Makalah Kel 4 Kurikulum Pendidikan
Makalah Kel 4 Kurikulum Pendidikan
Makalah Kel 4 Kurikulum Pendidikan
Assalamu’alaikum Wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Modal dan Organisasi
Kurikulum” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Ibu Devie Novallyan, M. Pd. Pada bidang studi Tadris Biologi,
Kurikulum Pendidikan. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Devie
Novallyan, M. Pd selaku dosen Kurikulum Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidangstudi yang kami
tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempuraan makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan menambah wawasan.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................11
3.2 Saran.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara
berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses
pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam
suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (design), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih antar mereka. Berikut
ini adalah beberapa model pembelajaran humanistik :
a. Humanizing of the classroom
Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal, yakni menyadari diri sebagai suatu proses
pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri,
dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran.
b. Active learning
Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan
cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat,
dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat,
diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk
menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif cenderung
bersifat, menyenangkan, menarik, dan menuntut siswa untuk cepat.
c. Quantum learning
Merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang
ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning
mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya
secarabaik, maka mereka akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga
sebelumnya dengan hasil mendapatkan prestasi bagus. Salah satu konsep dasar dari metode
ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira,
sehingga jembatan yang ada di otak akan mampu menyerap informasi baru dan dapat
terekam dengan baik.
d. The accelerated learning
Contoh model humanistik: Guru memberikan motivasi kepada murid agar tertarik
mengikuti pembelajaran. Guru menjelaskan ulang untuk memastikan murid benar-benar
mengerti. Guru memahami karakter murid supaya mampu menyesuaikan keinginan murid.
3
2.2.2 Model Subjek Akademik
Model kurikulum subjek akademis merupakan model konsep kurikulum tertua yang
bersumber dari pendidikan klasik (berorientasi pada masa lalu). Dalam model kurikulum
subjek akademis semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir
masa lalu sedangkan fungsi dari pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil
budaya masa lalu tersebut. Model ini menempatkan belajar sebagai suatu usaha untuk
menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang dikatakan berhasil dalam belajar adalah
orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guru (Sukmadinata, 1997:81).
Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur model ini juga memperhatikan
proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar pada siswa tergantung pada materi
pelajaran yang dipelajari, misalnya seorang siswa yang belajar fisika, harus melakukan
kegiatan belajar sebagaimana seorang ahli fisika melakukannya. Hal seperti itu akan
mempermudah proses belajar fisika bagi anak.
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi dan evaluasi, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta
melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses "penelitian".
b. Metode yang paling banyak digunakan adalah ekspositori dan nkuiri.
c. Organisasi isi pada kurikulum subjek akademik terdiri dari beberapa pola yaitu corelated
curiculum, unified atau concentreted curiculum, integrated curiculum dan problem
solving curriculum.
d. Evaluasi pada model kurikulum subjek akademik menggunakan berbagai bentuk evaluasi
yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
4
Sedangkan kekurangan dari model kurikulum subjek akademis diantaranya adalah;
a. Para ahli disiplin ilmu sering memiliki sifat ambivalen terhadap evaluasi. Satu pihak
melihatnya sebagai suatu kegiatan yang sangat berharga, yang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan. Pada pihak lain mereka menghawatirkan kegiatan evaluasi
dapat mempengaruhi hubungan guru dan siswa. Maka, evaluasi yang dilakukan dalam
waktu singkat tidak dapat memberikan gambaran yang benar tentang perkembangan dan
penguasaan siswa.
b. Pemilihan materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin
memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedikit.
Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat
terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin
ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya akan mendangkal. Siswa akan tahu
banyak tetapi pengetahuannya hanya sedikit-sedikit.
c. Para pengembang kurikulum subjek akademik lebih mengutamakan penyusunan bahan
secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan bahan pembelajaran dengan
kemampuan berfikir anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa
belajar dan karakteristik siswa.
d. masyarakat setempat.Para pengembang kurikulum subjek akademik kurang
memperhatikan kebutuhan.
Contoh model subjek akademik: Dalam buku yang berjudul “The Process of Education”
Jerome Bruner mengusulkan bahwa rancangan kurikulum didasarkan pada struktuk disiplin
akademik, Ia mengusulkan bahwa kurikulum mata pelajaran seharusnya ditentukan oleh
pengertian yang paling mendasar yang dapat dicapai dari prinsip yang mendasari yang
memberikan struktur pada suatu disiplin. Sebuah contoh dari kurikulum yang didasarkan atas
struktur pengetahuan adalah Man : A course of Study (MACOS).
MACOS adalah kurikulum yang dirancang oleh siswa-siswa sekolah dasar dan terdiri dari
buku, film, poster, catatan permainan dan bahan ruang kelas yang lain. Kurikulum ini
menyatakan tentang manusia.
Istilah konstruksi sosial atas realitas (sosial construction of reality) didefinisikan sebagai
proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-
menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. (Poloma,
2004:301).
Asal usul konstruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan
konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul dalam
tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun
5
apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagsan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah
dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemologi dari Italia, ia adalah cikal bakal
Konstruktivisme (Suparno, 1997:24).
Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme
hipotesis; dan konstruktivisme biasa:
a. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita.
Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal
mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria
kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif,
namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu
merupakan konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada
individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap
pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu.
b. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang
mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
a. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku
hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat umum dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus), yang di dalamnya terkandung aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor.
b. Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan
kecepatan masing-masing.
6
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi pendidikan.
Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model
kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum ini
juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati
atau diukur. Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa dasar, yaitu:
a. Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang
kurikulum yang lain.
b. Hasil pengembangan yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan
memberikan hasil yang sama.
Model ini di Indonesia dikenal dengan nama Satuan Pelajaran dalam lingkungan
Pendidikan Dasar dan Menengah atau Satuan Acara Perkuliahan pada Perguruan Tinggi,
sebagai bagian dari Sistem Instruksional atau Desain Instruksional.
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang
lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum. Dalam pendekatan pengembangan kurikulum, mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Tujuan Tujuan kurikulum subyek akademik adalah pemberian pengetahuan yang solid serta
melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Para siswa harus belajar
mengunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan
siswa mempunyai konsep dan cara yang terus dapat dikembangkan di masyarakat yang lebih
luas.
b. Metode Metode yang banyak digunakan dalam pendekata subyek akademik adalah pendekatan
metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa
sampai mereka kuasai. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah
penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
c. Organisasi isi Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek akademik.
. Pola-pola organisasi yang terpenting di antaranya:
1. Correlated curriculum, adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam
suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
7
2. Unified atau Concentrated, adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-
tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3. Intregrated curriculum, kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka
dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar
diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4. Problem Solving curriculum, adalah pola organisasi isi yang beriisi topik pemecahan
masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
Kelemahan pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan perhatian kepada yang
lainnya, dan melihat bagaimana isi dan disiplin dapat membawa mereka pada permasalahan
kehidupan modern yang kompleks, yang tidak dapat dijawab oleh hanya satu ilmu saja.
Kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak
perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi-generasi
terdahulu. Dengan demikian mereka lebih mudah dan lebih cepat membekali diri untuk
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya (Nasution, 1993).
Pada correlated curriculum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah-pisah.
Akan tetapi, mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau sejenis dikelompokkan
sehingga menjadi suatu bidang studi (broadfield) (Rusman, 2009). Pola kurikulum
correlated curriculum ini menghendaki agar mata pelajaran berhubungan dan bersangkut
paut satu sama lain (correlated) walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang
lain (Razali M. Thaib & Irman Siswanto). Contohnya, mata pelajaran biologi, kimia
fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Demikian juga dengan mata pelajaran
geografi, sejarah, ekonomi, dikelompokkan dalam bidang studi IPS (Rusman, 2009).
8
Hilda Taba dalam (Zainal Arifin, 2011) menegaskan agar tercapai gabungan yang
nyata, maka perlu adanya integrating threads dan focusing centers berupa tujuan, prinsip-
prinsip umum, teori atau masalah masyarakat dan kehidupan yang dapat mewujudkan
gabungan itu secara wajar.
Ciri-ciri kurikulum bidang studi dalam (Zainal Arifin, 2011) antara lain: 1) Kurikulum
terdiri atas bidang studi yang merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran yang
serumpun dan memiliki ciri-ciri yang sama, 2) Bahan pelajaran bertitik tolak pada suatu
ini masalah (core subject) tertentu, kemudian dijabarkan menjadi pokok bahasan, 3)
Bahan pelajaran disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan, 4) Strategi pembelajaran bersifat terpadu, 5) Guru berperan sebagai guru
bidang studi, dan 6) Penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit
dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas satu pelajaran denagn yang lainnya
(Sukiman, 2013).
Pola kurikulum ini meniadakan batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikannya dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran
yang diharapkan mampu membentuk kepribadian subyek didik yang integral, selaras
dengan kehidupan sekitarnya.
Founce dan Bossing dalam (Abdullah Idi, 2007) mengistilahkan core curriculum
dengan merujuk pada pengalaman belajar yang fundamental bagi peserta didik, karena
pengalaman belajar berasal dari: 1) kebutuhan atau dorongan secara individual maupun
umum, dan 2) kebutuhan secara sosial dan sebagai warga negara masyarakat demokritas.
9
Experience curriculum sering disebut juga dengan activity curriculum. Kurikulum ini
cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa dalam rangka
membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun dengan potensi
siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik siswa
(Rusman, 2009).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan dalam
pengerjaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata cakupan masalah yang masih
kurang adalah dianara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13