SK Menlhk 1027 Tahun 2023
SK Menlhk 1027 Tahun 2023
SK Menlhk 1027 Tahun 2023
NOMOR SK.1027/MENLHK/PHL/KUM.1/9/2023
TENTANG
MEMUTUSKAN:
KEDUA : Uraian Peta Jalan Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan terdiri dari
sub sektor Kehutanan dan sub sektor Gambut dan Mangrove.
Ditetapkan di .Jakarta.
pa<la tanggal , 22 September 2023
MENTER! LINGKUNGAN HIDUP
:i'HUTANAN,
iTI NURBAYA
-------
Sahr.tan Keputusan ini disar:ipaika.n kepada Yth:
1. Mcnteri Koordinat:or Eidang Perek":momian;
2. Mer:-.teri Kocrdinator Bidan� Kemaritiman <lan h1 vesta::.i;
3. lVIenteri Dalam Negeri;
4. Menteri Perdagangan;
5. Menteri Energi dan Surnber Daya Mineral;
6. Menteri Perencanaa:i Pembangunan Nasi.,Jnai/Kepala Badan Pen::ncana.nn
Pere bo.ngunan Nasional;
7: Mcntni Badan Usaha Milik f�egara;
8. Menre:ri h1vest2.&i/Ker.1c:1h1. Bad2c,.1. Koor�lina.sai Pe:i.anaman Medal;
. . . : ;. . • Eehutfanan;
,. . .
9. Wak11 Menten L1::.1gkungan Hdup dan
' '
-i-
Chief Editor:
Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Penanggung Jawab:
Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc
Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari
Dipublikasikan oleh:
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jl. Jenderal Gatot Soeboroto, Gedung Manggala
Wanabkati Blok I Lantai 5
Jakarta, 10270 Indonesia
Telp/Fax +62-21-5720194
- ii -
KATA PENGANTAR
- iii -
DAFTAR ISTILAH
7. Batas Atas Emisi : tingkat Emisi GRK paling tinggi yang ditetapkan
GRK dalam suatu periode tertentu.
- iv -
9. Pengukuran, : kegiatan pengukuran serapan dan emisi karbon
Pelaporan, dan untuk memastikan bahwa data dan/atau
Verifikasi atau informasi Aksi Mitigasi dan Adaptasi perubahan
Measurement, iklim telah dilaksanakan sesuai dengan tata cara
Reporting, and dan/atau standar yang telah ditetapkan
Verification UNFCCC serta dijamin kebenarannya.
(MRV)
14. PTBAE bagi : penetapan Batas Atas Emisi GRK bagi Pelaku
Pelaku Usaha Usaha dan/atau penetapan kuota emisi dalam
(PTBAE-PU) periode penaatan tertentu bagi setiap Pelaku
Usaha.
-v-
Contribution Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
(NDC) Perubahan Iklim (Paris Agreement to the United
Nations Framework Convention on Climate
Change).
- vi -
23. Hutan Primer : Hutan yang belum mengalami gangguan atau
campur tangan manusia.
28. Hutan Negara : Hutan yang berada pada tanah yang tidak
dibebani hak atas tanah.
32. Hutan Hak : Hutan yang berada pada tanah yang dibebani
hak milik.
- vii -
34. Hak Pengelolaan : Penetapan pemerintah atas pengelolaan hutan
yang diberikan kepada Perum Perhutani sebagai
badan usaha milik negara bidang Kehutanan.
37. Badan Usaha : badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
Milik Negara modalnya dimiliki oleh negara melalui
(BUMN) penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan
- viii -
40. Periode penaatan : periode waktu di mana suatu negara atau
pengukuran perusahaan harus memenuhi target
kinerja pengurangan emisi gas rumah kaca yang telah
ditetapkan.
- ix -
DAFTAR ISI
-x-
8.2. Sasaran Offset Emisi GRK ............................................................... 62
8.3. Penyusunan Baseline Emisi GRK dan target pengurangan emisi
Pelaku Usaha ................................................................................... 62
8.4. Penetapan Baseline Emisi GRK dan Target Pengurangan Emisi
Pelaku Usaha ................................................................................... 66
8.5. Periode Offset Emisi GRK dan Periode Penaatan Pengukuran Kinerja
Pengurangan Emisi .......................................................................... 66
8.6. Strategi Perdagangan Offset Emisi GRK Dalam dan Luar Negeri ... 67
8.7. Harmonisasi dengan Mekanisme Penyelenggaraan NEK ................ 68
9. Pencatatan dan Pelaporan ....................................................................... 69
9.1. Pencatatan dan Pelaporan Perdagangan Emisi ............................ 71
9.2. Pencatatan dan Pelaporan Offset Emisi ....................................... 71
10. Rencana Aksi Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan 2023-2030 ....... 72
11. Monitoring dan Evaluasi .......................................................................... 73
- xi -
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. Emisi tahun dasar, tingkat baseline dan target emisi GRK .. 39
- xii-
DAFTAR TABEL
Tabel 6. Disagregasi Target Emisi GRK Sub Sektor Kehutanan, Sub Sektor
pengelolaan Gambut dan Mangrove ........................................ 35
Tabel 10. Rencana aksi dalam pelaksanaan Peta Jalan Perdagangan Karbon
............................................................................................... 72
Tabel 11. Disagregasi Baseline Emisi GRK sub Sektor Kehutanan dan sub
sub sektornya, sub sektor pengelolaan Gambut dan Mangrove
berdasarkan provinsi dan tahun ............................................. 74
- xiii -
1. Pendahuluan
21
e. Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang
Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah
Kaca dalam Pembangunan Nasional;
f. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 21
Tahun 2022 tentang Tata Laksana Penerapan Nilai Ekonomi Karbon;
dan
g. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.168/MENLHK/PKTL/PLA.1/2/2022 tentang Indonesia’s Forestry
and Other Land Use (FOLU) NET SINK 2030 untuk Pengendalian
Perubahan Iklim.
22
1.3. Maksud dan Tujuan
24
19. Perdagangan emisi sektor kehutanan adalah mekanisme transaksi
antara Pelaku Usaha yang memiliki emisi berada di atas atau di bawah
Batas Atas Emisi GRK yang ditentukan.
20. Offset Emisi GRK Sektor Kehutanan adalah pengurangan Emisi GRK
yang dilakukan oleh usaha dan/atau kegiatan untuk mengkompensasi
emisi yang dibuat di tempat lain melalui kinerja usaha
penyerapan/penyimpanan karbon.
g. Hutan adat;
25
Tabel 1. Lokasi, Mekanisme, Pelaku Usaha dan Legalitas Perdagangan
Karbon
Pelaku
No Lokasi Mekanisme Legalitas
Usaha
1 Kawasan Hutan Offset emisi Perorangan, Pemegang PBPH,
produksi tetap, GRK Koperasi, Persetujuan
Kawasan Hutan BUMN, Pengelolaan
produksi yang BUMD, Perhutanan
dapat dikonversi BUMS. Sosial, atau Hak
dan blok Pengelolaan
pemanfaatan
Kawasan Hutan
lindung yang telah
dibebani PBPH,
Persetujuan
Pengelolaan
Perhutanan Sosial,
atau hak
pengelolaan
2 Kawasan Hutan Offset emisi Perorangan, Setelah
produksi tetap, GRK Koperasi, mendapatkan
Kawasan Hutan BUMN, PBPH,
produksi yang dapat BUMD, Persetujuan
dikonversi, dan blok BUMS. Pengelolaan
pemanfaatan Perhutanan
Kawasan Hutan Sosial, atau Hak
lindung yang belum Pengelolaan
dibebani PBPH,
Persetujuan
Pengelolaan
Perhutanan Sosial,
atau hak pengelolaan
3 Blok Kawasan Hutan Offset emisi Perorangan, Setelah
lindung lainnya GRK Koperasi, mendapatkan
dengan BUMN, persetujuan
memperhitu BUMD, Menteri
ngkan stok BUMS.
karbon
4 Kawasan gambut dan Perdaganga Perorangan, Setelah
mangrove yang n emisi atau Koperasi, mendapatkan
berada di dalam Offset emisi BUMN, PBPH,
Kawasan Hutan GRK BUMD, Persetujuan
BUMS. Pengelolaan
Perhutanan
Sosial, atau Hak
Pengelolaan
26
Pelaku
No Lokasi Mekanisme Legalitas
Usaha
5 Kawasan gambut dan Perdaganga Perorangan, Setelah mendapat
mangrove yang n emisi atau Koperasi, persetujuan dari
berada di luar Offset emisi BUMN, gubernur,
Kawasan Hutan GRK BUMD, bupati/wali kota,
BUMS. atau
menteri/kepala
lembaga sesuai
kewenangannya
6 Kawasan Hutan Offset emisi Perorangan, Pelaku Usaha dan
konservasi GRK Koperasi, harus mendapat
dengan BUMN, persetujuan:
memperhitu BUMD, bupati/wali kota
ngkan stok BUMS. untuk taman
karbon hutan raya yang
berada di dalam
kabupaten/kota;
gubernur untuk
taman hutan raya
yang berada di
lintas kabupaten;
atau Menteri
untuk Kawasan
konservasi selain
taman hutan raya
7 Hutan adat Offset emisi Masyarakat Pemegang Hak
GRK hukum adat Pengelolaan
Hutan Adat
8 Hutan hak Offset emisi Masyarakat Pemegang Hak
GRK Atas Tanah/Alas
Titel
9 Hutan negara yang Offset emisi Perorangan, Setelah mendapat
bukan merupakan GRK Koperasi, penetapan lokasi
Kawasan Hutan BUMN, dan/atau
BUMD, persetujuan dari
BUMS. gubernur atau
menteri sesuai
dengan
kewenangannya
27
Tabel 2. Kriteria dan Persyaratan Pelaku Usaha Perdagangan Karbon
l. Rehabilitasi mangrove;
q. Perhutanan sosial;
u. Ekoriparian;
28. Aktivitas, definisi, dan ruang lingkup aksi mitigasi perubahan iklim
sektor kehutanan sebagaimana Tabel 3.
29
Tabel 3. Aktivitas, Definisi, dan Ruang Lingkup Aksi Mitigasi
30
No Aktivitas Definisi Ruang Lingkup Aksi Mitigasi
3 Pembangunan Peningkatan • Pembangunan hutan
hutan serapan CO2 tanaman
tanaman melalui • Perhutanan sosial (HTR)
penanaman untuk • Kegiatan lainnya sesuai
pemenuhan dengan perkembangan
kebutuhan kayu ilmu pengetahuan dan
industri teknologi
4 Pengelolaan Pengurangan emisi • Pengelolaan hutan lestari
hutan lestari melalui kegiatan • Perhutanan sosial
pengayaan • Kegiatan lainnya sesuai
(Enhanced Natural dengan perkembangan
Regeneration)/ ilmu pengetahuan dan
Teknik Silvikultur teknologi
Intensif (SILIN) dan
Reduced impact
logging for climate
change (RIL-C)
5 Peningkatan Peningkatan • Rehabilitasi dengan
cadangan serapan CO2 rotasi
karbon melalui kegiatan • Rehabilitasi nonrotasi
rehabilitasi pada • Restorasi gambut
lahan yang tidak • Rehabilitasi mangrove
produktif dan • Aforestasi pada kawasan
budidaya dengan bekas tambang
tanaman rotasi • Pembangunan
dan non rotasi persemaian permanen*
• Rehabilitasi tanaman di
bawah 5 (lima) tahun
• Ekoriparian
• Perhutanan sosial
• Introduksi replikasi
ekosistem
• Pembangunan ruang
terbuka hijau
• Kegiatan lainnya sesuai
dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan
teknologi
6 Perbaikan tata Pengurangan emisi • Perbaikan tata air
air gambut gas rumah kaca gambut
melalui perbaikan • Kegiatan lainnya sesuai
pengelolaan tata air dengan perkembangan
gambut ilmu pengetahuan dan
teknologi
7 Perkembangan Penggunaan • kegiatan lainnya sesuai
ilmu teknologi yang dapat dengan perkembangan
pengetahuan meningkatkan ilmu pengetahuan dan
dan teknologi efisiensi pengelolaan teknologi
31
No Aktivitas Definisi Ruang Lingkup Aksi Mitigasi
yang hutan, mempercepat
mendorong pengurangan emisi
inovasi dan dan meningkatkan
aksi mitigasi kinerja penyerapan
perubahan dan penyimpanan
iklim yang karbon dari sektor
lebih efektif kehutanan
Keterangan: *kondisi pemungkin
b. Keadilan
c. Kredibilitas
d. Integritas
e. Fleksibilitas
f. Partisipatif
33
Pelaksanaan aksi mitigasi pada offset emisi GRK sektor kehutanan
ditujukan dalam rangka peningkatan kinerja usaha penyerapan dan
atau penyimpanan karbon dengan tetap memperhitungkan emisi
GRK aktual yang terjadi di lokasi pelaksanaan offest emisi GRK
sektor kehutanan.
5.1. Disagregasi Baseline Emisi GRK Sub Sektor Kehutanan dan Sub
Sektor Pengelolaan Gambut dan Mangrove
34
Tabel 5. Disagregasi Baseline Emisi GRK Sub sub Sektor Kehutanan
Tahun PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
2000-2001 -156,024 -32,125 -22,416 -208,592
2001-2002 -144,280 -29,707 -20,729 -192,891
2002-2003 -140,385 -25,108 -45,905 -191,873
2003-2004 -78,670 -15,185 -54,575 -109,126
2004-2005 -99,426 -11,722 -27,444 -113,196
2005-2006 -64,268 -7,425 -19,074 -116,506
2006-2007 -47,218 -7,636 -16,032 -67,718
2007-2008 -46,038 -7,032 -36,853 -60,357
2008-2009 -17,097 -2,143 -3,946 -24,972
2009-2010 -90,724 -11,143 -19,630 -128,519
2010-2011 -76,143 -11,377 -26,219 -95,492
2011-2012 -37,154 -6,131 -11,131 -34,749
2012-2013 10,405 1,351 1,983 -7,806
2013-2014 -53,560 -6,239 -12,972 -37,247
2014-2015 161,160 19,913 34,592 148,095
2015-2016 16,218 1,677 3,844 12,315
2016-2017 39,953 4,751 18,882 28,566
2017-2018 121,056 10,821 25,868 57,101
2018-2019 37,511 3,060 6,246 20,898
2019-2020 -139,249 -11,007 -20,202 -59,591
Ket: dalam juta ton CO2-e
35
5.3. Hasil Inventarisasi Emisi GRK berupa Emisi aktual pada Sektor
Kehutanan
32. Tingkat emisi Sektor Kehutanan antara tahun 2000 sampai dengan 2020
sebagaimana dipublikasikan dalam Laporan Inventarisasi GRK dan
Monitoring, Pelaporan, Verifikasi 2021 dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (Maret 2022) menunjukkan tingkat emisi yang
fluktuatif (Gambar 1). Rata-rata emisi GRK sektor kehutanan pada
periode tahun 2000-2020 adalah sebesar 499,33 juta ton CO2e.
Sementara, rata-rata emisi GRK sektor kehutanan pada periode 2010-
2020 adalah 620,26 juta ton CO2e. Meningkatnya nilai rata-rata emisi
pada periode tersebut dipengaruhi oleh tingkat emisi GRK ekstrem yang
terjadi pada tahun 2014, 2015 dan 2019 yang disebabkan oleh fenomena
elnino, yang mengakibatkan tingginya luas areal kebakaran hutan dan
lahan yang berkontribusi signifikan terhadap emisi GRK sektor
kehutanan.
1.800,00
1.600,00
1.400,00
Emisi (juta ton CO2e)
1.200,00
1.000,00
800,00
600,00
400,00
200,00
(200,00)
Sumber: Laporan Inventarisasi GRK dan MPV 2021 (KLHK, 2022, diolah)
33. Tingkat emisi GRK sektor kehutanan terdiri atas emisi dari sub sektor
kehutanan dan emisi dari sub sektor pengelolaan gambut dan mangrove,
yang masing-masing perlu didisagregasi untuk melihat kontribusi dari
masing-masing sub sektor terhadap emisi GRK yang dihasilkan.
36
34. Dilihat dari tingkat emisi GRK tahunan, emisi GRK sektor kehutanan
mengalami penurunan dari 532,36 juta ton CO2e pada tahun 2000
menjadi 183,44 juta ton CO2e pada tahun 2020 atau penurunan sebesar
65%. Pada tahun 2010 yang merupakan tahun dasar NDC, tingkat emisi
GRK sektor kehutanan adalah 161,14 juta ton CO2e sehingga tingkat
emisi tahun 2000-2010 turun sebesar 70%. Sedangkan antara tahun
2011-2020, tingkat emisi GRK juga menurun sebesar 29%, dari 258,10
juta ton CO2e pada tahun 2011 menjadi 183,44 juta ton CO2e di tahun
2020.
35. Inventarisasi GRK sektor kehutanan meliputi emisi dari biomassa di atas
permukaan tanah (living biomass), emisi dari kebakaran gambut, dan
emisi dari dekomposisi gambut. Pada periode 2000-2020, rata-rata emisi
dari stok karbon di atas permukaan tanah adalah (-101,80) juta ton
CO2e, rata-rata emisi dari kebakaran gambut sebesar 268,92 juta ton
CO2e, dan rata-rata emisi dari dekomposisi gambut sebesar 332, 21 juta
ton CO2e.
2.000,00
1.500,00
Emisi (juta ton CO2e)
1.000,00
500,00
(500,00)
(1.000,00)
37
5.4. Baseline dan Target Emisi GRK Sektor Kehutanan
38. Baseline dan target pengurangan emisi GRK yang digunakan dalam
perdagangan karbon Sektor Kehutanan tidak melebihi baseline dan
target emisi GRK yang ditentukan dalam dokumen NDC Indonesia.
39. Trajektori emisi GRK Baseline dan tingkat target emisi GRK Sektor
Kehutanan disajikan pada Gambar 3.
38
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
MtCO2e
800
600
400
200
-
201020112012201320142015201620172018201920202021202220232024202520262027202820292030
(200)
Sumber: Laporan Inventarisasi GRK dan MPV, Dokumen Enhanced NDC (KLHK,
2022)
Gambar 3. Tingkat emisi GRK inventori, Baseline, dan target Sektor
Kehutanan
800
700
600
500
Emisi (MtCO2e)
400
300
200
100
-
BAU CM 1 CM 2
(100) 2010 2030
Sumber: Laporan Inventarisasi GRK dan MPV, Dokumen Enhanced NDC (KLHK,
2022)
Gambar 4. Emisi tahun dasar, tingkat baseline dan target emisi GRK
39
5.5. Strategi Perdagangan Karbon luar negeri
a. Tidak meningkatkan emisi global pada NDC atau diantara NDC Para
Pihak yang bekerjasama;
43. Perdagangan karbon Luar Negeri untuk pencapaian target NDC perlu
mempertimbangkan kemudahan investasi, memberikan fleksibilitas
dalam penerapannya serta menerapkan prinsip-prinsip Transparan,
Akuntable, Konsisten, Kontinyu dan Komparable (TACCC),
40
menghindari perhitungan ganda, menggunakan metodologi terbaik,
penerapan baseline konservatif serta penerapan safeguard untuk
menghindari kebocoran, menghindari dampak negatif terhadap
lingkungan sosial dan ekonomi.
44. Kerjasama perdagangan karbon luar negeri dapat dilakukan antara lain
dalam 5 (lima) bentuk yaitu:
41
6. Kriteria Khusus: Rencana Implementasi Perdagangan
Emisi Sektor Kehutanan
45. Sebagaimana telah ditentukan tujuan dari peta jalan ini adalah untuk
menjadi acuan dalam pencapaian target NDC dari Sektor Kehutanan,
sehingga secara kontekstual Peta Jalan ini menjadi kerangka proses
secara nasional untuk mengembangkan strategi Perdagangan Karbon
pada Sektor Kehutanan. Selain itu, hal ini bertujuan untuk penguatan
kesiapan para pihak dalam pelaksanaan dan pendanaan. Lebih jauh lagi,
peta jalan ini mengembangkan kerangka kerja untuk pengembangan
pada sub-sub sektor dengan melakukan analisis situasi, dokumen dan
studi perubahan iklim, dan kemudian memanfaatkan informasi yang ada
guna pengembangan strategi berkelanjutan aksi mitigasi nasional ke
depan. Peta jalan ini juga berkontribusi terhadap penguatan
pemahaman mengenai implikasi proses FOLU Net Sink 2030 untuk
mencapai komitmen terkait dengan strategi pembangunan
berkelanjutan. Implementasi FOLU Net Sink 2030 merupakan salah satu
strategi terhadap pengurangan emisi GRK.
42
Tabel 7. Rencana Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan
2021-2030
43
No Aksi mitigasi Kegiatan Keterangan
4. Peningkatan • Rehabilitasi non • Target rehabilitasi non rotasi
Cadangan rotasi adalah 2,08 juta ha untuk
Karbon • Rehabilitasi dengan mencapai target NDC dan 2,51
rotasi juta ha untuk mencapai target Net
sink pada tahun 2030. Hingga
tahun 2019, kegiatan rehabilitasi
non rotasi mencapai 0,62 juta ha.
Dengan demikian target kegiatan
rehabilitasi non rotasi hingga
tahun 2030 adalah 1,45 juta ha
untuk mencapai target NDC dan
1,88 juta ha untuk target FOLU
Net sink. Dari luas tersebut, 54%
berada di kawasan hutan produksi
dengan izin konsesi.
44
6.2. Sasaran Perdagangan Emisi
48. Perdagangan emisi pada sektor kehutanan dapat dilakukan pada sub
sektor pengelolaan gambut dan mangrove yang berada di dalam kawasan
hutan maupun di luar kawasan hutan.
51. Perdagangan emisi sektor kehutanan dapat dilakukan pada seluruh atau
sebagian areal usaha di lahan gambut yang mengalami kerusakan.
d. penentuan PTBAE-PU;
j. pelaksanaan.
45
b. penyimpanan, terhadap sisa Batas Atas Emisi GRK dan/atau kuota
Emisi GRK yg tidak digunakan
b. Lelang
55. PTBAE bagi Pelaku Usaha yang selanjutnya disebut PTBAE-PU adalah
penetapan Batas Atas Emisi GRK bagi Pelaku Usaha dan/atau
penetapan kuota emisi dalam periode penaatan tertentu bagi setiap
Pelaku Usaha.
46
56. Penetapan PTBAE-PU dilakukan berdasarkan usulan pelaku usaha
dengan melampirkan informasi dan rencana usaha.
60. Pelaku usaha dengan PTBAE-PU yang ditetapkan oleh pemerintah dapat
melakukan perdagangan emisi dalam negeri dan luar negeri.
47
8. Kriteria Khusus: Rencana Implementasi Offset Emisi GRK
Sektor Kehutanan
8.1. Rencana dan strategi pencapaian target NDC pada Sektor atau Sub
Sektor
65. Strategi utama penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan antara lain
melalui
48
e. Konservasi dan peningkatan rosot karbon melalui restorasi
ekosistem hutan produksi, dan rehabilitasi lahan dan moratorium
izin baru atau konsesi di lahan gambut, dan
49
tidak berhutan/tidak produktif dan areal bekas tebangan yang masih
berhutan dan tidak dapat dihindari.
50
Tabel 8. Target Capaian Pengurangan Laju Degradasi Hutan di
Lahan Mineral dan Gambut
Kumulatif dari tahun 2013
Rata-rata
Laju Aksi Skenario 2013- 2013- 2013- 2013-
Per tahun
2019 2024 2029 2030
Laju BAU 818 6.114 10.129 13.960 14.721
Degradasi CM1 400 3.191 5.065 6.848 7.205
Lahan CM2 233 2.110 3.124 4.022 4.203
Mineral
Aktual 369 1.844 - - -
Laju BAU 62 410 672 1.030 1.109
Degradasi CM1 4 33 56 73 76
Lahan CM2 2 20 29 33 34
Gambut
Aktual 16 80 - - -
Dalam ribu hektare
53
sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Tujuan
penyelenggaraan RHL ialah untuk menurunkan degradasi hutan
dan lahan serta memulihkan lahan-lahan rusak/kritis agar dapat
berfungsi sebagai media produksi dan media tata air. Kegiatan RHL
yang diarahkan untuk memulihkan lahan-lahan rusak/kritis yang
berfungsi sebagai media produksi, setelah rehabilitasi nantinya
akan dapat dimanfaatkan kayunya, sementara yang diarahkan
untuk media tata air akan tetap dijaga sebagai wilayah lindung/
konservasi sehingga tidak diperbolehkan pemanfaatan kayunya.
Kegiatan RHL untuk pemulihan fungsi produksi di dalam NDC
disebut sebagai kegiatan ‘rehabilitasi lahan dengan rotasi’,
sedangkan yang untuk fungsi tata air dan layanan jasa lingkungan
lainnya sebagai kegiatan ‘rehabilitasi lahan tanpa rotasi’. Lahan
kritis dan sangat kritis yang berada di dalam dan di luar kawasan
hutan berupa lahan yang sudah dimanfaatkan untuk kegiatan
pertanian dan tidak produktif. Secara total luas lahan kritis dan
sangat kritis di dalam kedua Kawasan mencapai 7,786 juta hektare
dan sekitar 87% sudah dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya
kegiatan pertanian berpindah yang ditunjukkan dalam bentuk
pertanian lahan kering campur semak. Lahan kritis dan sangat
kritis yang ada di APL mencapai hampir 4,753 juta hektare, dalam
KPH mencapai lebih dari 1,882 juta hektare, dalam non-KPH sekitar
0,186 juta hektare, kawasan konservasi sekitar 0,547 juta hektare
dan konsesi sekitar 0,418 juta hektare.
54
Strategi implementasikan upaya pencapaian penurunan emisi
melalui rehabilitasi lahan tanpa rotasi adalah sebagai berikut:
55
j. Pelaksanaan kegiatan RHL melalui penanaman pada lahan mineral
dengan rotasi untuk pencapaian target penurunan emisi NDC
memerlukan luasan penanaman yang lebih luas dibading dengan
yang tanpa rotasi. Untuk target penurunan emisi CM1, total lahan
yang harus direhabilitasi sampai tahun 2030 mencapai 3,5 juta
hektare, sedangkan pada CM2 memerlukan luasan yang lebih
rendah yaitu 3,1 juta hektare. Lebih rendahnya kebutuhan lahan
untuk CM2 dikarenakan lebih tingginya produktivitas hutan
tanaman yang digunakan pada CM2 dibanding CM1. Dengan
demikian untuk mencapai target produksi yang sama, luasan lahan
yang dibutuhkan menjadi lebih rendah.
57
4) Areal PBPH-HT yang masih produktif dengan potensi tegakan
hutan > 20 m3 /hektare, maka tidak dilakukan penebangan
atau sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan
(THPB). Sistem silvikultur untuk areal PBPH-HT dengan potensi
tegakan (log over area-LOA) > 20 m3 /hektare menggunakan
Sistem Silvikultur Intensif (SILIN) dan Multi Sistem Silvikultur
(MSS) untuk multi usaha pemanfaatan hutan alam.
5) Peningkatan produktivitas tanaman PBPH-HT bahwa
peningkatan produktivitas tanaman melalui kegiatan: pemilihan
jenis, pemuliaan pohon, penyediaan bibit unggul, manipulasi
lingkungan). Berdasarkan target NDC, peningkatan
produktivitas tanaman PBPH-HT dari 7,22 m3 /hektare pada
skenario BAU menjadi 7,46 m3 /hektare pada skenario
CM1/CM2.
6) Penanggung jawab untuk seluruh pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan PBPH-HT di atas adalah pemilik izin
PBPH-HT.
58
pengelolaan yaitu HGU, PBPH-HT dan PBPH-HA dengan total luas
sekitar 3,922 juta hektare. Luasan yang baru dimanfaatkan oleh
pemegang izin untuk penanaman tanaman sesuai izinnya baru
mencapai sekitar 1,314 juta hektare, yaitu sekitar 0,890 juta
hektare untuk perkebunan (HGU) dan 0,424 juta hektare untuk
hutan tanaman (PBPH-HT). Sebagian wilayah yang sudah dibebani
izin banyak yang dimanfaatkan untuk kegiatan lain dan sebagian
tidak produktif. Wilayah HGU dan PBPH-HT yang sudah
dimanfaatkan merupakan wilayah yang dapat dijadikan target
untuk pelaksanaan kegiatan mitigasi di lahan gambut dengan
perbaikan pengelolaan tata air, sedangkan tutupan lainnya yang
tidak produktif atau tidak dikelola secara baik dengan prinsip
berkelanjutan menjadi sasaran untuk kegiatan pemulihan
lingkungan.
60
perlindungan hak tenurial, termasuk hak adat atas tanah di
beberapa daerah serta lisensi pemanfaatan, tetapi juga dapat
membatasi ekspansi petani kecil ke daerah gambut dalam yang
rapuh. Pengelolaan kegiatan restorasi yang dilakukan di area
gambut dalam pada kawasan non hutan serta non konsesi (non
HTI-HGU) menjadi tanggung jawab Pemda dan dapat difasilitasi
oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), sedangkan di
dalam kawasan konsesi menjadi tangungjawab pemegang konsesi.
Kegiatan restorasi gambut yang dilakukan BRGM terdiri dari
kegiatan pembasahan (rewetting), revegetasi, dan revitalisasi.
Kegiatan rewetting terdiri atas kegiatan pembuatan sumur bor,
pembangunan sekat kanal, penimbunan kanal, dan pembuatan
embung. Kegiatan revegetasi yang dilakukan dibagi atas 3 kategori
yakni:
67. Offset emisi GRK Sektor Kehutanan dapat dilaksanakan oleh sektor
kehutanan sebagai:
a. Pelaku offset; atau
68. Pelaku offset emisi GRK di Sektor Kehutanan melaksanakan offset emisi
GRK untuk dua keperluan, yaitu:
a. Pemenuhan sebagian dari pelaksanaan perdagangan emisi di
Sektor Kehutanan; atau
61
69. Penyedia unit offset emisi GRK di Sektor Kehutanan adalah pelaku
usaha sektor kehutanan yang telah melakukan aksi mitigasi dan
mendapatkan SPE-GRK atau sertifikat pengurangan emisi lainnya yang
dinyatakan setara. Unit offset emisi GRK tersebut dapat digunakan
untuk keperluan:
70. Pengimbangan atau offset emisi GRK Sektor Kehutanan dilakukan bagi
usaha dan/atau kegiatan yang:
b. surplus emisi, dalam hal hasil capaian pengruangan emisi GRK dari
aksi mitigasi perubahan iklim yang dilakukan berada di bawah target
dan baseline emisi GRK yang ditetapkan; atau
c. defisit emisi, dalam hal hasil capaian pengurangan emisi GRK dari
aksi mitigasi perubahan iklim yang dilakukan berada di atas target
dan di bawah baseline emisi GRK yang ditetapkan.
71. Penentuan baseline dan target pengurangan emisi untuk offset emisi
GRK dapat diusulkan oleh pelaku usaha dan ditetapkan langsung.
62
73. Penentuan baseline dan pengukuran emisi aktual dilakukan
berdasarkan metodologi mengikuti standar internasional (yang
dikeluarkan oleh IPCC) dan/atau standar nasional Indonesia yang telah
ditetapkan oleh pemerintah (Badan Standardisasi Nasional dan/atau
KLHK).
76. Besaran cadangan pengurangan emisi (buffer) untuk offset emisi GRK:
78. Emisi baseline merupakan tingkat emisi GRK yang menjadi dasar
penilaian kinerja penurunan emisi pada mekanisme offset emisi GRK.
Penentuan baseline unit usaha dilakukan dengan menggunakan
pendekatan emisi historis, dimana tingkat emisi merupakan nilai rata-
rata emisi pada periode waktu yang telah ditentukan, yang disebut
sebagai periode referensi.
79. Definisi kelas tutupan lahan mengikuti definisi yang digunakan dalam
inventarisasi gas rumah kaca nasional seperti yang tercantum dalam
dokumen FRL. Jika terdapat perbedaan dengan definisi yang digunakan
pada level nasional, perlu ditambahkan penjelasan mengenai alasan
perbedaan definisi dan dampaknya terhadap penghitungan emisi
baseline. Definisi kelas tutupan lahan diperlukan untuk menjaga
63
konsistensi penghitungan emisi baseline dengan penghitungan emisi
aktual pada periode penaatan.
81. Carbon pool yang dapat digunakan dalam penyusunan baseline meliputi
above-ground biomass (AGB), below-ground biomass (BGB), serasah,
kayu mati, dan tanah organik. Carbon pool yang paling banyak
digunakan dalam penyusunan baseline adalah AGB dan BGB karena
ketersediaan data yang memadai. Khusus untuk subsektor pengelolaan
mangrove dan gambut, karbon tanah dimasukkan dalam penghitungan
baseline karena nilainya cukup signifikan.
82. Sumber emisi gas rumah kaca pada lahan gambut dalam penyusunan
emisi baseline selain CO2 adalah CH4 dan N2O karena penghitungan
nilainya cukup signifikan.
Data Aktivitas
Faktor Emisi/removal
84. Hasil disagregasi baseline emisi GRK pada sektor Kehutanan, Gambut
dan Mangrove berdasarkan provinsi sebagaimana Tabel 11.
85. Periode offset emisi GRK dan Periode Penaatan pengukuran kinerja
pengurangan Emisi Sektor Kehutanan sampai dengan tahun 2030 akan
diselenggarakan dalam yang perlu disepakati, misalnya:
a. Periode-1: 2023-2026; dan
b. Periode-2: 2027-2030;
86. Periode Penaatan adalah periode yang ditetapkan oleh Menteri Terkait
untuk mengukur ketaatan Pelaku Usaha dalam menurunkan Emisi GRK
sesuai dengan Batas Atas Emisi GRK atau target yang telah ditetapkan.
Periode penaatan pengukuran kinerja dilakukan setiap 2 tahun.
66
8.6. Strategi Perdagangan Offset Emisi GRK Dalam dan Luar Negeri
67
c. penetapan Baseline Emisi GRK sektor Kehutanan;
e. penyusunan DRAM;
f. validasi DRAM;
l. penerbitan SPE-GRK.
89. Offset emisi dapat dilakukan pada seluruh atau sebagian areal usaha.
a. Perdagangan Karbon;
b. Pembayaran Berbasis Kinerja;
c. Pungutan atas Karbon; dan/atau
d. mekanisme lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b. Registri Nasional,
96. Unit karbon adalah bukti kepemilikan karbon dalam bentuk sertifikat
atau persetujuan teknis yang dinyatakan dalam 1 (satu) ton karbon
dioksida yang tercatat dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian
Perubahan Iklim.
70
9.1. Pencatatan dan Pelaporan Perdagangan Emisi
98. Rekapitulasi hasil perdagangan emisi yang didapat dari SRN PPI akan
dibandingkan dengan laporan emisi GRK sektor kehutanan yang telah
terverifikasi untuk mengetahui hasil pelaksanaan PTBAE-PU sektor
kehutanan tersebut.
99. Laporan emisi GRK sektor kehutanan yang mengikuti perdagangan emisi
divalidasi dan diverifikasi oleh Validator dan Verifikator independen
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal jumlah
lembaga Validator dan Verifikator belum mencukupi dalam Fase-1
pelaksanaan perdagangan emisi, validasi dan verifikasi dapat dilakukan
oleh tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
(iii) Terdaftar sebagai tenaga ahli Validasi dan Verifikasi di SRN PPI.
101. Pencatatan dan pelaporan offset emisi GRK serta validasi dan verifikasi
pengurangan emisi Sektor Kehutanan dilakukan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Penetapan
metodologi
untuk
penerbitan
SPE-GRK
sektor
kehutanan.
Sosialisasi Peningkatan Evaluasi Penguatan
offset emisi kapasitas pelaksanaan SRN untuk
pelaksanaan offset emisi mendukung
2024 offset emisi offset emisi
Pelatihan untuk
validator dan
verifikator offset
emisi
72
Sosialisasi Peningkatan Evaluasi Penguatan
perdagangan kapasitas pelaksanaan SRN untuk
2025 - emisi pelaksana perdagangan mendukung
2027 perdagangan emisi perdagangan
emisi emisi
Pelatihan untuk
validator dan
verifikator
perdagangan
emisi
Sosialisasi hasil Evaluasi Penguatan
pengurangan pelaksanaan SRN untuk
2028 - emisi dari perdagangan mendukung
2030 perdagangan karbon sektor perdagangan
karbon sektor kehutanan karbon antar
kehutanan sektor
105. Sesuai dengan mandat Surat Keputusan Menteri LHK Nomor 679 Tahun
2017, pemantauan mengacu pada mekanisme MRV yang telah
dikembangkan, dengan menggunakan sistem informasi melalui Sistem
Registri Nasional Pengendalian Perubahan klim (SRN-PPI). Pelaksana
atau penanggung jawab pelaksanaan perdagangan karbon
menyampaikan informasi yang mencakup tipe kegiatan mitigasi serta
status perkembangannya (dalam perencanaan/sedang
dilaksanakan/sudah berakhir) dan klaim capaian penurunan emisi GRK
yang telah terjadi untuk dapat diverifikasi, melalui SRN-PPI.
73
Tabel 11. Disagregasi Baseline Emisi GRK Sub Sektor Kehutanan, Sub
Sektor Pengelolaan Gambut dan Mangrove dan Sub sub
Sektornya Berdasarkan Provinsi dan Tahun
Dalam satuan juta ton CO2
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
ACEH
2000-2001 - 256,892 -196,090 - - 573,332 - 21,537
2001-2002 - 537 - 109 - - 4,686 - 30
2002-2003 - 299 - 47 - - 3,741 - 7
2003-2004 - 420 - 58 - - 3,885 - 1
2004-2005 - 576 - 54 - - 6,605 - 0
2005-2006 - 502 - 13 - - 9,603 -
2006-2007 - 361 - 28 - - 9,125 - 2
2007-2008 - 291 - 34 - - 4,628 - 1
2008-2009 - 104 - 16 - - 30,914 - 2
2009-2010 - 383 - 31 - - 8,363 - 2
2010-2011 - 477 - 52 - - 12,163 - 3
2011-2012 - 284 - 23 - - 9,911 - 1
2012-2013 94 9 - - 10,687 1
2013-2014 - 965 - 115 - - 17,053 - 4
2014-2015 951 293 - - 10,300 165
2015-2016 156 20 - - 2,910 1
2016-2017 457 50 - - 1,533 6
2017-2018 908 131 - - 4,510 36
2018-2019 246 35 - - 2,767 13
2019-2020 - 3,059 - 352 - - 804 - 62
BANGKA BELITUNG
2000-2001 - 228,957 - 52,871 - - 76,673 -
2001-2002 - 4,814 - 829 - - 566 -
2002-2003 - 3,556 - 707 - - 506 -
2003-2004 - 1,789 - 447 - - 200 -
2004-2005 - 2,575 - 321 - - 569 -
2005-2006 - 883 - 140 - - 427 -
2006-2007 - 1,605 - 260 - - 895 -
2007-2008 - 669 - 64 - - 640 -
2008-2009 - 122 - 19 - - 432 -
2009-2010 - 2,096 - 141 - - 792 -
2010-2011 - 1,138 - 51 - - 725 -
2011-2012 - 900 - 169 - - 1,702 -
2012-2013 251 46 - - 965 -
2013-2014 - 1,034 - 82 - - 1,748 -
2014-2015 2,850 305 - - 5,797 -
2015-2016 283 19 - - 675 -
2016-2017 681 32 - - 1,439 -
2017-2018 1,220 212 - - 2,781 -
2018-2019 223 30 - - 4,505 -
74
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2019-2020 - 850 - 218 - - 1,460 -
BALI
2000-2001 - 257 - 32,555 - 1,481 - - - 1,162
2001-2002 - - 86 - 5 - - -
2002-2003 - - 22 - 2 - - -
2003-2004 - - 4 - 1 - - -
2004-2005 - 0 - 29 - 1 - - - 0
2005-2006 - - 4 - 0 - - -
2006-2007 - 0 - 14 - 3 - - -
2007-2008 - - 1 - 0 - - -
2008-2009 - - 1 - 0 - - -
2009-2010 - 1 - 27 - 7 - - - 0
2010-2011 - - 1 - 0 - - - 0
2011-2012 - 0 - 22 - 0 - - -
2012-2013 3 23 0 - - -
2013-2014 - 0 - 24 - 3 - - - 0
2014-2015 - 20 2 - - -
2015-2016 - 2 1 - - -
2016-2017 - 1 0 - - -
2017-2018 0 51 5 - - -
2018-2019 0 5 0 - - 0
2019-2020 - - 5 - 1 - - -
BENGKULU
2000-2001 - 117,779 - 44,841 - - 27,931 -
2001-2002 - 70 - 402 - - 516 -
2002-2003 - 95 - 178 - - 1,187 -
2003-2004 - 123 - 45 - - 637 -
2004-2005 - 94 - 269 - - 199 -
2005-2006 - 77 - 54 - - 640 -
2006-2007 - 194 - 48 - - 470 -
2007-2008 - 144 - 19 - - 338 -
2008-2009 - 31 - 20 - - 18 -
2009-2010 - 94 - 83 - - 3 -
2010-2011 - 131 - 97 - - 50 -
2011-2012 - 109 - 45 - - 3 -
2012-2013 15 17 - - - -
2013-2014 - 60 - 82 - - 25 -
2014-2015 210 198 - - 4 -
2015-2016 16 32 - - - -
2016-2017 57 48 - - 1 -
2017-2018 337 107 - - 158 -
2018-2019 81 134 - - 20 -
2019-2020 - 132 - 229 - - 32 -
75
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
GORONTALO
2000-2001 - 102,321 - 27,379 - - 48,400 - -
2001-2002 - 2,347 - 1,516 - - - -
2002-2003 - 2,049 - 1,309 - - - -
2003-2004 - 188 - 310 - - - -
2004-2005 - 81 - 231 - - - -
2005-2006 - 448 - 423 - - - -
2006-2007 - 234 - 206 - - - -
2007-2008 - 68 - 91 - - - -
2008-2009 - 26 - 48 - - - -
2009-2010 - 463 - 286 - - 0 - -
2010-2011 - 432 - 375 - - - -
2011-2012 - 109 - 51 - - - -
2012-2013 40 36 - 0 - -
2013-2014 - 126 - 151 - - 0 - -
2014-2015 320 228 - - - -
2015-2016 27 33 - 0 - -
2016-2017 75 44 - 0 - -
2017-2018 285 172 - 0 - -
2018-2019 66 51 - 0 - -
2019-2020 - 321 - 133 - - 3 - -
JAMBI
2000-2001 - 578,318 -204,512 - 12,617 - 1.529,993 -
2001-2002 - 20,012 - 2,433 - 5 - 45,334 -
2002-2003 - 13,785 - 1,428 - 3 - 9,525 -
2003-2004 - 6,204 - 908 - 3 - 18,320 -
2004-2005 - 7,869 - 1,192 - 3 - 57,686 -
2005-2006 - 7,005 - 874 - 0 - 50,370 -
2006-2007 - 4,980 - 1,152 - 3 - 14,978 -
2007-2008 - 4,471 - 1,392 - 5 - 20,241 -
2008-2009 - 2,144 - 247 - 0 - 44,679 -
2009-2010 - 9,179 - 743 - 3 - 11,566 -
2010-2011 - 8,564 - 1,019 - 13 - 11,733 -
2011-2012 - 4,708 - 816 - 4 - 25,820 -
2012-2013 830 91 0 - 22,575 -
2013-2014 - 3,712 - 629 - 1 - 52,443 -
2014-2015 19,564 3,128 19 - 46,842 -
2015-2016 943 121 1 - 14,242 -
2016-2017 3,005 479 7 - 34,279 -
2017-2018 4,758 905 12 - 13,887 -
2018-2019 3,245 375 11 - 64,008 -
2019-2020 - 10,100 - 768 - 34 - 47,002 -
JAWA
2000-2001 - -379,573 - 12,878 - - -
2001-2002 - - 7,309 - 23 - - -
76
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2002-2003 - - 4,069 - 19 - - -
2003-2004 - - 493 - 3 - - -
2004-2005 - - 1,023 - 19 - - -
2005-2006 - - 488 - 0 - - -
2006-2007 - - 484 - 3 - - -
2007-2008 - - 83 - 2 - - -
2008-2009 - - 68 - 0 - - -
2009-2010 - - 365 - 1 - - -
2010-2011 - - 616 - 1 - - -
2011-2012 - - 1,016 - 21 - - -
2012-2013 - 275 1 - - -
2013-2014 - - 352 - 7 - - -
2014-2015 - 1,016 33 - - -
2015-2016 - 78 3 - - -
2016-2017 - 125 3 - - -
2017-2018 - 750 28 - - -
2018-2019 - 307 8 - - -
2019-2020 - - 699 - 45 - - -
KALIMANTAN
BARAT
2000-2001 -3.964,749 -690,719 - 74,537 -5.885,255 5.838,493 - 230,447
2001-2002 - 15,351 - 1,967 - 51 - 25,525 27,632 - 324
2002-2003 - 15,666 - 1,623 - 88 - 26,209 21,656 - 72
2003-2004 - 14,994 - 3,310 - 74 - 26,737 52,583 - 12
2004-2005 - 24,151 - 1,616 - 323 - 32,512 56,829 - 1
2005-2006 - 3,337 - 708 - 17 - 15,065 135,869 -
2006-2007 - 4,432 - 722 - 44 - 12,680 50,561 - 24
2007-2008 - 4,532 - 734 - 18 - 13,662 44,344 - 13
2008-2009 - 1,739 - 270 - 13 - 5,944 111,708 - 22
2009-2010 - 6,377 - 1,142 - 68 - 29,540 81,270 - 16
2010-2011 - 4,509 - 1,025 - 22 - 21,898 79,465 - 27
2011-2012 - 6,854 - 604 - 107 - 13,264 145,545 - 8
2012-2013 718 112 2 1,894 73,963 15
2013-2014 - 6,960 - 1,013 - 134 - 12,917 179,919 - 42
2014-2015 22,485 2,855 198 42,938 201,295 1,767
2015-2016 1,172 264 10 3,133 83,850 15
2016-2017 2,784 781 37 6,109 34,174 60
2017-2018 11,834 906 249 15,522 48,149 389
2018-2019 2,918 308 31 3,814 60,646 135
2019-2020 - 11,938 - 1,270 - 185 - 16,122 30,589 - 668
KALIMANTAN
SELATAN
2000-2001 - 732,496 -112,580 - - 189,224 - 5,974
2001-2002 - 5,665 - 201 - - 112 - 96
2002-2003 - 8,136 - 535 - - 883 - 53
2003-2004 - 3,505 - 372 - - 1,059 - 90
2004-2005 - 5,672 - 443 - - 5,234 - 54
77
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2005-2006 - 4,248 - 180 - - 1,683 - 30
2006-2007 - 4,593 - 405 - - 2,070 - 23
2007-2008 - 3,577 - 242 - - 517 - 13
2008-2009 - 612 - 35 - - 666 - 7
2009-2010 - 3,733 - 402 - - 1,367 - 137
2010-2011 - 4,398 - 233 - - 1,562 - 18
2011-2012 - 4,227 - 318 - - 2,200 - 22
2012-2013 724 49 - - 2,324 5
2013-2014 - 2,736 - 232 - - 830 - 12
2014-2015 9,230 921 - - 986 71
2015-2016 665 32 - - 895 3
2016-2017 968 126 - - 4,330 3
2017-2018 2,548 390 - - 588 34
2018-2019 671 84 - - 1,176 10
2019-2020 - 3,865 - 356 - - 611 - 18
KALIMANTAN
UTARA
2000-2001 -3.436,416 -173,458 - - 835,314 - 198,858
2001-2002 - 5,662 - 1,010 - - 657 - 498
2002-2003 - 7,135 - 1,961 - - 503 - 220
2003-2004 - 2,745 - 654 - - 650 - 82
2004-2005 - 3,023 - 209 - - 964 - 37
2005-2006 - 1,665 - 87 - - 2,978 - 42
2006-2007 - 1,477 - 34 - - 510 - 33
2007-2008 - 905 - 35 - - 322 - 20
2008-2009 - 675 - 25 - - 1,144 - 17
2009-2010 - 2,010 - 141 - - 1,027 - 57
2010-2011 - 2,176 - 127 - - 13,246 - 85
2011-2012 - 478 - 33 - - 13,614 - 13
2012-2013 742 29 - - 27,194 18
2013-2014 - 1,672 - 103 - - 30,590 - 40
2014-2015 3,820 408 - - 25,355 105
2015-2016 451 32 - - 11,835 32
2016-2017 769 56 - - 1,824 48
2017-2018 4,056 220 - - 16,799 201
2018-2019 1,063 46 - - 15,559 56
2019-2020 - 7,302 - 293 - - 10,400 - 200
KALIMANTAN
TENGAH
2000-2001 -7.849,802 -347,444 -11.075,140 - 10.627,088 - 5,052
2001-2002 - 10,102 - 703 - 20,536 - 30,419 - 26
2002-2003 - 17,563 - 2,256 - 45,623 - 58,880 - 6
2003-2004 - 12,570 - 3,855 - 54,442 - 197,953 - 2
2004-2005 - 13,845 - 1,498 - 27,048 - 86,907 - 4
2005-2006 - 7,250 - 1,096 - 18,981 - 133,826 - 4
2006-2007 - 5,070 - 714 - 15,919 - 68,218 - 1
78
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2007-2008 - 9,143 - 2,092 - 36,782 - 128,705 - 5
2008-2009 - 1,809 - 255 - 3,921 - 50,958 - 0
2009-2010 - 6,838 - 1,404 - 19,428 - 42,021 - 6
2010-2011 - 10,576 - 2,198 - 26,036 - 64,288 - 6
2011-2012 - 4,260 - 719 - 10,982 - 143,435 - 6
2012-2013 1,112 96 1,969 - 48,056 0
2013-2014 - 7,061 - 658 - 12,786 - 156,104 - 2
2014-2015 13,937 2,476 34,230 - 188,160 13
2015-2016 1,923 209 3,822 - 77,792 2
2016-2017 6,599 1,288 18,799 - 133,732 2
2017-2018 18,819 979 25,412 - 69,826 39
2018-2019 5,061 203 6,147 - 54,670 3
2019-2020 - 13,751 - 742 - 19,676 - 34,857 - 4
KALIMANTAN TIMUR
2000-2001 -7.143,667 -405,970 - 13,173 - 927,490 - 206,184
2001-2002 - 13,926 - 1,254 - - 917 - 301
2002-2003 - 7,029 - 627 - 3 - 369 - 129
2003-2004 - 5,271 - 269 - 1 - 138 - 86
2004-2005 - 8,853 - 230 - 1 - 3,924 - 60
2005-2006 - 6,887 - 112 - 1 - 2,101 - 19
2006-2007 - 2,525 - 90 - 0 - 1,437 - 13
2007-2008 - 2,251 - 87 - 1 - 263 - 49
2008-2009 - 1,869 - 58 - 0 - 5,744 - 11
2009-2010 - 12,189 - 246 - 1 - 4,750 - 59
2010-2011 - 6,692 - 322 - - 2,873 - 62
2011-2012 - 2,787 - 89 - 0 - 1,541 - 20
2012-2013 2,358 65 0 - 2,341 8
2013-2014 - 13,112 - 362 - 1 - 2,327 - 41
2014-2015 19,757 587 2 - 3,746 174
2015-2016 2,329 47 0 - 1,627 33
2016-2017 5,392 189 1 - 794 200
2017-2018 23,043 827 4 - 5,786 266
2018-2019 3,810 105 1 - 3,677 39
2019-2020 - 19,646 - 616 - 2 - 1,755 - 218
KEPULAUAN RIAU
2000-2001 - 53 - 15,263 - - 18,837 - 8,009
2001-2002 - 2 - 356 - - 193 - 2
2002-2003 - 1 - 133 - - 140 - 1
2003-2004 - 0 - 9 - - 11 - 1
2004-2005 - 4 - 69 - - 69 - 3
2005-2006 - 0 - 47 - - 29 - 2
2006-2007 - 1 - 14 - - 13 - 7
2007-2008 - 8 - 23 - - 18 - 2
2008-2009 - 0 - 4 - - 7 - 1
2009-2010 - 1 - 23 - - 36 - 7
79
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2010-2011 - 2 - 4 - - 0 - 0
2011-2012 - 1 - 10 - - 197 - 0
2012-2013 0 2 - - 28 0
2013-2014 - 9 - 8 - - 175 - 0
2014-2015 7 100 - - 6 22
2015-2016 0 1 - - - 0
2016-2017 - 2 - - - 1
2017-2018 0 54 - - 17 8
2018-2019 1 14 - - 13 2
2019-2020 - 0 - 102 - - 1 - 7
LAMPUNG
2000-2001 - 163,492 -126,458 - - 101,236 - 208
2001-2002 - 2,612 - 2,491 - - 954 -
2002-2003 - 3,630 - 1,533 - - 514 -
2003-2004 - 1,511 - 900 - - 2,735 - 0
2004-2005 - 3,161 - 932 - - 1,059 - 0
2005-2006 - 467 - 349 - - 1,006 -
2006-2007 - 422 - 741 - - 750 -
2007-2008 - 448 - 396 - - 583 -
2008-2009 - 120 - 112 - - 377 -
2009-2010 - 48 - 454 - - 76 -
2010-2011 - 217 - 652 - - 1 -
2011-2012 - 418 - 395 - - 777 - 0
2012-2013 108 57 - - 818 -
2013-2014 - 265 - 243 - - 846 -
2014-2015 486 633 - - 1,195 0
2015-2016 61 95 - - 449 0
2016-2017 40 157 - - 21 0
2017-2018 171 616 - - 92 0
2018-2019 104 146 - - 66 0
2019-2020 - 62 - 691 - - 23 - 0
MALUKU
2000-2001 -1.108,597 -213,108 - 554 - - - 21,676
2001-2002 - 3,278 - 2,121 - 0 - - - 76
2002-2003 - 2,853 - 1,165 - 5 - - - 49
2003-2004 - 1,203 - 480 - 0 - - - 52
2004-2005 - 849 - 282 - 1 - - - 3
2005-2006 - 375 - 130 - - - - 1
2006-2007 - 757 - 166 - - - - 6
2007-2008 - 468 - 76 - - - - 8
2008-2009 - 429 - 92 - 0 - - - 1
2009-2010 - 794 - 324 - 0 - - - 7
2010-2011 - 1,060 - 202 - 0 - - - 5
2011-2012 - 391 - 157 - 0 - - - 6
2012-2013 180 37 0 - - 3
80
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2013-2014 - 650 - 183 - - - - 2
2014-2015 2,966 551 0 - - 31
2015-2016 505 66 0 - - 3
2016-2017 870 109 0 - - 1
2017-2018 2,977 940 0 - - 32
2018-2019 412 89 0 - - 6
2019-2020 - 2,144 - 364 - 0 - - - 11
MALUKU UTARA
2000-2001 -1.266,332 -211,694 - - - - 23,954
2001-2002 - 2,269 - 328 - - - - 2
2002-2003 - 2,129 - 423 - - - - 4
2003-2004 - 1,002 - 45 - - - - 1
2004-2005 - 409 - 76 - - - - 0
2005-2006 - 646 - 78 - - - - 1
2006-2007 - 430 - 70 - - - - 0
2007-2008 - 377 - 67 - - - - 0
2008-2009 - 174 - 46 - - - - 0
2009-2010 - 1,828 - 203 - - - - 3
2010-2011 - 1,623 - 299 - - - - 1
2011-2012 - 426 - 76 - - - - 1
2012-2013 140 25 - - - 0
2013-2014 - 1,022 - 288 - - - - 1
2014-2015 1,444 478 - - - 5
2015-2016 250 41 - - - 1
2016-2017 571 45 - - - 0
2017-2018 1,334 236 - - - 4
2018-2019 298 91 - - - 1
2019-2020 - 2,115 - 373 - - - - 2
NUSA TENGGARA
BARAT
2000-2001 - 87,962 - 39,252 - - - - 422
2001-2002 - 1,186 - 1,332 - - - -
2002-2003 - 369 - 756 - - - -
2003-2004 - 168 - 85 - - - -
2004-2005 - 42 - 15 - - - -
2005-2006 - 14 - 3 - - - -
2006-2007 - 36 - 21 - - - -
2007-2008 - 10 - 10 - - - -
2008-2009 - 5 - 4 - - - -
2009-2010 - 166 - 97 - - - -
2010-2011 - 63 - 115 - - - -
2011-2012 - 163 - 110 - - - -
2012-2013 20 9 - - - -
2013-2014 - 164 - 59 - - - -
2014-2015 443 221 - - - -
2015-2016 37 11 - - - -
81
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2016-2017 49 16 - - - 0
2017-2018 264 242 - - - -
2018-2019 74 41 - - - -
2019-2020 - 176 - 33 - - - -
NUSA TENGGARA
TIMUR
2000-2001 - 63,428 - 94,188 - - - - 168
2001-2002 - 121 - 276 - - - -
2002-2003 - 469 - 152 - - - -
2003-2004 - 104 - 114 - - - -
2004-2005 - 66 - 14 - - - -
2005-2006 - 19 - 24 - - - -
2006-2007 - 22 - 16 - - - -
2007-2008 - 1 - 15 - - - -
2008-2009 - 13 - 7 - - - -
2009-2010 - 2 - 21 - - - -
2010-2011 - 62 - 22 - - - -
2011-2012 - 164 - 82 - - - -
2012-2013 7 4 - - - -
2013-2014 - 11 - 22 - - - -
2014-2015 75 166 - - - -
2015-2016 2 2 - - - -
2016-2017 10 6 - - - -
2017-2018 384 130 - - - -
2018-2019 9 6 - - - -
2019-2020 - 40 - 23 - - - - 0
PAPUA
2000-2001 -1,798,202 - 90,412 - 38,263 - 3.581,875 - 59,789
2001-2002 - 772 - 60 - 30 - 3,389 - 16
2002-2003 - 741 - 58 - 25 - 2,232 - 1
2003-2004 - 486 - 36 - 21 - 2,706 -
2004-2005 - 267 - 33 - 10 - 1,871 - 1
2005-2006 - 458 - 42 - 32 - 4,895 - 1
2006-2007 - 237 - 16 - 27 - 4,675 - 0
2007-2008 - 423 - 33 - 13 - 4,146 - 3
2008-2009 - 117 - 8 - 3 - 7,104 - 0
2009-2010 - 516 - 35 - 23 - 2,565 - 2
2010-2011 - 1,172 - 118 - 58 - 11,328 - 2
2011-2012 - 173 - 11 - 2 - 7,518 - 1
2012-2013 101 5 3 - 8,808 0
2013-2014 - 301 - 15 - 6 - 14,351 - 1
2014-2015 932 74 30 - 9,725 4
2015-2016 100 5 3 - 4,297 1
2016-2017 216 12 12 - 3,029 1
2017-2018 971 70 45 - 14,556 6
2018-2019 883 31 18 - 42,369 1
82
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2019-2020 - 2,541 - 210 - 65 - 18,630 - 12
PAPUA BARAT
2000-2001 -4.505,018 -165,178 - 28,091 - 3.956,745 -2.131,142
2001-2002 - 2,439 - 128 - - 2,998 - 39
2002-2003 - 2,726 - 186 - 0 - 2,932 - 32
2003-2004 - 1,916 - 87 - 1 - 2,224 - 34
2004-2005 - 485 - 27 - 0 - 1,663 - 8
2005-2006 - 1,246 - 31 - 0 - 6,812 - 15
2006-2007 - 1,565 - 47 - 1 - 2,871 - 21
2007-2008 - 1,144 - 49 - 0 - 1,163 - 19
2008-2009 - 277 - 20 - 0 - 5,804 - 13
2009-2010 - 2,979 - 92 - 2 - 3,735 - 77
2010-2011 - 2,284 - 119 - 2 - 2,984 - 63
2011-2012 - 593 - 19 - 0 - 5,318 - 12
2012-2013 304 10 0 - 4,854 3
2013-2014 - 1,162 - 59 - 0 - 5,833 - 25
2014-2015 4,987 179 2 - 11,720 94
2015-2016 479 14 0 - 9,851 8
2016-2017 1,150 18 0 - 2,649 25
2017-2018 9,718 164 2 - 22,016 376
2018-2019 3,192 53 1 - 37,069 99
2019-2020 - 14,190 - 341 - 37 - 32,011 - 682
PAPUA
PEGUNUNGAN
2000-2001 - - 5,718 - - 1.035,189 -
2001-2002 - - 13 - - 2,218 -
2002-2003 - - - - 852 -
2003-2004 - - 6 - - 2,695 -
2004-2005 - - 1 - - 1,252 -
2005-2006 - - 0 - - 4,608 -
2006-2007 - - 7 - - 2,405 -
2007-2008 - - 4 - - 3,679 -
2008-2009 - - 6 - - 6,144 -
2009-2010 - - 7 - - 2,616 -
2010-2011 - - 9 - - 9,002 -
2011-2012 - - 1 - - 3,334 -
2012-2013 - 1 - - 6,181 -
2013-2014 - - 0 - - 22,108 -
2014-2015 - 8 - - 11,473 -
2015-2016 - 3 - - 6,028 -
2016-2017 - 3 - - 5,882 -
2017-2018 - 10 - - 21,433 -
2018-2019 - 2 - - 42,795 -
2019-2020 - - 17 - - 9,813 -
83
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
PAPUA SELATAN
2000-2001 -2.441,412 - 30,804 - - 3.488,601 - 116,436
2001-2002 - 6,106 - 46 - - 30,655 - 8
2002-2003 - 2,810 - 187 - - 13,357 - 0
2003-2004 - 1,224 - 15 - - 2,363 - 2
2004-2005 - 1,592 - 34 - - 4,536 - 4
2005-2006 - 2,297 - 5 - - 20,374 - 5
2006-2007 - 2,057 - 44 - - 13,215 - 1
2007-2008 - 738 - 2 - - 2,427 - 1
2008-2009 - 712 - 8 - - 16,194 - 3
2009-2010 - 2,593 - 133 - - 7,638 - 17
2010-2011 - 2,806 - 92 - - 9,049 - 58
2011-2012 - 1,726 - 68 - - 25,504 - 6
2012-2013 291 7 - - 15,251 1
2013-2014 - 1,804 - 74 - - 24,259 - 30
2014-2015 4,362 48 - - 16,741 44
2015-2016 1,067 29 - - 27,483 2
2016-2017 1,120 5 - - 3,982 1
2017-2018 7,277 123 - - 37,694 33
2018-2019 2,152 14 - - 27,755 11
2019-2020 - 11,958 - 47 - - 53,404 - 66
PAPUA TENGAH
2000-2001 - 842,124 - 13,305 - - 2.129,382 - 299,850
2001-2002 - 1,737 - 4 - - 4,800 - 25
2002-2003 - 472 - 2 - - 1,557 - 4
2003-2004 - 291 - 3 - - 1,249 - 2
2004-2005 - 194 - 4 - - 2,974 - 2
2005-2006 - 334 - 2 - - 4,133 - 2
2006-2007 - 188 - 1 - - 1,233 - 2
2007-2008 - 194 - 2 - - 1,594 - 3
2008-2009 - 57 - 0 - - 2,753 - 0
2009-2010 - 508 - 0 - - 723 - 3
2010-2011 - 194 - 1 - - 1,112 - 2
2011-2012 - 120 - 0 - - 3,464 - 1
2012-2013 27 0 - - 5,110 2
2013-2014 - 186 - 1 - - 4,670 - 2
2014-2015 896 3 - - 6,060 13
2015-2016 39 1 - - 5,012 1
2016-2017 84 1 - - 1,006 1
2017-2018 1,111 7 - - 23,686 20
2018-2019 164 2 - - 22,713 8
2019-2020 - 2,944 - 38 - - 15,987 - 98
84
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
RIAU
2000-2001 -1.990,442 -148,097 - 540 -4.308,121 12.230,932 - 229,683
2001-2002 - 21,583 - 1,173 - 0 - 107,488 286,283 - 188
2002-2003 - 21,800 - 1,079 - - 112,272 205,489 - 207
2003-2004 - 11,034 - 293 - 0 - 53,154 230,625 - 79
2004-2005 - 10,187 - 365 - 1 - 49,221 308,544 - 92
2005-2006 - 16,250 - 931 - - 78,110 811,876 - 93
2006-2007 - 5,722 - 784 - 0 - 27,449 144,076 - 42
2007-2008 - 6,902 - 584 - 0 - 25,450 98,593 - 38
2008-2009 - 2,938 - 314 - 0 - 12,491 284,111 - 15
2009-2010 - 16,825 - 1,223 - 0 - 59,552 175,966 - 154
2010-2011 - 13,503 - 670 - 0 - 43,573 176,581 - 80
2011-2012 - 3,404 - 157 - 0 - 11,764 232,571 - 33
2012-2013 882 48 0 3,210 175,093 11
2013-2014 - 3,275 - 244 - 0 - 12,999 323,731 - 68
2014-2015 14,854 660 2 47,230 389,286 236
2015-2016 1,143 32 0 2,121 55,105 17
2016-2017 1,832 50 - 3,327 19,458 45
2017-2018 12,238 345 0 19,459 128,064 234
2018-2019 4,015 96 0 6,240 252,633 75
2019-2020 - 24,087 - 483 - 10 - 30,551 143,218 - 272
SULAWESI BARAT
2000-2001 - 54,389 - 59,529 - - 129,666 50,572 -
2001-2002 - 45 - 64 - - 1,568 4,589 -
2002-2003 - 7 - 137 - - 858 1,517 -
2003-2004 - 12 - 42 - - 276 1,093 -
2004-2005 - 6 - 82 - - 201 813 -
2005-2006 - 12 - 56 - - 280 2,475 -
2006-2007 - 5 - 36 - - 144 644 -
2007-2008 - 0 - 12 - - 26 65 -
2008-2009 - 1 - 15 - - 50 944 -
2009-2010 - 1 - 209 - - 424 762 -
2010-2011 - 12 - 160 - - 567 1,827 -
2011-2012 - 1 - 16 - - 57 948 -
2012-2013 0 6 - 19 813 -
2013-2014 - 6 - 57 - - 336 7,768 -
2014-2015 2 103 - 244 1,351 -
2015-2016 1 9 - 29 828 -
2016-2017 2 15 - 66 505 -
2017-2018 4 94 - 140 524 -
2018-2019 3 36 - 61 1,411 -
2019-2020 - 8 - 119 - - 169 302 -
SULAWESI SELATAN
2000-2001 - 17,213 -180,140 - 7,658 - 204,942 - - 2
2001-2002 - 28 - 956 - 5 - 989 - -
85
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2002-2003 - 62 - 1,124 - 6 - 1,191 - -
2003-2004 - 13 - 281 - 1 - 295 - -
2004-2005 - 6 - 410 - 5 - 421 - -
2005-2006 - 2 - 266 - 1 - 270 - -
2006-2007 - 4 - 229 - 1 - 234 - -
2007-2008 - 0 - 147 - 1 - 147 - -
2008-2009 - 7 - 128 - 1 - 135 - -
2009-2010 - 2 - 778 - 15 - 796 - -
2010-2011 - 6 - 1,170 - 3 - 1,178 - -
2011-2012 - 53 - 338 - 3 - 394 - -
2012-2013 0 102 1 103 - -
2013-2014 - 46 - 246 - 1 - 293 - -
2014-2015 41 925 8 973 - -
2015-2016 4 129 0 134 - -
2016-2017 1 156 0 157 - -
2017-2018 54 353 5 411 - -
2018-2019 14 147 1 162 - -
2019-2020 - 7 - 364 - 13 - 383 - -
SULAWESI TENGAH
2000-2001 - 716,884 -136,962 - 26,903 - 883,056 10,720 - 16
2001-2002 - 1,330 - 111 - 47 - 1,638 478 -
2002-2003 - 1,348 - 352 - 101 - 1,852 112 -
2003-2004 - 996 - 165 - 21 - 1,222 194 -
2004-2005 - 442 - 129 - 22 - 681 641 -
2005-2006 - 286 - 71 - 39 - 595 2,329 - 0
2006-2007 - 312 - 63 - 30 - 528 767 -
2007-2008 - 145 - 58 - 29 - 596 1,729 -
2008-2009 - 74 - 37 - 8 - 355 6,408 - 0
2009-2010 - 576 - 305 - 77 - 1,598 2,283 - 0
2010-2011 - 556 - 214 - 75 - 1,305 2,131 - 0
2011-2012 - 105 - 54 - 9 - 178 245 -
2012-2013 50 27 4 83 153 -
2013-2014 - 305 - 163 - 19 - 494 205 -
2014-2015 843 441 26 1,317 102 -
2015-2016 112 32 3 147 20 -
2016-2017 403 80 7 492 37 -
2017-2018 667 308 62 1,072 474 1
2018-2019 163 66 18 247 117 0
2019-2020 - 851 - 254 - 32 - 1,146 67 - 0
SULAWESI
TENGGARA
2000-2001 - 89,402 -115,159 - - 204,561 - - 19,035
2001-2002 - 1,716 - 533 - - 2,250 - - 20
2002-2003 - 555 - 608 - - 1,162 - - 2
2003-2004 - 848 - 417 - - 1,265 - - 1
2004-2005 - 306 - 141 - - 447 - - 3
86
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2005-2006 - 235 - 238 - - 473 - - 0
2006-2007 - 138 - 159 - - 297 - - 1
2007-2008 - 13 - 23 - - 36 - - 1
2008-2009 - 22 - 39 - - 62 - - 2
2009-2010 - 143 - 146 - - 289 - - 10
2010-2011 - 144 - 169 - - 313 - - 6
2011-2012 - 134 - 77 - - 211 - - 3
2012-2013 18 18 - 36 - 0
2013-2014 - 150 - 140 - - 290 - - 2
2014-2015 113 345 - 458 - 1
2015-2016 16 42 - 58 - 0
2016-2017 16 41 - 57 - 0
2017-2018 251 168 - 418 - 1
2018-2019 11 27 - 38 - 1
2019-2020 - 100 - 125 - - 226 - - 4
SULAWESI UTARA
2000-2001 - - 17,635 - - 17,635 - -
2001-2002 - - 31 - - 31 - -
2002-2003 - - 81 - - 81 - -
2003-2004 - - 26 - - 26 - -
2004-2005 - - 21 - - 21 - -
2005-2006 - - 26 - - 26 - -
2006-2007 - - 12 - - 12 - -
2007-2008 - - 20 - - 20 - -
2008-2009 - - 4 - - 4 - -
2009-2010 - - 26 - - 26 - -
2010-2011 - - 20 - - 20 - -
2011-2012 - - 9 - - 9 - -
2012-2013 - 4 - 4 - -
2013-2014 - - 18 - - 18 - -
2014-2015 - 70 - 70 - -
2015-2016 - 10 - 10 - -
2016-2017 - 4 - 4 - -
2017-2018 - 17 - 17 - -
2018-2019 - 12 - 12 - -
2019-2020 - - 38 - - 38 - -
SUMATERA BARAT
2000-2001 - 306,613 -411,946 - 10,922 - 845,311 372,022 - 3,236
2001-2002 - 1,319 - 299 - 24 - 2,784 3,591 -
2002-2003 - 710 - 263 - 30 - 3,087 4,426 - 1
2003-2004 - 684 - 298 - 4 - 2,555 7,734 - 3
2004-2005 - 578 - 332 - 4 - 2,198 9,250 - 2
2005-2006 - 889 - 175 - 1 - 2,637 18,351 - 1
2006-2007 - 317 - 139 - 1 - 2,745 14,202 - 0
2007-2008 - 234 - 105 - 2 - 2,593 10,682 - 0
87
Provinsi/Tahun Sub Sektor Kehutanan Sub Sub Sektor
Sektor Mangrove
PBPH PS Hutan Adat Hutan Hak
Gambut
2008-2009 - 173 - 90 - 1 - 833 15,433 - 0
2009-2010 - 880 - 283 - 6 - 2,490 4,703 - 1
2010-2011 - 644 - 190 - 5 - 2,280 6,671 -
2011-2012 - 147 - 148 - 1 - 608 7,248 - 0
2012-2013 23 39 1 133 4,484 0
2013-2014 - 192 - 184 - 5 - 621 6,853 - 0
2014-2015 1,070 591 29 2,234 5,298 3
2015-2016 66 35 0 169 2,849 0
2016-2017 173 118 1 520 2,391 1
2017-2018 1,205 739 29 2,953 12,228 2
2018-2019 185 162 4 464 7,262 0
2019-2020 - 1,598 - 1,217 - 33 - 4,035 8,377 - 9
SUMATERA
SELATAN
2000-2001 -1.121,714 -110,283 - 693 -1.678,287 2.868,702 - 67,993
2001-2002 - 18,266 - 1,000 - - 41,867 87,323 - 49
2002-2003 - 23,153 - 1,625 - - 38,551 38,250 - 94
2003-2004 - 7,082 - 590 - - 11,846 32,854 - 25
2004-2005 - 12,692 - 1,260 - - 21,028 67,553 - 4
2005-2006 - 5,839 - 504 - - 8,558 48,198 - 13
2006-2007 - 8,594 - 865 - - 18,197 77,850 - 3
2007-2008 - 8,126 - 482 - - 14,912 44,504 - 3
2008-2009 - 2,272 - 98 - - 3,451 35,827 - 1
2009-2010 - 16,428 - 1,539 - 0 - 25,806 42,832 - 10
2010-2011 - 10,603 - 895 - - 18,856 45,675 - 10
2011-2012 - 3,878 - 432 - 0 - 6,613 80,376 - 5
2012-2013 1,155 84 0 1,824 55,052 1
2013-2014 - 5,527 - 352 - - 7,360 98,141 - 8
2014-2015 30,052 1,568 0 44,284 228,485 19
2015-2016 3,971 217 0 5,958 161,895 4
2016-2017 11,579 658 - 16,497 142,356 18
2017-2018 11,973 333 0 13,575 75,426 17
2018-2019 7,117 274 0 8,163 194,652 35
SUMATERA UTARA
2000-2001 - 747,077 - 90,726 - 10,757 -1.187,551 1.101,967 - 47,555
2001-2002 - 985 - 568 - 2 - 8,751 23,261 - 94
2002-2003 - 1,239 - 483 - 0 - 6,608 10,841 - 56
2003-2004 - 2,287 - 569 - 4 - 11,751 45,256 - 10
2004-2005 - 1,400 - 385 - 7 - 6,466 34,500 - 14
2005-2006 - 2,597 - 268 - 2 - 10,491 90,210 - 20
2006-2007 - 939 - 53 - 1 - 5,433 27,650 - 3
2007-2008 - 757 - 52 - 1 - 2,915 9,991 - 6
2008-2009 - 574 - 50 - 0 - 1,647 28,105 - 12
88
DAFTAR PUSTAKA
91