap perusahaan seperti

properti, pabrik, dan peralatan (Kieso, 2007:213).

Menurut PSAK No.2 paragraf 15 (IAI, 2012) arus kas dari

aktivitas investasi merupakan arus kas yang mencerminkan

pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan

menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

3) Arus kas dari aktivitas pendanaan

Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah kas yang timbul atau

digunakan pada aktivitas yang melibatkan pos–pos kewajiban dan

ekuitas pemilik. Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan perusahaan

untuk mencari sumber pendanaan untuk membiaya kegiatan

perusahaan, yangmana pendanaan tersebut bisa berasal dari setoran

pemilik perusahaan, pinjaman uang dari kreditor, dan pelunasan dari

pinjaman yang diberikan oleh kreditor tersebut (Kieso, 2007:213).

d. Esensi dan pentingnya arus kas operasi (cash flow operations)

Menurut Kieso at al. (2011) menyatakan arus kas dari aktivitas

operasi adalah arus kas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi

yang menghasilkan pendapatan dan beban, kemudian dimasukan dalam

penentuan laba bersih. Sumber kas ini umumnya dianggap ukuran terbaik

dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup untuk

dapat melanjutkan usahanya.


29

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan

indikator yang menentukan apakah dari kegiatan operasi perusahaan

dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman,

memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan

melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari

luar (Noviyanto, 2016).

Arus kas dari aktivitas operasi, terutama diperoleh dari aktivitas

utama perusahaan dalam memperoleh penghasilan. Oleh karena itu, arus

kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa ekonomi

yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih perusahaan (Anif,

2016).

Alasan digunakannya arus kas operasi dalam memprediksi akrual

ini adalah karena arus kas operasi langsung terkait dengan aktivitas utama

perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Aktivitas penghasil utama

pendapatan perusahaan ini sangat erat kaitannya dengan asumsi yang

digunakan oleh perusahaan dalam pengakuan transaksi ekonomi yang

terjadi, sehingga akan langsung terkait dengan kebijakan akuntansi yang

dipilih oleh perusahaan.

5. Korelasi serial dalam perubahan arus kas

Penerimaan dan pembayaran kas bersih perusahaan dapat terjadi pada

periode yang berbeda dari kejadian ekonomik (timing) dan arus kas masuk

atau arus kas keluar dari peristiwa ekonomi tertentu dapat terjadi dalam
30

periode yang berbeda (matching). Masalah timing dan matching yang ada

pada arus kas ini akan menimbulkan korelasi serial dalam perubahan arus

kas. Besarnya masalah timing dan matching pada arus kas ini dapat

menentukan arah dan tingkat korelasi serial dalam perubahan arus kas. Arus

kas yang digunakan untuk melihat bagaimana korelasi serial dalam

perubahan arus kas ini adalah arus kas operasi. Alasan arus kas operasi

digunakan karena arus kas operasi ini berasal dari aktivitas utama perusahaan

yang sering terjadi dan mengandung asumsi akuntansi yang digunakan

perusahaan, yangmana salah satu asumsi tersebut adalah asumsi akrual.

(Frankel, 2014).

Korelasi serial dalam perubahan arus kas ini dapat meningkatkan atau

menguatkan hubungan negatif yang ada antara akrual dengan arus kas.

Penelitian yang dilakukan oleh Dechow et al. (1998) memodelkan dan

menggunakan realisasi tahun lalu (atau rata-rata selama beberapa tahun

terakhir) dari margin laba dan siklus kas operasi untuk menyimpulkan

korelasi serial dalam perubahan arus kas untuk perusahaan di tahun t. Namun,

metode ini memberikan peluang akrual yang telah terjadi dimasa lalu untuk

mempengaruhi estimasi yang dihasilkan oleh model akrual jika keputusan ini

mengarah pada bias persisten yang ada dalam laba kotor dan modal kerja

perusahaan. Keuntungan model ini adalah bahwa model Dechow et al. (1998)

menggunakan pengamatan yang lebih baru, dengan demikian model ini akan
31

lebih baik mewakili waktu arus kas perusahaan dan karakteristik yang cocok

(timing and matching).

Dechow et al. (1998) menemukan bahwa korelasi serial dalam

perubahan arus kas akan menjadi lebih negatif ketika besarnya margin laba

bersih lebih kecil atau ketika siklus kas operasi lebih lama. Ketika siklus kas

operasi meningkat, perbedaan yang lebih besar antara persyaratan kredit

untuk piutang dan hutang mungkin ada, akan mempertinggi efek pencocokan

(matching) dan mengarah ke korelasi serial yang lebih negatif dalam

perubahan arus kas. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika siklus kas operasi

meningkat dan margin laba bersih menurun akan menimbulkan korelasi serial

dalam perubahan arus kas yang negatif atau sebaliknya ketika siklus kas

operasi menurun maka margin laba bersih akan meningkat. Hal ini terjadi

karena siklus kas operasi berbanding terbalik dengan margin laba bersih

perusahaan yang akan mempengaruhi hubungan antara perubahan arus kas

dengan akrual.

Hasil penelitian Frankel (2018) memberikan penguatan untuk model

yang digunakan oleh Dechow et al (1998) untuk mengukur korelasi serial

dalam perubahan arus kas. Frankel (2018) menemukan bahwa model yang

menggunakan margin laba dan siklus kas operasi dalam memperkirakan

korelasi serial perubahan arus kas untuk tahun yang digunakan dalam

penelitian memberikan pemahaman lebih baik daripada model yang

menggunakan realisasi arus kas lima tahun terakhir. Oleh karena itu, Frankel
32

(2018) mengukur korelasi serial dalam perubahan arus kas menggunakan

margin laba bersih dan siklus kas operasi. Penelitian ini juga menggunakan

model yang digunakan oleh Frankel (2018) untuk mengukur korelasi serial

dalam perubahan arus kas, yaitu dengan menggunakan margin laba bersih

dan siklus kas operasi perusahaan.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 1
Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Hasil

1 Richard M. Predicting Hasil penelitian ini


Frankel dan Yan Accruals Based menunjukkan hubungan negatif
Sun (2018) on Cash-Flow antara akrual dan perubahan
Properties arus kas, dan menunjukkan
bahwa kekuatan hubungan
terkait dengan korelasi serial
negatif dalam perubahan arus
kas.
Hasil penelitian ini juga
memberikan bukti bahwa
mempertimbangkan cash flow
timing dan matching
characteristics dapat
meningkatkan kekuatan
penjelas dari model yang
digunakan untuk memprediksi
akrual modal kerja.
2 Maureen F. DISCUSSION OF Penelitian ini menguatkan
McNichols (2002) The Quality of banyak temuan dalam studi
Accruals and sebelumnya. Hasil penelitian
Earnings: The
ini menyarankan alasan
Role of Accrual
33

Estimation Errors spesifikasi empiris yang terkait


akrual dengan arus kas dari
periode sebelumnya,
kontemporer dan sesudahnya.
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa
melakukan penelitian yang
berfokus pada akrual tertentu
dapat memberikan pemahaman
yang lebih memadai tentang
hubungan antara akrual dan
arus kas, serta tentang
kesalahan estimasi yang ada
pada akrual.

3 Patricia M. The Penelitian ini menunjukkan


Dechow dan Ilia bahwa volatilitas laba dan
Quality of
D. Dichev (2002) volatilitas akrual adalah proksi
Accruals yang baik untuk ukuran akrual
and dan kualitas laba, kemudian
Earnings: terdapat hubungan positif
The Role antara kualitas akrual dan
of Accrual persistensi laba yang tetap
Estimation setelah mengendalikan tingkat
efek akrual yang
Errors
didokumentasikan oleh Sloan
(1996), hubungan positif ini
menunjukkan ada manfaat
praktis yang penting dari
mengidentifikasi dan
mengukur kualitas akrual.
4 Paul Hribrar, Errors in Hasil penelitian menunjukkan
Daniel w Collins Estimating bahwa akan lebih bijaksana
(2002) Accruals: bagi para peneliti untuk
Implications for menggunakan data dari laporan
Empirical arus kas ketika melakukan
Research penelitian tentang akrual.

5 Richard M. Predicting Hasil menunjukkan bahwa


Frankel dan Yan Accruals based mempertimbangan masalah
34

Sun (2016) on Problems with arus kas secara substansial


Cash Flows dapat meningkatkan kekuatan
penjelas model akrual Jones
dalam memprediksi akrual
modal kerja

6 S.P. Kothari, Performance Hasil penelitian menunjukkan


Andrew J. matched bahwa tindakan akrual
Leone, Charles discretionary diskresioner yang disesuaikan
E. Wasley accrual dengan kinerja meningkatkan
(2005) measures keandalan kesimpulan dari
penelitian manajemen laba
ketika hipotesis yang diuji
tidak menyiratkan bahwa
manajemen laba akan
bervariasi dengan kinerja, atau
di mana perusahaan kontrol
tidak diharapkan terlibat dalam
manajemen laba.

7 Patricia M. The relation Hasil penelitian ini


Dechow, S.P. between earnings menunjukkan adanya korelasi
Kothari,Ross L. and cash flows seria negatif dalam perubahan
Watts (1998) arus kas, hal tersbut terjadi
karena perusahaan memberikan
syarat kredit yang lebih lama
kepada pelanggan dari pada
yang diterima perusahaan dari
pemasok. Kemudian terdapat
korelasi yang positif dalam
siklus kas operasi, hal ini
terjadi karena semakin singkat
waktu yang dibutuhkan oleh
laba dalam waktu perubahan
penjualan yang terjadi.
35

Penelitian tentang memprediksi akrual dengan menggunakan

komponen arus kas di Indonesia masih sangat terbatas, namun banyak

penelitian tentang memprediksi akrual dengan menggunakan komponen arus

kas ini telah dilakukan di Negara lain. Hasil penelitian tersebut memberikan

bukti bahwa menggunakan komponen arus kas dalam memprediksi akrual

memberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih memadai terkait dengan

tingkat akrual yang ada dalam laporan keuangan. Kemudian melakukan

penelitian yang berfokus pada akrual tertentu dapat memberikan pemahaman

yang lebih memadai tentang hubungan antara akrual dan arus kas, serta

tentang kesalahan estimasi yang ada pada akrual.

C. Pengembangan Hipotesis

Teori agensi mengemukakan masalah yang mungkin muncul antara

pemegang saham dengan manager pengelola (agent). Asumsi utama dari teori

agensi bahwa tujuan prinsipal dan tujuan agen yang berbeda dapat memunculkan

konflik karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan pribadi.

Teori agensi ini dapat memperlihatkan bagaimana tindakan manajemen dalam

memilih sistem akuntansi yang akan diterapkan diperusahaan, selaku pihak agen

yang diberi wewenang oleh principal. Penelitian Frankel (2018) menemukan

bahwa pengetahuan tentang asumsi akrual yang digunakan oleh manajemen

dalam menyusun laporan keuangan dapat membantu investor dalam mendeteksi

manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.


36

Perubahan arus kas merupakan jumlah kenaikan atau penurunan arus kas

pada satu periode pelaporan akuntansi. Besarnya jumlah perubahan arus kas yang

disebabkan karena adanya perbedaan waktu dan masalah pencocokan ini, dapat

diimbangi dengan akrual. Akrual mengimbangi fluktuasi arus kas yang terjadi

selama periode berjalan, sehingga menimbulkan hubungan yang negatif antara

perubahan arus kas dengan akrual.

Penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara

akrual dengan perubahan arus kas (R. M. Frankel & Sun, 2018). Hubungan

negatif antara akrual dengan perubahan arus kas ini menunjukkan bahwa arus

kas mengandung komponen yang diimbangi oleh akrual. Komponen ini

diwujudkan dalam periode yang berbeda antara realisasi kas yang diterima dari

peristiwa ekonominya. Penerimaan kas atau pembayaran kas dapat terjadi pada

periode yang berbeda dari peristiwa ekonomi (cash flow timing), serta arus kas

masuk dan arus kas keluar dari peristiwa ekonomi tertentu dapat terjadi dalam

periode yang berbeda (matching).

Temuan Mcnichols (2002) menunjukkan bahwa melakukan penelitian yang

berfokus pada akrual tertentu dapat memberikan pemahaman yang lebih

memadai tentang hubungan antara akrual dan arus kas, serta tentang kesalahan

estimasi yang ada pada akrual. Penelitian yang dilakukan oleh Dechow (1998)

juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang negatif antara

akrual dan perubahan arus kas. Semakin tinggi angka perubahan arus kas maka

semakin rendah tingkat akrual yang ada dalam laporan keuangan perusahaan,
37

sehingga akan mencerminkan kaulitas laba yang lebih baik. Menurut Frankel

(2018) dengan adanya korelasi serial dalam perubahan arus kas yang negatif ini

dapat meningkatkan atau menguatkan hubungan negatif yang ada antara akrual

dengan arus kas. Dari hasi-hasil penelitian tersebut maka hipotesis dalam

penelitian ini terkait dengan variabel perubahan arus kas adalah sebagai berikut:

H1 : Perubahan arus kas berkorelasi negatif dengan tingkat akrual

H2 : Perubahan arus kas berkorelasi negatif dengan tingkat akrual,

hubungan ini semakin negatif dengan adanya korelasi serial dalam

perubahan arus kas yang negatif

D. Kerangka Konseptual

Akuntansi dengan dasar akrual memberikan informasi keuangan entitas

secara keseluruhan baik dalam kepemilikan aset yang akan terealisasi di masa

depan maupun kewajiban entitas di masa depan pula. Akrual yang ada dalam

laporan keuangan dapat dilihat dari perubahan penjualan dan perubahan arus kas

yang terjadi pada periode saat ini.

Akrual yang ada dalam laporan keuangan dapat diprediksi dengan

menggunakan perubahan arus kas. Perubahan arus kas yang terjadi pada suatu

periode akan memberikan gambaran terkait dengan tingkat akrual yang ada

dalam laporan keuangan. Semakin besar perubahan arus kas maka tingkat akrual

yang ada dalam laporan keuangan akan semakin sedikit. Kemudian arus kas yang

ada dalam laporan keuangan perusahaan memiliki masalah timing and matching.

Masalah timing and matching yang ada pada arus kas ini akan menimbulkan
38

korelasi serial dalam perubahan arus kas. Yangmana korelasi serial dalam

perubahan arus kas akan mempengaruhi hubungan antara perubahan arus kas

dengan akrual.

Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu perubahan pendapatan.

Perubahan pendapatan adalah besarnya jumlah kenaikan atau penurunan jumlah

pendapatan perusahaan dari tahun t-1 sampai ke tahun t. Perubahan pendapatan

dapat ditentukan dengan mengurangi perubahan pendapatan pada tahun berjalan

dengan perubahan pendapatan tahun sebelumnya dan dibagi dengan total asset

perusahaan.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa penelitian terdahulu, maka

peneliti menggambarkan perubahan arus kas (cash flow change) sebagai variabel

independen, serta variabel akrual sebagai variabel dependen. Hubungan antara

perubahan arus kas dengan akrual ini dipengaruhi oleh korelasi serial dalam

perubahan arus kas, dan perubahan pendapatan sebagai variabel kontrol.

Kemudian, dari kajian teori yang telah diuraikan, maka peneliti menyusun

hipotesis yang merupakan alur pikiran dari penelitian, kemudian digambarkan

kerangka konseptual sebagai berikut:


39

Perubahan Arus Kas Akrual (Y)


(X)

Variabel moderasi:
Korelasi serial dalam
perubahan arus kas

Variabel kontrol:
Perubahan Pendapatan

Gambar 1. Kerangka Konseptual


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah asosiatif kausal dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang dilakukan untuk

menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau

bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel lain dalam suatu penelitian.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh elemen yang dijadikan sebagai objek penelitian

yang memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dari tahun 2016-2018. Jumlah populasi dalam penelitian ini

adalah sebanyak 167 perusahaan.

2. Sampel
Sampel merupakan jumlah suatu himpunan bagian dari populasi

penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik sampling. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, artinya

sampel dipilih berdasarkan persyaratan yang ditentukan dalam penelitian

dimana persyaratan yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh populasi

untuk bisa dijadikan sebagai sampel penelitian.

40
41

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-
2018.
b. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan secara
lengkap dari tahun 2016-2018.
c. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan menggunakan
mata uang rupiah.

Tabel 2
Kriteria Pengambilan Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek 167


Indonesia tahun 2016-2018
Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan (112)
keuangan secara lengkap dari tahun 2016-2018
Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan (12)
keuangan menggunakan mata uang rupiah dari tahun
2016-2018
Total sampel 43

Periode pengamatan sampel 3 tahun (3 × 43) 129

(Sumber: www.idx.co.id, data diolah)

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel diatas, maka diperoleh


sampel penelitian sebanyak 43 perusahaan pertahun atau 129 sampel untuk 3
42

tahun pengamatan. Rincian perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel


adalah sebagai berikut :

Tabel 3
Daftar Sampel Penelitian

No Indeks Nama Perusahaan


1 SMCB Holcim Indonesia Tbk
2 SMGR Wijaya Karya Beton Tbk
3 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
4 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
5 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
6 IMPC Impack Pratama Industri Tbk
7 TALF Tunas Alfin Tbk
8 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
9 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
10 CPRO central proteina prima Tbk
11 MAIN Japfa Comfeed Indonesia Tbk
12 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
13 ALDO Alkindo Naratama Tbk
14 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
15 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
16 KRAH Grand Kartech Tbk
17 AUTO Astra Otoparts Tbk
18 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
19 INDS Indospring Tbk
20 SMSM Selamat Sempurna Tbk
21 BATA Sepatu Bata Tbk
22 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
23 JECC Jembo Cable Company Tbk
24 KBLM Kabelindo Murni Tbk
Supreme Cable Manufacturing Corporation
25 SCCO
Tbk
26 VOKS Voksel Electric Tbk
43

27 ADES Akasha Wira International Tbk


28 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
29 CEKA Delta Djakarta Tbk
30 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
31 IIKP Inti Agri Resources Tbk
32 SKLT Sekar Laut Tbk
33 GGRM Gudang Garam Tbk
34 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
35 INAF Indofarma Tbk
36 KAEF Kimia Farma Tbk
37 KLBF Kalbe Farma Tbk
38 MERK Merck Indonesia Tbk
39 PYFA Pyridam Farma Tbk
40 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk
41 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
42 MBTO Martina Berto Tbk
43 UNVR Unilever Indonesia Tbk
(Sumber: www.idx.co.id, data diolah)

C. Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data

yang telah diolah terlebih dahulu dan merupakan data yang telah dipublikasikan

kepada umum melalui lembaga resmi yang berwenang. Sumber data penelitian

ini adalah laporan tahunan dan ICMD perusahaan sampel tahun 2016-2018. Data

tersebut diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan situs lain

yang diperlukan.

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu dengan melihat

laporan tahunan yang telah disusun oleh perusahaan sampel. Teknik dokumentasi
44

digunakan untuk memperoleh data langsung yang diperlukan dalam penelitian

ini. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-

2018. tersebut diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan situs

lain yang diperlukan.

D. Variabel penelitian dan pengukurannya

Berikut ini adalah variabel penelitian dan pengukurannya:

1. Akrual

Akrual merupakan besar penyesuaian akuntansi yang membuat laba

bersih berbeda dari arus kas bersih. Sebagian besar perusahaan menggunakan

akuntansi dasar akrual (accrual basis of accounting) mereka mengakui

pendapatan ketika dihasilkan dan mengakui beban pada periode terjadinya,

tanpa memperhatikan waktu penerimaan dan pembayaran kas. Dalam

akuntansi berbasis akrual, pendapatan atau beban diakui oleh perusahaan

pada saat terjadinya dan bukan pada saat penerimaan atau pengeluaran kas

dari transaksi tersebut (Kieso, 2007:105).

Dechow et al. (1998) memodelkan pendapatan, arus kas operasi dan

akrual untuk menghubungkan akrual modal kerja dengan arus kas masa

depan dan menjelaskan sifat rangkaian waktu dan dari pendapatan, arus kas

operasi dan akrual. Model ini termasuk piutang, persediaan, dan utang yang

ditunjukkan secara empiris sebagai akrual modal kerja yang paling penting.

Frankel (2018) menggunakan model Dechow et al. (1998) sebagai model


45

dasar untuk memprediksi akrual, dan menggunakan komponen akrual modal

kerja untuk memprediksi akrual. Penelitian ini juga menggunakan model

Dechow et al. (1998) yang telah diadopsi oleh Frankel (2018) untuk

memprediksi akrual, yaitu dengan menggunakan akrual modal kerja.

Persamaan yang digunakan untuk mengukur akrual:

ACCt = (∆Account Receivable + ∆ Inventory - ∆Account Payable – ∆Taxes

Payable + ∆Other Assets) / Total Assets

Keterangan :

∆Account Receivable : perubahan piutang tahun berjalan

∆ Inventory : perubahan persediaan tahun berjalan

∆Account Payable : perubahan utang tahun berjalan

∆Taxes Payable : Perubahan utang pajak tahun berjalan

∆Other Assets : asset lainnnya tahun berjalan

Total Assets : total asset awal tahun berjalan

2. Perubahan arus kas

Arus kas merupakan aliran kas masuk dan aliran keluar serta sumber

dan pemakaian kas dalam suatu perusahaan pada periode tertentu. Menurut

PSAK No. 2 paragraf 06 (IAI, 2018) arus kas adalah arus masuk kas dan arus

keluar kas dan setara kas yang dimiliki oleh perusahaan. Salah satu kegunaan

informasi arus kas menurut PSAK No. 2 paragraf 04 (IAI, 2018) adalah

untuk meningkatkan daya banding kinerja operasi antar perusahaan,hal ini

karena arus kas dapat menghilangkan pengaruh penggunaan perlakuan


46

akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

Kemampuan arus kas untuk meningkatkan daya banding pelaporan kinerja

operasi dijadikan sebagai salah satu alasan arus kas digunakan sebagai

sumber informasi oleh investor selain informasi laba yang disajikan oleh

perusahaan. Komponen arus kas yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan daya banding pelaporan keuangan suatu perusahaan adalah arus

kas operasi.

Menurut Noviyanto (2016) Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas

operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan operasi

perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi

pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen,

dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari

luar. Arus kas dari aktivitas operasi, terutama diperoleh dari aktivitas utama

perusahaan dalam memperoleh penghasilan. Oleh karena itu, arus kas

tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa ekonomi yang

mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih perusahaan (Anif, 2016).

Dalam penelitian ini Arus kas operasi diukur dengan menggunakan

perubahan nilai arus kas operasi perusahaan i pada akhir periode t dengan t-1

dibagi dengan total aset pada tahun t-1 yaitu sebagai berikut :

ΔCFO = CFOt - CFOt-1 / Total assetst

Keterangan:

ΔCFO : Perubahan arus kas operasi


47

CFOt : Total arus kas operasi tahun berjalan

CFOt-1 : Total arus kas operasi tahun sebelumnya

Total asset : Total aset awal tahun berjalan

3. Korelasi serial dalam perubahan arus kas

Korelasi serial dalam perubahan arus kas yang negatif timbul karena

adanya masalah timing dan matching yang ada pada arus kas, sehingga

hubungan antara arus kas dengan akrual akan menjadi lebih negatif. Korelasi

serial dalam perubahan arus dapat dihitung dengan model Dechow (1998),

yaitu dengan menggunakan margin laba bersih dan siklus kas operasi.

Korelasi serial dalam perubahan arus kas diukur untuk memperkirakan

model akrual berbasis kas. Korelasi serial dalam perubahan arus kas dapat

dihitung sebagai koefisien autokorelasi tahap pertama untuk perubahan arus

kas, diperkirakan untuk setiap perusahaan menggunakan data historis

(misalnya, lima tahun terakhir). Untuk menyimpulkan korelasi serial dalam

perubahan arus kas, Dechow et al. (1998) memodelkan dan menggunakan

realisasi tahun lalu (atau rata-rata selama beberapa tahun terakhir) dari

margin laba dan siklus kas operasi untuk perusahaan i di tahun t. Namun,

metode ini memungkinkan tingkat akrual masa lalu perusahaan

mempengaruhi estimasi yang dihasilkan oleh model akrual, jika tingkat ini

mengarah pada bias persisten dalam tingkat laba kotor dan modal kerja.

Keuntungannya adalah perhitungan korelasi serial dalam perubahan arus kas

ini menggunakan pengamatan yang lebih baru dan dengan demikian,


48

kemungkinan lebih baik mewakili waktu arus kas perusahaan dan

karakteristik yang cocok. Oleh karena itu, Frankel (2018) mengukur korelasi

serial dalam perubahan arus kas menggunakan margin laba bersih dan siklus

kas operasi (Frankel & Sun, 2018).

Korelasi serial dalam perubahan arus kas didefinisikan oleh Frankel

(2018) sebagai rata-rata peringkat persentil dari siklus kas operasi rata-rata

tiga tahun terakhir dan berbanding terbalik dengan peringkat persentil dari

margin laba bersih rata-rata tiga tahun terakhir, dengan peringkat persentil

terbentuk di setiap tahun. Siklus kas operasi dihitung dari piutang rata-rata

dibagi dengan pendapatan bersih ditambah persediaan rata-rata dibagi dengan

harga pokok penjualan dikurangi hutang rata-rata dibagi dengan pembelian.

Margin laba bersih dihitung dari laba bersih dibagi dengan pendapatan bersih.

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

rCYCLE = Rata- rata Piutang + Rata- rata Persediaan – Rata-rata Hutang lancar

Pendapatan Bersih HPP Pembelian

NPM = laba bersih / pendapatan bersih

4. Variabel kontrol

Variabel kontrol (control variable) adalah variabel yang dikendalikan

atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap

variabel dependen tidak terpengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti. Variabel yang memiliki korelasi dalam penelitian ini adalah


49

pendapatan. Menurut Frankel (2018), penelitian yang memprediksi akrual

juga dapat dilakukan dengan memperhatikan perubahan pendapatan yang

terjadi pada suatu periode pelaporan.

Perubahan pendapatan adalah besarnya jumlah kenaikan atau

penurunan jumlah pendapatan perusahaan dari tahun t-1 sampai ke tahun t.

Perubahan pendapatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

∆REV = REVt – REVt-1 / Total Assets

Keterangan :

ΔREV : Perubahan pendapatan

REVt : Total pendapatan tahun berjalan

REVt-1 : Total pendapatan tahun sebelumnya

Total assets : Total Aset awal tahun berjalan

E. Teknik analisis data

Analisis data suatu penelitian merupakan bagian dari proses pengujian data

setelah pemilihan dan pengumpulan data penelitian. Analisis data dalam

penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Tahap-tahap yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis data pada

penelitian ini adalah :

1. Analisis deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis

data kuantitatif. Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data sehingga diperoleh sebuah informasi yang lebih jelas
50

dan mudah untuk dipahami. Alat analisis statistik deskriptif yang dapat

digunakan dalam suatu penelitian adalah nilai rata-rata (mean), nilai

maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi (Ghozali, 2016:19).

2. Analisis induktif

a. Model regresi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis

penelitian adalah model regresi data panel. Model regresi data panel

merupakan model yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas

(independen) dan lebih dari satu tahun pengamatan. Pengujian analisis

ini dilakukan untuk mengukur bagaiman kekuatan hubungan antara dua

variabel atau lebih serta menunjukan arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen pada penelitian.

Model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah :

ACC t = α0 + β1∆OCFt + β2∆REVt ....................................................... (1)

ACC t = α0 + β1∆OCFt + β2∆OCFSCt + β3∆OCFt * ∆OCFSCt + β4∆REVt

+ εt ….(2)

Keterangan :

ACCt : akrual

ΔOCFt : perubahan arus operasi dari tahun t-1 ke tahun t

ΔOCFSCt : korelasi serial negatif dalam perubahan arus kas perusahaan

ΔREVt : perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t

α : Nilai konstanta
51

Ɛ : Error (variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model)

b. Estimasi pembuatan model regresi

1) Chow test atau Likelyhood Test

Chow test atau uji chow yakni pengujian untuk menentukan model

Fixed Effet atau Random Effect yang paling tepat digunakan dalam

mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah:

H0 : Common Effect Model atau pooled OLS (Prob > 0,05)

Ha: Fixed Effect Model (Prob < 0,05)

Dasar Penolakan H0 adalah dengan menggunakan pertimbangan

Statistik Chi-Square, jika probabilitas dari hasil uji Chow-test lebih kecil

dari nilai kritisnya (0.05) maka Ha diterima dan sebaliknya.

2) Hausman test

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah

model fixed effect atau random effect yang paling tepat digunakan.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model (Prob > 0,05)

Ha : Fixed Effect Model (Prob < 0,05)

Jika nilai statistik Hausman test lebih kecil dari nilai kritisnya

(0.05) maka Ha diterima (model yang tepat adalah model fixed effect)

dan sebaliknya. Jika model common effect atau fixed effect yang

digunakan, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji asumsi


52

klasik. Namun apabila model yang digunakan jatuh pada random effect,

maka tidak perlu dilakukan uji asumsi klasik.

3. Uji asumsi klasik

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi pada

data yang digunakan dalam penelitian sudah mengikuti atau mendekati

distribusi data yang normal. Ketika melakukan pengujian sebuah

hipotesis, data yang digunakan dalam penelitian harus terdistribusi secara

normal. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual

pada penelitian adalah uji statistic non-paramterik Kolmogorov-Smirnov

Test (Ghozali, 2016).

Tingkat signifikansi yang ditetapkan dalam melakukan uji

normalitas ini adalah 0,05 (α=5%). Ketentuan atau aturan yang

digunakan untuk penarikan kesimpulan dalam uji normalitas adalah, jika

nilai signifikansi > 0,05, maka data penelitian terdistribusi secara normal,

dan jika nilai signifikansi < 0,05, maka data penelitian tidak terdistribusi

secara normal.

b. Uji heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah pada

model regresi yang digunakan pada penelitian terjadi ketidaksamaan

varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap, maka hasil uji
53

tersebut dikatakan sebagai homoskedastisitas, dan jika varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan berbeda, maka hasil uji tersebut

dikatakan heteroskedastisitas. Model regresi akan dikatakan baik ketika

hasil ujinya menunjukkan homoskedastisitas (variannya tetap) atau tidak

terjadi heteroskedastisitas (variannya berbeda). Untuk melihat ada atau

tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian, metode yang digunakan

adalah Uji White. Menurut Wing (2009) uji White menggunakan

residual kuadrat sebagai variabel dependen, dan variabel independennya

terdiri atas variabel independen, kemudian variabel tersebut diregresikan.

Kriteria untuk melakukan penarikan kesimpulan dari pengujian

White adalah, jika nilai sig < 0,05 varian tersebut heteroskedastisitas, dan

jika nilai sig ≥ 0,05 varian tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas.

c. Uji multikolineritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik, tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,

maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal

adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesama variabel

independen sama dengan nol.

Hasil Uji multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance (TV) dan

variation inflation factor (VIF). Penarikan kesimpulan pada uji


54

multikolinearitas ini dilakukan dengan ketentuan, jika TV < 0,1 dan

VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika TV > 0,1

dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2016).

d. Uji auto korelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam sebuah

model regresi linear terdapat korelasi. Menurut Wing (2009) pengujian

autokorelasi dilakukan dengan metode Durbin–Watson. Penarikan

kesimpulan pada uji autokorelasi ini dilihat dari nilai Durbin-Watsonnya.

Apabila nilai Durbin–Watson yang dihasilkan berada dalam rentang 1,54

sampai dengan 2,46, maka dapat dinyatakan bahwa model yang

digunakan terbebas dari gangguan autokorelasi.

4. Uji model

a. Uji koefesien atau determinasi (Adjusted R2)

Uji koefesien atau determinasi ini digunakan untuk menguji

goodness-fit dari model regresi yang digunakan pada penelitian.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen maka dapat

dilihat dari nilai adjusted R2. Nilai koefisien determinasi berkisar

antara 0 sampai 1. Apabila R2 = 0, maka tidak ada hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan jika R2 = 1,

maka terdapat suatu hubungan yang sempurna.


55

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan

dalam penelitian bersifat signifikan atau tidak, sehingga dapat ditarik

kesimpulan apakah model tersebut digunakan untuk memprediksi

pengaruh variabel secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hipotesis yang digunakan untuk uji F adalah H0: ß = 0, berarti model

regresi tidak layak dan H1: ß ≠ 0, berarti model regresi layak.

Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan pada

Uji F ini adalah apabila nilai probabilitas F>0,05, H0 diterima, H1

ditolak, dan apabila nilai probabilitas F=0,05, H0 ditolak, H1

diterima.

5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan regresi linier berganda untuk

menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan

menggunakan uji statistik t. Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan

variabel dependen (Ghozali, 2016:97).

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel

bebas dengan variabel terikat dengan mengasumsikan variabel lain adalah

konstan. Uji t dilakukan dengan melihat signifikansi t masing-masing

variabel pada output hasil regresi dengan level signifikan 0,05 (α=5%).

Dasar pengambilan keputusannya, adalah:


56

a. Untuk hipotesis I, peneliti dapat melihat model regresi 1, apabila hasil

t-hitung > t-tabel dan nilai signifikan ≥ α, maka variabel independen

secara individual berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

b. Untuk hipotesis 2, peneliti dapat melihat model regresi 2, apabila hasil

t-hitung < t-tabel dan nilai signifikan ≤ α, maka variabel moderasi

memperlemah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

F. Definisi operasional

1. Akrual

Akrual adalah salah satu asumsi dasar yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan. Akrual merupakan besarnya penyesuaian

akuntansi yang membuat laba bersih berbeda dengan arus kas bersih.

Sebagian besar perusahaan menggunakan akuntansi dasar akrual (accrual

basis of accounting) dalam mengakui transaksi dan peristiwa ekonomi yang

terjadi pada suatu periode tertentu. Dengan menggunakan asumsi akrual,

perusahaan akan mengakui pendapatan ketika dihasilkan dan mengakui

beban pada periode terjadinya, tanpa memperhatikan waktu penerimaan dan

pembayaran kas.

2. Perubahan arus kas

Arus kas merupakan aliran kas masuk dan aliran keluar serta sumber

dan pemakaian kas dalam suatu perusahaan pada periode tertentu. Menurut

PSAK No. 2 paragraf 06 (IAI, 2018) arus kas adalah arus masuk kas dan arus
57

keluar kas atau setara kas. Perubahan arus kas merupakan fluktuasi kas yang

terjadi karena adanya kas keluar dan kas masuk dari kegiatan perusahaan.

Perubahan arus kas juga merupakan jumlah kenaikan atau penurunan arus kas

pada satu periode pelaporan akuntansi. Besarnya jumlah perubahan arus kas

yang disebabkan karena adanya perbedaan waktu dan masalah pencocokan

ini, dapat diimbangi dengan akrual.

3. Korelasi serial dalam perubahan arus kas

Korelasi serial dalam perubahan arus kas merupakan hubungan yang

ada pada arus kas yang melibatkan beberapa tahun pengamatan untuk

menghasilkan arah dari hubungan antar dua variabel atau dua komponen

yang ada dalam perubahan arus kas. Korelasi serial dalam perubahan arus kas

menjadi negatif karena adanya masalah waktu dan pencocokan (timing and

matching) yang ada dalam arus kas.

Korelasi serial dalam perubahan arus kas yang negatif ini bertujuan

untuk meningkatkan atau menjadikan hubungan negatif antara akrual dengan

arus kas menjadi lebih negatif, karena korelasi serial dalam perubahan arus

kas yang negatif terjadi karena adanya masalah timing and matching yang

ada dalam arus (Frankel,2018).

4. Perubahan Pendapatan

Menurut PSAK No.23 pargf 07 (2018) pendapatan adalah arus masuk

bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama

suatu periode jika arus masuki tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
58

tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Kemudian perubahan

pendapatan merupakan besarnya jumlah kenaikan atau penurunan jumlah

pendapatan perusahaan dari tahun t-1 sampai ke tahun t.


59

DAFTAR PUSTAKA

Al,Kieso et. 2007. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat


Ball, R., and L. Shivakumar. 2006. The role of accruals in asymmetrically
timely gain and loss recognition. Journal of Accounting Research 44 (2):
207–242.
Ball, Ray. 2013. Accounting Informs Investors and EarningsManagement is Rife:
Two Questionable Beliefs. Accounting Horizons. Vol.27. No 4. pp. 847-853
Dechow, Patricia M., dan Ilia D. Dichev. 2002. The Quality of Accruals and
Earnings: The Role of Accrual Estimation Errors. The Accounting Review. Vol.
77, Supplement: Quality of Earnings Conference . pp. 35-59.
Dechow, Patricia M., dan Ilia D. Dichev. 1998. The relation between earnings and
cash flow. Journal of Accounting and Economics 25. pp. 133 —168
Dechow, Patricia M. 1994. Accounting earnings and cash flows as measures of firm
performance The role of accounting accruals. Journal of Accounting and
Economics 18. pp. 3-42
Frankel, Richard .M dan Yan Sun. 2018. Predicting Accruals Based on Cash-Flow
Properties. The Accounting Review. Vol.93. No.5. pp. 165-186.
Frankel, Richard et al. 2016. Using Unstructured and Qualitative Disclosures to
Explain Accruals. Journal of Accounting and Economics
Fanani, Zaenal. (2010). Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi Laba. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 7(1), 109 -123.
Ghozali, I., 2016, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23,
Edisi 8, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hribar, Paul dan Daniel W Collins. 2002. Errors in Estimating Accruals:
Implications for Empirical Research. Jurnal of Accounting Research. Vol.40.
No.1
Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAK No. 1 Tentang Laporan Keuangan– edisi revisi
2018. Penerbit Dewan Standar Akuntansi Keuangan: PT. Raja Grafin.
Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAK No. 2 Tentang Laporan Arus Kas– edisi revisi
2018. Penerbit Dewan Standar Akuntansi Keuangan: PT. Raja Grafin.
Jones, J., 1991. Earnings management during import relief investigations. Journal of
Accounting Research 29, 193–228.
60

Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 1. Yogyakarta: Badan


Penerbitan STIE YKPN.
Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Badan
Penerbitan STIE YKPN.
Kothari, S., Leone, A., Wasley, C. 2005. Performance matched discretionary accrual
measures. Journal of Accounting and Economics 39, 163–197.
Kieso dan Weygandt. 2011. Intermediate Accounting edisi tahun 2011. Jakarta:
Erlangga
Lam, Nelson dan Peter Lau. 2015. Akuntansi keuangan intermediate financial report
. Ed 2.1 Jakarta: salemba empat.
Lam, Nelson dan Peter Lau. 2015. Akuntansi keuangan intermediate financial report
. Ed 2.2 Jakarta: salemba empat.
Martini, Dwi dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK . Ed 2.1
Jakarta: salemba empat.
McNichols, M. 2002. Discussion of The Quality of Accruals and Earnings: The Role
of Accrual Estimation Errors. The Accounting Review, Vol. 77 (Supplement),
pp. 61–9.
Noviyanto, Ahmad. 2016. Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Dan Likuiditas
Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Profita, Edisi 8. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sarifudin, Anif dan Sodiqin Manaf. 2016. Pengaruh Arus Kas Operasi, Arus Kas
Investasi, Arus Kas Pendanaan Dan Laba Bersih Terhadap Return Saham
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Dharma Ekonomi, Nomor 43. STIE Dharmaputra Semarang.
Richardson, Scott A et al. 2005. Accrual reliability, earnings persistence and
stock prices. Journal of Accounting and Economics 39 (2005) 437-485.
Scott, W.R. 2015. Financial Accounting. Canada: Pearson.
Subramanyam, K. R. 1996. The pricing of discretionary accruals. Journal of
Accounting and Economics 22 (1996) 249-281.
Subramanyam, K.R Dan J.J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 10 Buku
1.Jakarta : Salemba Empat
61

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE.
Warsono, Sony, et al. 2009. Konsep dan Model Corporate Governance. Yogyakarta:
Center for Good Corporate Governance.
Wing, Winarno. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi
Kedua. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai