698-Article Text-3867-2-10-20210508

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No.

2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373


Elfrida Kolo, dkk

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA MATERI ARITMETIKA SOSIAL
Elfrida Kolo1*, Selestina Nahak2, Hermina Disnawati3
1
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Timor, 2,3 Universitas Timor
*[email protected]

Diterima: 24 September 2020 Disetujui: 14 Februari 2021 Dipublikasikan: 28 Februari 2021

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi aritmetika sosial pada siswa
SMP Negeri 3 Atambua menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B1 SMP
Negeri 3 Atambua pada semester genap tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 15 orang. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan soal tes. Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus dan masing – masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan, untuk proses belajar
mengajar dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran
ProblemBased Learning (PBL) hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa
pada siklus I persentase ketuntasan kelas mencapai 60%. Sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan
kelas meningkat menjadi 86,66%. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi aritmetika sosial siswa
kelas VII B1 SMP Negeri 3 Atambua.
Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar, Aritmetika Sosial.

ABSTRACT
This study aims to improve the mathematics learning outcomes of social arithmetic material in students of
SMP Negeri 3 Atambua using the Problem Based Learning (PBL) learning model. This type of research
is classroom action research. The subjects in this study were students of class VII B1 SMP Negeri 3
Atambua in the even semester of the 2019/2020 school year, totaling 15 people. The data collection
instruments in this study were the observation sheet and test questions. This research was conducted in
two cycles and each cycle consisted of three meetings, for teaching and learning processes and tests. The
results showed that by using the PBL learning model, student learning outcomes increased, this can be
seen from the student learning outcomes in cycle I the percentage of class completeness reached 60%.
While in cycle II the percentage of class completeness increased to 86.66%. Thus, the researchers
concluded that using the PBL learning model can improve the results of learning mathematics social
arithmetic material for class VII B1 students of SMP Negeri 3 Atambua.
Keywords: Problem Based Learning, Learning Outcomes, Social Arithmetic.

Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan. Pendidikan sangat berperan penting dalam perkembangan dan pembangunan
masa depan suatu bangsa. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa
mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Siswa perlu menguasai konsep – konsep dasar
matematika agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Hal ini sesuai dengan salah
satu tujuan pembelajaran matematika di SMP yaitu agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep –
konsep matematika sehingga siswa dapat menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikannya
secara benar dan tepat. Guru merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

115
Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373
Elfrida Kolo, dkk

tercapainya tujuan pembelajaran matematika karena dalam proses pembelajaran matematika guru secara
langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 3 Atambua
terdapat permasalahan saat proses pembelajaran matematika di sekolah, yakni siswa kurang memahami
konsep matematika, kurang teliti dalam penggunaan rumus, kurang teliti dalam pemakaian simbol dan
siswa kurang teliti dalam perhitungan serta penyelesaian soal salah satu materinya yaitu aritmetika sosial
dimana siswa kurang memahami konsep dari aritmetika sosial, siswa kurang teliti dalam pemakaian
rumus dalam aritmetika sosial padahal konten materinya banyak yang berkaitan dengan kehidupan sehari
– hari. Masalah tersebut timbul karena dalam menyampaikan materi guru langsung menjelaskan konsep,
diikuti rumus – rumus, lalu contoh soal dan setelah itu siswa diminta mengerjakan latihan soal
berdasarkan contoh yang diberikan sehingga apabila terdapat soal cerita yang redaksi kalimatnya sedikit
berubah siswa kurang mampu menyelesaikan soal tersebut. Metode pembelajaran yang dominan
digunakan di sekolah tersebut adalah metode ceramah dengan alasan agar materi ajar yang disampaikan
selesai sesuai dengan waktu yang terdapat pada perangkat pembelajaran.Akibatnya hasil belajar siswa
kurang memuaskan yang ditandai masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria
Kelulusan Minimum) yang ditentukan oleh pihak sekolah. Kondisi tersebut diduga kuat karena pemilihan
dan penggunaaan model pembelajaran oleh guru yang belum tepat.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan berdampak positif pada hasil belajar peserta
didik. Menurut Permendikbud 103 tahun 2014 Model pembelajaran merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintaks, pengaturan dan budaya misalnya discovery learning,
project – based learning, problem based learning, inquiry learning. Dari beberapa tipe model
pembelajaran tersebut peneliti memilih menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi aritmetika sosial siswa kelas VIIB1 SMP Negeri 3
Atambua. Pemilihan model pembelajaran PBL karena model pembelajaran ini menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran
(Komalasari, Kokom 2011 : 58 – 59). Model pembelajaran PBL adalah suatu model pembelajaran yang
berbasis masalah nyata dan materi aritmetika sosial konten materinya berkaitan dengan kehidupan sehari
– hari, sehingga model pembelajaran PBL cocok dengan materi aritmetika sosial. Selain itu ada juga hasil
penelitian yang menggunakan PBL yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bungel (2015) yang
menyimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran PBL pada mata pelajaran matematika
materi prisma dapat meningkatkan hasil belajar.
Dalam penelitian ini peneliti mengangkat masalah mengenai rendahnya hasil belajar siswa materi
aritmetika sosial. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran PBL.
Karena model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajarannya menggunakan
masalah nyata sehingga siswa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa materi aritmetika sosial.
PBL pertama kali dikenalkan oleh Don Woods berdasarkan penelitiannya dengan para mahasiswa
kimia di universitas Mc. Master di Kanada pada tahun 1960an (Mayasari dkk, 2016). Problem Based
Learning merupakan metode instruksional yang menantang peserta didik agar belajar bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari solusi dari masalah yang nyata (Gunantara dkk, 2014 : 2). Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang diawali dengan masalah untuk mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru (Fathurrohman, 2015 : 4). Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata (Gunantara dkk, 2015 : 2).
Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning apabila dijalankan
dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang lebih tinggi daripada pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional. Menurut Heriawan (dalam Usman & Ekasatya, 2017 : 72)
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Hal ini disebabkan metode

116
Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373
Elfrida Kolo, dkk

pembelajaran Problem Based Learning menghadirkan suasana yang penuh dengan motivasi dan saling
ketergantungan secara positif.
Langkah – langkah model pembelajaran Problem Based Learning menurut Sitiatava Rizema
Putra (dalam Caesariani, 2018 : 836) adalah sebagai berikut
Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah,
guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mengajukan masalah dan meminta siswa untuk
mencermati masalah tersebut, serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang dipilih.
Fase 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar,
guru membimbing siswa untuk memecahkan suatu permasalahan dengan cara bekerja sama
satu dengan yang lain, membagi siswa dslam kelompok yang bervariasi, masing – masing
kelompok beranggotakan 4 – 5 orang, dan membagikan LKS untuk dikerjakan.
Fase 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksprimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
guru meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan
membantu jika siswa mengalami kesulitan.
Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah,
guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan
proses – proses yang siswa gunakan dan menarik suatu kesimpulan.
Adapun beberapa kelebihan PBL menurut Hamruni (dalam Caesariani, 2018 : 837) sebagai
berikut : 1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2) Menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 3)
Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 4) Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. 6) Mendorong siswa
untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. 7) Memperlihatkan pada
siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau buku – buku saja. 8) Lebih
menyenangkan dan disukai siswa. 9) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 10) Memberi kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 11) Mengembangkan minat
siswa untuk secara terus – menerus belajar meskipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Sedangkan kelemahan dari PBL menurut Sitiatava Rizema Putra (dalam Caesariani, 2018 : 837) adalah
sebagai berikut : 1) Bagi siswa yang malas, maka tujuan dari pendekatan PBL tidak dapat dicapai. 2)
Membutuhkan waktu. 3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan model pembelajaran PBL.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gunantara dkk (2014) salah satu model
pembelajaran yang dapat dikembangkan dan diadopsi untuk menempatkan siswa sebagai pusat
pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran problem based learning. Menurut Triyanto Problem
based learning adalah salah satu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa
dan masalah – masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki
konteks dengan dunia nyata. Model pembelajaran problem based learning sangat cocok diterapkan untuk
semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran matematika. Setyirini dkk (2011) mengungkapkan
melalui Problem Based Learning dengan kelompok yang heterogen memungkinkan siswa untuk saling
bertukar pikiran, bekerja sama untuk memecahkan masalah yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan berpkir kritis.
Arimetika sosial merupakan bagian dari matematika yang disebut ilmu hitung. Dalam ilmu hitung
dibicarakan tentang sifat – sifat bilangan, dasar – dasar pengerjaan seperti menjumlah, mengurang,
membagi, mengalikan, menarik akar dan lainnya. Materi artimetika sosial lebih menekankan pada

117
Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373
Elfrida Kolo, dkk

kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika kontekstual yang menggambarkan kehidupan
sehari – hari, soal – soal yang diberi kan menuntut siswa untuk mampu memecahkan masalah yang
berbentuk soal cerita (Prisiska dkk, 2017 : 83). Model pembelajaran PBL merupakan salah saru model
pembelajaran yang sangat cocok untuk materi artimetika sosial karena keduanya membahas masalah
nyata dalam kehidupan sehari – hari.

Metode Penelitian
Berisi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, target/sasaran, subjek penelitian, prosedur,
instrumen dan teknik analisis data serta hal-hal lain yang berkait dengan cara penelitiannya.
target/sasaran, subjek penelitian, prosedur, data dan instrumen, dan teknik pengumpulan data serta teknik
analisis data. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa meningkat (Supardi & Suharsimi, 2009). Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 3 Atambua dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIIB1. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data hasil pengamatan aktivitas siswa dan
guru serta hasil belajar matematika. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah lembar observasi dan soal tes. Teknik pengumpulan data dengan Pengamatan dan
Tes tertulis. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran setiap siklus sedangkan tes dilakukan di
akhir pertemuan setiap siklus.
Penelitian ini dilaksanakan dalam II siklus yang mana setiap siklus berlangsung selama 1 minggu
dengan 2 kali pertemuan. Siklus I terdiri 4 tahapan. Tahap pertama berupa perencanaan yang meliputi: 1)
Melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran; 2) Membuat jadwal dengan guru mata pelajaran; 3)
Membuat perangkat pembelajaran; 4) Membuat pedoman pengamatan atau observasi; 5) Membuat butir
soal tes setiap siklus. Tahap kedua berupa tindakan yang meliputi: 1) Orientasi siswa pada masalah, guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, mengajukan masalah dan meminta siswa untuk mencermati masalah
tersebut, serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih; 2)
Mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membimbing siswa untuk memecahkan suatu permasalahan
dengan cara bekerja sama satu dengan yang lain, membagi siswa dslam kelompok yang bervariasi,
masing – masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang, dan membagikan LKS untuk dikerjakan; 3)
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksprimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah;
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru meminta salah satu anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi dan membantu jika siswa mengalami kesulitan; 5) Menganalisis dan
mengevaluasi hasil pemecahan masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses – proses yang mereka gunakan dan menarik suatu kesimpulan.
Tahap ketiga berupa observasi yang dilakukan untuk memperoleh gambaran lengkap secara objektif
tentang perkembangan proses pembelajaran dan pengaruh dari perlakuan yang diberikan melalui model
pembelajaran PBL terhadap perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tahap keempat
berupa refleksi, pada akhir setiap siklus peneliti, guru dan mitra peneliti berkolaborasi merefleksikan hasil
observasi dan tes untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan dari siklus 1 dan merencanakan
perbaikan. Siklus II, setelah diadakan refleksi terhadap pelaksanaan observasi dan tes pada siklus I, maka
pelaksanaan tindakan siklus II akan mengacu hasil perencanaan pada siklus I. Siklus ke – n, setelah
diadakan refleksi terhadap pelaksanaan observasi dan tes pada siklus sebelumnya, maka pelaksanaan
tindakan siklus selanjutnya akan mengacu hasil perencanaan pada siklus sebelumnya.
Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi:
1) Analisa Data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru
yang dilakukan pada setiap siklus dengan rumus sebagai berikut :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑃= .
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖

118
Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373
Elfrida Kolo, dkk

Dengan kategori sebagai berikut:


2,00 ≤ p <2,5 = kurang baik
2,50 ≤ p < 3,00 = cukup baik
3,00 ≤ p <3,50 = baik
3,50 ≤ p <4,00 = sangat baik
Keterangan P = rata – rata. (Sudjana, 2011 : 78 )
2) Analisis data hasil tes yang dikumpulkan pada setiap siklus dianalisa untuk mengetahui tingkat
ketuntasan siswa. Dalam penelitian ini untuk mengetahui ketuntasan individu maupun klasikal
digunakan pedoman ketuntasan belajar sebagai berikut:
a. Ketuntasan Individu, Seorang siswa dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar) bila
telah mencapai target penugasan minimal 75% atau dengan nilai diatas 75 (ketetapan dari
sekolah). Rumus yang digunakan adalah :
𝑇
Persentase siswa yang diharapkan = × 100%
𝑇𝑡
Keterangan :
T = jumlah skor yang diperoleh
Tt = jumlah skor total (Trianto, 2009 : 14).
b. Ketuntasan kelompok, Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar) jika
paling sedikit 75% data jumlah sisa dalam kelas telah mencapai ketuntasan perorangan. Rumus
yang digunakan:
∑𝑥
Persentase ketuntasan kelas = × 100%
𝑀
Keterangan:
 x = jumlah siswa yang tuntas
𝑀 = jumlah siswa dalam kelas (Sukiman, 2013: 225).
Indikator keberhasilan, jika dalam suatu kelas, ketuntasan siswa lebih atau sama dengan 75% maka
pembelajaran yang dilaksanakan berhasil tetapi jika ketuntasan belajar kurang dari 75%, maka
pembelajaran yang dilaksanakan belum berhasil dan dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Penelitian yang dilakukan oleh Bungel (2015) yang menyimpulkan bahwa melalui penerapan
model pembelajaran PBL pada mata pelajaran matematika materi prisma dapat meningkatkan hasil
belajar. Hasil penelitian siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1. Data Hasil Tes Siklus I dan II

No Nama Siswa Siklus I Siklus II No Nama Siswa Siklus I Siklus II


1 APK 72 75 9 AS 76 79
2 SBK 70 76 10 DMS 67 79
3 AFK 77 80 11 DGM 60 70
4 AGDR 0 72 12 FCM 75 75
5 AH 76 80 13 FKM 77 80
6 ABM 90 100 14 GN 68 78
7 AJ 80 80 15 GIL 80 80
8 RCP 75 80

Berdasarkan Tabel 1 hasil penelitian yang diperoleh pada tindakan siklus I mencapai persentase
ketuntasan kelas sebesar 60%. Capaian ini belum sesuai indikator ketuntasan yang diharapkan yaitu 75%

119
Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373
Elfrida Kolo, dkk

karena masih banyak siswa yang belum memahami dan belum mampu menyelesaikan soal aritmetika
sosial yang berkaitan dengan persentase untung dan persentase rugi, harga beli apabila harga jual dan
persentase kerugian diketahui.
Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus I pada pertemuan pertama
memperoleh nilai rata – rata 2,25 dan pertemuan kedua memperoleh nilai rata – rata 2,50. Sehingga
aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata – rata nilai 2,375 dengan kategori cukup baik. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yakni: 1) Suasana kelas kurang tertib karena saat menyampaikan pendapat
siswa tidak saling mendengarkan, 2) Kerja sama dalam kelompok diskusi masih kurang, 3) Belum
mampu menyelesaikan masalah dalam LKS, 4) Siswa belum berani dalam memberikan tanggapan
terhadap hasil diskusi kelompok lain, 5) Siswa malu bertanya apa yang belum dipahami, 6) Belum
mampu menyimpulkan masalah yang diberikan. Aktivitas guru dalam mengikuti proses pembelajaran
pada siklus I pada pertemuan pertama memperoleh nilai rata – rata 3,00 dan peretemuan kedua
memperoleh nilai rata – rata 3,16. Sehingga aktivitas guru pada siklus I memperoleh rata – rata nilai 3,08
dengan kategori baik.
Setelah peneliti berdiskusi dengan mitra peneliti diperoleh beberapa masukan dan perbaikan
untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II. Masukan dan perbaikan tersebut
antara lain ; 1) Peneliti harus memberi perhatian khusus kepada siswa yang kurang tertib dalam berdiskusi
dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan untuk dijawab, 2) Peneliti harus terus memotivasi siswa
agar terlibat aktif dalam diskusi kelompok, 3) Peneliti harus terus memotivasi siswa agar berani
menyampaikan pendapat, 4) Memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang mampu dalam
memahami materi yang diajarkan maupun dalam dalam menyelesaikan LKS, 5) Terus memotivasi siswa
agar terlibat aktif dalam diskusi kelompok.
Berdasakan hasil refleksi mitra peneliti kepada peneliti, peneliti berusaha memperbaiki
kekurangan yang ada pada siklus II . Atas saran dan perbaikan pada siklus I, persentase ketuntasan kelas
pada siklus II sebesar 86.66%. Persentase ketuntasan kelas meningkat sebesar 26,66%. Perolehan
ketuntasan ini disebabkan karena peneliti benar – benar mengikuti saran dari mitra peneliti saat refleksi
pada siklus I. Capaian ini telah melebihi indikator keberhasilan yang diharapkan. Terjadi peningkatan
persentase ketuntasan kelas pada siklus II ini terjadi karena hasil pengamatan pelaksanaan tindakan siklus
II terlihat bahwa siswa sudah mengikuti proses pembelajaran dengan sangat baik yaitu suasana kelas
sudah tertib karena saat menyampaikan pendapat siswa mendengarkan, kerja sama dalam kelompok
diskusi semakin baik, siswa sudah mampu menyelesaikan masalah dalam LKS, Siswa sudah berani
dalam memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain, siswa sudah berani bertanya apa yang
belum dipahami, siswa sudah mampu menyimpulkan masalah yang diberikan. Siswa yang tidak tuntas
pada siklus I menjadi tuntas pada siklus II yaitu siswa APK, SBK, DMS, dan GN. Hal ini menunjukkan
bahwa mengalami peningkatan pada siklus II.
Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II pada pertemuan pertama
memperoleh nilai rata – rata 3,00 dan pertemuan kedua memperoleh nilai rata – rata 3,50. Sehingga
aktivitas siswa pada siklus II memperoleh rata – rata nilai 3,25 dengan kategori baik. Aktivitas guru
dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II pada pertemuan pertama memperoleh nilai rata – rata
3,33 dan pertemuan kedua memperoleh nilai rata – rata 3,83. Sehingga aktivitas siswa pada siklus II
memperoleh rata – rata nilai 3,58 dengan kategori sangat baik.
Data hasil siklus I dan II menggambarkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran PBL dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari siklus I jumlah siswa yang
tuntas 9 orang meningkat pada siklus II menjadi 13 orang. Dengan persentase ketuntasan kelas pada
siklus I sebesar 60% meningkat sebesar 26,66% menjadi 86,66% Pada siklus II. Peningkatan hasil belajar
disebabkan karena pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran PBL dapat
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan
kemampuan intelektual sehingga mendewasakan siswa menjadi pelajar yang mandiri. Ada juga hasil
penelitian yang menggunakan PBL yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bungel (2015) yang

120
Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373
Elfrida Kolo, dkk

menyimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran PBL pada mata pelajaran matematika
materi prisma dapat meningkatkan hasil belajar.
Model pembelajaran berbasis masalah juga merupakan suatu model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk belajar kreatif dan mampu memecahkan masalah sehingga memperoleh
suatu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Pada model pembelajaran ini setiap
peserta didik mampu untuk mencari dan menentukan sumber – sumber pengetahuan yang relevan.
Pembelajaran bebasis masalah memberi tantangan kepada peserta didik untuk belajar mandiri. Dalam hal
ini peserta didik diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan dan arahan guru.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran PBL di kelas dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi aritmetika sosial pada siswa kelas VIIB1 SMP Negeri 3
Atambua.
Kesimpulan
Simpulan dapat bersifat generalisasi temuan sesuai permasalahan penelitian, dapat pula berupa
rekomendatif untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil
belajar matematika materi aritmetika sosial pada siswa kelas VIIB1 SMP Negeri 3 Atambua. Hal ini dapat
dilihat dari persentase ketuntasan kelas pada setiap siklus. Pada siklus I persentase ketuntasan kelas 60%,
dan pada siklus II mengalami ketuntasan dengan persentase ketuntasan kelas 86,66%. Aktivitas siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II baik, siswa terlihat aktif yang ditunjukan pada data
hasil aktivitas siswa memperoleh nilai rata – rata 3,25 dengan kategori baik. Aktivitas guru dalam
mengikuti proses pembelajaran pada siklus II juga sangat baik, yang ditunjukan pada data hasil aktivitas
guru memperoleh nilai rata – rata 3,58 dengan kategori sangat baik. Proses pembelajaran pada siklus II,
aktivitas guru mengalami peningkatan, dimana aspek deskriptor pada siklus I tidak terlaksana tetapi pada
siklus II diperhatikan dan terlaksana pada siklus II sehingga proses pembelajaran semakin baik.
Saran
Dari kesimpulan di atas dapat disarankan bagi guru agar dapat menggunakan model pembelajaran
PBL dalam proses pembelajaran matematika sehingga materi yang dianggap sulit menjadi mudah
dipahami agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan bagi sekolah agar dapat memanfaatkan model
pembelajaran PBL sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

Daftar Pustaka
Bungel, F. M. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Palu pada Materi Prisma. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako, 2 (1), (pp. 45 – 54).
Caesariani, A. N. (2018). Pemanfaatan Multimedia Interaktif Pada Model Problem Based Learning (PBL)
dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Tambusai, 2 ( 4 ) hal 832 – 840.
Faturrohman. (2015). Model – Model Pembelajaran. Jogjakarta : Ar – Ruzz media.
Gunantara, Gd ., dkk 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar
PGSD, 2 (1), (pp. 1 – 10).
Kemendikbud. (2013). Matematika SMP / MTs kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual.Bandung : PT. Refika Aditama.
Mayasari., dkk. (2016). Apakah Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based
Learning Mampu Melatihkan Keteremapilan Abd 21?.Jurnal Pendidikan Fisika dan Keimuan, 2
(1), (pp. 48 – 55).

121
Range: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 ISSN :2685-2373
Elfrida Kolo, dkk

Prisiska, N.R., dkk. (2017). Pengembangan LKS Berbasis Problem based Learning materi Aritmetika
sosial kelas VII. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika, 10 ( 2 ), (pp. 82 – 94).
Setyorini, U., dkk. (2011). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir kritis siswa SMP. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia, 7 (1), (pp. 52 – 56).
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukiman. (2013). Pengembagan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.
Supardi & Suharsimi. (2009). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi aksara.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Konsep, landasan dan
Implementasinya ) pada Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

122

Anda mungkin juga menyukai