Makalah Kel 4 Kurikulum Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KURIKULUM PENDIDIKAN

MODEL DAN ORGANISASI KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU : DEVIE NOVALLYAN, M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. PUAN WULANDARI (207210061)


2. RITA (207210071)
3. SARAH NABILA (207210084)
4. SUKMA DEWI (207210053)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDI
JAMBI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Modal dan Organisasi
Kurikulum” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Ibu Devie Novallyan, M. Pd. Pada bidang studi Tadris Biologi,
Kurikulum Pendidikan. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Devie
Novallyan, M. Pd selaku dosen Kurikulum Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidangstudi yang kami
tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempuraan makalah
ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan menambah wawasan.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jambi, 09 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

2.1 Pengertian Model Pengembangan Kurikulum..........................................................2

2.2 Model-model Pengembangan Kurikulum................................................................2

2.3 Pendekatan Pengembangan Kurikulum....................................................................7

2.4 Jenis-jenis Organisasi Kurikulum.............................................................................8

BAB III PENUTUP........................................................................................................11

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................11

3.2 Saran.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara
berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses
pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam
suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (design), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. 

Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi kecenderungan hanya menekankan


pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik
hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan
pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.Salah
satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan
dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan
pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap masalah administrasi pelaksanaan
proses pembelajaran. 
 

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan model dan pengembangan kurikulum?
2. Apa saja jenis model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana cara pendekatan pengembangan kurikulum?
4. Apa saja jenis-jenis organisasi kurikulum?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian model pengembangan kurikulum.
2. Menjelaskan berbagai jenis model pengembangan kurikulum.
3. menjelaskan pendekatan pengembangan kurikulum
4. menjelaskan apa saja jenis jenis kurikulum

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pengembangan Kurikulum


Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat
agar kurikulum yang berhasil bisa efektif. Seperti dalam pernyataan di atas, bahwasanya
model pengembangan kurikulum merupakan alternatif dalam mendesain, menerapkan dan
mengevaluasi serta tindak lanjut dalam pembelajaran. Banyak model pengembangan
kurikulum yang telah ada, dan masing-masing dari model pengembangan kurikulum
memiliki karakteristik yang sama, yang mengacu berbasis pada tujuan yang akan dicapai
dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata
pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau
permasalahan sosial. Sedangkan dalam praktiknya, model pengembangan kurikulum
cenderung lebih menekankan pada isi materi yang sistematik dan logis, dan implementasinya
pada kehidupan masyarakat sering diabaikan.
Agar dapat mengembangkan kurikulum yang baik, sebaiknya para ahli kurikulum
memahami dengan terperinci berbagai model pengembang kurikulum. Yang dimaksud
dengan model pengembang kurikulum adalah langkah atau prosedur yang sistematis dalam
penyusunan kurikulum. Sehingga terjadi keseimbangan antara teori dan praktik mengenai
kurikulum. Hal tersebut diharapkan dapat terwujudnya kurikulum yang ideal dan optimal.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai beberapa model pengembangan kurikulum
seperti model Model Humanisti, Model subjek akademik, Model konstruksi sosial, Model
teknologis

2.2 Model-model Pengembangan Kurikulum

2.2.1 Model Humanistic


Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang
utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan
antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat

2
dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih antar mereka. Berikut
ini adalah beberapa model pembelajaran humanistik :
a. Humanizing of the classroom

Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal, yakni menyadari diri sebagai suatu proses
pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri,
dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran.
b. Active learning

Menjelaskan bahwa belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus.


Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar.
Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan
apa yang mereka pelajari.

Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan
cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat,
dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat,
diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk
menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif cenderung
bersifat, menyenangkan, menarik, dan menuntut siswa untuk cepat.

c. Quantum learning
Merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang
ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning
mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya
secarabaik, maka mereka akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga
sebelumnya dengan hasil mendapatkan prestasi bagus. Salah satu konsep dasar dari metode
ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira,
sehingga jembatan yang ada di otak akan mampu menyerap informasi baru dan dapat
terekam dengan baik.
d. The accelerated learning

Merupakan pembelajaran yang berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan


memuaskan. Dalam model ini, guru diharapkan mampu mengelola kelas menggunakan
pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan
sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory
adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan).
Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan
mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting
(belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).

Contoh model humanistik: Guru memberikan motivasi kepada murid agar tertarik
mengikuti pembelajaran. Guru menjelaskan ulang untuk memastikan murid benar-benar
mengerti. Guru memahami karakter murid supaya mampu menyesuaikan keinginan murid.

3
2.2.2 Model Subjek Akademik

Model kurikulum subjek akademis merupakan model konsep kurikulum tertua yang
bersumber dari pendidikan klasik (berorientasi pada masa lalu). Dalam model kurikulum
subjek akademis semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir
masa lalu sedangkan fungsi dari pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil
budaya masa lalu tersebut. Model ini menempatkan belajar sebagai suatu usaha untuk
menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang dikatakan berhasil dalam belajar adalah
orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guru (Sukmadinata, 1997:81).

Kurikulum subjek akademis bersifat intelektual dimana kurikulum ini sangat


mengutamakan pengetahuan dan menitik beratkan pada isi pendidikan. Isi pendidikan diambil
dari setiap disiplin ilmu, oleh karena itu nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi
kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu seperti bahasa dan sastra, geografi,
matematika, ilmu kealaman, sejarah dan sebagainya.

Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur model ini juga memperhatikan
proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar pada siswa tergantung pada materi
pelajaran yang dipelajari, misalnya seorang siswa yang belajar fisika, harus melakukan
kegiatan belajar sebagaimana seorang ahli fisika melakukannya. Hal seperti itu akan
mempermudah proses belajar fisika bagi anak.

Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi dan evaluasi, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta
melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses "penelitian".
b. Metode yang paling banyak digunakan adalah ekspositori dan nkuiri.
c. Organisasi isi pada kurikulum subjek akademik terdiri dari beberapa pola yaitu corelated
curiculum, unified atau concentreted curiculum, integrated curiculum dan problem
solving curriculum.
d. Evaluasi pada model kurikulum subjek akademik menggunakan berbagai bentuk evaluasi
yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.

Berdasarkan pemaparan model kurikulum subjek akademik, dapat diidentifikasi beberapa


kelebihan dan kekurangan dari model kurikulum subjek akademik. Kelebihan dari model
kurikulm subjek akademis adalah sangat praktis, mudah disusun dan mudah digabungkan
dengan tipe lain, selain itu para pengambang kurikulum tidak perlu menyusun dan
mengembangkan bahan sendiri, mereka tinggal memilih bahan materi ilmu yang telah
dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasikannya secara sistematik.

4
Sedangkan kekurangan dari model kurikulum subjek akademis diantaranya adalah;
a. Para ahli disiplin ilmu sering memiliki sifat ambivalen terhadap evaluasi. Satu pihak
melihatnya sebagai suatu kegiatan yang sangat berharga, yang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan. Pada pihak lain mereka menghawatirkan kegiatan evaluasi
dapat mempengaruhi hubungan guru dan siswa. Maka, evaluasi yang dilakukan dalam
waktu singkat tidak dapat memberikan gambaran yang benar tentang perkembangan dan
penguasaan siswa.
b. Pemilihan materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin
memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedikit.
Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat
terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin
ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya akan mendangkal. Siswa akan tahu
banyak tetapi pengetahuannya hanya sedikit-sedikit.
c. Para pengembang kurikulum subjek akademik lebih mengutamakan penyusunan bahan
secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan bahan pembelajaran dengan
kemampuan berfikir anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa
belajar dan karakteristik siswa.
d. masyarakat setempat.Para pengembang kurikulum subjek akademik kurang
memperhatikan kebutuhan.

Contoh model subjek akademik: Dalam buku yang berjudul “The Process of Education”
Jerome Bruner mengusulkan bahwa rancangan kurikulum didasarkan pada struktuk disiplin
akademik, Ia mengusulkan bahwa  kurikulum mata pelajaran seharusnya ditentukan oleh
pengertian yang paling mendasar yang dapat dicapai dari prinsip yang mendasari yang
memberikan struktur pada suatu disiplin.  Sebuah contoh dari kurikulum yang didasarkan atas
struktur pengetahuan adalah Man : A course of Study (MACOS).

MACOS adalah kurikulum yang dirancang oleh siswa-siswa sekolah dasar dan terdiri dari
buku, film, poster, catatan permainan dan bahan ruang kelas yang lain.  Kurikulum ini
menyatakan tentang manusia.

2.2.3 Model Konstruksi Sosial

Istilah konstruksi sosial atas realitas (sosial construction of reality) didefinisikan sebagai
proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-
menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. (Poloma,
2004:301).

Asal usul konstruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan
konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul dalam
tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun

5
apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagsan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah
dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemologi dari Italia, ia adalah cikal bakal
Konstruktivisme (Suparno, 1997:24).

Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme
hipotesis;  dan konstruktivisme biasa:

a. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita.
Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal
mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria
kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif,
namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu
merupakan konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada
individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap
pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu.

b. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang
mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.

c.  Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami


pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu
dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas obyektif dalam dirinya sendiri.
(Suparno, 1997:25).

Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana konstruktivisme dilihat


sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena
terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di dekitarnya. Individu
kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada
struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann
disebut dengan konstruksi sosial.

2.2.4 Model Teknologis

Perkembangan ilmu pengetahuan akan berdampak positif terhadap teknologi yang


dihasilkan. Demikian pula sebaliknya, kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap
perkembangan model konsep kurikulum. Ciri-ciri kurikulum model teknologis sebagai
berikut:

a. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku
hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat umum dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus), yang di dalamnya terkandung aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor.
b. Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan
kecepatan masing-masing.

6
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi pendidikan.
Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model
kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum ini
juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati
atau diukur. Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa dasar, yaitu:
a. Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang
kurikulum yang lain.
b. Hasil pengembangan yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan
memberikan hasil yang sama.
Model ini di Indonesia dikenal dengan nama Satuan Pelajaran dalam lingkungan
Pendidikan Dasar dan Menengah atau Satuan Acara Perkuliahan pada Perguruan Tinggi,
sebagai bagian dari Sistem Instruksional atau Desain Instruksional.

2.3 Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang
lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum. Dalam pendekatan pengembangan kurikulum, mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

a. Tujuan Tujuan kurikulum subyek akademik adalah pemberian pengetahuan yang solid serta
melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Para siswa harus belajar
mengunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan
siswa mempunyai konsep dan cara yang terus dapat dikembangkan di masyarakat yang lebih
luas.

b. Metode Metode yang banyak digunakan dalam pendekata subyek akademik adalah pendekatan
metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa
sampai mereka kuasai. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah
penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.

c. Organisasi isi Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek akademik.
. Pola-pola organisasi yang terpenting di antaranya:

1. Correlated curriculum, adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam
suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

7
2. Unified atau Concentrated, adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-
tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

3. Intregrated curriculum, kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka
dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar
diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.

4. Problem Solving curriculum, adalah pola organisasi isi yang beriisi topik pemecahan
masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.

d. Evaluasi Kurikulum subyek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi


disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak
digunakan bentuk uraian (essay test) dari tes objektif. Karena bidang studi ini membutuhkan
jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan integrasi secara menyeluruh.

Kelemahan pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan perhatian kepada yang
lainnya, dan melihat bagaimana isi dan disiplin dapat membawa mereka pada permasalahan
kehidupan modern yang kompleks, yang tidak dapat dijawab oleh hanya satu ilmu saja.

2.4 Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum

Terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:

2.4.1 Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (subject centered curriculum)

Kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak
perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi-generasi
terdahulu. Dengan demikian mereka lebih mudah dan lebih cepat membekali diri untuk
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya (Nasution, 1993).

2.4.2 Mata Pelajaran Gabungan (correlated curriculum)

Pada correlated curriculum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah-pisah.
Akan tetapi, mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau sejenis dikelompokkan
sehingga menjadi suatu bidang studi (broadfield) (Rusman, 2009). Pola kurikulum
correlated curriculum ini menghendaki agar mata pelajaran berhubungan dan bersangkut
paut satu sama lain (correlated) walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang
lain (Razali M. Thaib & Irman Siswanto). Contohnya, mata pelajaran biologi, kimia
fisika, dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Demikian juga dengan mata pelajaran
geografi, sejarah, ekonomi, dikelompokkan dalam bidang studi IPS (Rusman, 2009).

2.4.3 Cakupan Luas (Broad Field Curriculum)

8
Hilda Taba dalam (Zainal Arifin, 2011) menegaskan agar tercapai gabungan yang
nyata, maka perlu adanya integrating threads dan focusing centers berupa tujuan, prinsip-
prinsip umum, teori atau masalah masyarakat dan kehidupan yang dapat mewujudkan
gabungan itu secara wajar.

Ciri-ciri kurikulum bidang studi dalam (Zainal Arifin, 2011) antara lain: 1) Kurikulum
terdiri atas bidang studi yang merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran yang
serumpun dan memiliki ciri-ciri yang sama, 2) Bahan pelajaran bertitik tolak pada suatu
ini masalah (core subject) tertentu, kemudian dijabarkan menjadi pokok bahasan, 3)
Bahan pelajaran disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan, 4) Strategi pembelajaran bersifat terpadu, 5) Guru berperan sebagai guru
bidang studi, dan 6) Penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

2.4.4 Kurikulum Terpadu (integrated curriculum)

Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit
dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas satu pelajaran denagn yang lainnya
(Sukiman, 2013).

Pola kurikulum ini meniadakan batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikannya dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran
yang diharapkan mampu membentuk kepribadian subyek didik yang integral, selaras
dengan kehidupan sekitarnya.

2.4.5 Kurikulum Inti (Core Curriculum)

Founce dan Bossing dalam (Abdullah Idi, 2007) mengistilahkan core curriculum
dengan merujuk pada pengalaman belajar yang fundamental bagi peserta didik, karena
pengalaman belajar berasal dari: 1) kebutuhan atau dorongan secara individual maupun
umum, dan 2) kebutuhan secara sosial dan sebagai warga negara masyarakat demokritas.

Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated curriculum).


Dalam (Rusman, 2009) ada beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini
adalah: 1) kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan
dan direncanakan secara terus menerus, 2) isi kurikulum yang dikembangkan merupakan
rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan, 3) isi kurikulum selalu mengambil atas
dasar masalah maupun problema yang dihadapi secara aktual, 4) isi kurikulum cenderung
mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun sosial, 5) isi
kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua siswa sehingga kurikulum ini
sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial, dan
pengalaman yang terpadau.

2.4.6 Experience atau Activity Curriculum

9
Experience curriculum sering disebut juga dengan activity curriculum. Kurikulum ini
cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa dalam rangka
membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun dengan potensi
siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik siswa
(Rusman, 2009).

Activity curriculum menonjolkan bahwa kurikulum itu mengutamakan kegiatan dan


pengalaman anak, walaupun dalam tiap kurikulum anak dapat diberikan berbagai
kegiatan dan pengalaman (Nasution, 1993).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka


mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation)
suatu kurikulum. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada
teori yang tepat agar kurikulum yang berhasil bisa efektif Agar dapat mengembangkan
kurikulum yang baik, sebaiknya para ahli kurikulum memahami dengan terperinci berbagai
model pengembang kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembang kurikulum
adalah langkah atau prosedur yang sistematis dalam penyusunan kurikulum. Sehingga
terjadi keseimbangan antara teori dan praktik mengenai kurikulum.
Terdapat 4 model dalam pengembangan organisasi kurikulum, yaitu: model humanistik,
model subjek akademik, model konstruksi sosial, dan model teknologis. pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum.
Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pendekatan pengembangan
kurikulum dilakukan dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti
langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih
baik. Adapun ciri-ciri pendekatan pengembangan kurikulum salah satunya yaitu pemberian
pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
“penelitian”.
Terdapat enam ragam atau jenis pengorganisasian kurikulum, yaitu: Kurikulum
Berdasarkan Mata Pelajaran (subject centered curriculum), Correlated Curriculum (Mata
Pelajaran Gabungan), Broad Field Curriculum (Cakupan Luas), Integrated Curriculum
(Kurikulum Terpadu), Kurikulum Inti (Core Curriculum), dan Experience atau Activity
Curriculum.

3.2 Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan dalam
pengerjaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata cakupan masalah yang masih
kurang adalah dianara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

12
13

Anda mungkin juga menyukai