UAS E Gov - Nurhasanah (C1B200017) - WPS Office
UAS E Gov - Nurhasanah (C1B200017) - WPS Office
UAS E Gov - Nurhasanah (C1B200017) - WPS Office
NIM:C1B200017
Keppres No. 50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia Mengatur
tentang pembentukan Tim Koordinasi Telematika Indonesia
Inpres No. 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-
Govt menekankan agar instansi pemerintah, baik di Pusat maupun Daerah dapat
memahami pentingnya:e-Goverment, dll
Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia.
2.
Berkaitan dengan Indonesia kondisi saat ini bahwa Implementasinya masih kurang
karena masih banyak ketidaksiapan SDM baik dari kurangnya good will pimpinan
(Bupati/ Walikota) selaku decision maker di tingkat lokal. Ketika wacana ini
dilontarkan tidak sedikit sikap pesimis yang nampak sebagai refleksi keengganan
individual untuk melakukan pembaharuan secara sungguh-sungguh.Maupun dari
segi masyarakat masih kurangnya kesiapan dari masyarakat pengguna, dimana
berhubungan dengan kemampuan masyarakat di dalam menggunakan fasilitas-
fasilitas pelayanan yang terdapat di dalam penerapan e-government tersebut. Peran
masyarakat di sini sangat memiliki pengaruh dalam pencapaian kesuksesan
penerapan
Kita juga sering melihat bahwa integrasi diantara lembaga Negara, lembaga
departemen maupun non-departemen masih selalu terkendala karena masing-
masing tidak mau berbagi data dan informasi. Inilah kendala yang paling pokok
Sementara itu, yang sangat mendasar tetapi memerlukan komitmen perubahan yang
kuat adalah faktor budaya. Jajaran pemerintah di Indonesia sebenarnya cukup
mudah dalam memperoleh akses teknologi dan tidak kurang juga banyak pemimpin
yang punya visi pengembangan layanan secara elektronik. Namun, masalahnya
adalah bahwa pemanfaatan e-government sering terbentur dengan faktor budaya
masyarakat yang memang kurang mendukung. Faktor budaya diantara para birokrat
dalam lembaga pemerintah inilah yang seringkali mengakibatkan kurangnya
kesadaran dan penghargaan terhadap pentingnya e-government. Yang sering muncul
adalah ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan bahwa aplikasi e-government
mengancam jabatannya yang sudah mapan.
3. Salah satu aplikasi E-Regulation yaitu terobosan terbaru Ditjen Dukcapil yaitu Sistem
Informasi Administras Kependudukan (SIAK) Terpusat. SIAK Terpusat merupakan
sistem digitalisasi yang digunakan agar pelayanan Dukcapil dapat terkoneksi daring
secara nasional. Sistem terpusat ini lebih efisien dari segi sistem keamanan siber dan
dapat memberikan pelayanan administrasi kependudukan (Adminduk) dengan lebih
cepat.SIAK Terpusat diluncurkan dalam Rakornas Dukcapil Tahun 2022 di Bali, Selasa
(8/2/2022) lalu. dengan SIAK Terpusat masyarakat akan mendapatkan standar
pelayanan yang sama di setiap daerah.
Selain itu terobosan terbaru ini Dukcapil makin meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi kinerjanya. Sebab, semua pelayanan Adminduk di Dinas Dukcapil di daerah
bisa dikontrol oleh semua pihak baik pemerintah maupun penduduk
Masyarakat akan secara otomatis terupdate datanya di user data Dukcapil yang
terdaftar seperti perbankan, lembaga kesehatan, dan sebagainya jika mengajukan
perubahan dokumen atau identitas penduduk.
Pada tahun 2020–2021 daerah yang sudah menerapkan SIAK Terpusat sejumlah 95
Kabupaten/Kota di Indonesia. Sedangkan untuk tahun ini ditargetkan 514
kabupaten/kota di seluruh Indonesia harus sudah dapat menerapkan SIAK Terpusat.
Akibatnya e-government nasional menjadi susah terwujud karena ada ribuan pusat data,
ada ribuan aplikasi, dan database yang notabenenya akhirnya aplikasi dan database ini
tersebar pada ribuan pusat data atau ruang server. Jadi, ketika mau disatukan menjadi
satu pekerjaan yang sangat berat dan mungkin hampir mustahil untuk dilakukan
Tantangan lainnya masih banyaknya masyarakat yang belum belum aktif menggunakan
layanan-layanan yang sudah disediakan pemerintah melalui Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Kemudian, dari sisi dari Sumber Daya Manusia (SDM), terutama
Aparatur Sipil Negara (ASN) dinilai masih kurang memadai dalam hal
mengoperasionalkan e-government.
Di internal sendiri, bahwa belum semua ASN, belum semua komponen personel yang
ada dalam pemerintahan, mereka memahami soal IT, belum memahami soal teknis,
bahkan awareness tentang security pun juga kadang-kadang masih belum merata,
masih lemah. Sehingga risiko-risiko keterlambatan penyelenggaraan e-government,
risiko keamanan informasi yang berasal dari dalam itu juga masih ada
Masyarakat kita saat ini sedang mengalami fase evolusi dalam hal berorganisasi dan
berkomunikasi Adalah menjadi tugas dan kewajiban bagi pemerintah untuk selaha
tanggap dan menyesuaikan dengan pola pola dan kecenderungan baru yang akan selalu
terjadi di masyarakat. Sehingga setiap perubahan yang terjadi ini harus diantisipasi dan
difahami serta selanjutnya difasilatisi dengan bentuk penyediaan teknologi support
system yakni e-government. Namun pada akhirnya yang terpenting adalah harus
diperhatikan cara-cara pengawannya. Sehingga bagaimanapun teknologi yang semakin
maju, tetap yang menjadi tujuan utama adalah bagaimana memenuhi kewajiban
pelayanan publik dengan baik dan bagaimana Pemerintah
mempertanggungjawabkannya dengan transparan