Karil Top BGT - Arya Lassita - 856336782
Karil Top BGT - Arya Lassita - 856336782
Karil Top BGT - Arya Lassita - 856336782
Arya Lassita
Mahasiswa Program Studi PGSD BI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Terbuka
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini yaitu rendahnya kemampuan siswa memahami cara
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat yang berdampak pada rendahnya prestasi
belajar siswa. Penelitian ini dilakukan guna meningkatkan kompetensi menjumlahkan dan
mengurangi bilangan bulat siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang
dengan penerapan metode demonstrasi menggunakan mikerba (media kertas berwarna).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengacu pada model Kemmis
dan Mc. Taggart yang berjumlah empat tahapan, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan
tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Penelitian dilakukan selam 2 siklus. Satu siklus
dilaksanakan dalam 1 kali sesi. Data yang didapat diolah dengan menggunakan teknik
analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa melalui metode demosntrasi menggunakan mikerba (media kertas
berwarna) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan berhitung bilangan
bulat siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang.
Kata kunci: Prestasi Belajar, Bilangan Bulat, Metode Demonstrasi, Media Kertas
Berwarna
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diberikan pada semua
jenjang pendidikan karena matematika merupakan bekal pengetahuan dasar dan
pembentukan sikap serta pola pikir siswa selanjutnya. Salah satu tujuan
pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 adalah agar siswa mampu
memahami konsep dan menerapkan prosedur matematika dalam kehidupan
sehari-hari serta mampu melakukan operasi matematika untuk penyederhanaan
dan analisis komponen yang ada (Kemendikbud, 2014).
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas V SD
semester 1 pada pelajaran matematika adalah menjumlahkan, mengurangkan,
mengalikan, dan membagikan bilangan bulat. Bilangan bulat nerupakan salah satu
kajian dari inti materi yang dipelajari siswa di sekolah dasar. Belajar matematika
selalu dipandang sebagai pelajaran yang sulit, contohnya pada materi operasi
hitung bilangan bulat, dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang relatif rendah.
Keberhasilan belajar seorang siswa dapat ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul
dari dalam diri siswa, antara lain kemauan, rasa takut, tingkat intelektualitas, dan
lain-lain. Namun faktor eksternal dapat berupa sikap guru, pendekatan pengajaran,
metode, alat peraga dan sumber lainnya. Semua itu mempengaruhi keberhasilan
belajar.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena pembelajaran
matematika yang diajarkan guru berpacu pada sesuatu yang abstrak alias tidak
nyata. Guru tidak memperhatikan karakteristik perkembangan siswa. Khoiriah
(2014) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi siswa adalah rendahnya
penilaian matematika bahasan menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat. Hal
ini termasuk indikasi bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru masih
kecil tingkat keberhasilannya. Salah satu yang menyebabkannya yaitu kompetensi
siswa untuk bisa paham materi masih rendah. Siswa belum mengerti tata cara
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat. Masih rendahnya tingkat
pengetahuan siswa sebab guru tidak memakai media ajar yang sesuai. Dalam hal
ini, siswa belum paham cara menjumlagkan dan mengurangi bilangan bulat yang
menyebabkan rendahnya nilai belajar siswa.
Dengan mengganti model pembelajaran yang konvensional menuju model
pembelajaran yang dinamis dan lebih bermakna, maka tentu ada kesempatan bagi
siswa untuk menstimulus cara berpikir kritis atau penalarannya dan dengan hasil
belajar yang lebih bagus (Susanto, 2016). Felicia (2022) menyatakan bahwa
terdapat penalaran dan penyelesaian masalah secara matematis, yaitu penalaran
aditif dan multiplikatif. Penalaran aditif adalah penalaran yang biasa digunakan
untuk memecahkan masalah dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pada
matematika. Selanjutnya menurut Felicia, dengan memahami karakteristik siswa,
guru profesional sangat diharapkan dapat merancang dan menggunakan berbagai
strategi pembelajaran yang efektif sehingga setiap siswa dapat belajar secara
optimal.
Bruner mengatakan bahwa belajar matematika terkait konsep maupun
struktur matematika siswa dapat diajarkan mulai dari tahap konkret menuju
abstrak dengan melihat tingkat perkernbangan kognitif anak sekolah dasar. Hal ini
mengacu pada teorinya Piaget, di mana anak sekolah dasar berada ditahap
operasional konkret (Hapudin, 2021).
Keabstrakan sifat yang dimiliki oleh objek pembelajaran matematika,
menuntut guru harus dapat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
sehingga siswa dapat membentuk konsep pembelajaran matematikanya sendiri.
Matematika adalah ilmu periksa objek abstrak dalam menentukan prioritas
penalaran deduktif. Objek matematika adalah objek pikiran abstrak yang tidak
bisa diamati dengan panca indera (Sulistiani, 2016 dalam Prananda, dkk., 2021).
Keabstrakan matematika menurut (Arifuddin, 2017) dikarenakan matematika
berhubungan dengan simbol-simbol dan konsep-konsep, sehingga untuk
memahaminya membutuhkan pemahaman nalar yang tinggi.
Salah satu metode yang bisa digunakan guru yaitu dengan menggunakan
media konkret dalam pembelajaran yang dapat menstimulus minat siswa,
khususnya dalam menemukan konsep dan memecahkan p[roblem matematika.
Puspawati, dkk., (2013) dalam Prananda (2021) menyatakan bahwa melalui
penggunaan media konkret, siswa akan lebih aktif dan mempunyai pemahaman
yang lebih baik tentang topik pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Siswa ikut serta dalam kegiatan belajar di sekolah akan
mengalami proses, setelah mengalami proses pembelajaran, siswa akan
melakukan perubahan berdasarkan pengetahuan yang dipelajari dari proses
pembelajaran.
Menurut Arifuddin (2017, p:167), “dalam kegiatan pembelajaran yang
berpihak pada siswa, tentunya aktivitas dan peran siswa lebih banyak daripada
guru. Kegiatan siswa untuk berkecimpung langsung seperti melakukan
pengamatan, eksperimen dan penemuan akan berdampak pada meningkatnya hasil
belajar siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Kegiatan
belajar yang berpihak pada siswa akan memberikan pembelajaran yang bermakna,
yaitu siswa akan menjadi lebih aktif, disiplin, cerdas, serta konsep-konsep yang
diperolehnya akan tersimpan lama dalam memori otaknya”.
Sudono Anggani (2000) dalam Amir (2014) menyatakan bahwa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan proses belajar mengajar tidak menjenuhkan,
guru dapat menggunakan alat bantu pembelajaran yang sesuai. Dengan
menggunakan media pembelajaran diharapakan agar dapat memudahkan antara
konsep-konsep matematika yang abstrak menjadi lebih konkret, sehingga siswa
dapat mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Maka pemanfaatan media dalam
pembelajaran sangat dibutuhkan untuk mencapai target belajar yang maksimal.
Faktanya menurut (Hapudin, 2021) tidak setiap tujuan dan materi pembelajaran
dapat dilakukan secara langsung, untuk mempelajari materi agar mudah dipahami
siswa, guru dapat merancang pembelajaran melalui alat bantu atau media
pembelajaran. Ada tiga jenis media pembelajaran yang dapat digunakan bagi
peserta didik dalam mendapatkan pengalaman belajar, yaitu melalui audio,
melalui visual, dan melalui audiovisual.
Media adalah alat bantu yang digunakan guru dengan desain yang
disesuaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Musfiqon, 2012 dalam
Mashuri, 2019, p.3). Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang berfungsi sebagai penyalur pesan
atau informasi yang dapat menstimulus pikiran, perasaan, minat, dan perhatian
siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna (Mashuri, 2019, p. 4). Media
secara harfiah memiliki arti “perantara atau pengantar”. Menurut Association For
education and Communication Technologi (AECH) dalam Khoiriah (2014, p: 3),
“media ialah segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran
informasi. Sedangkan menurut Education Association media merupakan benda
yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional”.
Media konkret dalam pembelajaran merupakan media yang digunakan
sebagai media penyampaian informasi atau informasi yang dapat berperan sebagai
pembantu dalam proses pembelajaran dan dapat merangsang pemikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga mendorong proses belajar siswa (Yuliana,
2015, seperti dikutip dalam Prananda, dkk., 2021, p:2). Amir (2014, p.74),
menyatakan bahwa dengan bantuan media siswa lebih mudah memahami konsep
pembelajaran karena pembelajaran memerlukan aktivitas fisik dan mental melalui
penglihatan, apa yang dirasakan dan melakukan manipulasi media yang sesuai
dengan tingginya rasa ingin tahu dan minat siswa sekolah dasar dalam menjelajahi
situasi yang dikelilingi oleh perasaan gembira dan bahagia. Adapun maksud
digunakannya media dalam pembelajaran matematika menurut Suharjana (2009)
dalam Mashuri (2019), salah satunya adalah memudahkan dalam hal pemahaman
konsep matematika.
Pada penelitian menggunakan Matematika Gasing, menurut Siregar, H. J,
dkk., (2013) dalam Zafivani, dkk., (2016) “adalah pembelajaran yang dikemas
secara sederhana, menyenangkan dan menghibur memberikan pemahaman siswa
terhadap materi secara konkret dan abstrak, sehingga area kognitif dan
psikomotorik siswa dapat berfungsi dengan baik. Mari kita mulai dengan benda-
benda konkret sehari-hari yang dekat dengan siswa, kemudian kita lanjutkan
dengan pengenalan alat bantu atau media pembelajaran spesialis sebagai model
semi-konkret.”
Materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap
perkembangan koginitif anak agar dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur
kognitif) orang. Hal tersebut dapat rnengembangkan keterampilan anak dalam
mempelajari sesuatu pengetahuan konsep matematika. Proses internalisasi
berlangsung serius, yaitu proses pembelajaran berlangsung secara optimal ketika
informasi yang dipelajari diukur dalam tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik dan
dalam simbolik (Yayuk, 2019, p. 6).
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan. Jadi,
perkembangan kognitif sebagaian besar bergantung kepada seberapa jauh anak
aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Piaget,
setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya secara bertahap. Proses
berpikir anak adalah langkah demi langkah dan aktivitas intelektual, dari yang
konkret hingga yang abstrak. Menurut Jean Piaget, proses pembelajaran
sebenarnya terdiri dari tiga fase, yaitu asimilasi, adaptasi, dan keseimbangan
(balancing) (Hapudin, 2021, p. 3).
Penerapan operasi hitung matematika banyak manfaatnya, namun banyak
siswa yang beranggapan bahwa matematika itu sukar untuk dipahami. Siswa sulit
untuk menerapkan teori matematika pada kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
cenderung mengerti dan menuliskan kembali tanpa memahami. Akibatnya siswa
hanya bisa mengerjakan soal yang sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru.
Jika soal sudah jauh berbeda padahal yang dimaksudkan sama, maka siswa akan
bingung dalam menjawab (Zafivani, dkk., 2016).
Menurut (Muhsetyo, dkk., 2019) saat memperkenalkan bilangan bulat
kepada anak sekolah dasar, diperlukan adaptasi terhadap perkembangan
intelektual anak, yaitu tahap pertama, siswa diberikan penjelasan dan konsep
operasi hitung disampaikan secara nyata berupa contoh dalam kehidupan sehari-
hari atau menggunakan alat bantu yang dapat dilihat, dalam hal ini penjumlahan
dan pengurangan, yang kemudian dikembangkan menjadi pemahaman abstrak.
Salah satu faktor yang mengganggu pemahaman siswa pada konsep
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah kurangnya penggunaan
media pembelajaran yang dapat mendukung pemahaman siswa tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan media pembelajaran agar siswa dapat
memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (Nurhaeni,
dkk., 2019).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu Siti Khoiriah bahwa
menggunakan kartu warna untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap
konsep bilangan bulat, sehingga kompetensi berhitung bilangan bulat di Kelas IV
SD pun meningkat. Mengacu pada pemaparan dan hasil penelitian sebelumnya,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan media pembelajaran
yang efektif bagi siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat, yakni menggunakan mikerba (media kertas berwarna) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa
kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang.
METODE
Metode yang digunakan peneliti merupakan metode penelitian tindakan
kelas yang desainnya berpedoman pada Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari
empat langkah: perencanaan, implementasi, pengamatan dan perefleksian.
Penelitian ini dilakukan di Kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang
mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Objek penelitian sebanyak 18 anak perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus dan satu siklus diadakan dalam satu periode. Penelitian dilakukan pada
pertengahan Mei sampai awal Juni 2023. Data penelitian ini yaitu data kuantitatif
merupakan yang data diperoleh dari uji kompetensi yang diberikan pada siswa.
Data kualitatif dari pengamatan, wawancara dan catatan lapangan digunakan
untuk melengkapi data kuantitatif.
Sumber data berasal dari guru dan siswa Kelas V SDIT QURANI Adh-
Dhuhaa Pangkalpinang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pemeriksaan, pengamatan, catatan lapangan, dan wawancara.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan lembaran
pengamatan selama kegiatan belajar mengajar. Format tes yang diberikan berupa
tes tertulis atau esai. Tes tersebut mengevaluasi tingkat pemahaman siswa apakah
mereka telah mencapai tujuan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran ini dikatakan sukses jika siswa paham dan bisa
melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Siswa diharapkan
memahami apakah sudah memenuhi indikator prestasi belajar pada siklus 1 dan
siklus 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pada siklus pertama dan siklus
kedua siswa dapat menyelesaikan soal yang terkait dengan operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat. Langkah keberhasilan yang diambil juga
tercermin dari aktivitas guru memimpin dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa
di kelas dengan mikerba (media kertas berwarna). Kinerja siswa dalam proses
pembelajaran dievaluasi dengan lembar pengamtan dan dianggap suskes jika
berada pada taraf baik atau sangat baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksaanaan tindakan penelitian ini dibagi dalam dua siklus yaitu siklus
pertama dan siklus kedua. Persiklus terdiri dari satu sesi. Materi ajar yang
diberikan pada kegiatan pembelajaran dalam setiap sesi penelitian adalah
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sedangkan perbedaannya terletak
pada ada dan tidaknya presentasi kelompok. Pada siklus pertama tidak ada
presentasi kelompok sedangkan pada siklus kedua terdapat presentasi kelompok.
Tujuan pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua yaitu murid dapat
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA