Makalah AL-ADALAH iLAHIYAH
Makalah AL-ADALAH iLAHIYAH
Makalah AL-ADALAH iLAHIYAH
Disusun oleh :
Aji Wahyu Mazid
23060001
Ebah Habibah
23060020
A. LATAR BELAKANG
Sejatinya, Bumi yang terhampar luas diciptakan Allah SWT untuk kesejahteraan
umat manusia. Selain menjadi khalifah, manusia juga mengemban tugas mulia, yakni
beribadah (QS az-Zariyat[51]:56), dan memakmurkan alam (QS Hud[11]:61). Sebab,
semua makhluk bertasbih dan bergerak sesuai ketentuan Ilahi, sekaligus menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang berpikir. (QS Ali Imran[3]:190). Dalam menjalani tugas
pengabdian, manusia dibekali perangkat lunak berupa naluri (insting), akal pikiran dan
hati agar mampu memahami segala kejadian dan mengelola sumber daya alam. Namun,
perangkat tersebut belum memadai, sehingga Allah SWT menurunkan agama Islam
1
Hoirun Nisa, Nilai-Nilai Ilahiyat Dalam Pendidikan Sebagai Syarat Pembentukan Kepribadian
Muslim: Jurnal Pusaka (2016) 7 : 13-26ISSN 2339-2215
sebagai petunjuk jalan yang benar disertai panduannya dalam Alquran. (QS Ali Imran[3]:
138).
Manusia merupakan mahluk mulia yang terhormat di sisi tuhan. karena manusia
di ciptakan dalam bentuk yang sangat sempurna dan dikaruniai akal untuk berpikir yang
tidak dipunyai oleh ciptaan Allah yang lainnya seperti, hewan, tumbuhan dan lain
sebagainya.3 Oleh karena itu, mereka yang telah menerima amanah melaksanakannya
dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta mengabdi kepada
sesama dengan sikap kasih sayang dan saling mencintai. Manusia merupakan khalifah
yang mempunyai tugas dalam menjaga, memelihara dan memakmurkan Alam semesta
ini, dimulai dari dirinya sendiri, istri, anak-anaknya, keluarganya, tetangga,
lingkungannya, masyarakat dan negaranya.4 Amanah juga ditunjukkan dalam bentuk
keahlian dan bakat. Misalnya pengrajin pemilik kewajiban, petani pemilik kewajiban,
ulama, guru, istri dan suami, orang tua, dan segala aktivitas kehidupan, yang satu
melengkapi yang lain. Jadi lakukan apa yang Anda bisa. dan Perintah bagi para khalifah
agar melaksanakan yang telah menjadi amanahnya. Dengan demikian, Allah
memerintahkan umatnya melaksanakan Amanah, seseorang yang diberi amanah
diwajibkan melaksanakannya dengan penuh ketulusan dan pengabdian terhadap apa yang
2
Isma‟il bin Umar bin Katsir (Ibnu Katsir), Tafsir Al-Quran Al-„Adziim Jilid 2, (Riyadh: Daar
Thayyibah, 1999), hal : 94
3
Nurmaningsih, 2019
4
RI, 2011
diembannya baik itu amanah kepada Allah swt, kepada orang lain atau kepada diri
sendiri.5
A. Rumusan Masalah
1. Apa Dan Bagaimankah Al-Adalah Ilahiyah ?
2. Apa Dan Bagaimana keadilan dalm filsafat barat dan filsafat Islam?
3. Bagaimanakah Al-Adalah Ilahiyyah Dalam Implementasi Penyampaian Amanah
B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Apa Dan Bagaimana Al-Adalah Ilahiyah
2. Mengetahui keadilan dalam filsafat barat dan filsafat Islam
3. Mengetahui Al-Adalah Ilahiyah Dalam Implementasi Penyampaian Amanah
BAB I
5
Muhammad Qais Arrasyid, Nilai-Nilai Pendidikan Menurut Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 58 tentang
Kompetensi Guru: (unisab press),h.21
PEMBAHASAN
6
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Asma’ al-Husna, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003, hal. 149.
7
Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995, hal. 66.
8
Jamil Saliba, al-Mu’jam al-Falsafy Bî al-Fâz al-‘Arabyyah Wa Inkliziyah, Beirut: Dâr
al-Tsaqafah, t.th, Juz II, hal. 33.
nabi kita Muhammad saw mengatakan tentang keadilan yang berbunyi: “Dari Abdillah
bin Amr’ bin ‘Ash R.A. berkata: Bersabda Rasûlullah saw: sesungguhnya para penegak
keadilan itu disisi Allah swt, kelak mereka akan berada diatas mimbar dari cahaya,
mereka yang terpuji itu adalah orang-orang yang adil dalam menghukumi sesuatu
bahkan terhadap keluarga mereka sendiri dan orang-orang yang mereka pimpin” (HR.
Muslim).
Secara bahasa (etimologis) kata adil berasal dari kata al-adl yang berarti tidak
berat sebelah, tidak memihak, atau menyampaikan yang satu dengan yang lain (al-
Musawah).9 Istilah lain dari al-adl adalah al-qist. Pada umumnya orang memahami arti
al-adl dan al-qist dengan makna yang sama, padahal antara satu kata dengan kata yang
lain dalam AlQur’ân tidak bisa saling menggantikan, sehingga pada dasarnya masing-
masing kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Dari hasil penelusuran penulis al-adl
lebih umum dari pada al-qist, al-adl merupakan keadilan yang tidak Nampak, samar,
sehingga dampaknya susah untuk dirasakan semua pihak, bisa jadi sesuatu itu dianggap
adil untuk sebagian orang tapi tidak bagi sebagian yang lain, seperti kasus keputusan
hakim. Sedangkan al-qist merupakan perbuatan yang Nampak, jelas (zahir) dan
transparan, seperti keharusan menegakan takaran (al-kayl) dan timbangan (al-wazn) al-
qist yakni sempurna, tidak melebihkan dan tidak pula mengurangi.10
Secara terminologis adil berarti “mempersamakan” sesuatu dengan yang lain, baik
dari segi nilai maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah
dan tidak berbeda dengan satu sama lain. Adil juga berarti “berpihak atau berpegang
kepada kebenaran”. Keadilan lebih dititik beratkan pada pengertian meletakan sesuatu
pada tempatnya.11
Keadilan berasal dari kata kerja ‘adala’ yang berarti pertama, meluruskan atau
duduk lurus, mengamendemenkan atau merubah. Kedua, melarikan diri berangkat atau
mengelak dari satu jalan (yang keliru) menuju jalan lain yang benar. Ketiga, sama,
9
Muhammad Huseîn al-Thabathaba’I, al-Mizan Fî al-Tafsîr Al-Qur’ân, Beirut:
Muassasah al-A’la Lî al-Matbu’at, t.t, Juz 12, hal. 331.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2001, hal. 517.
11
Anonim, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hal. 50-51.
sepadan atau menyamakan. Keempat, menyeimbangkan atau mengimbangi, sebanding
atau berada dalam suatu keadaan yang seimbang.12
Kata “keadilan” dalam bahasa Inggris adalah ‘justice’ yang berasal dari bahasa
latin ‘justisia’. Kata ‘justice’ memiliki tiga macam makna yang berbeda yaitu: pertama,
secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair. Kedua, sebagai tindakan, berarti
tindakan menjalankan hukum atau Tindakan yang menentukan hak dan ganjaran atau
hukuman. Ketiga, sebagai orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan
persyaratan sebelum suatu perkara Adibawa ke pengadilan.13
Al Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun yang memiliki arti
sama dengan atau seimbang. Hakikat Al Adalah menurut ilmu akhlak yaitu meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Kemudian ia memberikan atau menerima sesuatu pada haknya,
dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya.
Setelah itu menghukum yang jahat sesuai dan kesalahan serta pelanggarannya.
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak,
atau menyamakan yang satu dengan yang lain (al-musawah). Sedangkan secara
terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi
ukuran, sehingga sesuatu itu tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lainnya.
Makna keadilan, juga dirumuskan oleh al-Raghib al-Asfahani dalam Mufradatnya
yakni : لفظ يقتضي معنى المساواة: العدالة والعدلbermakna suatu lafaz yang menunjukkan arti
persamaan. Kata ‘adl digunakan untuk hal-hal yang dapat dicapai dengan mata batin
(basirah), seperti persoalan hukum. Dalam konteks ini, merujuk kepada QS. al-Māidah/5:
95. او عدل ذلك صياماIa mempersamakan antara term ‘adl dan Taqsit (al-qist).
Sementara dalam al-Qur’an, kata yang digunakan dalam menentukan kata term
‘adl (keadilan) berasal dari huruf hija’iyah د – ع- لdengan berbagai bentuk kata berulang
yang turunannya yaitu: َع َد َلَك – َأِلْع ِدَل – َتْع ِد ْل – َتْع ِد ُلْو ا – َيْع ِد ُلْو َن – اْع ِد ُلْو ا – َع ْد ل – َع دالyang
berulang kali sebanyak 28 kali, yaitu pengungkapan kata adil sebagai bentuk masdar
(infinitif) diulang sebanyak 14 kali, yaitu sebagai berikut; ( ) َع ْد ٌلQS. Al-Baqarah/2:48,
123 dan 282 ; ( )بالَع ْد ِل, QS a-Nisa’/4: 58, ( )بالَع ْد ِل, QS al-Ma’idah/5: 95 ( )َع ْد ٌلdan 106 ( )َع ْد ٍل,
QS al-An’am/6: 70 ( )َع ْد ٍل, QS al-Nahl/16: 87 dan 90 ( )بالَع ْد ِل, al-Hujarat/9: 9 ( )بالَع ْد ِل, QS al-
12
12 Majid Khaddurî, Teologi Keadilan Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1999, hal. 8.
13
L.J. Van Alperdorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 2008,
Cetakan ke 29, hal. 12.
Talaq/65: 2 ( )َع ْد ٍل, serta dalam QS al-An’am/6: 115 ( )عدالsementara pengungkapan kata
adil sebagai bentuk kata kerja (fi’il) yaitu fi’il al-mudari’ diulang sebanyak 12 kali dan
fi’il al-amar terulang sebanyak 2 kali.
Berdasarkan periode turunnya, term ‘adl dalam al-Qur’an lebih banyak
diungkapkan pada periode Madinah yaitu 16 kali dibanding periode Makkah yaitu 12
kali. Menurut penelitian Abd. Muin Salim, bahwa tidak semua ayat tentang keadilan yang
diturunkan di Makkah bersifat mutlak, bahkan dengan diutusnya Nabi saw. diperintahkan
agar berbuat adil dalam masyarakat berdasarkan wahyu yang diterimanya. Karena
keadilan sangat relevan dengan martabat kemanusiaan dan keadilan sosial serta
didapatkan pula ayat hukum yang diturunkan sebelum hijrah Nabi saw. ke Madinah.
Penggunaan kata ‘adil dalam al-Qur’an tidak hanya untuk mengungkapkan ajaran
keadilan, akan tetapi digunakan juga untuk menjelaskan masalah- masalah lain misalnya;
Kebenaran, seperti di dalam QS al-Baqarah/2: 282; 2).Menyandarkan perbuatan kepada
selain Allah dan atau menyimpang dari kebenaran, seperti di dalam QS al-Nisa’/4: 135;
3). Membuat sekutu bagi Allah atau mempersekutukan-Nya (musyrik), seperti di dalam
QS al-An’am/6: 1 dan 150; 4).Menebus, seperti di dalam QS. al-Baqarah/2: 48, 123 dan
QS al-An‘am/6: 70.
Jenis-jenis adil dalam islam yaitu, Adil kepada Alloh, adil kepada diri sediri, adil
kepada sesame dan adil kepada makluk lain beserta lingkungan. Selain itu berikutr adalah
ciri-ciri seseorang bersikap adil: Orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap
yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan,
persamaan suku, bangsa maupun agama. Penilaian, kesaksian, dan keputusan hukum
hendaknya berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri, saat di mana
berperilaku adil terasa berat dan sulit. Dari perilaku adil, maka akan tampak dari sikap
orang yang menerapkan sikap adil.
Berbagai ciri-ciri dari orang yang berperilaku adil, antara lain: Tidak berpihak
kepada siapapun. Apabila berkata senantiasa jujur. Memberikan hak-hak kepada orang
lain dengan adil. Perilaku yang dilakukan bersifat tidak menyimpang dari ajaran Al-
Quran dan As-Sunnah. Menempatkan segala sesuatu sesuai dengan porsi dan keadaanya.
Dalam pengertian lain adil menurut Al-Jurjani menjelaskan bahwa kata al-adl
diambil pengertian keadaan yang menengah antara dua keadaan yang ekstrem. Oleh
sebab itu, kata al-adl memiliki derivasi kata al-mizan (timbangan). Kemudian diimbuhi
14
ke-an.
menjadi kata sifat yang berarti perbuatan atau perlakuan yang adil. 15 Keadilan pada
umumnya adalah keadaan dimana setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya
dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari keyakinan kita Bersama. 16
Dari keterangan diatas, dapat dibedakan antara pengertian kata al-adl dan al-
adalah. Kata al-adl berarti Tindakan yang adil, sedangkan al-adalah karakter yang
mendorong perbuatan adil.17 Terkait dengan adil, buya hamka mengatakan, “sedangkan
maksud dengan ‘adl (adil) adalah nafs, yaitu suatu kekuatan batin yang dapat
mengendalikan diri Ketika marah atau Ketika syahwat naik.” Buya Hamka mengatakan,
“di dalam undang-undang dasar, keadilan mengandung tiga perkara: persamaan,
kemerdekaan dan hak milik.”18
Pemahaman Keadilan Allah swt dalam pemikiran ilmu kalam (tauhid) itu
tergantung pada pandangan, apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak
dan berbuat, ataukah manusia itu hanya terpaksa saja. Perbedaan pandangan terhadap
bebas atau tidaknya manusia ini menyebabkan perbedaan penerapan keadilan yang sama-
sama disepakati yang mengandung arti meletakan sesuatu pada tempatnya
Aliran kalam yang menekankan kebebasan manusia cenderung memahami
keadilan Allah swt dari sudut kepentingan, sedangkan aliran kalam tradisional yang
memberi tekanan pada ketidak bebasan manusia ditengah kekuasaan dan kehendak
mutlak Allah swt,19 cenderung memahami keadilan Allah swt dari sudut pandang Allah
swt sebagai pemilik alam semesta. Di samping faktor-faktor tersebut, perbedaan aliran-
aliran kalam dalam persoalan kehendak mutlak dan keadilan Allah swt itu didasari pula
oleh perbedaan pemahaman terhadap kekuatan akal. Bagi aliran yang berpendapat bahwa
14
Kata ke-an merupakan kata imbuhan konfiks nominal yang bisa berarti yang mempunyai ciri atau sifat,
mis. Keadilan , kemakmuran, kerakyatan. Lihat, Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporere,
(Jakarta:Modern English Press, 2002),h.679
15
Departemen Pendidikan, Kamus Besar,h.10
16
Franz Magnis, Kuasa dan Moral, h. 50.
17
Imas Rosyabti, Esensi al-Quran,h. 246.
18
Abdul Haris, Etika Hamka Kontruksi Etika Berbasis Rasional Religius, (Yogyakarta:LKis Yogyakarta,2010),h.
126.
19
Secara etimologi kata kehendak terambil dari kata Syâ’a yang memiliki makna secara terminologis adalah
suatu konsep tentang rencana Tuhan yang terjadi pada seluruh makhluk ciptaan-Nya, seperti manusia, malaikat, jin,
maupun benda seluruhnya. (Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta: UI Press,
2006, hal. 4.
akal mempunyai daya yang besar, kekuasaan Allah swt pada hakikatnya tidak lagi
bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Adapun aliran yang berpendapat sebaliknya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah swt tetap bersifat mutlak. 20
1. Mu’tazilah
Kelahiran aliran Mu’tazilah pada awal abad kedua membawa dimensi baru dalam
pemikiran teologi Islam. Ia membawa masalah-masalah teologi lebih dalam dan bersifat
filosofis bila dibandingkan dengan aliran teologi lainnya. Pembahasan teologis yang
dilakukan golongan Mu’tazilah lebih rasional karena kaum Mu’tazilah lebih banyak
menggunakan akal dalam pembahasannya. Hal ini pula yang menyebabkan golongan ini
dikenal dengan sebutan “kaum rasionalis dalam Islam”.21
Kaum Mu’tazilah percaya pada kekuatan akal dan kemerdekaan serta kebebasan
manusia, mempunyai tendensi untuk meninjau tentang keadilan Allah swt itu dari sudut
rasio dan kepentingan manusia. Dalam hal ini, bahwa seluruh makhluk lainnya yang
diciptakan Allah swt adalah untuk kepentingan manusia.22
2. Asy’ariyah
20
Harun Nasution, Theologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Prees, 1974, hal.
118.
21
Harun Nasution, Theologi Islam, hal. 118.
22
A. Mustajib, Materi Pokok Aqidah Akhlak II, Jakarta: Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1996, hal. 138.
23
Harun Nasution, Theologi Islam, hal. 24.
24
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003, hal. 183
Pemikiran rasional golongan Mu’tazilah dan kekerasan yang mereka lakukan
dalam usaha mensyiarkan pahampaham Mu’tazilah menimbulkan keresahan dikalangan
umat muslim, termasuk didalamnya memahami tentang hakikat keadilan Allah swt. Aksi
yang dilakukan oleh golongan Mu’tazilah tersebut menimbulkan reaksi dimanamana,
antara lain munculnya aliran teologi baru dalam Islam yang dipelopori oleh Abu al-Hasan
al-Asy’ari, yang dikenal dengan nama golongan al-Asy’ariyah, dan merupakan salah satu
sekte dalam aliran sunni (ahl alSunnah wa al-Jama’ah), dan ajaran-ajaran Abu Hasan
alAsy’ari ini banyak menolak pendapat golongan Mu’tazilah salah satunya dalam hal
keadilan Allah swt.25
Semua ketentuan dan hukum Allah yang dikenakan kepada makhluk dalam jagat
raya ini adalah dibawah kekuasaan dan keadilannya. Jika sudah demikian, maka jelaslah
bahwa semua makhluk dalam hal kehendak dan perbuatan adalah dibawah kehendak dan
kekuasaan Allah swt. Terserahlah kepada Allah swt untuk dibagaimanakan makhluk di
alam raya ini, apakah dia dimasukan kedalam surga atau ke neraka, diabadikan
kehidupannya atau dibinasakan keseluruhannya. Menurut Asy’ari pengertian adil adalah
“menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya, sedangkan ketidak adilan adalah
sebaliknya”.26 Sedangkan Allah swt menurut golongan Asy’ari adalah “Raja yang bersifat
absolut dan berkuasa penuh, maka tidak berhak baginya dikatakan tidak adil dan tidak
ada padanya perbuatan-perbuatan jahat, karena Ia berbuat atas kehendak bebas tak
terbatas.27
Jadi pengertian keadilan Allah swt menurut Asy’ari adalah Allah swt merupakan
raja yang berkuasa mutlak, tidak terbatas bagi makhluk-Nya, berbuat sekehendak-Nya,
menetapkan hukum sesuai keinginan-Nya. Bukan berarti Allah swt tidak adil bila Ia
membinasakan atau memasukan kedalam neraka akan satu kaum atau golongan tertentu,
karena zalim dan jahat itu pengertiannya berkuasa atas hak milik orang lain, bukan
kepunyaan sendiri atau menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.28
25
M. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Islam, Jakarta: Amzah, 2014, hal. 99
26
bû al-Fath Muhammad bin Abû Qasim Abd al-Karîm bin Abû Bakar Ahmad AlSyahrasttânî, Al-Milal Wa al-Nihal,
Kairo: Dâr al-Ittihad, 1968, hal. 42.
27
Abû Bakar Ahmad Al-Syahrasttânî, Al-Milal Wa al-Nihal, hal. 101
28
Laily Mansur, Imam Asy’ari, mengenal hidup dan pokok-pokok pikiran theology, Surabaya: Bina Ilmu,
1981, hal. 42.
Lawan dari keadilan adalah zalim, aniaya. Zalim terbagi menjadi duan bagian,
pertama, zalim terhadap diri sendri. Kedua, zalim lantaran tidak mau menghalangi suatu
kezaliman yang akan berlaku, padahal dia sendiri sanggup menghalanginya. Menggaggu
hak orang lain lantaran marah atau lantaran membalas dendam, atau karena nafsu serakah
semata-mata, bukanlah berarti menganiaya orang yang dianiaya saja, tetap menganiaya
diri sendiri. Kata- kata zalim beasal dari zhulm, zhulm artinya gelap gilita. Tidak tercela
mengumpulkan harta. Karena harta adalah laksana jembatan untuk mencapai maksud.
Yang tercela dan tidak adil ialah jika mengumpuljkan harta untuk diri, dilengahkan hak
orang lain, sehingga dilakukan tipuan, rampasan, rampokan, kicuh dan dusta. Pada
keyakinan kaum sosialis, segala ini hanya dapat dihindari jika kekayaan-kekayaan yang
bersifat keperluan orang banyak dikuasai oleh negara.29
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر-
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti.”(QS. Al Hujurat [49]:13)
ِإَّن َر َّبُك ُم ُهَّللا اَّل ِذ ي َخ َل َق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِفي ِس َّتِة َأَّي اٍم ُثَّم اْس َتَو ٰى َع َلى اْلَع ْر ِش ُيْغ ِش ي الَّلْي َل الَّنَه اَر َيْطُلُب ُه َحِثيًث ا
َو الَّشْمَس َو اْلَقَم َر َو الُّنُجوَم ُمَس َّخ َر اٍت ِبَأْم ِر ِهۗ َأاَل َلُه اْلَخ ْلُق َو اَأْلْم ُرۗ َتَباَر َك ُهَّللا َر ُّب اْلَع اَلِم يَن
29
Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Quran Dan As-Sunah.
(Jakarta:Republika Penerbit,2015),h.366
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy) Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan
bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, hanya milik-Nyalah segala
penciptaan dan urusan. Maha melimpah anugerah Allah, Tuhan semesta."
31
Elfan Helmi juni, Filsafat Islam, (Bandung;Pustaka Setia,2012).h.399
32
Elfan Helmi juni, Filsafat Islam, (Bandung;Pustaka Setia,2012).h.399
33
Elfan Helmi juni, Filsafat Islam, (Bandung;Pustaka Setia,2012).h.400
tetapi bukan asas negative. Yaitu pengetahuan dan perbuat(ilmu dan amal). Hal ini dibagi
menjadi tiga: kebijaksanaan (hikmah), keberanian (nadjah) dan Kesucian (iffah).34
Menurut Ibn Maskawaih (921-1030M) adil adalah sifat yang utama bagi setiap
mansia, yang ditumbuhkan oleh tiga kekuatan yang terdapat pada dirinya, yaitu al-hikam
(kebijsanaan), al-iffah (memelihara diri dari maksiat), dan al-Syaja’ah (keberanian)35
Ibnu Maskawih menyebut asas semuakeadilan adalahcinta kepada sesame manusia.
Tanpa cinta yang demekian suatu masyarakat tidak mungkin ditegakkan.
34
H.A Mustofa, fisafat ilmu, (Bandung:Pustaka Setia,1997),h. 111.
35
Imas Rosyanti.esensi …,h.250
36
Hamka, Falsafah Hidup:Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Quran dan As-sunah,(Jakarta:Republika
Penerbit,2015), hlm317.
37
ibid
Agama Islam mengharuskan setiap pemeluknya memiliki hati dan perasaan yang
kuat, dengan hati yang kuat semua hak-hak Allah SWT dan hak-hak manusia dapat
dipelihara dengan baik, semua amal perbuatan dapat dijauhkan dari sikap ekstrim dan
memudah-mudahkan. Karena itulah agama Islam ini mewajibkan setiap muslim memiliki
sifat dapat dipercaya (amanah). Amanah dalam perspektif agama Islam memiliki makna
dan kandungan yang luas, dimana seluruh makna dan kandungan tersebut bermuara pada
satu pengertian yaitu setiap orang merasakan bahwa Allah SWT senantiasa menyertainya
dalam setiap urusan yang dibebankan kepadanya, dan setiap orang memahami dengan
penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung jawaban atas urusan
tersebut
Dalam kitab Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim menjelaskan amanah
tersebut mempunyai dua arti, yaitu arti khusuh dan arti umum: arti khusus dari amanah
adalah sikap bertanggung jawab orang yang dititipi barang atau harta atau lainnya dengan
mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang atau harta itu. Dia menyadari
bahwa dirinya hanya bertugas menjaga barang atau harta tersebut jangan sampai rusak
atau hilang, dia sama sekali tidak mempunyai hak untuk menggunakannya. Jika orang
yang mempunyai harta atau barang itu meminta kembali, dia dengan serta merta akan
mengembalikan harta atau barang tersebut. Adapun arti amanah secara umum, sangat
38
Ali Fikri Noor, Serial Akhlak Muslim: Amanah, dikutip dari
http://www.alhikmah.ac.id/soft/artikel/akhlak/amanah/pdf/pada hari senin 11 desember 2023 jam 08.17 WIB.
39
M. Quraish Shihab, EnsiklopediAl-Qur’an, Kajian Kosakata..., h. 83.
40
Inti Medina, Amanah (Terpercaya)/Amalia Husna,... h. 1
luas sekali. Sehingga menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan masukan kepada
orang yang meminta pendapat dan menyampaikan pesan kepada pihak yang benar (sesuai
dengan permintaan orang yang berpesan) juga termasuk amanah. Orang yang
menceritakan rahasianya kepadamu berarti dia percaya kepadamu bahwa kamu bisa
menyimpan rahasia itu. Orang yang meminta pendapatmu, tentunya mengawali
pembicaraannya dengan mengungkapkan problemproblem yang dihadapinya dan
berharap kamu mau memberikan saran atau pendapat meskipun tidak sesuai dengan yang
dia harapkan. Bila kamu mau mengungkapkan pendapatmu, maka kamu termasuk orang
yang dapat dipercaya. Begitu juga jika ada orang yang meminta kamu menyampaikan
kabar kepada orang lain. Bila kamu menyampaikan pesannya dengan benar maka kamu
termasuk orang yang dapat dipercaya (amanah).41
Penulis mengartikan bahwasannya amanah dalam artian luas bukan hanya amanh
dalam artian menyampaikan kebaikan dan keadilan kepada sang pencipta dalam ibadah
sehari-hari. Namun, amnah disini adalah menyampaikan ilmu dari seoang pendidik
kepada peserta didik dengan disertai keadilan. Sebagimana yang tertera dalah surat An-
Nisa ayat 58 yang berbunyi:
ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْلٰم ٰن ِت ِآٰلى َاْهِلَهۙا َو ِاَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َاْن َتْح ُك ُم ْو ا ِباْلَع ْدِۗل ِاَّن َهّٰللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبٖۗه ِاَّن
َهّٰللا َك اَن َسِم ْيًعاۢ َبِص ْيًرا
Sebagaimana persepsi umum bahwa ilmu merupakan salah satu amanah yang
benarbenar harus ditunaikan karena kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
“Barangsiapa yangmenempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah Ta’ala akan
memudahkan baginya jalan menujusurga.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).
Ilmu adalah amanah yang harus ditunaikan oleh orang yang mempunyai ilmu
(pendidik)atau orang yang sedang mencari ilmu (peserta didik) karena berniat ibadah
kepada Allahsebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Mujadilah ayat 11. Ilmu yang baik
adalah ilmu yangberada dalam kontrol iman sehingga manfaat ilmu tersebut untuk dapat
dirasakan karenapengembangannya didasarkan pada perbaikan dan kelangsungan hidup
manusia untukmenjadi khalifah di muka bumi ini. Allah juga secara khusus mengangkat
42
IslamIwan Hermawan Diterbitkan , Konsep Amanah dalam Perspektif Pendidikan: 9 September 2020
dan meninggikankedudukan para ulama dengan beberapa derajat yang tinggi dalam hal
kehormatan dankemuliaannya di dunia serta dalam hal pahala di akhirat.43
Makna Amanah dalam Kompetensi Guru; Guru yang bertanggung jawab dan
mempunyai keahlian diharuskan memiliki kemampuan, pemahaman, pengelolaan,
pemahaman, pengembangan, perancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Contohnya, Siswa
biasanya percaya guru mereka lebih dari orang tua mereka. Oleh karena itu, guru harus
memberikan pengetahuan yang positif, valid dan sesuai usia kepada siswanya.
Kepercayaan siswa terhadap gurunya sangat tinggi sehingga mereka selalu bertanya
tentang gurunya yang tidak mereka ketahui. Hal berkaitan dengan Amanah sebagai
bentuk sikap profesional terhadap profesi dengan melaksanakan tugas dengan baik. Guru
yang kredibel adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, kualifikasi
pendidik, dan bertugas mencapai tujuan pendidikan dengan sehat jasmani dan rohani.
Pemahaman tentang materi kurikulum, struktur, konsep, dan metode ilmiah, cakupan
materi, dan pemahaman tentang hubungan antar konsep mata pelajaran terkait. Serta
penerapan konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.44
Makna Adil tentang Kompetensi Guru Makna Adil dalam Kompetensi Guru;
Guru berkewajiban mempunyai sikap dan perlakuan yang diaplikasikan kepada anak
43
Az-Zuhaili, 2013, p. 416
44
Muhammad Qais Arrasyid, Erhamwilda, Fitroh Hayati, Nilai-Nilai Pendidikan Menurut Al-Quran Surat An-
Nisa Ayat 58 tentang Kompetensi Guru. (Bandung, Unisba Press),h. 21.
didiknya, yaitu bersikap sama, seimbang, dan menepatkan sesuatu pada tempatnya.
Contohnya, Guru tidak boleh membeda-bedakan siswa yang pinter, kurang pinter, kaya
atau miskin, agama, laki-laki dan perempuan, budaya dan latar belakanngnya semua
harus diperlakukan sama. Guru menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban antara
siswa laki-laki dan perempuan, guru harus mencontohkan berkaitan dengan kepribadian
religius terhadap anak didinya, contohnya, guru harus jujur dalam melakukan pekerjaan,
mengerjakan tugas ketika di berikan tugas, adil ketika diamanahi dalam menjadi
pemimpin di kelas, selalu menjaga kebersihan di kelas, tanggung jawab terhadap
perbuatan yang di lakukan, tidak melakukan hal yang di larang di sekolah, tertib dengan
masuk kelas sesuai dengan jam pelajarannya, dan selalu menjaga kebersihan di sekolah. 45
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari keterangan diatas, dapat dibedakan antara pengertian kata al-adl dan al-
adalah. Kata al-adl berarti Tindakan yang adil, sedangkan al-adalah karakter yang
mendorong perbuatan adil. Terkait dengan adil, buya hamka mengatakan, “sedangkan
45
Ibid
maksud dengan ‘adl (adil) adalah nafs, yaitu suatu kekuatan batin yang dapat
mengendalikan diri Ketika marah atau Ketika syahwat naik.” Buya Hamka mengatakan,
“di dalam undang-undang dasar, keadilan mengandung tiga perkara: persamaan,
kemerdekaan dan hak milik.
Keadilan dalam konsep plato sangat terkait dengan peran dan fungsi individu
dalam masyarkat. idealism dapat menempatkan dirinya pada proporsi masing-masing dan
tanggung jawabpenuh terhadap tugas yang diemban, selanjutnya tidak mencampuri
urusan dan tugas kelompok lain. Plato membentuk manusia dalam kotak-kotak kelompok
(rasis), peran kelompok tidak data menyebrang ke kelompok lain. Keadilan hanya akan
terwujud manakala manusia menyadari satatus social dan tuasnya seagi delegasi
kelompoknya.
Menurut Ibn Maskawaih (921-1030M) adil adalah sifat yang utama bagi setiap
mansia, yang ditumbuhkan oleh tiga kekuatan yang terdapat pada dirinya, yaitu al-hikam
(kebijsanaan), al-iffah (memelihara diri dari maksiat), dan al-Syaja’ah (keberanian)46
Ibnu Maskawih menyebut asas semuakeadilan adalahcinta kepada sesame manusia.
Tanpa cinta yang demekian suatu masyarakat tidak mungkin ditegakkan.
46
Imas Rosyanti.esensi …,h.250