Bab 1 Irfani Purba

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATERI

SPLDV KELAS VIII SMP NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

Nama : Irfani Agustri Purba


NPM : 1901070072
Program Studi : Pendidikan Matematika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan indikator penting untuk menciptakan sumber daya


manusia yang baik dan berintegritas. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana dalam proses pembelajaran sehingga terwujud anak belajar yang
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara
(UUSPN pasal 1 ayat 1). Artinya pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya pendidikan,
maka manusia akan mempunyai pandangan dan arah hidup yang lebih jelas
dan terarah. Oleh karena itu pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk suatu profesi atau jabatan,
tetapi bagaimana pendidikan dapat mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
dan mampu menerapkannya dalam kondisi apapun.
Mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam kurikulum
2013 menuntut siswa agar belajar lebih aktif untuk memperoleh informasi
pembelajaran. Mata pelajaran Matematika adalah merupakan mata pelajaran
yang mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan manusia
terkhusus dalam dunia pendidikan sehingga matematika merupakan mata
pelajaran yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
untuk membantu peserta didik agar memiliki kemampuan dalam
memecahkan masalah dengan kritis, cermat, efektif, dan efesien.
Menurut Amallia & Unaenah (2018) banyak siswa menganggap
matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. Pandangan inilah yang
membuat siswa mudah menyerah bahkan sebelum mereka mempelajari
matematika. Siswa cenderung menghafal konsep dari buku ajar ataupun
konsep yang diberikan gurunya tanpa mau memahami maksud dan isinya.
Akan tetapi, karena permasalahan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas
dari matematika, maka setiap orang harus mempelajarinya. Matematika
hendaknya dipelajari secara sistematis dan teratur serta harus disajikan
dengan struktur yang jelas dan harus disesuaikan dengan perkembangan
intelektual siswa serta kemampuan prasyarat yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil survei PISA pada tahun 2018 bahwa Indonesia
menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara yang turut dalam tes menurut
Sriwahyuni & Maryati (dalam Rumapea,2019 ; Masfufah &
Afriansyah,2021). Rata-rata nilai matematika siswa Indonesia 375, cukup
jauh dibawah nilai rata-rata OECD. PISA mengukur kemampuan siswa usia
15 tahun dalam mengimplementasikan persoalan di kehidupan nyata.
Menurut Chen, dkk. selama ini, pembelajaran matematika terkesan kurang
menyentuh kepada substansi pemecahan masalah (dalam Sriwahyuni,2022).
Hal ini didukung oleh Narohita (Novitasari & Hestu, 2018) yang
mengungkapkan pembelajaran matematika dikelas masih didominasi oleh
guru karena guru mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi
pembelajaran atau bahan ajar dalam kurun waktu tertentu. Pemecahan
masalah menurut Laia dan Harefa (2021) merupakan bagian yang penting
dalam pembelajaran matematika. Pemecahan masalah, dapat membangun
sebuah percaya diri peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematis.
Selain itu, peserta didik yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematis, mampu meningkatkan pengambilan keputusan-keputusan dalam
kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan pemecahan masalah menurut
Polya (Winarti,2017) yaitu: 1) memahami masalah; 2) menyusun strategi
atau rencana penyelesaian; 3) menyelesaikan permasalahan sesuai rencana
yang telah dibuat; 4) memeriksa kembali jawaban.
Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SMP Negeri 3
Pematang Siantar melalui wawancara dengan salah satu guru bidang studi
matematika yaitu Ibu Napitupulu yang mengajar di kelas VIII, mengatakan
bahwa sebagian siswa kurang mampu dalam memecahkan masalah
khususnya pada soal cerita dimana siswa tidak dapat mengubah menjadi
model matematika. Peneliti juga mencoba mencari informasi dari guru
tersebut mengapa siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah
sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Ternyata, guru tersebut
menyatakan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung kegiatan
proses belajar mengajarnya masih didominasi oleh guru sehingga
mengakibatkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Hal ini terlihat pada saat siswa diberikan soal yang berkaitan dengan
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Para siswa rata-rata
masih kesulitan dalam membuat model matematika dari masalah tersebut,
terutama bila soal yang harus diselesaikan berbeda dari contoh yang
diberikan guru. Selain itu, siswa pasif pada saat diminta untuk menjelaskan
penyelesaian soal di papan tulis, menjawab pertanyaan yang diajukan guru,
maupun ketika diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah
dipelajari. Kesulitan siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) dapat dilihat berdasarkan hasil tes observasi yang diberikan oleh
peneliti kepada siswa di SMP Negeri 3 Pematang Siantar melalui soal berikut
:

Gambar 1.1 Soal Tes Observasi


Gambar 1.2 Hasil tes Observasi

Dari gambar 1.2 diatas bahwa jawaban yang diberikan siswa merupakan
jawaban yang kurang tepat. Berdasarkan hasil jawaban no 1 diatas siswa
telah mampu memilih yang mana merupakan SPLDV. Berdasarkan hasil
jawaban no 2 siswa telah mampu menyelesaikan permasalahan tentang
SPLDV tersebut dengan menggunakan aturan penyelesaian pada SPLDV.
Namun, siswa masih belum mampu dalam hal penggambaran grafik atau
menentukan titik potong dari gambar tersebut. Berdasarkan hasil jawaban no
3 siswa telah mampu dalam hal mengerjakan soal dalam bentuk cerita dalam
kehidupan sehari. Namun, siswa kurang mampu dalam menyelesaikan
masalah yang ada pada soal tersebut.
Berdasarkan jawaban dari 30 siswa menurut peneliti terdapat perolehan
skor terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa untuk soal
nomor 1 diperoleh presentasie skor 46% untuk indikator (1) memahami
masalah, dimana 14 siswa memahami dan 16 tidak memahami. Soal nomor 2
dengan perolehan presentase 28% untuk indikator (3) menyelesaikan
permasalahan sesuai rencana yang telah dibuat. Sola nomor 3 dengan
perolehan presentase 36% untuk indikator (1) memahami masalah, (2)
menyusun strategi dan rencana penyelesaian. Sehingga dapat disimpulkan
Presentase kemampuan pemecahan masalah matematis disekolah tersebut
masih rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya suatu inovasi dalam
pembelajaran dimana guru memiliki peran penting dalam pemberian metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Peneliti mengajukan suatu meodel pembelajaran yang baru
dimana menurut guru tersebut metode ini belum pernah dilakukan
sebelumnya yaitu model Pembelajaran Problem Solving.
Adapun Soekamto (dalam Nurulwati,2000;Shoimin,2022) menemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan itu model pembelajaran
dianggap sebagai proses yang teratur untuk melakukan pembelajaran.
Ada banyak model pembelajaran salah satu model pembelajaran itu ialah
model pembelajaran Problem Solving. Menurut Pepkin (dalam
Shoimin,2022) model pembelajaran Problem Solving adalah suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Untuk
dapat memecahkan suatu masalah, seseorang memerlukan pengetahuan-
pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang ada kaitannya dengan
masalah tersebut (Shoimin,2022).
Menurut Harefa (2020) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa dari
perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t diperoleh t hitung =12 , 45 dan
t tabel=¿ 1,671. Sehingga, diperoleh kesimpulan ada pengaruh model
pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMP
Negeri 1 Lauhagundre Maniamolo Tahun Pelajaran 2018/2019.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Materi SPLDV Kelas VIII
SMP Negeri 3 Pematang Siantar”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka


dapat diidentifikasi masalah yang relevan sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII di SMP
Negeri 3 Pematang Siantar.
2. Kemampuan guru dalam menentukan model pembelajaran yang
kurang tepat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa
3. Melalui model pebelajaran Problem Solving, peserta didik mampu
terampil dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta
terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak
yang positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang jadi batasan


masalah dari penelitian ini adalah:
1. Kemampuan yang akan diukur adalah kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik
2. Model yang akan digunakan adalah Model Pembelajaran Problem
Solving
3. Materi yang akan diajarkan adalah Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan


masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh model
pembelajaran problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah
pada materi SPLDV kelas VIII SMP Negeri 3 Pematang Siantar?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan


tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah
pada materi SPLDV kelas VIII SMP Negeri 3 Pematang Siantar?

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah


1. Manfaat penelitian bagi guru yaitu mendapat masukan ilmu tentang
penggunaan model pembelajaran Problem Solving sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Manfaat penelitian bagi siswa yaitu, melalui penerapan model
pembelajaran Problem Solving diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang pada akhinya
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Manfaat bagi peneliti yaitu dapat menambah wawasan
pengetahuan melalui penggunaan model pembelajaran Problem
Solving.

1.7 Definisi Operasional

Agar terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam


penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian istilah-istilah berikut:
1. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran
yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan dalam
memecahkan masalah yang diikuti dengan penguatan ketrampilan itu
sendiri
2. Kemampuan pemecahan masalah bagian yang penting dalam
pembelajaran matematika. Pemecahan masalah, dapat membangun
sebuah percaya diri peserta didik dalam menyelesaikan masalah
matematis. Selain itu, peserta didik yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematis, mampu meningkatkan pengambilan
keputusan-keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sitem Persamaan
Linear Dua Variabel
4. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Pematang Siantar
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Nurul ; Unaen ali,E. (2018). Analisis Kesulitan Belajar


Matematika Pada Siswa Dasar Kelas III Sekolah Dasar. Attadib Journal
Of Elementary Education, 3(2), 123-133.
Aris, S. (2022). Model pembelajaran inovatif kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 23-136.
D. Harefa (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving
Terhadap Hasil Belajar IPA FISIKA kelas IX SMP Negeri 1 luahagundre
Maniamolo. Jurnal Education And Education Development,Vol. 8, no. 1,
P.231.
Hestu, T. L., & Darmawan,H. (2021). Hubungan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Dengan Kemampuan Komunikasi
Matemati Siswa. Aksara:Jurna Pendidikan Nonformal, Vol. 07.
Masfufah, R., & Afriansyah, E. A. (2021). Analisis Kemampuan Literasi
Matamatis Siswa Melalui Soal PISA. Mosharafa:jurnal pendidikan
matematika, 10(2), 291-300.
Novitasari, & Hestu,W. (2018). Analisis kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa SMP Negeri 10 Tangerang. Prima: Jurnal
Pendidikan Matematik, 2(2), 137-147.
Sriwahyuni, K., & Maryati, I. (2022). Kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada materi statistika. Plusminus:Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(2), 335-344.

Anda mungkin juga menyukai