Makalah Microteaching Kel 8

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN


PEMBELAJARAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah


Praktikum Microteaching/ PPL I

DOSEN PENGAMPU:
Reza Noprial Lubis, M.Pd

DISUSUN OLEH:

1. FAZLIA AMINARTI (21.02.0071)


2. FRISKA AULIA (21.02.0050)
3. NISA KHARISMA (21.02.0066)
4. SILVI NILASARI MANURUNG (21.02.0067)

PAI VI – 3
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


“UISU” PEMATANGSIANTAR
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tetap senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Muhammad Saw.
Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan upaya meneladani akhlaknya
yang mulia.
Kami sampaikan bahwa pembuatan makalah ini untuk memenuhi mata
kuliah Praktikum Microteaching/ PPL I dalam perspektif Keterampilan
Memberikan Penguatan Pembelajaran, kami ucapakan terima kasih kepada bapak
dosen sudah memberikan kesempatan kepada kami dalam menyusun makalah ini.
Sehubung dengan pembuatan makalah ini tentu banyak kekurangan, untuk
itu kami sangat mengharapkan atas saran, kritik, dan masukan dan sebagainya
sangat kami harapkan hal tersebut agar dapat memperbaiki kesalahan kami untuk
lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pematangsiantar, 15 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Penguatan (Reinforcement) .......................................................... 3
B. Tujuan dan Manfaat Pemberian Penguatan Pembelajaran ............................. 5
C. Bentuk/ Jenis Penguatan Pembelajaran .......................................................... 8
D. Prinsip Penggunaan Penguatan Pembelajaran .............................................. 11
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, peran guru dalam proses pembelajaran
sangatlah penting. Guru sebagai tenaga pendidik yang dituntut untuk
membimbing dan membina serta untuk mengoptimalkan potensi
kemampuan yang ada pada diri siswa. Untuk itu seorang guru harus dapat
menjalankan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Selain
keterampilan mengelola kelas dan harus menguasai materi yang akan
diajarkan, guru juga dituntut untuk selalu memberikan motivasi kepada
siswanya agar selalu aktif dalam pembelajaran dikelas, salah satu cara
guru untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan memberikan
penguatan pada siswanya. Pembelajaran penguatan memiliki peran yang
sangat penting untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang
lebih memiliki makna bermutu. Pujian dan respons positif yang diberikan
oleh guru kepada peserta didik yang telah menemukan prestasi, baik dalam
bidang akademik maupun non-akademik, anak akan merasakan bahwa
perbuatannya dihargai dan dengan demikian akan menjadi motivator untuk
terus berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya.
Sepintas mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-
bentuk pujian dan penghargaan secara verbal yang disampaikan kepada
peserta didik, oleh orang yang memberi penguatan tidak memiliki arti apa-
apa. Akan tetapi, bagi yang menerima pujian, apalagi bagi anak akan
merasa senang, karena apa yang ditunjukkannya mendapat tempat dan
diakui. Sekiranya guru harus melatih berbagai jenis penguatan dan
pembiasaan diri untuk menerapkan dalam pembelajaran tidak hanya
sekadar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh peserta didik, tetapi
bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang
selalu saling menghargai. Untuk memahami tentang keterampilan seorang
guru dalam memberikan penguatan, maka hal tersebut akan dibahas pada
makalah ini.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Keterampilan Penguatan?
2. Apa saja Tujuan dan Manfaat Keterampilan Penguatan Pembelajaran?
3. Bagaimana Bentuk/ Jenis Keterampilan Penguatan Pembelajaran?
4. Bagaimana Prinsip-prinsip Keterampilan Penguatan Pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Keterampilan Penguatan.
2. Untuk mengetahui Tujuan dan Manfaat Keterampilan Penguatan
Pembelajaran.
3. Bentuk/ Jenis Keterampilan Penguatan Pembelajaran.
4. Prinsip-prinsip Keterampilan Penguatan Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penguatan (Reinforcement)


Penguatan dapat berarti penghargaan. Pada umumnya penghargaan
memberi pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat
mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan
usahanya. Sudah menjadi fitrah manusia, bahwa ia ingin dihormati,
dihargai, dipuji, dan disanjung-sanjung, tentu saja semuanya ini dalam
batas-batas yang wajar.1
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah
bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima atas
perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga
merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.2
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau
mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan
bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi,
minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran, membangkitkan dan
memelihara perilaku, dan memelihara iklim belajar yang kondusif
sehingga siswa dapat belajar secara optimal.
Dari dua pengertian keterampilan penguatan (reinforcement) yang
telah disampaikan di atas, secara substantif memiliki kesamaan terutama
dilihat dari beberapa unsur sebagai berikut:
1. Suatu respon; yaitu respon atau tanggapan yang diberikan atau
ditujukan kepada seseorang (siswa) untuk memberikan apresiasi
sekaligus sebagai informasi yang terkait dengan perilaku atau kinerja

1 Zainal Asril, Microteaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta:

PT Raja Grafindo, 2011), h.77


2 Helmiati, Microteaching: Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja

Pressindo, 2013), h.74

3
4

yang telah ditunjukkannya. Seseorang akan tahu letak kelebihan dan


kekurangan terhadap yang diperbuatanya, jika ada yang memberikan
komentar atau apresiasi. Seseorang akan terdorong untuk memperbaiki
kelemahan dan meningkatkan hal yang sudah dianggap positif setelah
mengetahui dari respon yang didapatkan.
2. Modifikasi tingkah laku; modifikasi tingkah laku yaitu terkait dengan
bentuk atau jenis respon yang diberikan sebagai bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. Misalnya seorang siswa
telah mengerjakan tugas dengan baik dan menyerahkan tepat waktu,
kemudian guru memberikan apresiasi (respon) terhadap tingkah laku
siswa yaitu menyerahkan tugas tepat waktu.
3. Dorongan atau koreksi; melalui pemberian penguatan dalam bentuk
responapapun harus ditujukan pada upaya memberikan dorongan
kepada siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya (akademik
maupun non akademik). Bentuk dan jenis penguatan yang
dimaksudkan sebagai umpan balik, harus dihindari dari kemungkinan
buruk yaitu timbulnya malas, prustasi dan sifat-sifat negatif lainnya.3
Dari uraian pengertian keterampilan memberikan penguatan
(reinforcement) yang telah dijelaskan di atas, kita bisa merasakan
bahwa dalam kehidupan sehari-hari praktek-praktek tesebut sudah
sering dilaksanakan baik di lingkungan rumah (keluarga), dalam
kehidupan bermasyarakat, apalagi pada lingkungan pendidikan
(sekolah), walaupun tidak disadari bahwa perbuatan tersebut
merupakan penerapan penguatan. Misalnya ketika seorang ibu
menyuruh anaknya membeli sabun mandi ke warung, sekembalinya
dari warung ibu menyampaikan ucapan terima kasih kepada anaknya.
Perbuatan anak membeli sabun kewarung adalah jenis perbuatan baik
dan terpuji, karena sudah mau membantu pekerjaan ibunya. Adapun
ucapan terima kasih yang disampaikan oleh ibu atas perilaku anaknya,
adalah merupakan respons dan dengan respon tersebut merupakan

3Dadang Sukirman, Pembelajaran Microteaching, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2012) , h.307-308
5

suatu modifikasi tingkah laku dari seorang ibu terhadap tingkah laku
seorang anak. Dengan ucapan terima kasih, anak akan merasakan
bahwa pekerjaannya membeli sabun ke warung ternyata mendapat
penghargaan. Dengan demikian diharapkan kebiasaan baik tersebut
mungkin dalam bentuk yang lain diharapkan akan terus dilakukan dan
ditingkatkan.4

B. Tujuan dan Manfaat Pemberian Penguatan Pembelajaran


Pemberian respon (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa,
baik melalui kata-kata (verbal) maupun non verbal seperti dengan isyarat-
isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
terhadap peningkatan proses dan hasil pembelajaran, terutama yaitu
terhadap penanaman rasa percaya diri, dan membangkitkan semangat
belajar siswa.
Adapun beberapa tujuan dan manfaat konkrit menurut Winataputra
yang akan dirasakan oleh siswa melalui penerapan keterampilan
penguatan, antara lain yaitu:
a. Meningkatkan perhatian siswa
Seperti telah disampaikan dalam pembahasan sebelumnya,
bahwa perhatian merupakan kunci yang sangat berharga dalam proses
pembelajaran. Perhatian siswa sifatnya tidak menetap, kadang -kadang
tinggi, sedang dan rendah. Guru sebagai pengelola pembelajaran
memiliki kewajiban profesional untuk selalu membangkitkan perhatian
siswa, sehingga pada saat perhatian siswa mengalami penurunan, maka
melalui pemberian penguatan yang tepat baik jenis penguatannya,
maupun saat atau waktu pemberiannya, maka perhatian siswa
diharapkan akan meningkat lagi. Dengan demikian perhatian siswa
terhadap pembelajaran akan lebih meningkat, bersamaan dengan
pehatian guru yaitu melalui respon (penguatan) yang diberikan kepada
siswanya.

4 Dadang Sukirman, Op.Cit, h.308


6

b. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa


Selain perhatian yang biasa mengalami kondisi pluktuasi
(kandang-kadang tinggi, sedang, dan rendah) ialah motivasi. Dalam
kaitan ini guru pun memiliki kewajiban yang sama seperti halnya
keahrusan membangkitkan perhatian, yaitu bagaimana agar motivasi
siswa bisa terus terjaga sehingga selalu memiliki semangat yang tinggi
untuk belajar. Antara perhatian dan motivasi memiliki hubungan yang
sangat erat, apabila perhatian siswa sudah tumbuh terhadap aspek yang
akan dipelajari, biasanya motivasinya pun akan meningkat seiring
dengan meningkatnya perhatian siswa. Salah satu manfaat dari
pemberian penguatan yaitu dapat membangkitkan motivasi belajar
siswa. Misalnya ketika siswa melakukan diskusi, kemudian guru
memberikan pujian dengan kalimat “cara kamu memberikan
argumentasi sudah tepat”. Penguatan yang diberikan melalui kalimat
tadi, akan menambah dorongan (motivasi) pada kegiatan diskusi
selanjutnya, sehingga mungkin siswa akan semakin kritis dan
berpartisipasi aktif pada kegiatan diskusi yang diikutinya.
c. Memudahkan siswa belajar
Tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk
memudahkan siswa belajar. Adapun yang dimaksud dengan
memudahkan belajar siswa, bukan berarti materinya dipermudah, akan
tetapi melalui perannya sebagai fasilitator pembelajaran, guru mampu
mengelola lingkungan pembelajaran (sumber pembelajaran) agar
berinteraksi dengan siswa secara maksimal sehingga menjadi jalan
kemudahan bagi siswa untuk memahami terhadap materi yang sedang
dipelajarinya.
Melalui pemberian penguatan yang memiliki fungsi antara lain
sebagai koreksi, atau memberikan komentar terhadap respon atau
perilaku siswa, maka melalui respon atau penguatan yang diberikan
oleh guru akan memberi kemudahan bagi siswa untuk memahami
materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu untuk memudahkan
siswa belajar, harus ditunjang oleh kebiasaan memberikan respon-
7

respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa


untuk mencoba, bereksplorasi untuk menemukan jawaban atau
mencapai tujuan pembelajaran.
d. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa
Kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap siswa merupakan
modal dasar yang sangat berharga dalam proses pembelajaran belajar,
Sebaliknya perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah, merasa minder
dan sifat-sifat lain yang sejenis, sangat tidak baik dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran secara khusus dan pendidikan pada umumnya
harusmampu menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, gairah,
keinginan kuat untuk berprestasi dan yang peling penting percaya diri
pada kemampuan sendiri. Untuk menumbuhkan sifat dan sikap
percaya diri pelru proses, dan tidak bisa serba cepat (instan) mengingat
setiap siswa hidup dari latar belakang budaya, ekonomi, sosial, nilai-
nilai yang berbeda-beda. Melalui pemberian pemnguatan yang tepat
dan dilakukan secara proporsional, maka sedikit demi sedikit akan
berdampak pada pemupukan rasa prcaya diri anak sehingga akan
semakin berkembang dengan baik
e. Memelihara iklim kelas yang kondusif
Suasana kelas yang menyenangkan, aman, dan dinamis, akan
mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan
yang dilakukan oleh guru, suasana kelas akan lebih demokratis
sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat,
berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya.
Kondisi penciptaan suasana kelas atau lingkungan belajar yang
kondusif harus diusahakan, dipelihara, dan dikembangkan, yaitu antara
lain melalui penerapan penguatan secara tepat dan proporsional. 5

5 Winataputra, Udin, Dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,


2004), h.30
8

C. Bentuk/ Jenis Penguatan Pembelajaran


Pada garis besarnya model penguatan dapat dikelompokkan
kedalam dua model, yaitu: 1) penguatan verbal dan 2) penguatan non-
verbal. Kedua bentuk/ jenis penguatan ini memiliki fungsi yang sama yaitu
sebagai instrumen untuk memberikan respon dari guru terhadap respon
dari siswa pada saat terjadinya proses pembeljaran.
Perbedaannya terletak pada penerapannya yaitu tergantung pada
bentuk respon dari siswa, ada yang cocok dengan penguatan verbal dan
ada yang cocok dengan penguatan non-verbal, bahkan mungkin ada yang
lebih cocok dengan menggunakan model gabungan penguatan (verbal dan
non verbal). Adapun jenis-jenis atau bentuk penguatan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Penguatan verbal
Penguatan verbal merupakan respon yang diberikan oleh guru
terhadap perilaku atau respon belajar siswa yangdisampaikan melalui
bentuk kata- kata/lisan atau kalimat ucapan (verbal). Penguatan
melalui ucapan lisan (verbal) secara teknis lebih mudah dan bisa
segera dilaksanakan untuk merespon melalui ucapan terhadap setiap
respon siswa. Misalnya penguatan verbal dalam bentu a) kalimat
seperti: kata bagus, baik, luar biasa, ya, betul, tepat, atau kata-kata lain
yang sejenis, b) penguatan verbal dalam bentuk kalimat seperti:
pekerjaanmu rapi sekali, cara anda menyampaikan argumentasi sudah
tepat, berpikir anda sudah sistematis, makin lama belajarandanampak
lebih disiplin, kelihatannya anda hadir selalu tepat waktu, atau bentuk-
bentuk pujian lain yang sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan oleh
siswa.6
2. Penguatan Non-Verbal
Penguatan non verbal sebaliknya dari penguatan verbal, yaitu
respon terhadap perilaku belajar (respon) siswa yang dilakukan tidak
dengan kata- kata atau ucapan lisan (verbal), melainkan dengan

6 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 3


9

perbuatan atau isyarat- isyarat tertentu yang menunjukkan adanya


pertautan dengan perbuatan belajar siswa.
Adapun jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan
kedalam penguatan non-verbal antara lain sebagai berikut:
a) Mimik dan gerakan badan
Mimik muka dan gerakan badan tertentu yang dilakukan
oleh guru seperti: mengekspresikan wajah ceria, senyuman,
anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan, dan
gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru
terhadap respon siswa. Secara psikologis, siswa yang menerima
perlakuan (respon) dari guru tersebut tentu akan menyenangkan
dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. Dalam
menerapkan jenis penguatan non-verbal dapat dikombinasikan
dengan penguatan verbal, misalnya sambil mengatakan “bagus”
guru menyertainya dengan acungan ibu jari dan lain sebagainya.
b) Gerak mendekati
Gerak mendekati dilakukan guru dengan cara menghampiri
siswa, berdiri disamping siswa atau bahkan duduk bersama-sama
dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa
diperhatikan sehingga siswa akan merasa senang dan aman.
Kegiatan mendekati sebagai salah satu bentuk penguatan non-
verbal, dalam pelaksanaannya bisa dikombinasikan dengan bentuk
penguatan verbal. Misalnya sambil mendekati siswa, guru
menyampaikan pujian secara lisan, “bagus, teruskan
pekerjaannmu” dan lain sebagainya. 7
c) Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan
adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing).
Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota
badan tertentu yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis.

7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


(Jakarta: Kencana, 2009), h. 38
10

Agar sentuhan yang dilakukan berfungsi efektif sesuai dengan


tujuan penguatan, maka dalam pelaksanaannya harus
mempertimbangkan berbagai unsur, seperti kultur, etika, moral,
dan kondisi siswa itu sendiri. Hal ini penting agar sentuhan yang
dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan
fungsi dan tujuanpenguatan sentuhan (gesturing) dalam
pembelajaran. Dengan sentuhan dimaksudkan untuk lebih
meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya
proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif, dan
olehkarenanya jika sentuhan tidak memperhatikan berbagai
pertimbangan di atas, maka penguatan melalui sentuhan tidak akan
efektif.
d) Kegiatan yang menyenangkan
Untuk meningkatkan perhatian dan motivasi belajar siswa,
guru dapat melakukan penguatan dengan cara memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengekpresikan kemampuannya
sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Misalnya bagi
siswa yang telah menyelesaikan tugas lebih dulu, guru memberi
kesempatan kepada siswa tersebut untuk membimbing temannya
yang belum selesai; Siswa yang memiliki kelebihan dalam bidang
seni diberi kesempatan untuk memimpin paduan suara; siswa yang
memiliki kegemaran dalam berorganisasi diberi kesempatan untuk
memimpin salah satu kegiatan tertentu., dan lain sebagainya.
Dengan memberi kesempatan kepada siswa menampilkan
kelebihan yang dimiliki, siswa akan merasa dihargai sehingga akan
makin menambah keyakinan, kepercayaan diri yang sangat perlu
dimiliki oleh setiap siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. 8
e) Pemberian simbol atau benda
Simbol adalah tanda-tanda yang diberikan atau dilakukan
guru terkait dengan perilaku belajar siswa. Misalnya memberi

8 Arifmiboy, Microteaching: Model Tadaluring, (Jawa Timur: Wade Group, 2019), h.


117
11

tanda cheklis (V), paraf, komentar tertulis, tanda bintang, dan


simbol-simbol lainnya yang menunjukkan bentuk penghargaan.
Bentuk lain seperti pemberian benda dapat dibenarkan selama
benda yang diberikan itu bersifat mendidik. Oleh karena itu
pemberian penguatan dalam bentuk benda bukan dilihat dari segi
harga bendanya, melainkan makna atau pesan yang ingin
disampaikan yaitu sebagai bentuk penghargaan sekaligus
penguatan atas perilaku yang ditunjukkan siswa.
f) Penguatan tak penuh
Penguatan tak penuh yaitu respon atas sebagian perilaku
belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya apabila pekerjaan siswa
belum semuanya benar, atau baru sebagian yang selesai, maka guru
mengatakan “jawaban anda sudah benar, tinggal alasannya coba
dilengkapi lagi”. Melalui penguatan seperti itu, siswa menyadari
bahwa belum sepenuhnya jawaban yang disampaikannya selesai,
dan masih harus berpikir untuk memberikan alasan yang lebih
tepat.9

D. Prinsip Penggunaan Penguatan Pembelajaran


Penguatan sebagai salah satu bentuk keterampilan dasar mengajar
dimaksudkan untuk memberikan informasi maupun koreksi terhadap
proses belajar yang telah dilakukannya. Melalui penguatan siswa akan
mengetahui tingkat kemampuannya, sehingga akan menjdi pendorong
untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa. Oleh
karena itu sesuai dengan tujuan dan fungsi dari penguatan yaitu untuk
lebih mengefektifkan proses dan hasil pembelajaran, maka dalam
penerapannya harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

9 Hizbullah, Dkk (2023), Keterampilan Memberi Penguatan dalam Pembelajaran di Kelas

V SD, Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan Pendidikan, h.7-9


http://journal3.um.ac.id/index.php/fip/article/download/3043/1962
12

1) Kehangatan dan keantusiasan


Setiap pemberian penguatan baik penguatan verbal maupun
non-verbal harus disertai ketulusan dan keihlasan semata-mata
menghargai perbuatan siswa. Oleh karena itu setiap memberikan
penguatan harus disertai perasaan atau mencerminkan perasaan senang
dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik
muka yang gembira, suara yang meyakinkan, atau isyarat yang
menunjukkan tanda surprise, dan lain sebagainya. Dengan kata lain
penguatan itu harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang
menerima penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan
lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. 10
2) Kebermaknaan
Jenis dan bentuk penguatan yang diberikan harus memiliki
makna bagi siswa, yaitu setiap jenis atau bentuk penguatan yang
diberikan, baik melalui kata- ata, isyarat maupun bentuk penguatan
lain yang sejenis, harus dipilih dan disesuaikan dengan makna yang
terkandung di dalamnya. Kebermaknaan ini baik dari segi akademik
maupun non akademik. Kebermaknaan secara akademik yaitu melalui
penguatan yang diberikan dapat mendorong siswa untuk lebih
berprestasi, sedangkan makna non akademik bahwa dengan penguatan
yang diberikan dapat memfasilitasi siswa untuk lebih aktif, kreatif dan
inovatif dalam melakukan berbagai aktivitas yang positif untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3) Menghindari penguatan negatif
Dalam memberikan penguatan sebaiknya guru harus
menghindari dari respon-respon negatif. Misalnya kata-kata kasar dan
tidak mendidik, cercaan, hinaan, isyarat yang menyudutkan siswa.
Dalam setiap proses pembelajaran sering terjadi proses dan hasil
belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga
mengakibatkan guru merasa tidak puas dengan proses dan hasil yang
ditunjukkan siswa. Kemudian secara spontan muncul keinginan untuk

10
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2010) h. 82
13

membentak, mengeluarkan kata-kata menyindir dan penguatan negatif


lainnya. Mungkin maksudnya baik, yaitu untuk lebih
meningkatkanproses dan hasil pembelajarn secara lebih berkualitas,
akan tetapi dengan mengeluarkan kata-kata atau isyarat (penguatan
negatif), harus dihindari.11
Apabila guru merasa kurang puas terhadap proses dan hasil
pembelajaran yang ditunjukkan oleh siswa dan ingin memperbaiknya
melalui bentuk penguatan, sebaiknya dicarai kata-kata atau isyarat
(penguatan) yang dapat menyentuh perasaan siswa, sehingga
menimbulkan kesadaran pada diri siswa untuk merubah perilaku
belajarnya. Misalnya guru berkata “saya tahu anda telah belajar secara
maksimal, akan tetapi hasilnya ternyata masih belum sesuai dengan yang
diharapkan, mungkin masih ada yang kurang dan harus dicari cara lain
yang lebih tepat dalam melakukan kegiatan belajarnya. Sehingga hasilnya
akan lebih baik dari hari ini”. Dengan demikian siswa tidak merasa sia-sia
dengan bejalar yang telah dilakukannya, walaupun hasilnya belum
memuaskan.
Tujuan menerapkan atau memberikan penguatan dalam
pembelajaran, sasaran utamanya yaitu untuk menciptakan proses
pembelajaran yang kondusif sehingga dapat meningkatkan mutu proses
maupun hasil pembelajaran. Agar penerapan penguatan mencapai sasaran
yang diharapkan, maka dalam pemilihan dan penerapannya selain harus
mengikuti prinsip-prinsip yang telah dijelaskan di atas, juga harus
mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sasaran penguatan
Agar penguatan dapat berjalan secara efektif, maka setiap jenis
dan bentuk penguatan yang diberikan oleh guru harus tepat pada
sasarannya. Ketepatan sasaran tersebut meliputi dua aspek, yaitu a)
ketepatan jenis atau bentuk penguatan yang digunakan (verbal atau
non-verbal), b) ketepatan pada siswa yang akan menerima penguatan
tersebut, apakah kepada semua siswa dalam satu kelompok belajar,

11 Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistika, 2010), h. 84


14

atau kepada kelompok tertentu, atau kepada siswa secara


perseorangan.
Misalnya jika penguatan itu diberikan kepada salah seorang
siswa, maka harus jelas siswa mana yang dituju dengan penguatan
yang diberikan itu, demikian pula terhadap perbuatan atau perilaku
belajarnya. Misalnya apakah penguatan itu terkait dengan hasil
karyanya, cara penampilan, penguasaan materinya, disiplin, kerjasama,
kepemimpinan, dan bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan oleh
siswa tersebut.
2) Dilakukan dengan segera
Setiap penguatan yang diberikan oleh guru, hendaknya
dilakukan dengan segera, yaitu pemberian penguatan (verbal atau non-
verbal) diberikan atau dilakukan bersamaan atau sesaat setelah
perilaku belajar (respon) yang ditampilkan oleh masing-masing siswa.
Misalnya apabila guru melihat siswa dengan kesadaran sendiri
membuang sampah pada tempatnya, segera hampiri siswa tersebut dan
sampaikan penghargaan pada saat itu pula, misalnya “terima kasih
anda telah membuang sampah pada tempatnya”. Dengan kata lain
bahwa antara penguatan yang diberikan oleh guru dengan perbuatan
belajar siswa sebaiknya tidak menunggu waktu berlama-lama, tapi
segera berikan penguatannya pada saat itu pula.
3) Penguatan secara bervariasi
Perilaku yang ditunjukkan siswa dari proses dan hasil
pembelajarannya meliputi tiga unsur yaitu: a) pengetahuan,, b) sikap
dan c) keterampilan. Ketiga jenis perilaku hasil belajar tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda, dan oleh karena itu maka jenis
maupun bentuk penguatan yang diberikan oleh guru pun harus
disesuaikan dengan karaktersitik perilaku belajar yang ditunjukkan
oleh siswa itu sendiri (agar lebih bermakna). Untuk memilih dan
menetapkan jenis atau bentuk penguatan yang tepat atau sesuai dapat
disiasati dengan menggunakan penguatan secara bervariasi. Misalnya,
memadukan antara penguatan secara verbal dan non verbal, sehingga
15

akan memungkinkan dapat merespon terhadap segala bentuk atau


aspek perilaku belajar siswa. Selain itu melalui pemberian penguatan
yang menggabungkan (variasi) antara penguatan verbal dan non
verbal, maka akan terjadi proses pembelajaran yang dinamis. 12

12 Ibid, h.315-316
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterampilan penguatan dalam pembelajaran adalah komponen
kunci dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dalam proses
pembeljaran, penguatan memberikan dorongan tambahan bagi siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran mereka. Dengan mengimpelementasikan
teknik-teknik penguatan yang tepat, seperti pemberian umpan balik,
pemberian penghargaaan, dan penekanan pada pencapaian positif, guru
dapat membantu memperkuat keterampilan dan pengetahuan secara
signifikan.
Dalam memahami bagaimana menerapkan penguatan dengan baik
juga dapat memfasilitasi pembelajaran yang berkelanjutan dan
membangun motivasi dalam diri siswa.

B. Saran
Kami sabagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan demi
terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifmiboy, Microteaching: Model Tadaluring, (Jawa Timur: Wade Group, 2019)


Asril Z, Microteaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011)
Darmadi H, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010)
Helmiati, Microteaching: Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2013)
Hizbullah, Dkk (2023), Keterampilan Memberi Penguatan dalam Pembelajaran di
Kelas V SD, Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan
Pendidikan,http://journal3.um.ac.id/index.php/fip/article/download/3043/1
962
Sanjaya W, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2009)
Sukirman D, Pembelajaran Microteaching, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2012)
Sutikno S, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistika, 2010)
Usman U, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2010)
Winataputra, Udin, Dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2004)

17

Anda mungkin juga menyukai