KOWIYAH M.pd-Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir-01092023

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS MATEMATIKA PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

Tim Pengusul
Kowiyah (0318048203)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : [TNR 12,spasi 1]


Nilai Kontrak : Rp.(Hanya angka) [TNR 12,spasi 1]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir


Kritis Matematika Sekolah Dasar
Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : Kowiyah, M.Pd
b. NIDN : 0318048203
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli/III B
d. Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
e. HP/Telepon : 081 511 799 951
f. Alamat Surrel (email) : [email protected]
Lama Penelitian : 10 bulan
Luaran Penelitian : Jurnal Nasional Terakreditasi
Biaya Penelitian yang : Rp. 12.000.000,00
diusulkan

Jakarta, 20 Agustus 2021


Mengetahui Ketua Peneliti
Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Ika Yatri, M.Pd Kowiyah, M.Pd


NIDN. 0307098401 NIDN. 0318048203
Menyetujui,
Dekan FKIP UHAMKA Ka Lemlitbang

Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd Prof. Dr. Hj. Suswandari, M.Pd


NIDN. 0317126903 NIDN. 0020116601
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Jln. Tanah Merdeka, Pasar Rebo, Jakarta Timur
Telp. 021-8416624, 87781809; Fax. 87781809

SURAT PERJANJIAN KONTRAK KERJA PENELITIAN


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA

Nomor : / F.03.07 / 2020


Tanggal : 12 Juni 2020

Bismillahirrahmanirrahim

Pada hari ini, Jum'at, tanggal Dua Belas, bulan Juni, Tahun Dua Ribu Dua Puluh, yang bertanda
tangan di bawah ini Prof. Dr. Suswandari, M.Pd, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA; KOWIYAH M.Pd, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kontrak Kerja
Penelitian yang didanai oleh RAPB Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Pasal 1
PIHAK KEDUA akan melaksanakan kegiatan penelitian dengan judul : PENGEMBANGAN
INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA SEKOLAH
DASAR dengan luaran wajib dan luaran tambahan sesuai data usulan penelitian Bacth 2 Tahun
2019 melalui simakip.uhamka.ac.id..

Pasal 2
Bukti luaran penelitian wajib dan tambahan harus sesuai sebagaimana yang dijanjikan dalam Pasal
1, Luaran penelitian yang dimaksud dilampirkan pada saat Monitoring Evaluasi dan laporan
penelitian yang diunggah melalui simakip.uhamka.ac.id.

Pasal 3
Kegiatan tersebut dalam Pasal 1 akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA mulai tanggal
12 Juni 2020 dan selesai pada tanggal 12 November 2020.

Pasal 4
Berdasarkan kemampuan keuangan lembaga, PIHAK PERTAMA menyediakan dana sebesar
Rp.12.000.000,- (Terbilang : Dua Belas Juta) kepada PIHAK KEDUA untuk melaksanakan
kegiatan tersebut dalam Pasal 1. Sumber biaya yang dimaksud berasal dari RAB pada Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Tahun Anggaran
2019/2020.

Pasal 5

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 23-08-2021 Halaman 1 dari 2


Pembayaran dana tersebut dalam Pasal 4 akan dilakukan dalam 2 (dua) termin sebagai berikut;
(1) Termin I 70 % : Sebesar 8.400.000 (Terbilang: Delapan Juta Empat Ratus Ribu Rupiah)
setelah PIHAK KEDUA menyerahkan proposal penelitian yang telah direview dan diperbaiki
sesuai saran reviewer pada kegiatan tersebut Pasal 1.
(2) Termin II 30 % : Sebesar 3.600.000 (Terbilang: Tiga Juta Enam Ratus Ribu Rupiah) setelah
PIHAK KEDUA mengunggah laporan akhir penelitian dengan melampirkan bukti luaran
penelitian wajib dan tambahan sesuai Pasal 1 ke simakip.uhamka.ac.id.
Pasal 6
(1) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan kegiatan tersebut dalam Pasal 1 dalam waktu yang
ditentukan dalam Pasal 3.
(2) PIHAK PERTAMA akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1. Bila PIHAK KEDUA tidak mengikuti Monitoring
dan Evaluasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan, tidak bisa melanjutkan penyelesaian
penelitian dan harus mengikuti proses Monitoring dan Evaluasi pada periode berikutnya.
(3) PIHAK PERTAMA akan mendenda PIHAK KEDUA setiap hari keterlambatan penyerahan
laporan hasil kegiatan sebesar 0,5 % (setengah persen) maksimal 20% (dua puluh persen) dari
jumlah dana tersebut dalam Pasal 4.
(4) Dana Penelitian dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari keseluruhan dana yang
diterima oleh PIHAK PERTAMA sebesar 5 % (lima persen)

Jakarta, 12 Juni 2020

PIHAK PERTAMA
Lembaga Penelitian dan Pengembangan PIHAK KEDUA
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Peneliti,
Ketua,

Prof. Dr. Suswandari, M.Pd KOWIYAH M.Pd


Mengetahui
Wakil Rektor II UHAMKA

Dr. ZAMAH SARI M.Ag.

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 23-08-2021 Halaman 2 dari 2

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


ABSTRAK
Kemampuan berpikir kritis merupakan hal penting dalam dimensi kemampuan berpikir yang
menjadi fokus dalam kurikulum 2013. Kurangnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi dikarenakan guru sendiri tidak mengetahui instrumen kemampuan berpikir
kritis serta alat evaluasi yang dikembangkan hanya berorientasi pada alat penilaian yang mengukur
penguasaan konsep matematika. Penelitian ini dipandang penting untuk dilakukan berdasarkan kenyataan dan
pemikiran antara lain: 1) belum terencana dan terlaksananya pembelajaran Matematika yang berorientasi pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi pada kurikulum
2013; 2) belum tersedianya intrumen keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran Matematika yang dapat
digunakan oleh pendidik untuk mengasses keterampilan berpikir kritis peserta didiknya. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan instrument kemampuan berpikir kritis matematika siswa sekolah dasar yang
valid, reliabel dan praktis. Hasil penelitian pengembangan instrument kemampuan berpikir kritis siswa sangat
layak digunakan, valid dan reliable.

Kata kunci: Instrumen, Kemampuan Berpikir Kritis, Pengembangan


DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
URAIAN UMUM ............................................................................................... viii
RINGKASAN ..................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1. 2 Permasalahan............................................................................ 2
1. 3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1. 4 Urgensi Penelitian .................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Kemampuan Berpikir Kritis ..................................................... 5


2.2 Pengembangan Instrumen Berpikir kritis................................. 7

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian.......................................................................
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian .................................................... 88
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 8
3.4 Prosedur Penelitian.................................................................... 9
3.5 Analisis Data ............................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 19
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 19
4.2 Pembahasan................................................................................. 20
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 34
DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
3.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 9

3.2 Alur Tahapan Penelitian ............................................................................ 11

4.1 Hasil Validitas dan Reliabilitas Responden............................................... 20

4.2 Hasil Reabilitas Item Soal ......................................................................... 21

4.3 Skala Keridakcocokan Item ....................................................................... 22

4.4 Item Koralitas Berdasarkan Item Etik ....................................................... 23

4.5 Indikator Aspek Kemampuan Berpikir Kritis ........................................... 29

4.6 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kriitis Siswa ................................... 29


DAFTAR GAMBAR
GAMBAR

Halaman

3.1 Alur Tahapan Penelitian ............................................................................ 13

3.2 Perancangan Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis .................................. 18


DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Angket Penelitian “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar” ......................................................................................... 37

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ........................... 46

Lampiran 3.Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Bilangan ..... 47

Lampiran 4. Bukti Submit Jurnal ........................................................................ 52

Lampiran 5. Biodata Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti ................................. 54


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan hal penting dalam dimensi
kemampuan berpikir yang menjadi fokus dalam kurikulum 2013. Kemampuan
berpikir kritis adalah kompetensi yang harus dimiliki setiap individu pada era
globalisasi(Kalelioğlu & Gülbahar, 2014; Christo Kriel, 2013; Kowiyah, 2016).
Berpikir kritis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan
berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif yang sangat penting (Zhou, Huang,
& Tian, 2013), Sehingga sekolah terus berupaya untuk meningkatkannya. Siswa
yang mampu berpikir kritis akan mampu menyelesaikan masalah secara efektif
(Peter, 2012; Chukwuyenum, 2013).
Berdasarkan penelitian Kemampuan berpikir kritis siswa masih
digolongkan rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dibuktikan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ni Kt. Maha Putri; et. all, 2016) rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sebesar 55,04 terendah pada indikator
mengidentifikasi asumsi sebesar 0%. (Kowiyah, 2016) juga menemukan bahwa
rata-rata kemampuan berpikir kritis hanya 63,5 terendah pada indikator
megevaluasi dan berargumen hanya sebesar 6,2%.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa Menurut Peter (2012) hal-hal
yang dapat menghambat berpikir kritis adalah kurangnya latihan, terbatasnya
sumber, persepsi yang bias, dan waktu yang membatasi lingkungan untuk
mempromosikan berpikir kritis. Menurut (Binti Anisaul Khasanah, 2007),
kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa
hal seperti, belum melibatkan siswa secara aktif, soal-soal matematika yang
diberikan masih belum memungkinkan siswa untuk mengerjakan dalam berbagai
cara yang sistematis, kesulitan para siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide
matematika mereka baik secara lisan maupun tulisan, siswa juga tidak maksimal
dalam menganalisis soal-soal matematika. Analisis kemampuan berpikir kritis SD
penemuan Ni Kt. Maha Putri Widiantari; et.al, (2016) kemampuan berpikir kritis
siswa rendah karena Guru tidak mengetahui tekhnik/prosedur/instrumen
kemampuan berpikir kritis.
Kurangnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi dikarenakan guru sendiri tidak mengetahui
instrumen kemampuan berpikir kritis serta alat evaluasi yang dikembangkan hanya
berorientasi pada alat penilaian yang mengukur penguasaan konsep matematika.
Penelitian ini dipandang penting untuk dilakukan berdasarkan kenyataan dan
pemikiran antara lain: 1) belum terencana dan terlaksananya pembelajaran
Matematika yang berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis
peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi pada kurikulum 2013; 2) belum
tersedianya intrumen keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran Matematika
yang dapat digunakan oleh pendidik untuk mengasses keterampilan berpikir kritis
peserta didiknya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1) Bagaimana desain instrumen kemampuan berpikir kritis matematika siswa
sekolah dasar yang sesuai kriteria?
2) Bagaimana Validitas dan reliabilitas instrument kemampuan berpikir kritis
matematika siswa sekolah dasar yang dikembangkan?
3) Bagaimana kepraktisan instrument kemampuan berpikir kritis matematika siswa
yang telah dikembangkan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah maka, penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan instrument kemampuan berpikir kritis matematika siswa sekolah
dasar yang valid, reliabel dan praktis. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Memaparkan desain instrument kemampuan berpikir kritis matematika siswa
sekolah dasar yang dikembangkan
2) Menganalisis validitas dan reliabilitas instrument kemampuan berpikir kritis
matematika pada siswa sekolah dasar
3) Menganalisis kepraktisan instrument kemampuan berpikir kritis siswa sekolah
dasar berdasarkan uji lapangan.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian tindak lanjut dari penelitian sebelumnya
mengenai analisis kemampuan berpikir kritis peserta didik SD. Hasilnya
menunjukkan kemampuan berpikir kritis masih rendah dan belum tersedianya
instrumen kemampuan berpikir kritis matematika SD. Diharapkan dengan penelitian
ini bisa mengembangan instrumen yang valid, reliabel serta praktis sesuai dengan
tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan, karakteristik peserta
didik SD
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Berpikir kritis


Berpikir adalah kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan
sehari-hari. Hampir semua kegiatan tidak dapat dilepaskan dari aktifitas berpikir.
Misalnya jika kita melihat situasi yang baru maka secara otomatis kita akan
membandingkan situasi tersebut dengan ide, fakta atau kejadian yang lainnya.
Setelah kita membandingkan situasi tersebut kita dapat mengambil keputusan untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Menurut Kowiyah (2012) proses berpikir dimulai
dari tahapan apabila seseorang menghadapi situasi untuk menghadapi jalan keluar,
mengundang yang bersangkutan untuk memanfaatkan pengetahuan, pemahaman
atau keterampilan yang dimiliki terjadi pada suatu proses tertentu.
Menurut Sthepen dalam (Farikhah, 2014) menyatakan bahwa kemampuan
keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu:
1) Kemampuan intelektual (Intellectual Ability), merupakan kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan
memecahkan masalah)
2) Kemampuan fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan melakukan tugas-
tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan dan karakteristik serupa.
Berpikir adalah suatu hal yang Tuhan berikan hanya kepada manusia,
manusia diminta untuk berpikir pada setiap tindakan dan perbuatan sebelum
melakukam sesuatu. Sedangkan kritis adalah menyelidiki dan menilai suatu hal
dengan matang.
Adapun berpikir kritis menurut Johnson (Desnarita, 2019) ialah sebagai
sebuah proses sistematis dalam kegiatan seperti pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, membujuk, analisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Yang
artinya, kegiatan memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan menganalisis
termasuk kedalam berpikir kritis.
Menurut Christina dalam (Desnarita, 2019) Berpikir kritis merupakan
kemampuan seseorang dalam menemukan informasi dan pemecahan dari suatu
masalah dengan cara bertanya kepada dirinya sendiri untuk menggali informasi
tentang masalah yang sedang dihadapi. Berpikir kritis pada proses belajar dan
pembelajaran seharusnya menjadi kegiatan yang biasa dilakukan oleh peserta didik
agar mampu memecahkan masalah sehari-hari dengan keputusan dan langkah yang
benar.
Menurut pendapat Batubara (Asmar & Delyana, 2020) berpikir kritis peserta
didik juga tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang
dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep
yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Kemampuan kognitif
berpikir kritis, dibagi secara berbeda menurut para ahli. Facione (2013) ada enam
aspek berpikir kritis yaitu interpretation, analysis, evaluation, inference,
explanation, and self-regulation. Filsaime. D. K, (2008), kemampuan berpikir kritis
melibatkan kemampuan analisis, interpretasi, inferens, ekspantasi dan evaluasi.
Kemampuan berpikir kritis dalam bidang pendidikan menjadi poin yang
sangat penting untuk menghasilkan masyarakat yang berkemajuan. Oleh karena itu,
sangat penting bagi peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis nya. Peserta didik diharapkan mampu
memecahkan masalah dengan memperkirakan jawaban dari masalah-masalah
tersebut sebelum melakukan perhitungan dan mengambil kesimpulan.
Kristin dalam (Desnarita, 2019) berpendapat bahwa kemampuan berpikir
kritis yang rendah dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar berarti
hasil yang diperoleh seseorang dari aktivitas yang dilakukan dan mengakibatkan
perubahan tingkah laku. Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis perlu
ditanamkan pola pikir yang benar yaitu kritis dan logis. Misalnya, dalam
menyelesaikan soal matematika yang sulit peserta didik harus fokus terlebih dahulu,
mengetahui masalahnya apa, apa yang harus diketahui, apa yang merupakan inti
persoalan sebelum mereka memutuskan untuk memilih strategi ataupun rumus
mana yang cocok dengan soal permasalahannya.
Menurut Glaser dalam (Kowiyah, 2016) mendefinisikan berpikir kritis
dengan (1) sikap cenderung mempertimbangkan cara yang bijaksana dalam masalah
dan subjek yang ada di dalamnya, (2) pengetahuan tentang metode penyelidikan
logis dan pemikiran, dan (3) beberapa keterampilan dalam menerapkan metode
tersebut. Berpikir kritis membutuhkan usaha yang gigih untuk memeriksa setiap
kepercayaan atau bentuk pengetahuan yang dianggap bukti-bukti yang
mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lebih lanjut.
Dalam (Yuyun, 2017) Keterampilan berpikir kritis perlu dibiasakan dalam
proses pembelajaran sehingga peserta didik memiliki kemampuan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Hal ini senada dengan pendapat Yaumi dalam
(Yuyun, 2017) mengemukakan berpikir kritis adalah kemampuan kognitif untuk
mengatakan sesuatu dengan penuh keyakinan karena bersandar pada alasan yang
logis dan bukti empiris yang kuat. Jadi, berpikir kritis dalam prosesnya perlu
didasari oleh bukti yang logis dan benar dalam menyelesaikan suatu permasalahan
demi keputusan yang tepat.
Menurut Ennis dalam (Zubaidah et al., 2018) terdapat 6 unsur dasar dalam
berpikir kritis yaitu:
1) (Focus): memfokuskan pertanyaan atau isu yang ada untuk membuat keputusan

tentang apa yang diyakini.

2) (Reason): mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau menolak putusan-putusan

yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

3) (Inference): membuat kesimpulan yang beralasan atau meyakinkan. Bagian penting

dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari

pemecahan, pertimbangan dari interpretasi terhadap situasi dan bukti.

4) (Situation): memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir untuk

membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah

kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.

5) (Clarity): menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

6) (Overview): meninjau kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang

diambil.
Dapat disimpulkan, kemampuan berpikir kritis adalah usaha menyelidiki dan

menilai segala sesuatu hal dengan teliti guna mampu memecahkan masalah tersebut

dan menghasilkan keputusan yang tepat. Dalam proses belajar, pembiasaan berpikir

kritis oleh peserta didik juga perlu dilatih dan dibiasakan sejak awal. Sehingga

keterampilan dasar seperti mengamati, memecahkan masalah, dan menyimpulkan

sudah menjadi strategi awal bagi peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang

ada dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Pengembangan Instrumen Berpikir Kritis


Pengumpulan informasi pencapaian hasil belajar peserta didik
membutuhkan teknik dan instrumen penilaian, serta prosedur analisis sesuai dengan
karakteristik penilaian masing-masing. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
berbasis kompetensi dengan KD sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai
oleh peserta didik. Dalam membuat sebuah instrumen perlu dilakukan proses
pengembangan instrumen sesuai dengan kebutuhan guru.
Pengembangan ditinjau dari aspek terminologi cukup beragam sesuai sudut
pandang para ahli. Pengembangan bisa diartikan pertumbuhan atau perubahan
secara perlahan dan bertahap kearah yang lebih baik lagi. Pengembangan akan
memiliki makna secara luas jika digunakan dalam penelitian dari pada digunakan
dalam pembuatan sebuah produk yang lebih spesifik. Dunia pendidikan
mengartikan pengembangan adalah suatu cara atau upaya untuk menemukan hal-
hal yang baru, baik itu media, model, pendekatan, atau hal lain yang berfungsi untuk
perbaikan pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat memberikan solusi bagi
permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan. Penelitian research and
development (R & D) atau kadang disebut juga pengembangan berbasis penelitian
research-based development.Research and Development adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu.
Menurut Gay pengertian dari penelitian dan pengembangan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Research and development (R & D) is the prosess of researching consumer needs
and then developing products to fulfill those needs. The purpose of R&D efforts in
education is not to formulate or test theory but to develop effective products for use
in schools. Such products include teacher-training materials, learning materials,
sets of behavioral objectivies, media materials, and managements systems(L.R Gay,
2009).
Kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa, penelitian dan pengembangan
(R&D) adalah proses meneliti kebutuhan akan sebuah produk kemudian
mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan pengembangan dan
penelitian dibidang pendidikan bukan untuk merumuskan atau menguji teori tapi
untuk mengembangkan produk yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.
Pengembangan produk meliputi materi pelajaran, media, materi pengembangan
guru, sistem manajemen, dan pembelajaran. Kalimat di atas menjelaskan bahwa
penelitian pengembangan diawali dengan kebutuhan peserta didik sehingga akan
dapat merumuskan perubahan sikap yang diinginkan, media yang akan
dikembangkan guru, materi yang tepat, dan manajemen pengelolaan kelas. Pada
akhirnya diperoleh pembelajaran yang efektif dan efisien bagi peserta didik dalam
peningkatan pemahaman materi yang diajarkan.
Model pengembangan Brog & Gall merupakan model pengembangan dan
penelitian yang cukup terkenal. Penelitian ini terkadang disebut dengan ”research
based development”, karena sebagai strategi yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Fokus proyek Penelitian model Brog & Gall dilakukan dengan
langkah-langkah penelitian dan pengembangan secara berkesinambungan pada
setiap langkah dilakukan dengan mengacu pada langkah sebelumnya sehingga
akhirnya diperoleh produk pendidikan yang baru. Serangkaian dari tahap model
Brog and Gall yang harus ditempuh secara konseptual mencakup 10 langkah umum.
Kelebihan dari model Brog and Gall sebagai berikut: (1) dapat menghasilkan
produk yang lebih akurat ketepatgunaanya ; (2) langkah-langkah yang diambil
disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan kekurangan model Brog and Gall
sebagai berikut: (1) lebih tepat digunakan dalam sekala besar ; (2) memerlukan
biaya yang besar ; (3) waktu yang digunakan cukup lama.
Penelitian pengembangan instrumen berpikir kritis sudah dilakukan oleh
beberapa peneliti (Akbar, Firman, & Rusyati, 2017) melakukan pengembangan tes
virtual untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa SMP di Bandung.
(Sudirman, Kistiono, Akhsan,&Ariska, 2020) juga melakukan penelitian pada
siswa SMP dengan judul pengembangan penilaian pengetahuan, sikap dan
ketrampilan IPA berbasis kemampuan berpikir kritis pada konsep listrik.
(Jamaluddin, Jufri, Muhlis, & Bachtiar, 2020) melakukan penelitian pengembanagn
instrumen kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran IPA SMP serta (Mukti &
Istiyono, 2018) melakukan pengembangan instrumen berpikir kritis pada siswa
SMA. Dari beberapa penelitian belum banyak yang melakukan pengembangan
instrumen berpikir kritis matematika pada peserta didik SD.

2.3 Road Map Penelitian


BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Alur/Langkah Penelitian


Langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal
Pada tahap perencanaan ini terdiri dari beberapa kegiatan yang akan
dilakukan diantaranya adalah mengkaji kajian teori terhadap materi
matematika di Kelas V terkait dengan bilangan dan Geometri dan
pengembangan perangkat instrumen. Pengembangan instrumen ini terdiri
dari menyusun proposal, revisi proposal, membuat instrumen-instrumen
penelitian yang akan digunakan di lapangan.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan pelaksanaan penelitian, pada tahap ini
kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.
a. Pemberian angket dan wawancara kepada guru untuk
mengetahui bagaimana kendala guru dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Menganalisis soal yang dibuat oleh guru berdasarkan uji kepakaran
untuk mengetahui apakah selama ini soal yang diberikan oleh guru
sudah mengukur aspek kemampuan berpikir kritis.
c. Membuat instrumen untuk pengembangannya.
d. Menvalidasi hasil instrument yang dibuat
e. Merevisi instrumen yang dibuat sesuai dengan saran
f. Uji kepraktisan instrument yang dikembangkan
3) Kegiatan akhir
Pada tahap kegiatan akhir ini dilaksanakan untuk mengkaji beberapa
kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya melakukan analisis dan olah
data hasil penelitian. Hal ini dilakukan selama penelitian untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi oleh peneliti. Penyusunan laporan penelitian
dan penyimpulan akhir.
Kegiatan akhir ini ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut.
a. Pengolahan dan analisa data.
b. Perumusan interpretasi peserta didik terhadap simbol huruf
c. Penyususnan laporan penelitian dan penyimpulan akhir.
Alur dari tahapan penelitian ini dapat dirancangkan dalam Gambar 3.1
berikut:

Identifikasi Perumusan Telaah Rancangan


Masalah Masalah Pustaka Penelitian

Pengolahan Pengumpulan Perijinan Penyusunan


Data Data Intrumen

Penyimpulan
Hasil

Gambar 3. 1. Alur Tahapan Penelitian

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di SD Negeri Cijantung 05 Jakarta Timur, yang
beralamat Jln. Pertengahan No.4, RT.05/RW.7, Cijantung, Kecamatan Ps. Rebo,
Jakarta Timur

3.3 Metode Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan penelitian pengembangan dengan model 4D
yaitu dengan tahapan define, design, develop dan dessiminate.

3.4 Desain Penelitian


Peneliutian Pengembangan instrumen kemampuan berpikir kritis matematika siswa
sekolah dasar menggunakan desain penelitian R&D model 4 D
Gambar 3.1 Model pengembangan 4D

Desain pengembangan dari model pengemabangan 4D atau 4P dapat digambarkan


sebagai berikut:
1) Tahap Define (Pendefinisian
tahap ini dilakukan pengumpulan reverensi sesuai dengan variabel yang
dikembangkan yakni tentang penelitian pengembangan, tes kemampuan
berpikir kritis siswa. Dari referensi-referensi kemampuan berpikir kritis
didapatkan beberapa teori yang telah ditemukan oleh ahli-ahli yang berkaitan
dengan pengembangan ini.
2) Tahap Design (Perancangan)
Tahapan ini bertujuan untuk merancang sebuah instrumen tes kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Instrumen tes yang akan dirancang terdiri dari kisi-kisi,
soal tes berupa uraian, kriteria jawaban, dan pedoman penilaian. pada tahap ini
merupakan bagian mendesain/merancang bentuk soal berdasarkan indikator dan
tujuan pembelajaran
3) Tahap Development (Pengembangan)
Tahap development bertujuan untuk menghasilkan perangkat tes yang valid
berdasarkan penilaian ahli yaitu ahli evaluasi, dan materi dengan menggunakan
instrumen berupa lembar validasi.
4) Tahap disseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan produk.
Thiagarajan membagi tahap disseminate dalam tiga tahapan, yaitu: validation
testing, packaging, diffusion, dan adoption. Pada tahap validation testing,
produk yang telah direvisi pada tahap pengembangan kemudian
diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian pengembangan instrumen kemampuan berpikir kritis matematika
siswa sekolah dasar menggunakan model pengembangan 4D (Four-D) memiliki
empat tahapan yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop
(pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Berikut Hasil tahapan yang
dilakukan:
1) Tahap Define (Pendefinisian)
Proses pengembangan ini diawali dengan mengidentifikasi masalah yang
ditemuai disekolah. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kebutuhan sekolah
terkait kebutuhan tes untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa. Melakukan
analisis terhadap subjek sasaran pengukuran. Tahap pendefinisian bertujuan untuk
menemukan permasalahan yang ada dan mengidentifikasi kebutuhan dalam
penyusunan soal seperti materi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan dalam pembelajaran dikelas serta tujuan melaksanakan tes.
Selain itu pada tahap ini dilakukan pengumpulan sumber-sumber untuk menemukan
konsep dari variabel dalam pengembangan ini dan menemukan dasar teori tentang
proses pengembangan yang akan dilakukan.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan reverensi sesuai dengan variabel
yang dikembangkan yakni tentang penelitian pengembangan, tes kemampuan
berpikir kritis siswa. Dari referensi-referensi kemampuan berpikir kritis didapatkan
beberapa teori yang telah ditemukan oleh ahli-ahli yang berkaitan dengan
pengembangan ini.
2) Tahap Design (Perancangan)
Tahapan ini bertujuan untuk merancang sebuah instrumen tes kemampuan
berpikir kritis. Instrumen tes yang akan dirancang terdiri dari kisi-kisi, soal tes
berupa uraian, kriteria jawaban, dan pedoman penilaian. pada tahap ini merupakan
bagian mendesain/merancang bentuk soal berdasarkan indikator dan tujuan
pembelajaran.
Instrumen kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan ada dua yaitu
instrument kemampuan berpikir kritis pada materi bilangan dan kemampuan
berpikir kritis pada materi geometri.
Hasil perancangan indikator pada instrumen kemampuan berpikir kritis
pada materi bilangan, terlihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Indikator dan Aspek Kemampuan berpikir Kritis
Indikator Aspek yang di nilai Kompetensi
Menganalisis Siswa mampu menguji masalah terbuka
Menguji yang berkaitan operasi hitung campuran
Siswa mampu mengidentifikasi masalah
terbuka
Mengidentifikasi
dengan berbagai cara penyelesaian
yang berkaitan dengan operasi
hitung campuran
Mengevaluasi Siswa mampu mempertimbangkan
Mempertimbangkan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan operasi hitung campuran

Siswa mampu menyimpulkan dari


Menyimpulkan masalah terbuka yang diberikan.
Menarik Mengkomunikasikan Siswa mampu mengkomunikasikan data
yang ada dengan berbagai cara
Kesimpulan data pendekatan

Menjelaskan Siswa mampu menjelaskan kesimpulan


dari data yang telah diberikan
Kesimpulan
Penjelasan Siswa mampu menuliskan hasil
pemecahan masalah dalam operasi hitung
Menuliskan hasil campuran dengan banyak cara
penyelesaian

Siswa mampu menghadirkan argumen


Menghadirkan dalam pemecahan masalah berkaitan
dengan operasi hitung campuran
argumen menggunakan berbagai macam solusi

Perancangan indikator kemampuan berpikir kritis matematika pada materi


geometri, terlihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Indikator dan Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Indikator Aspek yang dinilai Kompetensi
Memberikan Memfokuskan Siswa mampu
penjelasan sederhana pertanyaan mengidentiifikasikan bangun datar
menurut sifat sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya
Siswa mampu menentukan kriteria
untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
Menganalisis Siswa mampu mengidentifikasi
argumen kesimpulan bangun segi banyak
tidak beraturan menurut sifat sifat
tertentu (sesuai dengan konsepnya
Membangun Mempertimbangkan Siswa mampu mempertimbangkan
keterampilan dasar apakah sumber dapat penggunaan prosedur atau rumus
dipercaya atau tidak yang tepat
Siswa mampu mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang tepat
pada luas persegi panjang
Siswa mampu mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang tepat
pada keliling persegi panjang
Menyimpulkan Membuat dan Disajikan sebuah pernyataan yang
menentukan hasil diasumsikan kepada siswa untuk
pertimbangan menentukan hasil berdasarkan
penerapan fakta
Menginduksi dan Disajikan sebuah gambar yang
mempertimbangkan diasumsikan kepada siswa untuk
hasil induksi menentukan hasil berdasarkan
penerapan fakta
Disajikan sebuah pernyataan yang
diasumsikan kepada siswa untuk
merancang sebuah gambar
berdasarkan penerapan fakta
Mengatur strategi dan Menentukan suatu Disajikan sebuah gambar bagun
taktik tindakan datar, siswa dapat merumuskan
penerapan strategi logikanya
Disajikan sebuah
masalah/problem, siswa dapat
mengamati dan merusmuskan
strategi logikanya pada luas bangun
datar
Disajikan sebuah
masalah/problem, Siswa dapat
mengamati dan merusmuskan
strategi logikanya pada keliling
bangun datar
Memberikan Mendefinisikan Disajikan sebuah gambar bagun
penjelasan lanjut istilah dan datar, Siswa dapat membuat bentuk
mempertimbangkan definisi dengan memberikan
suatu definisi penjelasan lanjut
Disajikan sebuah pertanyaan,
Siswa dapat membuat bentuk
definisi dengan memberikan
penjelasan lanjut

3) Develop (Pengembangan)
Pada tahap pengembangan kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk
memperolah atau mengahasilkan istrumen tes yang sesuai dengan standar tes yang
baik. Pada tahap ini juga dilakukan pengecekan butir tes yang dilakukan oleh ahli
untuk mengetahui tingkat validasi dan reliabilitas tes yang telah dikembangakan.
Selanjutnya, instrumen hasil pengembangan tersebut divalidasi oleh para ahli.
Istrumen yang digunakan dalam pengembangan ini adalah lembar observasi untuk
mengumpulkan data hasil review dari ahli baik dari segi aspek kelayakan isi,
kontruksi dan Bahasa. Setelah divalidasi oleh Ahli instrument juga di validasi
konstruk menggunakan Rasch model.
Validasi instrumen dilakukan oleh 3 Dosen Matematika dan Pendidikan
dasar yang sudah bergelar doktor yaitu Ibu Dr. Nur Amaliyah, M. Pd, Bapak Dr.
Joko Subagyo serta bapak Dr. Ishaq Nurudin. Hasil Validasi dari ketiga ahli materi
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil validasi instrumen Expert Justment
Aspek Rata-rata Prosentase Kategori
Kelayakan Isi 3.27 82% Sangat Layak
Konstruk 3.38 84% Sangat Layak
Bahasa 3.47 87% Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.3 instrumen kemampuan berpikir kritis semua aspek


kelayakan isi memiliki nilai rata-rata sebesar 3.27 dengan prosentase 82% dan
berkategori “Sangat layak”. Pada aspek Konstruk instrument memiliki nilai rata-
rata sebesar 3.38 dan persentase 84% dengan kategori “sangat layak” dan pada
aspek Bahasa instrumen memiliki kategori layah. Sehingga Instrumen sangat layak
digunakan.
Hasil Validitas dan Reliabilitas hasil dari perhitungan dengan Rasch Model
Pemodelan Rasch pada penelitian dilakukan dengan bantuan Software
Winsteps 4.4.3 untuk menganalisa data dalam rangka menguji validitas dan
reliabilitas instrumen. Model Rasch mempertimbangkan kemampuan dari
responden dalam menjawab setiap item atau pertanyaan serta tingkat kesulitan dari
item itu sendiri (Rasch, 1980). Dengan adanya analisa kecocokan item (item fit)
dapat dievaluasi apakah item dalam instrumen dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sebaliknya jika item tersebut tidak cocok (misfit) maka
dikatakan bahwa item tersebut mengukur konstruk diluar instrumen sehingga harus
dilakukan revisi atau eliminasi terhadap item (Smith, 1992). Berdasarkan Wright
and Stone (1979).
1. Reliabilitas dan Item Pemisahan Responden
Berdasarkan pendekatan model pengukuran Rasch, reabilitas diterima
dengan Cronbach's Alpha antara 0,71 – 0,99 dengan tingkat yang terbaik (71%
-99%). Temuan dari studi menemukan bahwa keandalan yang diperoleh
berdasarkan Cronbach Alpha adalah 0,98. Jadi, nilai ini menunjukkan instrument
yang digunakan berada dalam kondisi sangat baik dan efektif dengan tingkat
konsistensi yang tinggi sehingga dapat digunakan dalam penelitian yang
sebenarnya.
Person RAW SCORE-TO-MEASURE CORRELATION = .98
CRONBACH ALPHA (KR-20) Person RAW SCORE "TEST" RELIABILITY = .70
SEM 3.48
Analisis dilakukan pada instrumen secara keseluruhan, yaitu reabilitas dan
pemisahan responden. Tabel 4.4 menunjukkan reabilitas dan pemisahan responden
di mana reabilitas responden adalah 0,72, sedangkan pemisahan responden adalah
1,62 ketika dibulatkan sama dengan 2,0. Berdasarkan keandalan responden, nilai
0,72 menunjukkan berada dalam kondisi baik dan dapat diterima (Bond & Ford,
2007). Sedangkan pemisahan item adalah 1,62 jika dibulatkan sama dengan 2,0 dan
nilai ini masih dapat digunakan karena itu menunjukkan bahwa seluruh item dibagi
menjadi 2 tingkat pengukuran. Menurut Linacre (2007), indeks pemisahan lebih
baik ketika nilainya lebih dari nilai 2.0
Tabel 4.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Responden

Disamping validitas dan reliabilitas responden dalam menjawab


pertanyaan, Soal juga dapat dianalisis dari tiap item yang akan diukur. Berikut
hasil reliabilitas dari item soal.
Tabel 4.5 Hasil ReliabilitasItem Soal

Tabel 4.5 menunjukkan reabilitas item adalah 0,99, sedangkan pemisahan


item adalah 9,70. Ini menunjukkan bahwa item tersebut keandalannya sangat
tinggi dan sangat baik. Ini karena Bond dan Berdasarkan keandalan item, nilai
0,99 menunjukkan berada dalam kondisi sangat baik dan dapat diterima (Bond &
Ford, 2007). Sedangkan pemisahan item adalah 9,70 dan nilai ini masih bisa
digunakan karena menunjukkan bahwa seluruh item.

3.2. Item Pengukuran Konstruk


Item pengukuran konstruk ini dapat dilihat dari the infit and outfit Mean
Square (MNSQ). Menurut Bond and Fox (2007), the outfit and infit MNSQ harus
berada dikisaran 0.5 sampai 1.5 untuk memastikan item cocok untuk mengukur
konstruk. Tetapi the outfit index MNSQ untuk menentukan kesesuaian item yang
mengukur konstruk atau variabel laten (Kashfi Mohd. Jailani 2011).

Jika the infit atau outfit MNSQ nilai kurang dari 0,5 digit, ditunjukkan item
yang terlalu mudah untuk diantisipasi (Linacre, 2007). Dan titik korelasi berarti
harus berada dalam kisaran 0,4 - 0,85 tidak menunjukkan adanya masalah sebaran
(Sumintono, 2015). Selain itu, that the outfit and infit ZSTD nilai berada diantara
2 sampai +2 (Bond & Fox, 2007). Tetapi jika the outfit and infit MNSQ diterima,
indeks ZSTD dapat diabaikan (Linacre, 2007 dan Bond, Trevor G, & Fox,
Christine M., 2007). Menerapkan Model Rasch: Pengukuran Fundamental dalam
Ilmu Manusia.
Tabel 4.6 Skala tidak cocokan item

Tabel 4.6 Menunjukkan bahwa ada 3 item yang berada diluar range karena
telah melebihi nilai batas infit dan out fit MNSQ (> 1.5) yaitu E3 dan batas infit
dan outfit ZSTD (> 2) yaitu E3, E1 dan E2). Item E3 memiliki Infit MNSQ sebesar
1.75 (> 1.5) dan oufit MNSQ 1.57 (> 1.5) serta nilai infit dan outfit ZSTD yang
diperoleh juga besar yaitu infit ZSTD sebesar 7.41 (> 2) dan outfit ZSTD sebesar
5.53 (> 2). Item E1 memiliki nilai infit ZSTD sebesar 2.57 (> 2) dan outfit ZSTD
sebesar 4.06 (> 2) namun nilai infit dan outfit MNSQ dapat diterima yaitu infit
MNSQ 1.20 (< 1.5) dan outfit MNSQ sebesar 1.37 (< 1.5). Selanjutnya Item E2
memiliki nilai infit ZSTD sebesar 4.03 (> 2) dan outfit ZSTD sebesar 2.73 (> 2)
namun nilai infit dan outfit MNSQ dapat diterima yaitu nilai infit MNSQ sebesar
1.34 (< 1.5) dan outfit MNSQ sebesar 1.25 (< 1.5). Dengan demikian ada satu item
yang benar-benar berada diluar range adalah E1. Maka item E1 perlu direvisi atau
dieliminasi dari daftar item dalam instrumen penelitian.
3.3 Item Polaritas Nilai PTMEA CORR
Pemeriksaan Point Measure Correlation (CORR PTMEA) untuk
mendeteksi item polaritas dimaksudkan untuk menguji sejauh mana konstruksi
konstruksi untuk mencapai tujuannya. Jika nilai yang terkandung dalam PTMEA
CORR adalah positif (+), itu menunjukkan item mengukur konstruk yang akan
diukur (Bond & Ford, 2007). Sebaliknya jika nilainya negatif (-), item tersebut
tidak dikembangkan untuk mengukur konstruk yang akan diukur. Dengan
demikian perlu ditingkatkan atau dijatuhkan karena item tidak mengarah pada
pertanyaan (tidak fokus) atau sulit dijawab oleh responden.

Tabel 4.7 Item Kolaritas Berdasarkan Item Titik

Masukkan Total Total Mengukur Point Item


Nomor Score Perhitungan Mengukur
Corr

8 626 269 0.73 0.56 E8


3 793 269 0.40 0.56 E3
7 704 269 0.22 0.61 E7
6 1205 269 0.22 0.65 E6
2 910 269 0.18 0.60 E2
1 692 269 -0.04 0.27 E1
5 690 269 -0.34 0.69 E5
4 515 269 -1.36 0.62 E4
Berdasarkan tabel 4.7 dapat ditunjukkan bahwa untuk setiap item E1 sampai
dengan E8 mempunyai nilai Point Measure Correlation yang positif. Dengan
demikian tidak ada item dalam instrument yang dibuang karena telah memenuhi
persyratan minimum (PTMEA CORR > 0). Selain itu Nilai login item (Measure)
yakni item E8 sebesar 0.73 menunjukkan item yang paling sulit untuk dijawab
responden. Sedangkan item E4 sebesar -1,36 menunjukkan item paling mudah
untuk disetujui responden. Hasil penelitian menunjukkan seluruh item memiliki
nilai Point Measure correlation yang tinggi yang mengindikasikan bahwa item
dapat membedakan kemampuan dari responden.
Hasil Validaitas dan Reliabilitas Instrumen kemampuan berpikir kritis pada
materi Geometri diUjikan kepada 30 Siswa
1. Person Reliability
Tabel 4.8 Measured Person
SUMMARY OF 30 MEASURED PERSON
-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE S.E. MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 44.6 15.0 .41 .22 1.08 .00 1.09 .12 |
| SEM 2.7 .0 .12 .01 .12 .24 .11 .22 |
| P.SD 14.5 .0 .67 .04 .67 1.30 .60 1.20 |
| S.SD 14.7 .0 .68 .04 .68 1.32 .61 1.22 |
| MAX. 65.0 15.0 1.37 .37 3.85 3.36 3.18 3.04 |
| MIN. 9.0 15.0 -1.62 .19 .31 -2.07 .35 -1.97 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .27 TRUE SD .61 SEPARATION 2.30 PERSON RELIABILITY .84 |
|MODEL RMSE .22 TRUE SD .63 SEPARATION 2.83 PERSON RELIABILITY .89 |
| S.E. OF PERSON MEAN = .12 |
-------------------------------------------------------------------------------
PERSON RAW SCORE-TO-MEASURE CORRELATION = .99
CRONBACH ALPHA (KR-20) PERSON RAW SCORE "TEST" RELIABILITY = .88 SEM = 4.94

Tabel 4.8 measure person memberikan informasi mengukur pola jawab


responden didapat dengan cara melihat nilai Infit MNSQ adalah 1,08 dan Outfit
MNSQ 1.09 (yang expektasinya adalah 1,0), hal ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan pola jawaban respon pada instrument adalah bagus karena mendekati
1,00. Sedangkan untuk nilai Infit ZSTD adalah 0,00 dan Outfit Z-STD adalah 0,12
(expektasinya adalah 0,0), dalam hal ini juga menunjukkan bahwa secara
keseluruhan pola jawaban responden punya kesesuaian dengan Rasch model yaitu
mendekati nilai 0,00. Nilai separation pada person adalah 2.30 jika dibulatkan sama
dengan 2.0 dan nilai ini masih dapat digunakan karena menunjukkan bahwa
keseluruhan item dibagi menjadi 2.0 tingkat pengukuran“. Menurut Linacre (2003),
indeks pemisahan lebih baik ketika nilainya lebih dari nilai 2.0.
Nilai reliabilitas responden secara keseluruhan juga termasuk kategori bagus
sebesar 0,84 yang berarti Jadi nilai ini menunjukkan instrumen yang digunakan
dalam kondisi sangat baik dan efektif dengan tingkat konsistensi yang tinggi
sehingga dapat digunakan dalam penelitian yang sebenarnya. Cronbach's Alpha
berada di antara 0,71- 0,99 dimana berada pada level terbaik (71% - 99%).
2. Item Reliability
Tabel 4.9 Measured Item
SUMMARY OF 15 MEASURED ITEM
-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE S.E. MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 89.3 30.0 .00 .15 1.05 -.12 1.09 .03 |
| SEM 5.2 .0 .12 .00 .13 .52 .14 .45 |
| P.SD 19.4 .0 .45 .01 .48 1.96 .52 1.69 |
| S.SD 20.1 .0 .46 .02 .50 2.03 .53 1.74 |
| MAX. 123.0 30.0 .55 .19 1.95 3.17 2.20 3.17 |
| MIN. 64.0 30.0 -.83 .14 .38 -3.58 .42 -2.89 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .17 TRUE SD .41 SEPARATION 2.40 ITEM RELIABILITY .85 |
|MODEL RMSE .15 TRUE SD .42 SEPARATION 2.75 ITEM RELIABILITY .88 |
| S.E. OF ITEM MEAN = .12 |
-------------------------------------------------------------------------------
ITEM RAW SCORE-TO-MEASURE CORRELATION = -1.00
Global statistics: please see Table 44.
UMEAN=.0000 USCALE=1.0000

Tabel 4.9 measure item memberikan informasi mengukur pola jawab


responden didapat dengan cara melihat nilai Infit MNSQ adalah 1,05 dan Outfit
MNSQ 1.09 (yang expektasinya adalah 1,0), hal ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan pola jawaban respon pada instrument adalah bagus karena mendekati
1,00. Sedangkan untuk nilai Infit ZSTD adalah -0,12 dan Outfit Z-STD adalah 0,03
(expektasinya adalah 0,00), dalam hal ini juga menunjukkan bahwa secara
keseluruhan pola jawaban responden punya kesesuaian dengan Rasch model yaitu
mendekati nilai 0,00. Nilai separation pada person adalah 2.40 jika dibulatkan sama
dengan 2.0 dan nilai ini masih dapat digunakan karena menunjukkan bahwa
keseluruhan item dibagi menjadi 2.0 tingkat pengukuran“. Menurut Linacre (2003),
indeks pemisahan lebih baik ketika nilainya lebih dari nilai 2.0.
Nilai reliabilitas responden secara keseluruhan juga termasuk kategori bagus
sebesar 0,85 yang berarti Jadi nilai ini menunjukkan instrumen yang digunakan
dalam kondisi sangat baik dan efektif dengan tingkat konsistensi yang tinggi
sehingga dapat digunakan dalam penelitian yang sebenarnya. Cronbach's Alpha
berada di antara 0,71- 0,99 dimana berada pada level terbaik (71% - 99%).
3. Item Fit Order
Cara mengetahui item yang tidak fit atau misfit sama dengan cara
mengetahui person misfit, yaitu dapat diketahui dengan melihat nilai Outfit Means
Square (MNSQ) dengan kriteria 0.5 < MNSQ < 1,5. Jika tidak memenuhi dapat
dinyatakan bahwa indikasi item misfit atau tidak valid. Jika infit atau outfit MNSQ
lebih dari 1,5 logit, maka memberikan arti item yang membingungkan. Jika nilai
MNSQ kurang dari 0,5 logit, hal ini menunjukkan bahwa item tersebut terlalu
mudah diantisipasi oleh responden. Poin berarti korelasi yang seharusnya berada
pada kisaran 0,4 hingga 0,85 tidak menunjukkan adanya masalah distribusi. Selain
itu, nilai ZSTD outfit dan infit juga harus berkisar antara -2 hingga +2 . Namun, jika
infit dan outfit MNSQ diterima, indeks ZSTD dapat diabaikan.
Tabel 4.10
ITEM STATISTICS: MISFIT ORDER
----------------------------------------------------------------------------------------
---
|ENTRY TOTAL TOTAL MODEL| INFIT | OUTFIT |PTMEASUR-AL|EXACT MATCH|
|
|NUMBER SCORE COUNT MEASURE S.E. |MNSQ ZSTD|MNSQ ZSTD|CORR. EXP.| OBS% EXP%|
ITEM |
|------------------------------------+----------+----------+-----------+-----------+----
---|
| 2 119 30 -.70 .18|1.76 2.18|2.20 2.54|A .26 .64| 30.0 42.6| E2
|
| 3 98 30 -.16 .15|1.95 3.17|2.10 3.17|B .36 .64| 20.0 27.0| E3
|
| 6 87 30 .08 .14|1.56 2.14|1.43 1.59|C .55 .63| 20.0 25.6| E6
|
| 10 71 30 .41 .14|1.52 2.06|1.50 1.83|D .54 .59| 30.0 29.9| E10
|
| 4 123 30 -.83 .19|1.43 1.30|1.33 .87|E .63 .63| 40.0 46.7| E4
|
| 7 119 30 -.70 .18|1.21 .77| .90 -.15|F .71 .64| 30.0 42.6| E7
|
| 13 111 30 -.47 .16|1.21 .81| .94 -.09|G .79 .65| 30.0 33.7| E13
|
| 1 78 30 .26 .14| .65 -1.68|1.17 .72|H .38 .61| 30.0 27.3| E1
|
| 5 80 30 .22 .14| .75 -1.13| .85 -.56|g .62 .61| 33.3 26.0| E5
|
| 9 69 30 .45 .14| .73 -1.22| .83 -.63|f .61 .58| 36.7 30.0| E9
|
| 8 89 30 .04 .14| .80 -.84| .78 -.87|e .68 .63| 36.7 24.6| E8
|
| 15 85 30 .12 .14| .74 -1.15| .71 -1.22|d .78 .62| 26.7 25.3| E15
|
| 14 78 30 .26 .14| .52 -2.53| .58 -1.92|c .72 .61| 30.0 27.3| E14
|
| 12 64 30 .55 .14| .57 -2.15| .56 -1.98|b .75 .57| 43.3 30.8| E12
|
| 11 68 30 .47 .14| .38 -3.58| .42 -2.89|a .81 .58| 36.7 29.9| E11
|
|------------------------------------+----------+----------+-----------+-----------+----
---|
| MEAN 89.3 30.0 .00 .15|1.05 -.1|1.09 .0| | 31.6 31.3|
|
| P.SD 19.4 .0 .45 .01| .48 2.0| .52 1.7| | 6.3 6.8|
|
----------------------------------------------------------------------------------------
---

Berdasarkan tabel 4.10 Item Misfit Order di bawah terdapat 3 item yang
misfit, yaitu item E2, E3 yang skor outfit means square (MNSQ) lebih dari 1,5 dan
skor outfit z-standar kurang dari 2. sedangkan E10 yang skor outfit means square
(MNSQ) kurang dari 1,5 dan skor outfit z-standar lebih dari -2 . sisanya sebanyak
12 item termasuk kategori fit.
4. Polaritas Item dengan PTMEA Correlation Value
Pemeriksaan Korelasi Point Measure (CORR PTMEA) bertujuan untuk
mendeteksi polaritas item dimaksudkan untuk menguji sejauh mana konstruksi
konstruk mencapai tujuannya. “Jika nilai yang terdapat pada PTMEA CORR adalah
positif (+), hal ini menunjukkan item mengukur konstruksi yang akan diukur“.
Sebaliknya, jika nilainya negatif (-), item tersebut tidak dikembangkan ke
mengukur konstruk yang akan diukur. Sehingga perlu ditingkatkan atau diturunkan
karenaitem tidak mengarah ke pertanyaan (tidak fokus) atau sulit dijawab oleh
responden.
Tabel 4.11
Item Statistics: Correlation Order

----------------------------------------------------------------------------------------
----
|ENTRY TOTAL TOTAL MODEL| INFIT | OUTFIT |PTMEASUR-AL|EXACT MATCH|
|
|NUMBER SCORE COUNT MEASURE S.E. |MNSQ ZSTD|MNSQ ZSTD|CORR. EXP.| OBS% EXP%|
ITEM |
|------------------------------------+----------+----------+-----------+-----------+----
---|
| 2 119 30 -.70 .18|1.76 2.18|2.20 2.54| .26 .64| 30.0 42.6| E2
|
| 3 98 30 -.16 .15|1.95 3.17|2.10 3.17| .36 .64| 20.0 27.0| E3
|
| 1 78 30 .26 .14| .65 -1.68|1.17 .72| .38 .61| 30.0 27.3| E1
|
| 10 71 30 .41 .14|1.52 2.06|1.50 1.83| .54 .59| 30.0 29.9| E10
|
| 6 87 30 .08 .14|1.56 2.14|1.43 1.59| .55 .63| 20.0 25.6| E6
|
| 9 69 30 .45 .14| .73 -1.22| .83 -.63| .61 .58| 36.7 30.0| E9
|
| 5 80 30 .22 .14| .75 -1.13| .85 -.56| .62 .61| 33.3 26.0| E5
|
| 4 123 30 -.83 .19|1.43 1.30|1.33 .87| .63 .63| 40.0 46.7| E4
|
| 8 89 30 .04 .14| .80 -.84| .78 -.87| .68 .63| 36.7 24.6| E8
|
| 7 119 30 -.70 .18|1.21 .77| .90 -.15| .71 .64| 30.0 42.6| E7
|
| 14 78 30 .26 .14| .52 -2.53| .58 -1.92| .72 .61| 30.0 27.3| E14
|
| 12 64 30 .55 .14| .57 -2.15| .56 -1.98| .75 .57| 43.3 30.8| E12
|
| 15 85 30 .12 .14| .74 -1.15| .71 -1.22| .78 .62| 26.7 25.3| E15
|
| 13 111 30 -.47 .16|1.21 .81| .94 -.09| .79 .65| 30.0 33.7| E13
|
| 11 68 30 .47 .14| .38 -3.58| .42 -2.89| .81 .58| 36.7 29.9| E11
|
|------------------------------------+----------+----------+-----------+-----------+----
---|
| MEAN 89.3 30.0 .00 .15|1.05 -.1|1.09 .0| | 31.6 31.3|
|
| P.SD 19.4 .0 .45 .01| .48 2.0| .52 1.7| | 6.3 6.8|
|
----------------------------------------------------------------------------------------
----

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa untuk setiap item E1 sampai


E8 memiliki Point Measure yang positif. Dengan demikian, tidak ada item dalam
instrumen yang dibuang karena memenuhi persyaratan minimum (PTMEA CORR
> 0)“. Selain itu, nilai login item (Ukur) yaitu butir E12 sebesar 0,55 menunjukkan
butir yang paling sulit bagi responden untuk menjawab. Sedangkan item E4 adalah
-0,83 menunjukkan item yang paling mudah disetujui oleh responden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua item memiliki nilai korelasi Point Measure
yang tinggi yang ditunjukkan item tersebut dapat membedakan kemampuan
responden.

4.2 Pembahasan

Penyusunan pengembangan instrumen kemampuan berpikir kritis telah


dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan sehingga menghasilkan
instrument dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
sekolah dasar pada materi bilangan dan geometri. Proses pengembangan tes
kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dengan model 3P dibagi menjadi 3
tahap yaitu, 1) tahap pendefinisian, yaitu pada tahap ini dilakukan pengumpulan
reverensi sesuai dengan variabel yang dikembangkan yakni tentang penelitian
pengembangan, tes kemampuan berpikir kritis siswa. Dari referensi-referensi
kemampuan berpikir kritis didapatkan beberapa teori yang telah ditemukan oleh
ahli-ahli yang berkaitan dengan pengembangan ini. Salah satunya teori dari Robert
H. Ennis. 2) tahap perancangan. Tahapan ini bertujuan untuk merancang sebuah
instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi. Instrumen tes yang akan
dirancang terdiri dari kisi-kisi, soal tes berupa uraian, kriteria jawaban, dan
pedoman penilaian. pada tahap ini merupakan bagian mendesain/merancang bentuk
soal berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran. 3) tahap pengembangan. Tahap
development bertujuan untuk menghasilkan perangkat tes yang valid berdasarkan
penilaian ahli yaitu ahli evaluasi, dan materi dengan menggunakan instrumen
berupa lembar validasi. Satu tahap belum terlaksana yaitu pada tahap desseminasi.

Instrumen kemampuan berpikir kritis matematika sekolah dasar sudah


dinyatakan layak digunakan baik instrument kemampuan berpikir kritis pada
materi bilangan dan materi geometri. Dari penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat proses khas dari instrumen pengukuran
kemampuan berpikir kritis pada materi bilangan di kelas V menggunakan Rasch
model. Analisis dengan Rasch model memberikan informasi yang lebih
komprehensif dan mendalam pengujian responden, item soal secara bersamaan
dan akurat. Ditemukan reabilitas untuk Cronbach Alpha is 0.98. Jadi nilai
instrument sangat bagus dan efektif untuk dilevel tertinggi konsisten. vALIDITAS
item adalah 0,99, sedangkan pemisahan item adalah 9,70 dan nilai ini masih
dapat digunakan karena menunjukkan bahwa seluruh item. responden adalah
0,72, sedangkan pemisahan responden adalah 1,62 ketika dibulatkan sama dengan
2,0 72 menunjukkan dalam kondisi baik dan dapat diterima. Hasil penelitian
menunjukkan seluruh item memiliki nilai Point Measure correlation yang tinggi
yang mengindikasikan bahwa item dapat membedakan kemampuan dari
responden. Kesimpulannya bahwa instrument kemampuan berpikir kritis yang
sudah dikembangkan dapat digunakan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1) Instrumen kemampuan berpikir kritis dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika pada materi bilangan dan geometri
2) Terdapat proses khas dari instrumen pengukuran kemampuan berpikir kritis
pada materi bilangan dan geometri dengan menggunakan Rasch model.
Analisis dengan Rasch model memberikan informasi yang lebih
komprehensif dan mendalam pengujian responden, item soal secara
bersamaan dan akurat.
3) Instrumen yang dikembangkan sudah layak, valid dan reliabel

5.2 Saran
1) Instrumen kemampuan berpikir yang dikembangkan masih terpisah antara
materi pelajaran bilangan dengan geometri maka perlu dibuat instrumen
kemampuan berpikir kritis matematika yang terpadu antara bilangan,
geometri dan pengukuran sesuai dengan mata pelajaran di sekolah dasar
2) Penggunaan Analisis untuk uji validasi dengan menggunakan rasch model
sangat tepat dan lebih terperinci, maka disarankan untuk terus
dikembangkan untuk uji kemampuan yang lain
BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI

Jurnal

IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal JPD (Jurnal Pendidikan Dasar)
2 Website Jurnal http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpd/issue/view
/1338
3 Status Makalah Publish
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi Sinta 4
4 Tanggal Submit 31 Januari 2021
5 Bukti Screenshot submit

Pemakalah di seminar

IDENTITAS SEMINAR
1 Nama Jurnal EAI
2 Website Jurnal https://eudl.eu/proceedings/ICEMS/2019?articles_pag
e=2
3 Status Makalah Publish
4 Jenis Prosiding Prosiding International
4 Tanggal Submit
5 Bukti Screenshot submit

Pemakalah di seminar
DAFTAR PUSTAKA
Angelo, Thomas A. & Cross Patricia. (1993). Classroom Assessment Techniques:
A Handbook for College Teachers, 2nd editions.
Bond, T.G., & Fox, C.M.(2007). Applying The Rasch Model: Fundamental
Measurement in the Human Sciences, 2nd Edition. Lawrence Erlbaum
Associates, Publisers. Mahwah, New Jersey. London
Christo Kriel. (2013). Creating a disposition for critical thinking in the mathematics
classroom (pp. 67–75). The Biennial Conference of the South African
Society for Engineering Education.
Egok, A.S. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar
Dengan
Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(2), 186-198.
Ennis, R.H. (1985). A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill. USA:
University of IIionois.
Facione, P. a. (2011). Critical Thinking : What It Is and Why It Counts. Insight
Assessment, (ISBN 13: 978-1-891557-07-1.), 1–28. Retrieved from
https://www.insightassessment.com/CT-Resources/Teaching-For-and-
About-Critical-Thinking/Critical-Thinking-What-It-Is-and-Why-It-
Counts/Critical-Thinking-What-It-Is-and-Why-It-Counts-PDF
Filsaime. D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya
Hidayati, A. U. (2017). Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam
Pembelajaran Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Dasar, 4 (2), 143-155.
Haryani, D. (2011). Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk
Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.
Hendriana, H., Rohaeti, E. E. & Sumarmo, U. (2017). Hard Skills and Soft
Skills Matematik Siswa. Jakarta: Refika Aditama.
Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar,
3(5),175–179. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Kowiyah. (2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Open Ended
Kowiyah1,. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 2(1), 27–34. Retrieved from
http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd/article/view/48
Lambertus. (2009). Pentingnya melatih Keterampilan Berpikir Kritis
Dalam Pembelajaran Matematika di SD. Forim Kependidikan, 28 (2),
136-142
Linacre, J. M. (2007). A User’s Guide to WINDTEPS Rasch-Model
ComputerPrograms. Chicago, Illinois: MESA Press.
Linacre, J.M. (2010). User’s guide to Winsteps Ministep Rasch-Model Computer
Programs. http://www. winsteps.com/winman.
Ni Kt. Maha Putri Widiantari, I Md. Suarjana, N. K. (2016). ANALISIS
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ni. E-Journal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha, 4(2).
Pritananda, R., Yusmin, E. & Nursangaji, A. (2017). Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Pada Aspek Inference Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Teorema
Phytagoras. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 6 (9), 1-8.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/21708.
Sumintono, B,. & Widhiarso, W. (2013). Aplikasi Model Rasch Untuk Penelitian
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Tim Komunikata Publishing House.
Viera, R. M., Tenreiro-Viera, C., & Martin, I.P. (2011). Critical Thinking:
Conceptual Clarification and its Important in Science Education. Science
Education Inernational, 22(1):43-54.
Widiantari, Ni Kt. Maha Putri, Suarjana, I Md., Kusmariyatni, Nym.. (2016).
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV Dalam Pembelajaran
Matematika Ni. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 4(2).
Wijayanti, D.A.I., Pudjawan, K., & Margunayasa, I. G. (2015). Analisis Kemapuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V Dalam pembelajaran IPA Di 3 SD Gugus X
Kecamatan Buleleng. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha,
3(1).
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis

No Kompetensi Indikator Aspek yang di Buti Jumlah


nilai r soal soal

1 - Siswa mampu Menganalisis - Menguji 1 1


menguji masalah terbuka
yang berkaitan operasi
hitung campuran

- Siswa mampu
mengidentifikasi masalah
terbuka dengan berbagai - Mengidentifikas i 2 1
cara penyelesaian yang
berkaitan dengan operasi
hitung campuran

2 - Siswa mampu Mengevaluas - Mempertimban 3 1


mempertimbangkan i gkan
pemecahan masalah yang
berkaitan dengan operasi
hitung campuran

- Siswa mampu
menyimpulkan dari
masalah terbuka yang
diberikan.
- Menyimpulkan 4 1
3 - Siswa mampu Menarik - Mengkomunika 5 1
mengkomunikasikan Kesimpulan sikan data
data yang ada dengan
berbagai cara pendekatan

- Siswa mampu
menjelaskan kesimpulan - Menjelaskan
dari data yang telah Kesimpulan 6 1
diberikan
4 - Siswa mampu Penjelasan - Menuliskan 7 1
menuliskan hasil hasil
pemecahan masalah
dalam operasi hitung
campuran dengan
banyak cara
penyelesaian 1

- Siswa mampu - Menghadirkan 8


menghadirkan argumen argumen
dalam pemecahan
masalah berkaitan dengan
operasi hitung campuran
menggunakan berbagai
macam solusi

JUMLAH SOAL 8

50
INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TENTANG
MATERI BILANGAN

Kerjakan Soal dibawah ini dengan Teliti dan gunakan dengan berbagai
macam jawaban!

1. Arjuna memiliki kegemaran memanah dengan diberikan tiga anak panah oleh
orang tuanya. Target atau sasaran diberi skor sebagai berikut.
Berapa banyak kemungkinan jumlah
nilai yang dapat dikumpulkan Arjuna jika
10 2
5
lemparannya tepat dan tidak ada
yang meleset dari sasaran

2. Saat acara perpisahan, di halaman sekolah terpakir 37 mobil dan montor, jika
total jumlah roda ada 130 buah. Berapakah jumlah montor yang terpakir?
3. Pak Udin adalah tukang kayu khusus pembuat meja berkaki 3 dan meja berkaki
4. Pak Udin ingin membuat 20 meja dari kedua jenis tersebut dengan
menggunakan 75 kaki meja. Berapa banyak meja berkaki 3 dan berkaki 4 yang
dapat dibuat oleh Bapak Udin?
4. Dokter Ardian, dokter Dini dan dokter Bobi merupakan spesialisasi dibidang
penyakit Anak, penyakit Dalam, dan penyakit Bedah, dalam urutan acak.
Masing-masing huruf depan nama dokter tidak sama dengan huruf depan
spesialisasi mereka. Dokter Dini bukan dokter Anak. Tentukan spesialisasi
masing-masing dokter.

51
5.
Dari diagram diatas buatlah pernyataan yang dapat kamu sampaikan dari
jumlah penduduk baik di tahun 2007, 2008 dan 2009!

6. Dari soal no. 5 tadi. Kesimpulan apa yang dapat kamu buat berdasarkan
informasi diagram Jumlah Penduduk tersebut?

7. Indah mempunyai sebuah semangka yang akan


dibagikan kepada saudara kandungnya dengan sama
rata. Berapa bagian semangka yang akan diterima
oleh masing-masing saudaranya?

8.

52
Reni mempunyai uang Rp. 100.000,00 Yang terdiri dari lembaran Rp.
10.000,00 dan lembaran uang Rp. 5.000,00. Berapa banyak kemungkinan
lembaran uang yang dimiliki oleh Reni?

53
54
55
KISI KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI BANGUN DATAR
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : V
Kompetensi Dasar 1. Bangun segi banyak beraturan dan tidak
beraturan
: 2. Menjelaskan dan menentukan keliling
dan luas daerah persegi, persegi panjang,
trapesium dan segitiga.

No.
Indikator Sub Indikator Materi Indikator Soal Level Soal Jawaban
Soal

Memberikan Memfokuskan Bangun Disajikan sebuah C3 1. Gambar ini terdiri dari Trapesium sama kaki, 1
penjelasan pertanyaan segi gambar, peserta bangun apa saja? karena memiliki
sederhana banyak didik dapat Jelaskan! sepasang sisi yang sama
mengidentiifikasikan panjang
bangun datar
menurut sifat sifat Persegi, karena
tertentu (sesuai memiliki empat sisi
dengan konsepnya) yang sama panjang

Segitiga siku siku,


karena memiliki sudut
90 derajat

Luas Disajikan sebuah C5 2. Pak Udin ingin Kemungkinan panjang 2


Persegi masalah/problem, membuat sebuah taman dan lebar adalah
Panjang peserta didik dapat berbentuk persegi Panjang = 36 cm dan
panjang di halaman
menentukan kriteria lebar = 1 cm
depan rumahnya. Jika
untuk luas taman yang Panjang = 18 cm dan
mempertimbangkan diinginkan adalah 36 m2 lebar = 2 cm
kemungkinan , maka buatlah tiga Panjang = 12 cm dan
kemungkinan ukuran
jawaban lebar = 3 cm
panjang dan lebar
taman yang dapat Panjang = 9 cm dan
dibuat oleh pak Udin lebar = 4 cm
agar menghasilkan luas
yang diinginkan adalah
….
Menganalisis Bangun Disajikan sebuah C4 3. Pada gambar ini dapat a. Sisinya sama panjang 3
argumen segi gambar, peserta diketahui ciri-ciri dan sudutnya sama
banyak didik dapat bangun segibanyak besar
beraturan dan tidak b. Sisinya tidak sama
mengidentifikasi
beraturan adalah … panjang dansudutnya
kesimpulan bangun a. tidak sama besar
segi banyak tidak
beraturan menurut
sifat sifat tertentu
(sesuai dengan
konsepnya)
b.

Membangun Mempertimban Luas Disajikan soal C5 4. Luas segitiga siku-siku Luas segitiga = 30 cm 4
keterampilan gkan apakah segitiga kepada peserta didik adalah 30 cm 1
30 cm = 2×a×t
dasar sumber dapat siku-siku untuk Berapakah tinggi
1
segitiga jika alasnya 5 30 cm = 2×5×t
dipercaya atau mempertimbangkan
cm? 30 cm = 2,5 cm x t
tidak penggunaan
prosedur atau rumus 30 𝑐𝑚
t = 2,5 𝑐𝑚 = 12 cm
yang tepat

Luas Disajikan gambar C5 5. Jelaskan cara Menghitung luas 5


persegi kepada peserta didik menghitung luas persegi dengan rumus s
dan untuk bangun ini! x s kemudian
persegi mempertimbangkan dijumlahkan dengan
pajang penggunaan luas persegi panjang
prosedur yang tepat dengan rumus p x l

Keliling Disajikan gambar C5 6. Diketahui gambar Keliling kardus yang 6


bangun kepada peserta didik potongan kardus sisa akan diberi lem pada
datar untuk adalah seperti gambar pinggirnya
di bawah, maka
mempertimbangkan
hitunglah keliling = 20 cm + 16 cm + 16
penggunaan kardus yang akan diberi
prosedur yang tepat cm + 16 cm +16 cm +
lem pada pinggirannya!
20 cm

= 104 cm
Menyimpulkan Membuat dan Keliling Disajikan C5 7. Pekarangan Pak Edo Keliling persegi 7
menentukan persegi sebuah pernyataan berbentuk persegi panjang
hasil panjang yang diasumsikan panjang dengan ukuran = 2 × (p+l)
24 m x 18 m. Di
pertimbangan kepada peserta didik = 2 × (24+18)
sekeliling pekarangan
untuk menentukan akan dipasang tiang = 2 × 42
hasil berdasarkan lampu dengan jarak = 84
penerapan fakta antar tiang 3 m. Banyak Banyak lampu yang
tiang lampu yang dapat 84
dapat dipasang = =
dipasang adalah … 3
28 buah

Menginduksi Luas Disajikan sebuah C5 8. Pak Edo mempunyai Luas 8


dan segitiga gambar yang kebun berbentuk 1
= 2×a×t
mempertimban diasumsikan kepada gambar di bawah ini!
1
Jika taman tersebut = 2×11×12
gkan hasil peserta didik untuk
ingin ditanami rumput 132
induksi menentukan hasil dan biaya rumput =
2
berdasarkan permeter persegi adalah = 66 m2
penerapan fakta Rp250.000,00, maka Biaya yang harus
biaya yang harus dikeluarkan pak Ali
dikeluarkan pak Edo
= 66 × Rp250.000,00
adalah …
= Rp16.500.000,00
Bangun Disajikan C6 9. Pak Riki adalah seorang 9
datar sebuah pernyataan arsitek, ia ingin
yang diasumsikan membuat denah rumah Ruang tamu

Dapur
dengan ketentuan
kepada peserta didik Halaman
sebagai berikut :
untuk merancang a. luas ruang tamu 16
sebuah gambar cm dengan 4 sisi
berdasarkan yang sama
penerapan fakta b. diantara ruang tamu
terdapat dapur di
samping kanan dan
halaman di samping
kiri
c. dapur memiliki
panjang 3 cm dan
lebar 2,5 cm
d. sedangkan keliling
halaman adalah
setengah dari luas
ruang tamu

e. kemudian pak Riki


menambahkan garasi
berbentuk segitiga
siku siku yang sisinya
sama panjangnya
dengan panjang
halaman dan sisi
miringnya 3 cm, yang
berada tepat di depan
halaman dan
disamping kiri ruang
tamu
Gambarlah denah dari
petunjuk diatas dengan
tepat menggunakan
penggaris!

Mengatur Menentukan Luas Disajikan sebuah C6 10. Luas yang diarsir pada Luas segitiga 10
strategi dan suatu tindakan bangun gambar bagun datar, gambar berikut adalah 1
= 2×a×t
taktik segitiga peserta didik dapat ….
1
= 2×20×30
merumuskan
penerapan strategi = 300 cm2
logikanya

Luas Disajikan sebuah C6 11. Pak Beni mempunyai Luas tanah 11


gabunga masalah/problem, tanah berbentuk persegi =p×l
n bangun peserta didik dapat panjang. Sebagian tanah = 32 × 18
tersebut terkena proyek
datar mengamati dan = 576 m2
pelebaran jalan.
merusmuskan Sebagian lagi Luas tanah (pelebaran
strategi logikanya digunakan untuk jalan)
1
membuat rumah. Denah = 2×a×t
tanah Pak Beni yang 1
tersisa ditunjukkan = 2×2×32
seperti daerah yang = 32m2
diarsir pada gambar Luas tanah
berikut. Luas tanah Pak (membangun rumah)
Beni yang belum

16 m
digunakan adalah … =p×l
m2 . = 14 × 8
= 112 m2

2m

4m
Luas tanah yang tersisa
= 576 – 112 – 32

14 m
= 432 m2

24 m 8m

Luas Disajikan sebuah C6 12. Pak Salam tinggal di Garasi berbentuk 12


keliling masalah/problem, rumah unit Jakarta segitiga sama sisi
gabunga peserta didik dapat ketentuan sebagai dengan sisi sama
berikut :
n bangun mengamati dan panjang dengan sisi
a. Luas ruang tamu 16
datar merusmuskan halaman = 2 cm
cm dengan 4 sisi
strategi logikanya
yang sama Luas garasi
b. Diantara ruang tamu
1
terdapat dapur di = 2×a×t
samping kanan dan 1
= 2 x 2 cm x 2 cm
halaman di samping
kiri = 2 cm
c. Dapur memiliki
panjang 3 cm dan lebar Keliling garasi
2,5 cm
=s+s+s
d. Sedangkan keliling
halaman adalah = 2 cm + 2 cm + 3 cm
setengah dari luas
ruang tamu = 7 cm
e. Kemudian pak Riki
menambahkan garasi
berbentuk segitiga siku
siku yang sisinya sama
panjangnya dengan
panjang halaman dan
sisi miringnya 3 cm,
yang berada tepat di
depan halaman dan
disamping kiri ruang
tamu.
Hitunglah luas dan
keliling garasi!

Luas Disajikan sebuah C5 13. Ilham akan memasang Luas ruang tamu 13
persegi masalah/problem, ubin dengan ukuran 5 L = 100 × 100
peserta didik dapat cm x 5 cm di ruang = 10.000 cm²
tamu. Jika ukuran ruang Luas ubin;
merusmuskan
tamu adalah 100 cm x L=5×5
strategi logikanya 100 cm. Jumlah ubin = 25 cm²
yang dibutuhkan Ketut Ubin yang dibutuhkan
adalah... = 10.000 ÷ 25
= 400 ubin.
Memberikan Mendefinisika Bangun Disajikan sebuah C3 14. Jelaskanlah macam a. Segitiga sama sisi 14
penjelasan n istilah datar gambar bagun datar, macam bangun segitiga katena semua sisinya
ini! sama panjang
lanjut danmempertim segi peserta didik dapat
bangkan suatu banyak membuat bentuk b. Segitiga siku siku
a. c. karena memiliki sudut
definisi beraturan definisi dengan
90 derajat
dan tidak memberikan c. Segitiga sembarang
beraturan penjelasan lanjut karena tiap sisi dan
sudutnya masing
masing berbeda
b. d. d. Segitiga sama kaki
karena memiliki dua
sisi dengan panjang
yang sama.
Disajikan sebuah C3 15. Mengapa persegi Karena persegi memiliki 15
pertanyaan, peserta dikatakan bangun datar sisi sisi yang sama
segi banyak beraturan panjang dan memiliki
didik dapat membuat sudut yang sama besar.
sedangkan trapesium
bentuk definisi Sedangkan, trapesium
dikatakan bangun datar dikatakan bangun datar
dengan memberikan segi banyak tidak
penjelasan lanjut segi banyak tidak
beraturan? Jelaskan! beraturan karena sisi
sisinya tidak memiliki
panjang yang sama dan
sudut sudutnya juga
berbeda
SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR. HAMKA
Tlp. 021-8416624, 87781809; Fax. 021-87781809; Email : [email protected]

LAPORAN KINERJA PENELITIAN

NIDN :0318048203

NAMA LENGKAP : KOWIYAH M.PD

FAKULTAS/PROGRAM STUDI :KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN/S1 PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR

JABATAN AKADEMIS :ASISTEN AHLI

PANGKAT/GOL RUANG :PANGKAT PENATA MUDA TINGKAT


I, III/B

JENIS LUARAN: PUBLIKASI JURNAL Jumlah: 7

No. Judul Penulis Publikasi Jurnal

1 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KOWIYAH M.PD JURNAL PENDIDIKAN DASAR


ISSN: P-ISSN 2086-7433 (CETAK) E-
ISNN 2549-5801
VOLUME: 3
NOMOR: 5
HALAMAN: 175 - 179
URL: HTTP://DOWNLOAD.PORTALGAR
UDA.ORG/ARTICLE.PHP?ARTICLE=201
158&VAL=6649&TITLE=KEMAMPUAN%
20BERPIKIR%20KRITIS

2 ASSESSING NUMBER SENSE KOWIYAH M.PD INTERNATIONAL EDUCATION


PERFORMANCE OF STUDIES
INDONESIAN ELEMENTARY ISSN: ISSN 1913-9020 E-ISSN
SCHOOL STUDENTS 1913-9039
VOLUME: 7
NOMOR: 8
HALAMAN: 74 - 84
URL: HTTP://WWW.CCSENET.ORG/JO
URNAL/INDEX.PHP/IES/ARTICLE/VIEW/
36659

3 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOWIYAH M.PD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR


BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM ISSN: ISSN CETAK: 2477-3859 ISSN
PEMECAHAN MASALAH ONLINE: 2477-3581
MATEMATIKA MELALUI VOLUME: 1
PENDEKATAN OPEN ENDED NOMOR: 2
HALAMAN: 27 - 36
URL: HTTP://JEIPD.ORG/INDEX.PHP/JE
IPD/ARTICLE/VIEW/47/35

4 THE EFFECT OF NON-ROUTINE DR. KHOERUL UMAM, M.PD JETL (JOURNAL OF EDUCATION,
GEOMETRY PROBLEM ON KOWIYAH M.PD TEACHING AND LEARNING)
ELEMENTARY STUDENTS ISSN: 2477-5924
BELIEF IN MATHEMATICS: A VOLUME: 3
CASE STUDY NOMOR: 1
HALAMAN: 94 - 98
URL: HTTP://JOURNAL.STKIPSINGKAW
ANG.AC.ID/INDEX.PHP/JETL/ARTICLE/
VIEW/552

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 27-08-2021 Halaman 1 dari 4


SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR. HAMKA
Tlp. 021-8416624, 87781809; Fax. 021-87781809; Email : [email protected]

5 CONCEPTUAL DR. KHOERUL UMAM, M.PD AL-JABAR: JURNAL PENDIDIKAN


UNDERSTANDING AND KOWIYAH M.PD MATEMATIKA
MATHEMATICAL IMA MULYAWATI M.PD ISSN: 2540-7562
REPRESENTATION ANALYSIS VOLUME: 10
OF REALISTIC MATHEMATICS NOMOR: 2
EDUCATION BASED ON HALAMAN: 201 - 210
PERSONALITY TYPES URL: HTTP://EJOURNAL.RADENINTAN.
AC.ID/INDEX.PHP/AL-JABAR/INDEX

6 THE DIFFERENCE OF STUDENT KOWIYAH M.PD JURNAIL INOVASI PENDIDIKAN


MATHEMATICAL CONCEPT DASAR (JIPD)
UNDERSTANDING ABILITY ISSN: 2477-3859
USING REALISTIC MATHEMATIC VOLUME: 3
EDUCATION AND PROBLEM NOMOR: 2
SOLVING APPROACHES HALAMAN: 59 - 64
URL: HTTPS://JIPD.UHAMKA.AC.ID/IND
EX.PHP/JIPD/ARTICLE/VIEW/68

7 VISUAL, AUDITORY, AND KOWIYAH M.PD DESIMAL : JURNAL MATEMATIKA


KINESTHETIC LEARNING ISSN: P-ISSN : 2613-9073, E-ISSN :
MODEL ON THE MATHEMATICS 2613-9081
PROBLEM SOLVING ABILITY VOLUME: 4
NOMOR: 1
HALAMAN: 13 - 20
URL: HTTP://EJOURNAL.RADENINTAN.
AC.ID/INDEX.PHP/DESIMAL/ARTICLE/V
IEW/7362/4052

JENIS LUARAN: BUKU/BAHAN AJAR Jumlah: 1

No. Judul Buku

1 KONSEP DASAR MATEMATIKA SD PENERBIT: RAJAWALI PERS


ISBN : 978-602-425-294-6
JML. HALAMAN :212

JENIS LUARAN: PEMAKALAH FORUM ILMIAH Jumlah: 4

No. Nama Dosen Judul Makalah Penyelenggara

1 THE INCREASE OF MATHEMATICS INSTITUSI : UNIVERSITAS


REASONING ABILITY USING MUHAMMADIYAH PURWOREJO
KOWIYAH M.PD PROBLEM POSING APPROACH;THE TGL. : 28/05/2016 - 28/05/2016
NIDN : 0318048203 ACTION RESEARCH IN STUDENT OF TEMPAT : UNIVERSITAS
STATUS : KETUA GRADE 4TH AT SDN 10 CIRACAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
JAKARTA TIMUR
FORUM : SEMINAR NASIONAL
MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA

2 AN ANALYSIS OF PRIMARY SCHOOL INSTITUSI : UNIVERSITAS


STUDENTS’ REPRESENTATIONAL MUHAMMADIYAH PROF. DR.
KOWIYAH M.PD ABILITY IN MATHEMATICS BASED ON HAMKA
NIDN : 0318048203 GENDER PERSPECTIVE TGL. : 17/11/2017 - 19/11/2017
STATUS : KETUA FORUM : INTERNATIONAL TEMPAT : UHAMKA
CONFERENCE OF EDUCATION ON
SCIENCE, TECHNOLOGY,
ENGINEERING AND MATHEMATICS

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 27-08-2021 Halaman 2 dari 4


SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR. HAMKA
Tlp. 021-8416624, 87781809; Fax. 021-87781809; Email : [email protected]

(ICE-STEM)

3 PERBEDAAN HASIL BELAJAR INSTITUSI : UNIVERSITAS


MATEMATIKA SISWA DENGAN MUHAMMADIYAH JAKARTA
KOWIYAH M.PD MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM TGL. : 24/03/2018 - 24/03/2018
NIDN : 0318048203 BASED LEARNING DAN MODEL TEMPAT : UNIVERSITAS
STATUS : KETUA EKSPOSITORI MUHAMMADIYAH JAKARTA
FORUM : SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN ERA REVOLUSI

SUPRIANSYAH M.PD
NIDN : 0303088302
STATUS : ANGGOTA

4 RASCH MODEL ANALYSIS OF INSTITUSI : UIN SYARIF


CRITICAL THINKING INSTRUMENTS HIDAYATULLAH JAKARTA
KOWIYAH M.PD FOR ELEMENTARY SCHOOL TGL. : 30/09/2019 - 01/10/2019
NIDN : 0318048203 FORUM : INTERNATIONAL TEMPAT : UIN JAKARTA
STATUS : KETUA CONFERENCE ON EDUCATION IN
MUSLIM SOCIETY (ICEMS)

JENIS LUARAN: HKI Jumlah: 0

No. Nama Dosen Judul HKI

JENIS LUARAN: LUARAN LAIN Jumlah:

No. Luaran Deskripsi Singkat

PENELITIAN MANDIRI Jumlah: 0

No. Tahun Judul Lokasi

PENELITIAN INTERNAL Jumlah:

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Jenis Penelitian Batch Penelitian

1 KETUA: KOWIYAH M.PD PENGEMBANGAN PENELITIAN BATCH 2 - 2020


INSTRUMEN KEMAMPUAN PENGEMBANGAN IPTEK
BERPIKIR KRITIS (PPI)
MATEMATIKA SISWA
SEKOLAH DASAR

2 KETUA: IMA MULYAWATI IMPLEMENTASI PENELITIAN AL – ISLAM BATCH 1 - 2018


M.PD PENERAPAN MEDIA DAN
PEMBELAJARAN DI KEMUHAMMADIYAHAN
ANGGOTA 1: SEKOLAH DASAR (PAIK)
SUPRIANSYAH M.PD MUHAMMADIYAH
JAKARTA TIMUR
ANGGOTA 2: KOWIYAH
M.PD

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 27-08-2021 Halaman 3 dari 4


SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR. HAMKA
Tlp. 021-8416624, 87781809; Fax. 021-87781809; Email : [email protected]

3 KETUA: KOWIYAH M.PD ANALISIS KEMAMPUAN PENELITIAN BATCH 1 - 2018


BERPIKIR KRITIS SISWA PENGEMBANGAN IPTEK
ANGGOTA 1: IMA SEKOLAH DASAR (PPI)
MULYAWATI M.PD

4 KETUA: KOWIYAH M.PD ANALISIS PEMAHAMAN PENELITIAN BATCH 1 - 2017


KONSEP DAN PENGEMBANGAN IPTEK
ANGGOTA 1: IMA REPRESENTASI (PPI)
MULYAWATI M.PD MATEMATIKA DALAM
PEMBELAJARAN RME
DITINJAU DARI TIPE
KEPRIBADIAN

5 KETUA: KOWIYAH M.PD ANALISIS REPRESENTASI PENELITIAN BATCH 1 - 2017


MATEMATIS TERHADAP PENGEMBANGAN IPTEK
ANGGOTA 1: IMA KEMAMPUAN (PPI)
MULYAWATI M.PD PEMECAHAN MASALAH
SEKOLAH DASAR
BERDASARKAN STUDI
GENDER

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi pelaporan kinerja penelitian dosen Universitas
Muhammadiyah Prof DR HAMKA.

Jakarta, 27 Agustus 2021


Pembuat Kinerja Penelitian

KOWIYAH M.PD

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 27-08-2021 Halaman 4 dari 4

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


JPD: Jurnal Pendidikan Dasar DOI: doi.org/10.21009/JPD.012.02
P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

IDENTIFIKASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


PEMBELAJARAN IPA DI SDN GUGUS 1 KECAMATAN DUREN
SAWIT

Ida Tri Wahyuni


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: [email protected]

Prima Mutia Sari


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: [email protected]

Kowiyah
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: [email protected]

Abstrack: This study aims to determine the identification of students’ critical thinking skills in
science learning at SDN Gugus 1 Duren Sawit District. This study used a quantitative descriptive
research method using survey method. The research population was SDN Gugus 1 Duren Sawit
District and the sample was SDN Duren Sawit 02, 10 and 14 Pagi. The sampling technique was
cluster random sampling. The data was collected by using critical thinking skills tests, interviews and
documentation. The results showed that the average of critical thinking skills in SDN Gugus 1
students Duren Sawit District was 35,14 in the moderate category. The average score of critical
thinking in SDN Duren Sawit 02 Pagi was 39,74 in the moderate category, SDN Duren Sawit 10 Pagi
was 34,91 in the low category, and SDN Duren Sawit 14 Pagi was 30,78 in the low category. The
highest furthemore indicator of critical thinking in SDN Gugus 1 Duren Sawit District, namely SDN
Duren Sawit 02 Pagi the average score was 39, 74 in the moderate category, SDN Duren Sawit 10
Pagi got an average score of 34,91 with the low category and SDN Duren Sawit 14 Pagi have an
average value of 30,78 in the low category, while the results of the study on the average of each
indicator show that the highest indicator in SDN Gugus 1 Duren Sawit District on the indicator
provides further explanation with an average score 38 and the lowest indicator in SDN Gugus 1 Duren
Sawit District on indicators og managing strategies and tactics with an average score of 31.

Keyword: critical thinking skills, science learning

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi keterampilan berpikir kritis siswa
pada pembelajaran IPA di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini
siswa-siswi SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit dan sampelnya adalah SDN Duren Sawit 02, 10
dan 14 Pagi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes keterampilan berpikir kritis, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis di SDN
Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit yaitu 35,14 dengan kategori sedang. SDN Duren Sawit 02 Pagi
didapatkan nilai rata-rata 39,74 dengan kategori sedang, SDN Duren Sawit 10 Pagi didapatkan nilai
rata-rata 34,91 dengan kategori rendah dan SDN Duren Sawit 14 Pagi didapatkan nilai rata-rata 30,78
dengan kategori rendah. Hasil penelitian terhadap rata-rata tiap indikator menunjukkan bahwa
indikator tertinggi di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit pada indikator memberikan penjelasan
lebih lanjut dengan skor rata-rata 38 dan indikator terendah di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit
pada indikator mengatur strategi dan taktik dengan skor rata-rata 31.

Kata kunci: Keterampilan berpikir kritis, pembelajaran IPA

12
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

PENDAHULUAN sangat penting yang harus di miliki siswa


Pembelajaran abad 21 mengalami pada abad 21 dan mampu mempengaruhi
perubahan proses pembelajaran yaitu dari hasil belajar setiap siswa. Berpikir kritis
pola mengajar menjadi pola belajar, merupakan Berpikir kritis adalah proses
dimana pembelajaran yang digunakan terstruktur yang memungkinkan siswa
sebelumnya menggunakan model untuk mengevaluasi masalah menurut
pembelajaran yang berpusat pada guru pendapat siswa itu sendiri, karena siswa
menjadi berpusat pada siswa, dalam hal ini dapat mengevaluasi suatu masalah
menjadikan guru bukan sebagai sumber berdasarkan pengalaman yang siswa
belajar namun sebagai fasilitator. Sekolah lakukan secara nyata (Safrina, Riswandi,
formal, pembelajaran sudah dituntut untuk & Sugiman, 2018).
menerapkan keterampilan 4C yaitu Berpikir kritis erat kaitannya
Critical Thinking (Keterampilan berpikir dengan pembelajaran IPA, karena
kritis), Communiaction (Komunikasi), pembelajaran IPA menuntut kerja ilmiah,
Collaboration (Kolaborasi), Creativity banyak percobaan disetiap pembelajaran,
(Kreativitas) (Sugiyarti & Arif, 2018). dan berhubungan juga dengan kehidupan
Keterampilan merupakan suatu sehari-hari. Pembelajaran IPA juga
keahlian seseorang dalam menyelesaikan merupakan suatu pengetahuan yang
tugas dengan cara melakukan latihan terus memiliki keterampilan menganalisis atau
menerus untuk mendapatkan pengalaman observasi untuk mempelajari alam semesta
dan keterampilan yang lebih baik (Erka, yang dapat terlihat dan tidak terlihat
2015). Keterampilan berpikir kritis adalah melalui metode ilmiah, dengan begitu
kemampuan siswa dalam menganalisis siswa dapat aktif dan kreatif dalam proses
suatu argumen, membuat kesimpulan belajar mengajar berlangsung (Mahpudin,
melalui penalaran siswa yang dimiliki, 2018). Pembelajaran IPA hendaknya
menilai dan mengevaluasi suatu masalah, ditekankan pada keterampilan berpikir
dan siswa mampu membuat keputusan dan kritis agar siswa dapat mempraktikan dan
mampu memecahkan suatu masalah yang menstransfer pemahamannya.
ada (Wahyuni, 2018). Berdasarkan hasil studi
Keterampilan berpikir kritis pendahuluan disalah satu SDN Gugus 1
seharusnya sering dilakukan di sekolah Kecamatan Duren Sawit dapat diketahui
melalui pembelajaran-pembelajaran yang bahwa belum ada data tentang
sudah ada khususnya pembelajaran IPA, keterampilan berpikir kritis siswa di SDN
karena keterampilan berpikir kritis siswa Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit. Hal ini

13
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

penting diketahui agar guru mengetahui Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi
hasil dari keterampilan berpikir kritis pada SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit
proses pembelajaran IPA, dengan begitu yang berjumlah 589. Teknik pengambilan
guru pun dapat terus menerus mengasah sampel yang digunakan pada penelitian ini
keterampilan berpikir kritis siswa di kelas. adalah cluster random sampling dengan
Mengasah keterampilan berpikir jumlah siswa-siswi 314 diantaranya di
kritis dapat memutuskan apa yang siswa SDN Duren Sawit 02, 10, dan 14 Pagi
ingin temukan dengan sendirinya, dapat Tahun Ajaran 2019-2020. Teknik
membantu siswa dalam kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan
menganalisis suatu masalah dan mencari menggunakan tes keterampilan berpikir
solusi untuk memecahkan suatu kritis yang menggunakan soal essay
permasalahan sehingga dapat membuat dengan jumlah soal 10 diberikan kepada
keputusan yang tepat. Siswa dikatakan siswa menggunakan tautan link google
sudah memiliki keterampilan berpikir from dengan bantuan oleh guru dan untuk
kritis, jika siswa sudah mampu menentukan skor keterampilan berpikir
menganalisis, menemukan suatu masalah kritis sebagai berikut:
yang sedang dihadapi, dan mampu 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
memecahkan jawaban melalui
pengumpulan informasi untuk pemecahan Menghitung nilai tiap indikator dengan
masalah sehingga dapat mengambil rumus:

kesimpulan yang tepat dan berguna. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙


𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Berpikir kritis salah satu point yang sangat
penting bagi pelajaran agar bermakna Tabel 1. Pedoman Konversi Rata-rata Skor
dan Kualifikasi Keterampilan Berpikir
sehingga pengalaman belajar beserta ilmu Kritis Ideal Skala Lima
yang dipelajarinya bisa melekat pada diri
Rentang Skor Kategori
siswa sesuai dengan kehidupan sehari-hari
55 - 75 Sangat tinggi
siswa. 45 – 55 Tinggi
35 – 45 Sedang
METODE 15 – 35 Rendah
Jenis penelitian yang digunakan 0 – 15 Sangat rendah
(Wijayanti, Pudjawan, & Margunayasa,
adalah penelitian deskriptif kuantitatif 2015).
dengan menggunakan metode survei yang
Selanjutnya wawancara guru kelas
mengungkapkan masalah-masalah yang
sebanyak 12 guru sesuai indikator yang
sesuai dengan keadaanya sebenarnya.
telah dibuat dengan bertatap langsung

14
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

maupun via chat whatsaap dan Sawit 14 Pagi memperoleh hasil mean
dokumentasi, teknik yang dilakukan sesuai 30,78 dengan kategori rendah.
dengan protokol kesehatan selama
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis.
pendemi covid19.
Hasil perhitungan rata-rata skor
HASIL PENELITIAN keterampilan berpikir kritis siswa SDN
Skor Rata-rata Keterampilan Berpikir Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit pada tiap
Kritis. indikator dapat dilihat pada diagram di
Keterampilan berpikir kritis yang bawah ini.
diukur dalam penelitian ini terdiri dari lima
indikator keterampilan berpikir kritis yaitu Gambar 1. Rata-Rata Skor Tiap
memberikan penjelasan sederhana, Indikator Keterampilan Berpikir
Kritis
membangun keterampilan dasar,
melakukan inferensi, memberikan
penjelasan lebih lanjut dan mengatur
strategi dan taktik. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh 10 soal keterampilan
berpikir kritis yang berbentuk essay yang
mencangkup indikator dan sub indikator
keterampilan berpikir kritis. Perhitungan
mean, median, modus, dan simpangan
baku tiap sekolah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2. Nilai Rata-rata SDN Gugus 1
Kecamatan Duren Sawit
Nama
Mean Me Mo SB
Sekolah
02 39,74 37,82 36,78 230,591
10 34,91 34,3 31,3 9,852
14 30,78 30,30 29,26 32,088
Berdasarkan tabel diatas terlihat di
lampiran bahwa siswa SDN Duren Sawit
02 Pagi memperoleh hasil mean 39,74
dengan kategori sedang, SDN Duren Sawit
10 Pagi memperoleh hasil mean 34,91
dengan kategori rendah dan SDN Duren

15
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Tabel 3. Hasil Keterampilan analisis tiap indikator keterampilan


Berikir Kritis Siswa
berpikir kritis pada pembelajaran IPA
Indikator Rata- Rata-rata
Sub Indikator Keterampilan Berpikir
Keterampilan
Kritis
Nama Sekolah Skor rata tiap Kategori siswa di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren
Berpikir Kritis Skor Indikator
SDN Duren Sawit 02 Pagi 27
Memfokuskan Masalah SDN Duren Sawit 10 Pagi 25 25 Sawit:
SDN Duren Sawit 14 Pagi 23
Memberikan
SDN Duren Sawit 02 Pagi 39
penjelasan sederhana
Menganalisis Argumen SDN Duren Sawitt 10 Pagi 38 37 33 Rendah
(elementary
clarification)
SDN Duren Sawit 14 Pagi 35 Memberikan Penjelasan Sederhana.
SDN Duren Sawit 02 Pagi 42
Bertanya dan menjawab pertanyaan
SDN Duren Sawit 10 Pagi 36 37
klarifikasi atau pertanyaan yang menantang
SDN Duren Sawit 14 Pagi 32
Mempertimbangkan kredibilitas suatu
SDN Duren Sawit 02 Pagi 44
SDN Duren Sawit 10 Pagi 40 39
Pada Indikator memberikan penjelasan
Membangun sumber
SDN Duren Sawit 14 Pagi 33
keterampilan dasar
(basic support) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil
SDN Duren Sawit 02 Pagi 29
35 Rendah
sederhana terdapat sub indikator
SDN Duren Sawit 10 Pagi 34 31
observasi
SDN Duren Sawit 14 Pagi 29
Membuat dedukasi dan mempertimbangkan SDN Duren Sawit 02 Pagi 33 memfokuskan masalah, menganalisis
hasil dedukasi atau membuat induksi dan SDN Duren Sawit 10 Pagi 27 28
Melakukan inferensi mempertimbangkan hasil induksi SDN Duren Sawit 14 Pagi 24
(inference) SDN Duren Sawit 02 Pagi 46
34 Rendah argumen dan bertanya dan menjawab
Membuat keputusan dan mempertimbangkan
SDN Duren Sawit 10 Pagi 37 40
hasilnya
SDN Duren Sawit 14 Pagi 36
SDN Duren Sawit 02 Pagi 57
klarifikasi atau pertanyaan yang
Mendefinisikan istilah dan
Memberikan SDN Duren Sawit 10 Pagi 53 52
mempertimbangkan definisi
penjelasan lebih
lanjut (advance
SDN Duren Sawit 14 Pagi 46
SDN Duren Sawit 02 Pagi 24
39 Sedang menantang. Pada sub indikator
claridication) Mengidentifikasi asumsi SDN Duren Sawit 10 Pagi 25 24
SDN Duren Sawit 14 Pagi 24 memfokuskan masalah didapatkan rata-
Mengatur strategi SDN Duren Sawit 02 Pagi 34
Merumuskan dan memutuskan suatu
dan taktik (strategy SDN Duren Sawit 10 Pagi 31 31 31 Rendah
and tactis)
tindakan
SDN Duren Sawit 14 Pagi 29 rata skor sebesar 25 dengan kategori
rendah, hal ini berarti siswa belum tepat

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 1 untuk memecahkan masalah dalam

di atas terlihat pada indikator memberikan memahami pertanyaan atau informasi yang

penjelasan sederhana (elementary telah disajikan sesuai permasalahan yang

clarification) mendapatkan skor tertinggi terjadi. Berdasarkan hasil wawancara

dengan rata-rata skor 38, namun hal ini terhadap guru masih banyak siswa yang

termasuk dalam kategori sedang. belum memahami permasalahan yang

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 di terjadi dan beberapa guru masih

atas terlihat pada indikator mengatur menggunakan soal keterampilan berpikir

strategi dan taktik (strategy and tactis) kritis dengan pertanyaan secara lisan

mendapatkan skor paling terendah dengan dibandingkan soal tulisan. (Azizah,

rata-rata skor 31, hal ini termasuk dalam Sulianto, & Cintang, 2018) menyatakan

kategori rendah. bahwa dalam indikator memfokuskan


masalah siswa diharapkan mampu
PEMBAHASAN
menentukan permasalahan dengan cara
Hasil penelitian yang didapatkan
mengidentifikasi dan menganalisis
atau dikumpulkan data dari wawancara
permasalahan yang terjadi pada soal.
dan tes essay disetiap sekolah negeri yang
Selanjutnya pada sub indikator
ada di daerah Kecamatan Duren Sawit
menganalisis argumen didapatkan rata-rata
Gugus 1 peneliti dapat menyajikan hasil
skor 37 dengan kategori sedang, siswa

16
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

dituntut untuk memahami bacaan dengan mengobservasi dan mempertimbangkan


kritis sehingga setelah kegiatan membaca hasil observasi. Pada sub indikator
soal selesai siswa mampu menangkap mempertimbangkan kredibilitas suatu
beberapa pokok pikiran bacaan pada sumber didapatkan rata-rata skor 39
pembelajaran IPA. Oleh karena itu, terlihat dengan kategori sedang, hal ini
dari wawancara dengan guru didapatkan dikarenakan siswa dapat menemukan dan
dari beberapa siswa yang masih kesulitan dapat menentukan bukti untuk sebuah
dalam menganalisis soal yang telah pernyataan dalam suatu sumber untuk
diberikan. menyusun sebuah informasi yang akurat
Kemudian pada sub indikator bertanya dalam teori. Dari hasil wawancara dengan
dan menjawab pertanyaan klasifikasi atau guru didapatkan bahwa pembelajaran di
pertanyaan yang menantang didapatkan kelas tidak hanya dengan memberikan
rata-rata skor 37 dengan kategori sedang. teori saja tapi harus melakukan praktek
Hal ini berarti siswa dapat berpikir kritis juga agar melatih siswa untuk berpikir
dalam memberikan penjelasan secara kritis. Siswa yang berpikir kritis akan
sederhana dan siswa cukup jelas dapat menyimpulkan dan memecahkan
mengungkapkan pertanyaan yang sesuai suatu masalah yang siswa dapat sesuai
dengan masalah. Berdasarkan hasil dengan sumber-sumber informasi yang
wawancara terhadap guru, bahwa benar untuk jawaban siswa (Adinda,
pembelajaran IPA sering dikaitkan dengan 2016).
kehidupan sehari-hari siswa. Adanya Selanjutnya pada sub indikator
stimulus atau pengarahan dari guru untuk mengobservasi dan mempertimbangkan
menjawab pertanyaan yang menantang dan hasil observasi didapatkan rata-rata skor
diadakannya kerja kelompok dapat 31 dengan kategori rendah, dikarenakan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa belum mampu melakukan observasi
pada siswa di sekolah dasar (Inggriyani & untuk menemukan jawaban yang relevan
Fazriyah, 2017). atau nyata dari pengalaman siswa melalui
percobaan langsung. Selain itu,
Membangun Keterampilan Dasar (basic
berdasarkan hasil wawancara dengan guru
support).
terlihat bahwa siswa diminta membawa
Pada indikator membangun bahan-bahan untuk keperluan praktikum,
keterampilan dasar (basic support) namun untuk bahan-bahan yang diperlukan
terdapat sub indikator mempertimbangkan tidak menyulitkan untuk siswa. Kegiatan
kredibilitas suatu sumber dan proses belajar mengajar sebaiknya dapat

17
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

dilakukan di labotarium atau percobaan merancang pembelajaran yang


langsung di dalam kelas dengan membawa mengembangkan keterampilan berpikir
alat dan bahan sesuai materi maupun kritis agar dapat meningkatkan rasa ingin
memberikan pengalaman langsung bagi tahu siswa dan dapat menggali
siswa untuk mengembangkan keterampilan pengetahuan siswa ketika pembelajaran
berpikir kritis (Alimah, 2014). akan dimulai. Siswa disajikan pertanyaan
yang mengacu pada peristiwa-peristiwa
Melakukan Inferensi (inference).
yang sering terjadi.
Pada Indikator melakukan inferensi
Selanjutnya pada sub indikator
(inference) terdapat sub indikator membuat
membuat keputusan dan
dedukasi dan mempertimbangkan hasil
mempertimbangkan hasilnya didapatkan
dedukasi atau membuat induksi dan
dengan rata-rata skor 40 dengan kategori
mempertimbangkan hasil induksi dan
sedang, dikarenakan siswa mampu
membuat keputusan dan
memahami dalam membuat keputusan
mempertimbangkan hasilnya. Pada sub
terhadap permasalahan pada soal serta
indikator membuat dedukasi dan
dapat mempertimbangkan hasil keputusan
mempertimbangkan hasil dedukasi atau
yang telah dibuat dan mampu
membuat induksi dan mempertimbangkan
menghubungkan materi sehingga siswa
hasil induksi didapatkan skor rata-rata skor
dapat membuat kesimpulan pada
28 dengan kategori rendah, hal ini berarti
keputusan yang akan dilakukan. Hal ini
siswa belum mengetahui pemahaman yang
sejalan dengan penelitian (Azizah et al.,
jelas tentang konsep atau ide, yang
2018) dalam analisis pekerjaan soal
menjawab sesuai dengan penalaran siswa
terlihat siswa sudah mampu menganalisis
yang dapat menyebutkan dan
atau membuat keputusan terkait dengan
mengelaborasi tentang peristiwa yang
pemecahan masalah dalam soal tersebut.
terjadi namun penjelasan yang dipaparkan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap
kurang lengkap. Hal ini sejalan dengan
guru, siswa mampu memecahkan masalah
pendapat (Tamami, Rokhmat, & Gunada,
dalam belajar, mengambil keputusan
2017) yang mengemukakan bahwa siswa
sesuai dengan pelajaran yang siswa terima.
masih menjawab pertanyaan pada soal
yang menggunakan penalaran ketika Memberikan Penjelasan Lebih Lanjut
menjawab permasalahan tanpa didasari (advance claridication).
konsep dasar dari materi. Oleh karena itu,
Pada Indikator memberikan
hasil wawancara dengan guru harus dapat
penjelasan lebih lanjut (advance

18
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

claridication) terdapat sub indikator yang siswa peroleh dalam pengembangan


mendefinisikan istilah dan soal pada pembelajaran IPA, terkadang
mempertimbangkan definisi dan siswa masih tertipu dalam memecahkan
mengidentifikasi asumsi. Pada sub masalah yang siswa temukan. Hal ini
indikator mendefinisikan istilah dan sejalan dengan pendapat (Susilawati,
mempertimbangkan definisi yang Agustinasari, Samsudin, & Siahaan, 2020)
didapatkan rata-rata skor 52 dengan indikator mengidentifikasi dengan
kategori tinggi, dikarenakan siswa mampu mendeskripsikan keadaan kemudian siswa
menjelaskan arti dari sebuah kata dan diminta untuk mengidentifikasi apakah
memahami dalam permasalahan yang pernyataan tersebut benar atau tidak,
disajikan dalam soal pembelajaran IPA. namun beberapa siswa yang menjawab
Hal ini sesuai dengan wawancara terhadap kurang tepat karena siswa terkecoh dengan
guru bahwa siswa dapat terpancing dengan asumsi awal kehidupan sehari-hari. Sesuai
pertanyaan jika proses belajar mengajar dengan wawancara guru jika siswa
sangat menyenangkan pada setiap diberikan pertanyaan tanpa adanya suatu
pertanyaan-pertanyaan yang semenarik praktek maka alur berpikir kritis siswa
mungkin dengan begitu banyak siswa yang akan mengada-ada yang tidak sesuai
sangat aktif pada pembelajaran IPA. Siswa dengan jawaban yang tepat.
yang kritis bisa dicirikan seperti lebih
Mengatur Strategi dan Taktik (strategy
terlihat aktif bertanya dan mempunyai
and tactis).
keberanian dalam mengemukakan
Pada indikator mengatur strategi dan
pendapat dalam usaha mereka untuk
taktik (strategy and tactis) didapatkan sub
menyelesaikan masalah yang dimana
indikator merumuskan dan memutuskan
dalam bertanya siswa memperoleh
suatu tindakan, berdasarkan rata-rata skor
informasi dengan jelas untuk mencari
indikator yang didapatkan yaitu 31 dengan
penyelesaian yang tepat dan memahami
kategori rendah. Hal ini mungkin
soal sehingga bisa menarik kesimpulan
disebabkan karena siswa belum memiliki
(Indraningtias & Wijaya, 2017).
rencana yang baik terhadap solusi dari
Selanjutnya pada sub indikator
masalah untuk tindakan penyelesaian dan
mengidentifikasi asumsi yang didapatkan
jika kemampuan menyelesaikan masalah
rata-rata skor 24 dengan kategori rendah,
dan membuat kesimpulan selalu diterapkan
dikarenakan beberapa siswa belum
pada siswa, siswa akan menguasai
menguasai dalam mengidentifikasi dan
kemampuan tersebut sehingga siswa
mengevaluasi pendapat atau pernyataan

19
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

mampu dari segi berpikir ketika siswa dan keterampilan dalam mencari,
diberikan masalah-masalah yang lebih mengelolah dan menilai berbagai
rumit (Wijayanti et al., 2015). Hasil informasi secara kritis (Susanti, 2019).
wawancara terhadap guru, siswa dapat Hasil belajar yang optimal akan sangat
memutuskan apa yang siswa ingin berpengaruh untuk masa depan siswa yang
temukan dengan suatu tindakan atau berpikir kritis dan logis (Hallatu, 2017).
percoban.
Hal untuk mempengaruhi kemampuan
Sejalan dengan penelitian yang berpikir siswa seharusnya guru merubah
dilakukan oleh (Kartimi & Liliasari, 2012), gaya belajar yang membuat siswa dari
bahwa keterampilan berpikir kritis pasif menjadi aktif dalam berpikir, oleh
membutuhkan latihan-latihan soal yang karena itu guru harus membiasakan diri
mengembangkan berpikir kritis agar siswa untuk memberikan beberapa pertanyaan
terbiasa dengan soal yang kritis yang dimana siswa dituntut untuk
mengembangkan keterampilan berpikir berpikir kritis sebagai usaha menjawab
kritis. Berpikir kritis dapat melatih siswa pertanyaan secara kritis yang diberikan
menjadi lebih aktif dalam membuka pola oleh guru (Kowiyah, 2016).
berpikirnya di setiap proses belajar
Peran seorang guru dalam
mengajar.
mengembangkan keterampilan berpikir
Berpikir kritis adalah keterampilan kritis siswa juga disampaikan yaitu guru
berpikir tingkat tinggi yang mampu perlu merancangkan instruksi strategi
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir spesifik, dimulai dengan strategi
lebih aktif dalam berpikir kritis, oleh pertanyaan dasar, kemudian membangun
karena itu keterampilan berpikir kritis untuk mengembangkan kemmapuan untuk
sangat diperlukan karena siswa yang menarik kesimpulan, mensintensi dan
berpikir kritis akan mampu berpikir sesuai mengevaluasi keterampilan (Acharya,
dengan pengalaman yang siswa dapat, 2018). Dengan adanya upaya
menjawab permasalahan-permasalahan meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dengan baik dan dapat mengambil setidaknya dapat menutupi kendala-
keputusan sesuai dengan apa yang siswa kendala disetiap sekolah untuk membantu
temukan (Susilawati et al., 2020). proses belajar mengajar dengan baik untuk
kedepannya. Oleh karena itu, memiliki
Pembelajaran di sekolah sebaiknya
keterampilan berpikir kritis dapat
melatih siswa untuk menggali kemampuan
membantu siswa dalam memecahkan

20
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

permasalahan yang ada kehidupan sehari- 2/logaritma.v4i01.1228


hari siswa. Alimah, S. (2014). Model Pembelajaran
Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar.
KESIMPULAN Strategi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil penelitian
Mahasiswa. Jurnal Penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata Pendidikan, 31, 47–54.
keterampilan berpikir kritis di SDN Gugus
1 Kecamatan Duren Sawit yaitu 35,14 Azizah, M., Sulianto, J., & Cintang, N.
dengan kategori sedang. SDN Duren Sawit (2018). Analisis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar
02 Pagi didapatkan nilai rata-rata 39,74 pada Pembelajaran Matematika
dengan kategori sedang, SDN Duren Sawit Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian
PendidikanA & A (Semarang), 35(1),
10 Pagi didapatkan nilai rata-rata 34,91 61–70.
dengan kategori rendah dan SDN Duren https://doi.org/10.15294/jpp.v35i1.13
529
Sawit 14 Pagi didapatkan nilai rata-rata
30,78 dengan kategori rendah. Hasil Erka, W. (2015). Keterampilan Berbahasa
Presenter Penyaji Berita pada
penelitian terhadap rata-rata tiap indikator Lembaga Penyiaran Televisi. Jurnal
menunjukkan bahwa indikator tertinggi di Ipteks Terapan, 8(i4), 235–241.
https://doi.org/https://doi.org/10.2221
SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit 6/jit.2014.v8i4.19
pada indikator memberikan penjelasan Hallatu, Y. A. (2017). (Retracted)
lebih lanjut dengan skor rata-rata 38 dan Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kompetensi
indikator terendah di SDN Gugus 1 Pengetahuan Dan Ketrampilan
Kecamatan Duren Sawit pada indikator Berpikir Kritis Siswa Madrasah
Aliyah Bpd Iha Tentang Konflik. The
mengatur strategi dan taktik dengan skor Indonesian Journal of Social Studies,
rata-rata 31. 1(1), 11.
https://doi.org/10.26740/ijss.v1n1.p11
-22
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, K. P. (2018). Exploring Critical Indraningtias, D. A., & Wijaya, A. (2017).
Thinking For Secondary Level Pengembangan Perangkat
Students In Chemistry: From Insight Pembelajaran Berbasis Pendekatan
To Practice. Journal of Advanced Matematika Realistik Materi Bangun
College of Engineering and Ruang Sisi Datar Beorientasi pada
Management, 3, 31. Kemampuan Berpikir Kritis Siwa
https://doi.org/10.3126/jacem.v3i0.18 Kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan
812 Matematika, 6(5), 24–36.

Adinda, A. (2016). Berpikir Kritis dalam Inggriyani, F., & Fazriyah, N. (2017).
Pembelajaran Matematika. Jurnal Analisis kemampuan berpikir kritis
Logaritma, IV(01), 125–138. siswa dalam pembelajaran menulis
https://doi.org/https://doi.org/10.2495 narasi di sekolah dasar. Jurnal

21
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Pendidikan Dasar, (3). Fisika Dan Teknologi, 6(1), 11.


https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD. https://doi.org/10.29303/jpft.v6i1.145
092.04 3
Kartimi, & Liliasari. (2012). Tamami, F., Rokhmat, J., & Gunada, I. W.
Pengembangan alat ukur berpikir (2017). Pengaruh Pendekatan
kritis pada konsep termokimia untuk Berpikir Kausalistik Scaffolding Tipe
siswa sma peringkat atas dan 2A Modifikasi Berbantuan LKS
menengah. Jurnal Pendidikan IPA Terhadap Kemampuan Pememcahan
Indonesia, 1(1), 21–26. Masalah Optik Geometri dan
https://doi.org/10.15294/jpii.v1i1.200 Kreativitas Siswa Kelas XI SMAN 1
8 Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika
Dan Teknologi, III(1).
Kowiyah. (2016). Peningkatan https://doi.org/10.29303/jpft.v3i1.333
Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Pemecahan Masalah Matematis Wahyuni, S. (2018). Penerapan Model
Menggunakan Pendekatan Open Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Ended. Jurnal Inovasi Pendidikan dalam Meningkatkan Kemampuan
Dasar, 5(1), 67–74. Berpikir Kritis Pada Pembelajaran
https://doi.org/https://doi.org/10.2223 IPA. Jurnal Education and
6/jipd.v1i2.19 Development, 3(1), 1–5.
https://doi.org/http://journal.ipts.ac.id/
Mahpudin. (2018). Peningkatan Hasil index.php/ED/article/view/85
Belajar IPA melalui Metode
Eksperimen Pada Siswa Kelas V Wijayanti, A. I., Pudjawan, K., &
Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Margunayasa, I. G. (2015). Analisis
Pendas, 4(2), 1–8. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Dalam Pembelajaran IPA di
Safrina, R., Riswandi, & Sugiman. (2018). SD Gugus X Kecamatan Buleleng. E-
Pengaruh Model Pembelajaran Journal PGSD Universitas
Problem Based learning terhadap Pendidikan Ganesha, 3(1), 1–12.
Kemampuan Bepikir Kritis di Kelas Retrieved from
IV. Jurnal FKIP UNILA, 7(01), 1–9. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.p
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.36 hp/JPP/article/view/13529
709/jpm.v2i1.1957
Sugiyarti, L., & Arif, A. (2018).
Pembelajaran Abad 21 Di Sd.
Prosiding Seminar Dan Diskusi
Nasional Pendidikan Dasar 2018,
439–444.
Susanti, E. (2019). Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Sdn Margorejo VI
Surabaya melalui Model Jigsaw.
Bioedusiana, 4(2), 55–64.
https://doi.org/10.34289/285232
Susilawati, E., Agustinasari, A., Samsudin,
A., & Siahaan, P. (2020). Analisis
Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan

22
Rasch Model Analysis of Critical Thinking Instruments
for Elementary School
Kowiyah1.3*, Arita Marini1, Sihadi Darmo Wihardjo2
{[email protected],[email protected],[email protected]}

Elementary Education Department, Universitas Negeri Jakarta Indonesia1


Department of Environmental Sustainability Education, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia2
Elementary Education Department, University of Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA Jakarta,
Indonesia3

Abstract. One of the 21st century abilities that must be mastered by students is the
ability to think critically. To determine the level of successful students in developing
critical thinking skills, an instrument is needed that can measure the critical thinking
ability. The aimed of this study is to analyze the instrument of critical thinking skills.
This research is quantitative methode. Data of critical thinking skills was obtained from
269 students on fifth grade from five elementary schools in Jakarta. The data was
analyzed by rasch models using winstep version 4.4.3 software. The findings of the pilot
study found that the reliability obtained based on the Cronbach Alpha is 0.98, so this
value shows instruments used are in very good condition and effectively with a high level
of consistency. Reliability of item is 0.99, while the separation of the item is 9.70 and
this value can still be used because it shows that the entire item. The respondent was
0.72. While the separation of respondent is 1.62, it indicates in good condition and
acceptable. The results showed that all items had a high value of Point Measure
correlation which indicated that items could distinguish the ability of respondents.
Instruments are valid and reliable can be used for further research

Keywords: Critical Thinking, Instrument, Rasch model.

1. Introduction
Nowadays, education is in the industrial revolution 4.0 faced with the demands of the 21st
century. According to the results of research conducted by more than 250 researchers from 60
world institutions members of ATC21S (Assessment & Teaching of 21st Century Skills), there
are four skills that must be possessed such as communication, collaboration, critical thinking
and problem solving, creativity and innovation. One of 21 st century skills is to think
critically.Critical thinking is a competency that must be possessed by every individual in
globalization era [2], [6], [7]. It is an inseparable part of education because it is a very
important cognitive ability [18], so the school keep striving to improve it.Students who have
critical thinking will be able to solve problems effectively [3], [10]
Furthermore, the character of the person when facing problem will be seen if he has
critical thinking skills. It appears when hespeaks, acts and gives arguments and solutions to a
problem. Facione says that there are six main critical thinking skills involved in the process of
critical thinking. These skills are interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation
and self-regulation [4], [11]. In measuring critical thinking skills, an instrument is made based
on the aspects of critical thinking. It can be measured through written, oral and observation

ICEMS 2019, September 30-October 01, Jakarta, Indonesia


Copyright © 2020 EAI
DOI 10.4108/eai.30-9-2019.2291176
tests. Adapted from Starkey,test of critical thinking covers aspects like drawing conclusions,
recognizing assumptions, deduction, interpretation, analysis, evaluation of arguments [12].
The competency requirements of industrial revolution 4.0 and 21st century education
appears that solving problems and critical thinking is an ability that must be possessed by
someone to enter the industrial world as well as a basic foundation for children's thinking
skills at the elementary school level. Based on explanation, the researchers conducted research
on critical thinking skills in elementary schools by creating instruments to measure students'
critical thinking skills in elementary schools. An indicator of the successful learning process is
from the score obtained by students. A teacher develops an instrument to get students score.
The instrument was arranged based on six aspects of critical thinking skills developed by
Focione.It was developed by general events and technical fields faced by students. A good
instrument can be trusted and it is measureable. The quality of the instruments is based on the
analysis [18].
The analysis was conducted to determine the validity and reliability of the instrument.
Validity is related to the accuracy of the assessment tool for what is being assessed so that it
really evaluates what should be assessed as the result of the form of the score.There are four
kinds of validities,such as content validity, construct validity, predict validity and similarity
validity. Content validity relates to the ability of the instrument to measure the content that
should be. In this case, the ability of the instrument measures students' critical thinking skills.
Construct validity means the ability of an instrument to measure the understanding contained
in the material being measured. The ability to predict certain characteristics, behavior or
criteria is called the validity of predictions. While the validity of similarity means that the test
has similarities with the tests that have been standardized [14]
In this study, the instrument will be analyzed by Rasch modeling using Winstep software.
The analysis was carried out so that the resulting instruments had sufficient validity and
reliability to measure critical thinking skills. This instrument can be used according to the
needs of further research.

2. Methods
In this study,the data was obtained by developing instruments of critical thinking ability
assessment. Respondents were 269 students from fifth grade taken from five elementary
schools in Jakarta. Instrument was developed from part of one research variable.
The instrument was a questionnaire about critical thinking skills which contained eight
questions in the form of open-ended mathematical problem solving questions. Eight questions
were developed from six aspects of critical thinking skills delivered by Facione [4] and four
aspects were taken which included interpretation, analysis, evaluation, interference. From the
four main aspects then it was developed into eight aspects,such as identifying, considering,
concluding, communicating data, explaining conclusions, writing results and presenting
arguments. In material numbers in elementary school, the instruments of thinking ability were
developed from general knowledge and technical knowledge. Then, the respondents
determined the correct answer.
The instrument analysis of critical thinking skills used is the Rasch model with the
Winstep Software tool version 4.4.3 developed by Linacre (2006)[8]. Analysis of the Rasch
model was put forward by Georg Rasch in the 1960s and popularized by Ben Wirght. The raw
data used is dichotomous data that shows the ability of students. In the analysis of this Rasch
model in one model it can be seen the relationship between questions and students [16].
The obtained data was processed using Winsteps software.Rasch model connected student
data with questions on the same scale. This scale is obtained from the logarithmic value of the
chance that the students are working correctly. By using Rasch model, it can be seen the
relationship between the ability level of students (person abilities) and the difficulty level of
the problem (difficulty items). Thus, it can be concluded that high-ability students are able to
work on easier questions [1].
The Rasch model analysis is able to provide such as the overall information, the quality of
the instruments used, the overall response quality of the students, and the interaction between
respondents with the items [15]. Person measure shows the average score of all students in
working on the problem. Sumintono stated that to measure reliability, it was shown by the
value of person reliability and item reliability [16]. Reliability criteria are as follows: <0.67
(weak); 0.67-0.8 (enough); 0.8-0.9 (good); 0.91-0.94 (very good);> 0.94 (excellent).
The analysis of the Rasch model will provide a level of items fit. It will explain whether
the item is functioning normally to make measurements. If an obtained question is not fit, this
indicates a misconception on the question, so it is useful for the teacher to improve the quality
of his teaching [16].
In Rasch model analysis, the quality between item fit and model is abbreviated with item
fit. Determination of items fit according to Boone et al in Sumintono (2014) [15] the used
criteria are: (1) Value of accepted Outfit mean square (MNSQ) = 0.5 <MNSQ <1.5; (2) The
value of the Z-standard Outfit (ZSTD) accepted = -2.0 <ZSTD <+2.0; (3) Value of Measure
Correlation (Pr Mean Corr): 0.4 <Pt Measure Corr<0.85.
Analysis of the obtained data using Winsteps software in accordance with the Rasch
model if the value of the number of the middle quadrant (mean square) is 1.0 while the
standardized value (Z-standarized value) is 0.0. In the analysis, it can also be known that the
questions are too easy or too difficult and the respondents are outliers

3. Results and Discussion


In the study, Rasch modeling was carried out with the help of Winsteps Software 4.4.3 to
analyze data in order to test the validity and reliability of the instrument. “The Rasch model
considers the ability of the respondent to answer each item or question and the level of
difficulty of the item itself“ (Rasch, 1980). With the analysis of items, compatibility (item fit)
can be evaluated whether the items in the instrument can measure what should be measured.
Conversely, if the item is not suitable (misfit); then, it is said that the item measures the
construct outside the instrument, so the item must be revised or eliminated (Smith, 1992).
Based on Wright and Stone (1979).

3.1 Reliability and Separation Items and Respondent

Based on Rasch measurement model approach, the acceptable reliability Cronbach's Alpha
is between 0.71-0.99 where it is at the best level (71% - 99%). The findings of the pilot study
found that the reliability obtained based on the Cronbach Alpha is 0.98. So this value shows
instruments used are in very good condition and effectively with a high level of consistency
thus can be used in the actual research.
Person RAW SCORE-TO-MEASURE CORRELATION = .98
CRONBACH ALPHA (KR-20) Person RAW SCORE "TEST" RELIABILITY = .70
SEM3.48
Analysis was also performed on the instrument as a whole, namely the reliability and the
separation of the respondent. Table 1 shows the reliability and separation respondent where
the reliability of the respondent was 0.72, while the separation of respondent is 1.62 when
rounded off is equal to 2.0. Based on the reliability of the respondent, “the value of 0.72
indicates are in good condition and acceptable“ [1]. While “ the separation of the item is 1.62
if rounded off is equal to 2.0 and this value can still be used because it shows that the entire
item is devide into 2.0 levels of measurement“. According to Linacre (2003) [8], the
separation index is better when the value is more than the value of 2.0

Table 1. The Result of Validity and Reliability of Respondent

Besides, the validity and reliability of respondents in answering questions, questions can also
be analyzed from each item to be measured. The following are the results of the reliability of
the item question.

Table 2. The Reliability Results of Items

Table 2 shows the reliability of item is 0.99, while the separation of the item is 9.70. This
shows that the item are very high reliability and very good. This is because Bond and Fox
“based on the reliability of the item, the value of 0.99 indicates are in very good condition and
acceptable“ [1]. While the separation of the item is 9.70 and this value can still be used
because it shows that all items

3.2. Items Fit Meansure Constructs


Items fit is measuring the constructs that can be seen through “the infit and outfit Mean
Square (MNSQ)“.According to Bond and Fox (2007)[1], the outfit and infit MNSQ should be
in the range of 0.5 to 1.5 to ensure the items are suitable for measuring the constructs. But the
outfit index MNSQ noteworthy in advance compared infit MNSQ for determining congruity
of items that measure a construct or latent variable. If the infit or outfit MNSQ value more
than 1.5 logit, then it gives meaning confusing item.“ If the MNSQ value is less than 0.5 logit,
it shows that the item is too easily anticipated by the respondents“[8], [9]. Point meansure
correlation should be in the range of 0.4 to 0.85 does not indicate a problem distribution [16].
Besides, the outfit and infit ZSTD value should also be within -2 to +2 [1]. However, if the
infit and outfit MNSQ beaccepted, the ZSTD index can be ignored [1], [8]. Applying the
Rasch Model: Fundamental Measurement in the Human Sciences.

Table 3. Scale Item Misfit Order

Table 3 shows that there are 3 items that are outside the range because they exceed the
MNSQ infit and out fit limit values (> 1.5), namely E3 and the ZSTD in fit and outfit limits (>
2), namely E3, E1 and E2). Item E3 has MNSQ infit of 1.75 (> 1.5) and MNSQ 1.57 (> 1.5)
out fit and the ZSTD infit and outfit values obtained are also large, namely ZSTD infit of 7.41
(> 2) and ZSTD outfit at 5.53 (> 2). Item E1 has a ZSTD infit value of 2.57 (> 2) and ZSTD
outfit is 4.06 (> 2) but the infit and MNSQ outfit values are acceptable, namely MNSQ 1.20
(<1.5) infit and MNSQ outfit 1.37 (<1.5). Furthermore Item E2 has ZSTD infit value of 4.03
(> 2) and ZSTD outfit of 2.73 (> 2) but the infit and MNSQ outfit values can be received,
namely MNSQ infit value of 1.34 (<1.5) and MNSQ outfit of 1.25 (<1.5). Thus,there is one
item that really is outside the range is E1. Then item E1 needs to be revised or eliminated from
the list of items in the research instrument.
3.3 Polarity Item By PTMEA CORR Value
Examination of the Point Measure Correlation (CORR PTMEA) to detect polarity items
intended to test theextent to which the construction of constructs to achieve its goal. “If the
value contained in the PTMEA CORR is the positive (+), it shows the item measure the
constructs to be measured“[1]. Otherwise, if value is negative (-), the item is not developed to
measure the constructs to be measured. Thus, it needs to be improved or dropped because the
item is not lead to the question (not focus) or difficult to answer by the respondent.

Table 4. Item Polarity Based on Point Measure Correlation


Entry Total Total Measure Point Measure Item
Number Score Count Corr
8 626 269 0.73 0.56 E8
3 793 269 0.40 0.56 E3
7 704 269 0.22 0.61 E7
6 1205 269 0.22 0.65 E6
2 910 269 0.18 0.60 E2
1 692 269 -0.04 0.27 E1
5 690 269 -0.34 0.69 E5
4 515 269 -1.36 0.62 E4

Based on table 4, it shows that for each item E1 to E8 has a positive Point Measure
Correlation value. Thus, there are no items in the instrument that are discarded because “they
meet the minimum requirements (PTMEA CORR> 0)“[15]. In addition, the item login value
(Measure) which is item E8 of 0.73 shows the most difficult item for the respondent to
answer. While E4 items are -1, 36 shows the easiest items to be approved by respondents. The
results showed that all items had a high value of Point Measure correlation which indicated
that items can distinguish the ability of respondents.

4. Conclusion
From the research that has been done, it can be concluded that there is a typical process of
measuring instruments of critical thinking skills in material numbers in fifth grade using the
Rasch model. Rasch model analysis provides more comprehensive and in-depth information
on the respondent's test, the items simultaneously and accurately. The findings found that the
reliability obtained based on the Cronbach Alpha is 0.98, so this value shows instruments that
are used in very good condition and with a high level of consistency. The reliability of the
item is 0.99 while the item is 9.70 it shows that the entire item. The respondent was 0.72 while
the round of off was 1. When rounded off was equal to 2, 0.72 indicated are in good condition
and acceptable. The results showed that all items had a high value of Point Measure
correlation which indicated that the item could distinguish the ability of the respondents. It can
be concluded that the instrument of critical thinking skills could be used for further research.

Reference
[1] Bond, T.G., & Fox, C.M.(2007). Applying TheRaschModel: Fundamental
Measurement in the Human Sciences, 2nd Edition. Lawrence ErlbaumAssociates,
Publisers. Mahwah, New Jersey. London
[2] Christo Kriel. (2013). Creating a disposition for critical thinking in the mathematics
classroom (pp. 67–75). The Biennial Conference of the South African Society for
Engineering Education.
[3] Chukwuyenum, A. N. (2013). Impact of critical thinking on performance in
mathematics among senior secondary school students in Lagos State. IOSR Journal of
Research & Method in Education, 3(5), 18–25. Retrieved from www.iosrjournals.org
[4] Facione, P. A. (1990). The California Critical Thinking Skills Test - College Level.
Experimental Validation and Content Validity. California Academic Press. La Cruz
Ave. Milllbrae
[5] Fisher, Alec.(2004).Critical Thinking An Introduction. Cambridge: University Press.
[6] Kalelioğlu, F., & Gülbahar, Y. (2014). The effect of instructional techniques on
criticalthinking and critical thinkingdispositions in online discussion. Educational
Technology and Society, 17(1), 248–258
[7] Kowiyah. (2016). PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN
OPEN ENDED Kowiyah1,. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 2(1), 27–34. Retrieved
from http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd/article/view/48
[8] Linacre, J. M. (2007). AUser’sGuide to WINDTEPSRasch-Model Computer Programs.
Chicago, Illinois:MESA Press.
[9] Linacre, J.M. (2010). User’s guide to WinstepsMinistepRasch-Model Computer
Programs.http://www.winsteps.com/winman.
[10] Peter, E. E. (2012). Critical thinking: Essence for teaching mathematics and
mathematics problem solving skills. African Journal of Mathematics and Computer
Science Research, 5(3), 39–43. https://doi.org/10.5897/AJMCSR11.161
[11] Peter, A., &Facione, P. A. (1989). The California critical thinking skills test -- college
level technical report # 4 Interpreting the CCTST , Group Norms , and Sub-Scores
[12] Stacey, K. (2011). The PISA View of Mathematical Literacy in Indonesia. Journal on
Mathematics Education, 2(2), 95–126. https://doi.org/10.22342/jme.2.2.746.95-126
[13] Starkey, L. (2009). Critical thinking skills success teskemampuanberpikirkritisdalam
20 menit. Yogjakarta: Bookmarks.
[14] Sudjana. (2005). Penilaianhasil proses belajarmengajar. Bandung: PT
RemajaRosdakarya.
[15] Sumintono, B,.&Widhiarso, W. (2013). Aplikasi ModelRaschUntukPenelitianIlmu-
ilmuSosial. Jakarta:Tim Komunikata Publishing House..
[16] Sumintono, B., &Widhiarso, W. (2015). Aplikasipemodelanraschpada assessment
pendidikan. Cimahi: Trim Komunikata Publishing House
[17] Wibisono, S. (2016). Aplikasi Model
RaschUntukValidasiInstrumenPengukuranFundamentalisme Agama BagiResponden
Muslim. Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol 5, No. 1, pp. 1-29.
[18] Zhou, Q., Huang, Q., & Tian, H. (2013). Developing Students ’ Critical Thinking Skills
by Task-Based Learning in Chemistry Experiment Teaching. Creative Education,
4(12), 40–45. https://doi.org/10.4236/ce.2013.412A1006

Anda mungkin juga menyukai