Makalah Kel 11
Makalah Kel 11
Makalah Kel 11
KURIKULUM PEMBELAJARAN
“Model-Model Pengembangan Kurikulum dan Mengembangkan
dalam Praktik Pembelajaran”
DOSEN PENGAMPU :
Dra. Rahmatina, M.Pd
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga makalah yang bertajuk “Model-Model Pengembangan Kurikulum dan
Mengembangkan dalam Praktik Pembelajaran” ini bisa tersusun sampai tuntas dengan baik.
Makalah ini disusun berlandaskan pada sumber-sumber seperti buku, jurnal ilmiah ataupun
melalui artikel yang berada di media internet.
Pada kesempatan ini, tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang sudah mendukung serta berkontribusi membagikan motivasi,materi dan idenya. Tidak
hanya itu, kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kurikulum
Pembelajaran Pembelajaran, ibu Dra. Rahmatina, M.Pd. yang sudah memberikan tugas ini
sehingga saya bisa menambah pemahaman serta pengetahuan mengenai materi ini.
Harapan saya, semoga materi dan informasi yang ada dalam makalah ini bisa berguna
untuk pembaca. Demikian makalah ini saya buat, saya menerima seluruh kritik serta anjuran
atau masukan dari pembaca supaya pembuatan makalah selanjutnya jauh lebih baik pada
kesempatan berikutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 4
C. Tujuan ..................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 24
B. Saran ...................................................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai faktor maupun
aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan kebutuhan peserta didik, lingkup (scope)
5
dan urutan (sequence) bahan pelajaran, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan.
Model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum dikenal
adalah model administrative karena model ini menggunakan prosedur “garis-staf” atau
garis komando “dari atas ke bawah” (top-down). Maksudnya inisiatif pengembangan
kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara stuktural
dilaksanakan ditingkat bawah.
6
professional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua dan masyarakat. Guru yang paling
tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.
7
Kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan kurikulum, memilih materi
pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran dan mengembangkan desain.
Langkah kedua, menguji unit eksperimen. Meskipun unit eksperimen ini telah
diuji dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas
atau tempat lain untuk megetahui validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data
bagi penyempurnaan.
8
demikian juga pada sekolah yang lainnya. Untuk menguji keberlakuannya pada daerah
yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa
“kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes
daan adaptif terhadap situasi perubahan.” Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan
diterapkan oleh pendidik yang berpengalaman, luwes dan berorientasi pada proses.
Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24
jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam
9
hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Model
pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya.
Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah
rangkaian kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang
Eksistensialis Humanis, tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan
sebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dan interaksi.
Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah.
Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter
group dan aining Group (T Group).
a) Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu
diteliti secara mendalam.
b) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
c) Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan
masalahnya.
d) Menentukan keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan
dengan masalah tersebut.
e) Melaksanakan keputusan yang diambil dan menjalankan rencana yang
disusun.
f) Mencari fakta secara meluas
g) Menilai tentang kekuatan dan kelemahannya.
10
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para
orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai
pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana
peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum hams
memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk
mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research.
Model teknologis ini terdiri dari tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah
laku, model analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.
11
Kita mengenal berbagai macam kurikulum ditinjau dari berbagai aspek:
2. Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat
membedakan:
a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum yang mata
pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata
pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan
seterusnya.
b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya
diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi
dari beberapa mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan
sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik
yang diberikan di kelas rendah sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika,
12
sains, bahasa indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu
tema tertentu.
c. Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya
dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.
13
kolaborasi dan komunikasi yang efektif antara bagian line dan staff agar proses
pembelajaran dapat berjalan secara sinergis.
14
aktif sebagai pembimbing dan contoh, sementara siswa dapat mengamati,
menanyakan pertanyaan, dan mempraktikkan keterampilan yang diajarkan.
15
4. Pembahasan Kelompok: Fasilitasi diskusi kelompok di antara siswa untuk
berbagi pengetahuan dan ide mereka.
5. Pengajaran Guru: Setelah pemahaman awal dan penyelidikan siswa, guru
memberikan pengajaran formal dan memberikan informasi tambahan atau
membimbing pemahaman lebih lanjut.
6. Aktivitas Kreatif atau Aplikasi: Berikan siswa kesempatan untuk
menerapkan pengetahuan mereka melalui proyek, eksperimen, atau
aktivitas kreatif.
7. Evaluasi: Evaluasi dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa dan
mengidentifikasi area yang mungkin memerlukan pembelajaran lebih lanjut.
Penerapan model ini bertujuan untuk mendorong pemahaman yang mendalam dan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
16
3. Mendorong Komunikasi Terbuka: Mendorong komunikasi yang terbuka
dan jujur antara guru dan siswa untuk mendukung pemahaman dan
pertumbuhan.
4. Menyesuaikan Pembelajaran: Menyesuaikan pendekatan pembelajaran
berdasarkan kebutuhan dan minat individual siswa.
Model ini menekankan pada aspek-aspek psikologis dan emosional siswa dalam
konteks pembelajaran, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan
pribadi dan akademik mereka.
17
7. Siklus Berkelanjutan: Terapkan siklus berkelanjutan dari perencanaan,
tindakan, evaluasi, dan penyesuaian untuk terus meningkatkan proses
pembelajaran.
Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah
menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah
kedua, adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar
tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi thap-tahap ketercapaian hasil serta
perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan
keuntungan dari beberapa p rogram pendidikan.
18
unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan
kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam computer.
19
berteori saja, tetapi dapat mempraktekkan. Adapun teori jenjang 5M tersebut adalah
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mencipta.
e) Struktur mata pelajaran dan lama belajar di sekolah tidak diubah.
f) Menggunakan metode pembelajaran aktif. Metode pembelajaran aktif adalah
metode yang membuat peserta didik menjadi pemeran utama dalam setiap proses
pembelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator saja.
g) Meningkatkan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
h) Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran, hanya
Agama Dan PPKn. Namun, Kompetensi Inti (KI) tetap dicantumkan dalam
penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
i) Skala penilaian menjadi 1−100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat
dan deskripsi
j) Remedial diberikan untuk yang nilainya kurang. Namun, peserta didik diberikan
pembelajaran ulang terlebih dahulu. Nilai remidi inilah yang dicantumkan dalam
hasil.
1. Pembelajaran tidak diukur berdasarkan jumlah jam yang dihabiskan, tetapi berdasarkan
apakah siswa menguasai kompetensi yang direncanakan. Ada perubahan holistik yang
terjadi yakni dari waktu sebagai acuan menjadi pencapaian kompetensi sebagai acuan.
2. Siswa mengetahui dengan jelas tentang peta kompetensi yang perlu dikuasai. Guru dan
sekolah menginformasikan peta kompetensi sangat eksplisit baik di dalam dan di luar
kelas. Ini akan jauh lebih baik apabila siswa juga terlibat penuh dalam pembuatan peta
kompetensi tersebut.
20
3. Asesmen dilakukan selama pembelajaran, dan bukan terletak pada akhir periode seperti
ujian. Siswa diberikan banyak kesempatan untuk menguasai suatu keahlian baik dalam
bentuk uji coba, proyek, low-stake test dan selalu ada bantuan ekstra dari guru apabila
siswa mengalami kegagalan dalam menguasai keahlian tersebut.
21
yang berbeda—beda pada ketercapaian kompetensi peserta didik. Selain itu, banyak studi
nasional maupun internasional yang menyebutkan bahwa Indonesia juga telah lama
mengalami krisis pembelajaran (learning crisis) (Abdurahman, 2022).
Materi yang esensial menjadi fokus pada Kurikulum Merdeka. Pembelajaran yang
sederhana dan mendalam tanpa tergesa—gesa akan lebih diserap peserta didik.
Pembelajaran mendalam dengan rancangan yang menyenangkan akan membuat peserta
didik lebih fokus dan tertarik dalam belajar.
2. Lebih merdeka
22
Kegiatan proses pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif akan memberikan
dampak yang baik bila diterapkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
interaktif akan membuat peserta didik lebih tertarik dan bisa mengembangkan
kompetensi yang dimilikinya. Pembelajaran interaktif dengan membuat suatu proyek
akan membuat peserta didik menjadi aktif dalam mengembangkan isu—isu yang
beredar di lingkungan.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata
dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah
ada. Terdapat banyak macam-macam model pengembangan kurikulum seperti Taba’s
Inverted Model, Beauchamp’s System Model, Roger’s Interpersonal Relations Model, The
Systematic Action-Reasearch Model dan lain sebagainya.
Dalam pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal,
tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan
yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Nafi’ah, S. A. (2019). Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba pada Kurikulum 2013 di
SD/MI. As-Sibyan, 2(1), 21–38. https://www.ejournal.stainupwr.ac.id/index.php/As_
Sibyan/article/view/109%0Ainternal-Pdf://0.0.3.132/109.html.
ADIBA: JOURNAL OF EDUCATION Vol. 2 No. 4 Oktober 2022, page 627-635 e-ISSN:2808-
4721627 PENERAPAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DI
SEKOLAH.
Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
25